Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA UMUM

“ ALAT OPTIK “

NAMA : Arman Raditya Pramana


NIM : 022300020

Dosen Pengampu : Teguh Handoyo, Phd

PROGRAM STUDI ELEKTRONIKA INSTRUMENSTASI


POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
SEMESTER GANJIL 2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Optik merupakan cabang ilmu yang mempelajari sifat dan perilaku cahaya, termasuk
sifat gelombang cahaya, pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, polarisasi, dan
berbagai aplikasi teknologi optik. Bidang ini mencakup pemahaman tentang bagaimana
cahaya berperilaku, bagaimana cahaya berinteraksi dengan benda, dan cara kita dapat
memanfaatkan sifat cahaya untuk berbagai tujuan praktis.
Optik melibatkan penggunaan teori gelombang cahaya, teori kuantum, dan prinsip-
prinsip fisika untuk menjelaskan fenomena optik dalam berbagai konteks. Ilmu optik
memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai bidang, termasuk fisika, teknik, kedokteran,
ilmu bahan, dan teknologi informasi.
Pada percobaan ini para mahasiswa diharapkan dapat memamhami prinsip kerja yang
terjadi pada alat optik. Dan juga dapat mengetahui berbagai jenis lensa optik dengan
berbagai sifat cahaya yang dihasilkan dari lensa tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana prinsip kerja alat optik teleskop dan kamera?
2. Bagaimana cara bayangan dapat dibentuk oleh lensa?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui prinsip kerja alat optic teleskop dan kamera
2. Mengetahui cara bayangan dapat dibentuk oleh lensa
1.4 MANFAAT
Alat optik telah membawa manfaat besar bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta meningkatkan kualitas hidup manusia. Mereka memungkinkan kita untuk
menjelajahi dunia di sekitar kita dan alam semesta yang lebih besar, memahami sifat
benda-benda dan fenomena, dan berkontribusi pada berbagai inovasi dalam berbagai
bidang.
BAB II

DASAR TEORI

1. Sifat Cahaya

Seberkas cahaya yang merambat melalui medium yang sama maka arah
rambatnya akan berupa garis lurus. Jika melalui medium yang berbeda maka akan
dibiaskan, yaitu pembelokan cahaya karena merambat melalui dua jenis zat yang
kerapatannya berbeda. Apabila gelombang cahaya merambat dan menumbuk dinding
penghalang, maka cahaya akan dipantulkan atau dibiaskan.

2. Lensa Cekung (-)

Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian
pinggirnya. Lensa cekung terdiri atas 3 macam bentuk, yaitu lensa bikonkaf (cekung
rangkap), plan-konkaf (cekung datar), konveks-konkaf (cekung-cembung). Lensa
cekung disebut juga lensa negatif (-), yang memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya
(divergen). Apabila seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa
cekung, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan menyebar seolah-olah berasal
dari satu titik, yaitu titik fokus.

Untuk lebih mudah dalam melukiskan bayangan benda, maka lensa cekung dapat
digambarkan berupa garis tegak lurus terhadap sumbu utama dan diberi tanda negatif
(-) di bagian atas garis.

Gambar 2.1 Lensa Cekung (divergen)


3. Lensa Cembung (+)

Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari bagian
pinggirnya. Lensa cembung terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu lensa bikonveks
(cembung rangkap), plan-konveks (cembung datar), dan konkaf-konveks (cembung-
cekung). Lensa cembung memiliki dua permukaan lengkung, sehingga terdapat dua titik
pusat kelengkungan, yaitu P1 dan P2, dan dua titik fokus, yaitu F1 dan F2. Lensa
cembung disebut juga lensa positif (+) yang memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya
(konvergen). Apabila ada seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan
lensa, maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik. Titik dimana
cahaya mengumpul disebut titik fokus.

Gambar 2.2 Lensa Cembung (konvergen)

Untuk lebih mempermudah dalam melukiskan bayangan benda, lensa cembung


digambarkan dengan garis tegak lurus terhadap sumbu utama dan diberi tanda positip
(+) di bagian atas garis. Jika jarak benda ke lensa adalah S0, jarak fokus ke lensa adalah
f, dan jarak lensa ke bayangan yang terbentuk adalah S1,

Daya atau kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk mengumpulkan atau
menyebarkan berkas cahaya. Daya lensa dinyatakan dalam satuan dioptri yang dinyatakan dengan
persamaan berikut:

1
D=
F

Dengan :

F = Jarak focus

D = Daya lensa (dioptric)


4. Mata Berakomodasi Maksimum

Mata berakomodasi maksimum merupakan cara memandang objek dimana otot siliar
bekerja maksimum untuk menekan lensa agar berbentuk secembung-cembungnya.
Agar mata berakomodasi maksimum, bayangan yang terbentuk harus tepat di titik
fokus lensa objektif dan berada di antara titik pusat optik dan titik fokus lensa okuler.

Gambar 2.3 Mata berakomodasi maksimum

5. Mata Tak Berakomodasi


Mata berakomodasi secara terus menerus dapat melelahkan mata. Oleh karena
itu, pengamatan dapat dilakukan dengan mata tak berakomodasi. Benda langit yang
sangat jauh (Sob = ∞), bayangan akan berada pada titik fokus objektif (S’ob = fob).
Bayangan dari lensa objektif ini, selanjutnya menjadi benda bagi bagi lensa okuler.

Titik fokus lensa okuler berimpit dengan titik fokus lensa objektif, berarti bayangan
dari lensa objektif tadi berada di fokus lensa okuler. Oleh lensa okuler, bayangan dari
lensa objektif akan dibiaskan lagi hingga terbentuk bayangan akhir di tak berhingga.
Dengan demikian, mata dapat mengamatinya tanpa berakomodasi.
L

Gambar 2.4 Mata tak Berakomodasi

6. Alat – alat optic

a. Teleskop

Teleskop atau teropong berfungsi untuk melihat benda yang jauh (S ob = ∞) agar
tampak lebih dekat dan jelas. Ada 2 jenis utama teleskop yaitu teleskop bias dan
teleskop pantul. Prinsip dasar teleskop bias dibangun dari susunan dua lensa positif
yang diletakkan dalam satu garis dengan jarak antara kedua lensa dalam kisaran
kedua jumlah panjang fokusnya. Lensa objektif mempunyai jarak fokus yang cukup
besar dengan panjang fokus fob dan bayangan yang dibentuknya nyata, terbalik, dan
diperkecil di fokus lensa objektif. Lensa okuler dengan fokus yang cukup pendek f ok
akan memperbesar bayangan yang terjadi pengamatan benda langit dapat
berlansung cukup lama. Agar mata tidak lelah, maka pengamatan dilakukan dengan
mata tidak berakomodasi. Agar hal ini dapat tercapai, maka bayangan lensa objektif
harus diletakkan di fokus lensa okuler. Ini berarti titik fokus lensa objektif berimpit
dengan titik fokus lensa okuler.

b. Kamera

Sebuah lensa yang berentuk bulat memiliki sudut pembelokan yang lebih
tajam. Pada dasarnya, dengan mengurangi kecembungan lensa akan
meningkatkan jarak antara titik-titik yang berlainan pada lensa. Hal ini
menyebabkan pertambahan waktu tempuh berkas cahaya sehingga salah satu
bagian berkas cahaya akan bergerak lebih cepat dibandingkan dengan berkas
cahaya lainnya, yang pada gilirannnya akan menghasilkan sebuah belokan yang
lebih tajam.

Peningkatan sudut pembelokan memiliki efek yang jelas. Berkas cahaya dari
sebuah titik tertentu akan konvergen pada sebuah titik yang lebih dekat ke
lensa. Pada sebuah lensa yang bentuknya lebih datar, berkas cahaya tidak akan
membelok secara tajam. Akibatnya, berkas cahaya akan konvergen pada jarak
yang lebih jauh dari lensa. Dengan kata lain, bayangan real yang terfokus akan
terbentuk pada jarak yang lebih jauh dari lensa jika lensa yang digunakan adalah
lensa dengan permukaan yang sedikit lebih rata. Meningkatkan jarak antara lensa
dan bayangan real sebenarnya meningkatkan ukuran total bayangan real
tersebut. Andaikan sebuah proyektor: jika kita menggerakkan sebuah proyektor
menjauh dari layar, maka bayangan yang terbentuk akan menjadi lebih besar.
Secara sederhana, berkas cahaya tetap menyebar pada saat bergerak menjauhi
layar.

Peristiwa yang sama berlaku pada kamera. Pada saat jarak antara lensa dan
bayangan real bertambah, berkas cahaya akan lebih menyebar, membentuk
sebuah bayangan real yang lebih besar. Tetapi ukuran film tetap konstan. Jika kita
menempatkan sebuah lensa yang sangat datar, maka kamera akan
memproyeksikan sebuah bayangan real yang besar tetapi hanya bagian tengah
dari bayangan tersebut yang akan tertangkap di film.

Kamera profesional memungkinkan kita menempelkan berbagai macam


lensa sehingga kita dapat melihat objek dengan berbagai macam perbesaran.
Kekuatan perbesaran atau daya perbesaran lensa dinyatakan dengan istilah
panjang fokus. Pada kamera, panjang fokus didefinisikan sebagai jarak antara
lensa dengan bayangan real sebuah benda yang berada pada jarak yang jauh
(misalnya bulan). Semakin besar panjang fokus berarti semakin besar kemampuan
perbesarannya.
BAB III

METODE PERCOBAAN

1. Alat dan bahan

Tabel 1. Alat dan bahan untuk praktikum


teleskop No. Kode Nama Alat Jumlah
1. FPT 16.02/66 Rel presisi 2
2. FPT 16.04/68 Kaki rel 2
3. FPT 16 13/83 Lensa f = +50 mm 1
4. FPT 16 14/84 Lensa f = +100 mm 1
5. POG 200 01 Lensa f = +300 mm 1
6. FPT 16 17/87 Tumpakan penjepit 2
7. FPT 16.03/67 Penyambung rel 1

Tabel 2. Alat dan bahan untuk praktikum


kamera No. Kode Nama Alat Jumlah
1. POG 460 01 Kotak cahaya 1
2. POG 460 02 Pemegang kotak cahaya 1
3. FPT 16.02/66 Rel presisi 2
4. FPT 16.04/68 Kaki rel 2
5. FPT 16.03/67 Penyambung rel 1
6. POG 700 Layar putih 1
7. FPT 16 17/87 Tumpakan berpenjepit 5
8. FPT 16 14/84 Lensa f = +100 mm; 50 mm @1
9. FPT 16 25/95 Diafragma anak panah 1
10. FPT 16 07/77 Pemegang slaid diafragma 1
11. KAL 99 Kabel penghubung 2
12. KAL 60/5A Catu daya 1

2. Langkah Kerja

a) Percobaan Teleskop

1. Susunlah peralatan seperti Gambar 5.

2. Gunakan lensa f = +100 mm sebagai lensa objektif

3. Gunakan lensa f = +50 mm sebagai lensa okuler


4. Atur jarak kedua lensa kurang lebih 15 cm

5. Arahkan susunan kedua lensa ini ke benda/obyek yang jauh.

6. Geserlah lensa okuler sampai di dapatkan bayangan tajam

7. Cobalah gunakan kombinasi lensa yang tersedia di dalam kit optik


untuk susunan teleskop yang berbeda. Ingatlah bahwa jarak fokus lensa
objektif lebih besar dari jarak fokus lensa okuler

Gambar 5. Susunan lensa teleskop

b) Percobaan Kamera

1. Susunlah peralatan seperti Gambar 6.

2. Gunakan bagian belakang kotak cahaya untuk menghasilkan sinar menyebar.

3. Letakkan lensa f = +100 mm pada jarak 35 cm dari diafragma anak panah.

4. Letakkan layar putih dibelakang lensa.

5. Hubungkan catu daya ke sumber tegangan PLN. Terlebih dahulu,


Pastikan catu daya dalam keadaan mati!
6. Pilihlah tegangan keluaran catu daya 12V.
Gambar 6. Susunan percobaan kamera

7. Hubungkan kotak cahaya ke catu daya dengan kabel penghubung.

8. Nyalakan catu daya. Pada layar akan tampak bayangan benda, geser
layar sehingga didapatkan bayangan tajam.
9. Ubahlah jarak benda dengan menggeser lensa, bayangan seharusnya
terjadi lagi pada layar.
10. Amati dan catat jarak layar saat diperoleh bayangan yang jelas/tajam.

11. Ulangilah percobaan diatas dengan mengubah lensa dengan fokus f = +50 mm.
BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

1. Data percobaan Teleskop

Tak berakomodasi 𝑓𝑜𝑏 𝑓𝑜𝑏


𝑀 = 𝑀 =
fok fob L 𝑇 𝑓𝑜k 𝑃
(𝐿 − 𝑓𝑜𝑏)
+50 +100 28.5 cm 2 -1,40

+100 +300 16,5 cm 3 -1,05

+50 +300 9cm 6 -1,03

+100 +50 6,5 cm 0,5 -1,15

+300 +100 4 cm 0 , 33 -1,04

Tabel 4.1 Data Percobaan Teleskop


2. Data percobaan Kamera (f = +100 mm)

Tabel 4.2 Data Percobaan Kamera (f = +100 mm)

No S (cm) S’ (cm)

1 30 12 cm

2 35 13 cm

3 40 13 cm

4 45 7 cm

5 50 12 cm

Tentukan sifat bayangan dengan lensa f = +100 mm:

1. S = 30 cm, sifatnya: terbalik, diperkecil, nyata

2. S = 35 cm, sifatnya: terbalik, diperkecil, nyata


3. S = 40 cm, sifatnya: terbalik, diperkecil, nyata

4. S = 45 cm, sifatnya: terbalik, diperkecil, nyata

5. S = 50 cm, sifatnya: terbalik, diperkecil, nyata

3. Data percobaan Kamera (f = +50 mm)

Tabel 4.3 Data Percobaan Kamera (f = +50 mm)

No S (cm) S’ (cm)

1 30 7,5 cm

2 35 4 cm

3 40 4 cm

4 45 6 cm

5 50 5 cm

Tentukan sifat bayangan dengan lensa f = +50 mm:

1. S = 30 cm, sifatnya: terbalik, diperbesar, nyata

2. S = 35 cm, sifatnya: terbalik, diperbesar, nyata

3. S = 40 cm, sifatnya: terbalik, diperbesar, nyata

4. S = 45 cm, sifatnya: terbalik, diperbesar, nyata

5. S = 50 cm, sifatnya: terbalik, diperbesar, nyata

4. Pembahasan

Pada percobaan ini dirancang untuk mengukur panjang fokus lensa pada
teleskop atau kamera. Hal ini penting karena panjang fokus mempengaruhi
kemampuan sistem optik untuk memusatkan cahaya dan menentukan pembesaran
atau bidang pandangnya. Untuk memahami bagaimana panjang fokus lensa
mempengaruhi bidang pandang pada teleskop atau kamera. Ini dapat melibatkan
perubahan jarak antara lensa dan sensor/film pada kamera atau perubahan panjang
tubuh teleskop. Dan pada percobaan ini menggunakan 3 jenis lensa yang berbeda.
Yaitu lensa f = +50 mm, f = +100 mm, dan f = +300 mm.
a. Teleskop

Pada percobaan ini terdapat lensa yang berperan sebagai lensa okuler
dan lensa objektif. Lensa okuler yang terletak di dekat mata pengamat,
kemudian lensa dapat digeser agar mendapatkan pembesaran terhadap
gambar objek yang sudah diperbesar lensa objektif. Selain itu, lensa okuler
juga mengarahkan gambar ke mata pengamat sehingga gambar yang
diperoleh dari lensa objektif dapat dilihat dengan jelas.

Kemudian lensa objektif ialah lensa yang terletak di ujung rel presisi.
Lensa ini berfungsi memfokuskan cahaya dari objek dan membentuk
gambar awal di titik fokus. Lensa objektif juga berkontribusi memberikan
resolusi tinggi pada objek yang sedang diamati yang memungkinkan
pengamatan lebih detail dan halus.

Dari percobaan yang kami lakukan Bayangan yang terbentuk dalam


teleskop memiliki beberapa sifat dalam membentuk gambar objek yang
diamati. Sifat-sifat tersebut termasuk:

1. Terbalik: Bayangan yang terbentuk dalam teleskop cenderung


terbalik, yang berarti posisi atas bawah dan kanan kiri pada objek
akan terbalik pada bayangan yang dihasilkan oleh lensa okuler
yang lebih besar dari lensa objektif dalam teleskop.
2. Nyata : Bayangan yang terbentuk adalah nyata, yang berarti
cahaya sebenarnya dipusatkan untuk membentuk gambar pada titik
tertentu di dalam atau di dekat alat optik.
3. Diperbesar atau Diperkecil: Dalam percobaan teleskop ini untuk
menentukan lensa dapat menghitung pembesaran teleskop, kita
dapat menggunakan rumus:

Dalam kebanyakan teleskop, tujuannya adalah untuk memperbesar


bayangan dari objek yang diamati sehingga dapat dianalisis
dengan lebih baik. Lensa yang digunakan pada praktikum ini
didapatkan hasil rata yaitu terdapat yang diperkecil dan di
perbesar

Dengan kombinasi lensa okuler dan lensa objektif saling bersinergi


untuk menghasilkan bayangan yang sempurna. Dengan besarnya jarak
yang diamati dengan lensa objektif, maka akan makin besar pula sudut
datang cahaya yang masuk terhadap lensa objektif tersebut. Jumlah sudut
datang cahaya yang besar dapat menghasilkan bayangan yang besar. Maka
dari itu, semakin jauh antara objek dengan lensa semakin besar pula
bayangannya.

b. Kamera

Pada percobaan ini lensa membutuhkan sumber cahaya, karena pada


prinsip kerja lensa kamera berfungsi mengumpulkan cahaya. Maka dari
itu, pada percobaan ini menggunakan catu daya untuk menghasilkan
cahaya pada objek yang diamati. Ketika cahaya melewati lensa kamera,
lensa tersebut menyebabkan perubahan arah cahaya. Lensa ini membentuk
bayangan terbalik dari objek asli seperti pada percobaan lensa kamera.

Berdasarkan percobaan di atas, jika s meningkat (benda mendekat),


maka s’ akan berkurang, mengakibatkan bayangan yang lebih besar.
Sebaliknya, jika s berkurang (benda menjauh), s’ akan meningkat,
mengakibatkan bayangan yang lebih kecil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 Kesimpulan

Prinsip kerja alat optik teleskop dan kamera didasarkan pada sifat pemfokusan
cahaya oleh lensa. Teleskop menggunakan lensa objektif untuk mengumpulkan
cahaya dari objek yang diamati dan membentuk bayangan yang diperbesar di titik
fokusnya. Lensa okuler kemudian digunakan untuk memperbesar bayangan tersebut
sehingga dapat diamati oleh mata manusia. Prinsip kerja keduanya didasarkan pada
pemfokusan cahaya oleh lensa untuk membentuk bayangan yang dapat diamati atau
direkam.

Dapat disimpulkan bahwa bayangan dapat dibentuk oleh lensa melalui proses
pemfokusan cahaya yang masuk. Ketika cahaya melewati lensa, lensa akan
memfokuskan cahaya tersebut ke titik fokusnya. Sebagai hasilnya, bayangan dari
objek akan terbentuk di belakang lensa pada jarak tertentu, tergantung pada sifat lensa
dan jarak objek dari lensa tersebut

 Saran
Sebaiknya materi alat-alat optik ini perlu dikaji dan dipahami lebih dalam,
agar materi ini dapat dipahami dan dikuasai dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Sears, Zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern (Terjemahan).
Bandung: Penerbit Binacipta.

Foster, Bob. 2012. Fisika Terpadu Untuk SMA/MA Kelas X Semester 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Nursyamsuddin. 2008. Panduan Praktikum Terpilih Fisika SMA Untuk Kelas X. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai