ELEKRONIKA ANALOG
Disusun Oleh :
Nama : Aryachiyah Aufa Wafro
NIM : K2320017
Semester / Kelas :3/A
Nama Asisten : Restu Hidayat
Rekan Kerja :
Ardy Dwi Saputra
(K2320016)
Laitatul Bilkisa Putri Martandang
(K2320048)
SURAKARTA
2021
I. JUDUL : Karakteristik Trasnsistor Bipolar
II. TUJUAN : Mempelajari karakteristik transistor bipolar
III. DASAR TEORI :
Transistor merupakan kependekan dari “Current-Transferring Resistor”.
Komponen ini pertama kali ditemukan oleh William Shockley, John Bardenn,
dan Walter Brattain ketika sedang bekerja dalam Laboratorium Telepon Bell
pada tahun 1947. Transistor umumnya digunakan pada rangkaian penguat
(amplifier) dan menjadi blok dasar dari integrated circuit (IC) (Arief, Eka, &
Chandra, 2010). Transistor berfungsi sebagai penguat arus, karena besar arus
yang dikuatkan dapat diubah ke dalam tegangan, maka dapat dikatakan
transistor sebagai penguat tegangan. Selain itu, transistor juga dapat berfungsi
sebagai switch electronic, stabilitas tegangan, dan modulasi sinyal. (Tasdik &
Tony, 2010)
Transistor yang bekerja berdasarkan arus inputnya disebut transistor
jenis Bipolar Junction Transistor (BJT) sedangkan yang bekerja berdasarkan
tegangan inputnya disebut transistor efek medan (FET). Transistor dwi kutub
(Bipolar Junction Transistor) merupakan komponen semi konduktor tipe p
dan n dengan struktur sebagaimana dua dioda yang disatukan dan memiliki
jumlah kaki atau pin sebanyak tiga buah yaitu, Emitor (E), Basis (B), dan
Collector (C).
Untuk membedakan transistor PNP dan NPN dapat dilihat dari arah
panah pada kaki emitornya. Pada transistor PNP anak panah mengarah ke
dalam dan pada transistor NPN arah panahnya mengarah keluar. Untuk
transistor NPN, tegangan bias pada basis harus lebih positif dari emitor.
Semakin tinggi arus bias pada basis, maka transistor semakin jenuh (semakin
ON) dan tegangan kolektor-emitor (VCE) semakin rendah. Untuk dapat
bekerja, sebuah transistor membutuhkan teganga bias pada basisnya.
Kebutuhan tegangan bias ini berkisar 0,5 sampai 0,7 Volt.
Dengan memandang transistor sebagai sebuah titik, maka sesuai hukum arus
Kirchoff. 𝐼𝐸=𝐼𝐵+𝐼𝐶
IE : Arus emitter (A)
IC : Arus collector (A)
IB : Arus base (A)
Perbandingan antara arus kolektor (IC) danarus emitter (IE) disebut alpha DC
(𝛼DC)
𝐼𝐶
αDC =
𝐼𝐸
Besar penguatan arus antara bagian kolektor terhadap basis beta DC atau hFE
yaitu
𝐼𝐶
βDC = hFE =
𝐼𝐸
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh arus emitter: 𝐼𝐸=(βDC +1) 𝐼𝐵
(Arief, Eka, & Chandra, 2010)
Arus base pada transistor sangat kecil tetapi sangat penting karena arus
base yang kecil mengendalikan arus yang lebih besar pada collector dan
emitter. Current gain adalah salah satu karakteristik transistor. Current gain
biasanya disimbolkan dengan β atau hFE yang merupakan hasil pembagian
antara arus collector (IC) dengan arus base (IB) transistor. Transistor untuk
tipe yang sama belum tentu mempunyai harga β yang sama. Karakteristik dari
BJT biasanya digambarkan dalam bentuk kurva yang menggambarkan
hubungan tegangan dan arus yang diberikan pada terminal dari transistor.
Karakteristik dari transistor ada 2 yaitu karakteristik input dan karakteristik
output. Pada pembahasan ini dibahas karakteristik transistor dengan
menggunakan konfigurasi common emitter. Karakteristik input pada
transistor bipolar digambarkan dengan kurva perbandingan IB – VBE dalam
rentang VCE, sedangkan karakteristik output transistor digambarkan dengan
kurva perbandingan IC - VCE dalam rentang IB. Gambar berikut
menunjukkan karakteristik input dan output dari transistor bipolar. Kurva
karakteristik input dan output pada transistor dapat dilihat seperti dibawah ini
:
Papan rangkaian
2 1
percobaan
3 Baterai 1
4 Penjepit Buaya 2
5 Jumper 5
6 Potensiometer 1
7 Transistor 1
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2. Multimeter analog dikalibrasi.
3. Kaki basis ditentukan, sekaligus jenis transistor.
a. Kaki-kaki transistor tersebut dimisalkan dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1
kaki 2 dan kaki 3.
b. Atur multimeter ke ohmmeter x10 atau x100 kemudian kita cari kaki basis
dengan: Probe merah dihubungkan ke salah satu kaki, misal kaki 1 kemudian
probe hitam dihubungkan ke kedua kaki yang lain.
c. Konfigurasi dicari sampai diketemukan jarum meter bergerak semua. Pastikan
basis sudah ketemu dan jenis transistor NPN atau PNP.
Keterangan:
a) Apabila multimeter memberikan nilai ukur resistansi yang rendah (jarum
bergerak lebar) pada keduanya maka kaki 1 adalah kaki basis untuk transistor
PNP dan NPN apabila probe pada posisi kaki 1 adalah probe hitam dengan hasil
ukur seperti sebelumnya. Jika hanya pada satu kaki 2 atau 3 saja yang bergerak
kemungkinan basisnya 2 atau 3.
b) NPN: Kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor probe merah maka jarum
bergerak. Kemudian bila dibalik kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor
probe hitam jarum tidak bergerak.
c) PNP: Kaki basis probe merah, kaki emitor dan kolektor probe hitam maka jarum
bergerak. Kemudian bila dibalik kaki basis probe hitam, kaki emitor dan kolektor
probe merah jarum tidak bergerak.
4. Kaki kolektor dan emitor ditentukan
a. Seting multimeter dipindah ke ohmmeter x10Kohm
b. Untuk transistor NPN
i. Probe hitam dihubungkan pada salah satu kaki selain basis dengan cara
menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan kaki transistor
dipegang jadi satu).
ii. Probe merah dihubungkan pada kaki yang lain juga selain basis) dan jangan
disentuh dengan jari tangan.
iii. Sentuh kaki basis dengan jari tangan.
iv. Jika jarum meter tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain.
v. Sentuh kembali kaki basis dengan jari tangan.
vi. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka dapat dipastikan kaki yang
dipegang bersama probe hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe merah)
adalah emitor.
c. Untuk transistor PNP
i. Probe merah dihubungkan pada salah satu kaki selain basis dengan cara probe
ditempelkan bersama jari tangan kita (probe dan kaki transistor dipegang jadi
satu).
ii. Probe hitam dihubungkan pada kaki yang lain juga selain basis) dan jangan
disentuh dengan jari tangan.
iii. Sentuh kaki basis dengan jari tangan.
iv. Jika jarum meter tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain.
v. Sentuh kembali kaki basis dengan jari tangan.
vi. Jika jarum meter bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan kaki yang
dipegang bersama probe merah adalah kolektor, kaki yang lain (probe hitam)
adalah emitor.
5. Alat dirangkai :
a. Kaki basis dihubungkan dengan kaki ke-2 potensiometer
b. Kaki kolektor dihubungkan dengan kaki positif potensiometer
c. Kaki emitor dihubungkan dengan kaki negatif potensiometer
d. Potensiometer dihubungkan dengan baterai secara paralel
6. Mengambil data:
a. Setelah alat dirangkai, dapat dihitung nilai Ib, Ic, Vbe, dan Vce
b. Nilai Ib dicari, hubungkan probe merah multimeter analog dengan kaki ke-2
potensiometer dan probe hitam multimeter analog dengan kaki basic transistor
c. Secara manual, hitung angka yang ditunjuk oleh jarum meter
d. Nilai Ic dicari, hubungkan probe merah multimeter analog dengan kaki positif
potensiometer dan probe hitam multimeter analog dengan kaki kolektor transistor
e. Secara manual, hitung angka yang ditunjuk oleh jarum meter
f. Nilai Vbe dicari, hubungkan probe merah multimeter analog dengan kaki basic
transistor dan probe hitam dengan kaki emitor transistor
g. Secara manual, hitung angka yang ditunjuk oleh jarum meter
h. Nilai Vce dicari, hubungkan probe merah multimeter analog dengan kaki kolektor
transistor dan probe hitam dengan kaki emitor transistor
i. Secara manual, hitung angka yang ditunjuk oleh jarum meter
j. Pengambilan data diulangi sehingga didapatkan 5 data
Mencari 𝐼𝐵
Mencari 𝑉𝐵𝐸
Rangkaian Alat
Grafik Ib terhadap Ic
0.015
y = 475.78x - 0.0054
Ic dalam (Ampere)
0.01
0.005
0
0 0.000005 0.00001 0.000015 0.00002 0.000025 0.00003 0.000035
-0.005
Ib dalam (Ampere)
0.000025
0.00002
0.000015
0.00001
0.000005
0
0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.78 0.8 0.82
Vbe dalam (volt)
Dari grafik di atas didapat semakin tinggi nilai Ib maka akan
didapatkan nilai Vbe yang lebih besar pula. Tetapi pada gambar
grafik ditujukan adanya kenaikan tetapi tidak berbentuk linear
dengan sempurna.
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
-0.002 0 1 2 3 4 5 6
-0.004
Vce dalam (Volt)
Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai Vce semakin turun apabila nilai
Ic juga semakin turun. Arus kolektor akan naik secara tajam dan
akan mendekati nilai konstan. Akan tetapi ada keadaan dimana
ketika nilai Ic nya besar tetapi Vce. Yaitu ketika percobaan kelima.
Analisis Kuantitatif
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
berupa besar Ib, Ic, Vbe, dan Vce yang masing-masing terdiri dari 5 data
percobaan. Besar Ib yang diperoleh yaitu senilai 0,000008 A, 0,00001 A,
0,000019 A, 0,000024 A, dan 0,000029 A. Besar Ic yang diperoleh yaitu
senilai 0,00003 A, 0,0003 A, 0,0008 A, 0,0011 A, dan 0,0135 A. Besar
Vbe yang diperoleh yaitu senilai 0,7 V; 0,725 V; 0,75 V; 0,775 V, dan
0,8 V. besar Vce yang diperoleh yaitu senilai 5,6 V; 5,1 V; 4,5 V; 4,4 V,
dan 3,8 V.
VIII PEMBAHASAN
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat bahan yang akan
digunakan. Kemudian langkah kedua adalah menentukan kaki basis,
sekaligus menentukan jenis transistor dengan memisalkan kaki-kaki transistor
tersebut dengan nama lain, sebagai contoh kaki 1 kaki 2 dan kaki 3.Lalu,
mengatur multimeter ke ohmmeter x10 atau x100, kemudian kita cari kaki
basis dengan cara mengubungkan probe merah ke salah satu kaki, misal kaki
1 kemudian probe hitam dihubungkan ke kedua kaki yang lain. Kemudian
mencari konfigurasi sampai diketemukan jarum meter bergerak semua.
Kemudian memastikan basis sudah ketemu dan jenis transistor NPN atau
PNP. Langkah ketiga adalah menentukan kaki kolektor dan emitor .
Kemudian, menyeting multimeter lalu memindahkan ke ohmmeter x10
Kohm. Untuk transistor NPN,menghubungkan probe hitam pada salah satu
kaki selain basis dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita
(probe dan kaki transistor dipegang jadi satu).Kemudian, menghubungkan
probe merah pada kaki yang lain juga selain basis) dan jangan disentuh
dengan jari tangan. Lalu, menyentuhkan kaki basis dengan jari tangan.Jika
jarum meter tidak bergerak, balik posisinya ke kaki yang lain. Selanjutnya,
menyentuhkan kembali kaki basis dengan jari tangan. Jika jarum meter
bergerak cukup lebar maka bisa dipastikan kaki yang dipegang bersama probe
hitam adalah kolektor, kaki yang lain (probe merah) adalah emitor.Untuk
transistor PNP, menghubungkan probe merah pada salah satu kaki selain
basis dengan cara menempelkan probe bersama jari tangan kita (probe dan
kaki transistor dipegang jadi satu). Kemudian, menghubungkan probe hitam
pada kaki yang lain juga selain basis) dan jangan disentuh dengan jari tangan.
Selanjutnya, menyentuhkan kaki basis dengan jari tangan.Jika jarum meter
tidak bergerak, membalik posisinya ke kaki yang lain. Selanjutnya,
menyentuh kembali kaki basis dengan jari tangan. Jika jarum meter bergerak
cukup lebar maka bisa memastikan kaki yang dipegang bersama probe merah
adalah kolektor, kaki yang lain (probe hitam) adalah emitor. Langkah ke
empat yaitu, merangkai alat dengan mubungkan kaki basis dengan kaki ke-2
potensiometer. Kemudian , menghubungkan kaki kolektor dengan kaki positif
potensiometer. Lalu, menghubungkan kaki emitor dengan kaki negatif
potensiometer. Langkah selanjutnya, menghubungkan potensiometer dengan
baterai secara paralel. Langkah ke lima , yaitu mengambil data. Setelah
merangkai alat, dapat menghitung nilai Ib, Ic, Vbe, dan Vce, kemudian
mencari nilai Ib, menghubungkan probe merah multimeter analog dengan
kaki ke-2 potensiometer dan probe hitam multimeter analog dengan kaki
basic transistor. Kemudian menghitung secara manual angka yang ditunjuk
oleh multimeter. Selanjutnya, mencari nilai Ic lalu menghubungkan probe
merah multimeter analog dengan kaki positif potensiometer dan probe hitam
multimeter analog dengan kaki kolektor transistor. Kemudian, menghitung
secara manual angka yang ditunjuk oleh multimeter.
Analisis Kesalahan
Dalam pembahasan diatas ternyata praktikum yang dilakukan
hasilnya belum sesuai dengan dasar teori yang ada. Hal ini bisa diakibatkan
kesalahan praktikan saat melakukan percobaan karena praktikan
menggunakan multimeter analog maka tingkat ketidak akuratan pada saat
membaca data juga semakin besar. Selain itu, dugaan dari praktikan yaitu
karena penggunaan sumber tegangan yang cukup kecil sehingga data yang
didapatkan belum sesuai dengan yang diinginkan.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa karakteristik transistor bipolar adalah sebagai
berikut :
1. Transistor bipolar memiliki karakteristik 2 jenis konfigurasi yaitu
PNP dan NPN
2. Kaki emitor dan kolektor tersusun atas bahan yang sama akan tetapi
dalam pengaktifannya emitor dan kolektor terpasang terpisah
karena antara emitor dan kolektor mempunyai besaran yang
berbeda.
3. Hubungan antara Ib dengan Ic adalah apabila ada kenaikan dari Ib
maka diikuti pula dengan kenaikan dari Ic. Hubungan antara Vbe
dengan Ib adalah sebagai input. Dan hubungan antara Vce dengan
Ic adalah sebagai output.
4. Hubungan hambatan (resistansi) terhadap tegangan (Voltase)
berbading lurus, sedangkan hambatan (resistansi) dengan Arus
berbanding terbalik.
X. DAFTAR PUSTAKA
Abtokhi, Ahmad dan Burhan. (2009). Perancangan Alat Pengaman Motor dengan
Memanfaatkan Sensor Getar dan Gelombang Radio FM. Jurnal Neutrino Vol 2,
No 1, Oktober 2009
Malvino, A. dan J. Bates B. 2016. Electronic Principles, Eight Edition. New York:
McGraw-Hill Education
Saptadi, Arief Hendra, dkk. (2010). Aplikasi Perhitungan Pembiasan pada Transistor
Dwi Kutub NPN dengan Visual Basic 6.0. Jurnal Infotel. No. 1 Vol 2, Hal 44
Tasdik & Tony. 2017. Perancangan Rangkaian Penguat Daya dengan Transistor. Jurnal
Sutet, No. 2 Vol. 7, Hal. 88-89.