ELEKTRONIKA NUKLIR
MODUL 07
RANGKAIAN KOINSIDEN
Disusun Oleh :
KELOMPOK G
Asiten Praktikum :
2020
BAB 1
LANDASAN TEORI
Transistor pada umumnya digolongkan menjadi dua jenis besar, yaitu jenis
BJT (Bias Junction Transistor) dan jenis FET (Field Effect Transistor). Namun,
yang sering digunakan yaitu jenis BJT dikarenakan transistor jenis FET sering
digunakan untuk kinerja yang membutuhkan kecepatan yang tinggi.
Bahan dasar pembuatan transistor antara lain Silikon, Germanium, dan
Galium Arsenide. Kemudian, untuk kemasan dari transistor biasa terbuat dari
plastik, metal, atau surface mount, dan ada beberapa juga jenis transistor yang
dikemas dalam satu wadah biasa disebut IC (integrated circuit).
Fungsi dari transistor bermacam-macam tergantung jenis transistor yang
digunakan. Pada umumnya penggunaan transistor pada rangkaian analog yaitu
sebagai fungsi amplifier, mencakup pengeras suara, stabilisator, dan penguat
sinyal radio. Pada rangkaian digital, transistor digunakan sebagai memori, logic
gate, dan rangkaian-rangkaian digital lainnya.
Berdasarkan karakteristiknya Transistor BJT dibagi menjadi dua jenis
yakni Transistor jenis NPN dan PNP. Dilihat dari segi namanya yang
membedakan yakni kutub-kutub pada transistor. Pada jenis NPN (Negatif-Positif-
Negatif), sedangkan pada PNP (Positif-Negatif-Positif). Sehingga kinerja pada
kedua transistor memiliki prinsip yang berbeda.
A. Transistor NPN
Karakteristik transistor NPN dapat dilihat dari arah panah ketika
melihat sketsa gambar, namun pada bentuknya dapat dilihat melalui kaki-
kakinya. Tegangan kontruksi dan terminal untuk emitor pada NPN panah
mengarah kebawah, dapat dilihat pada gambar berikut :
N
j
j
j
j
j
j
k
j
,
k
n
Terlihat lapisan semikonduktor tipe P lebih kecil daripada 2
semikonduktor tipe N. Ruang semikonduktor tipe P yang merupakan
daerah basis dibuat lebih kecil dikarenakan mengandung banyak
muatan positif. Pada semikonduktor tipe N yang menjadi daerah emitor
ini disisipkan lebih banyak logam pengotor dibandingkan dengan
semokonduktor tipe N yang menjadi daerah kolektor, sehingga pada
daerah emitor lebih banyak terdapat elektron bebas dibandingkan
dengan daerah kolektor, walaupun kedua daerah ini dibuat dari bahan
yang sama yaitu semikonduktor tipe N.
Arus aliran NPN mengalir dari kolektor ke emitor sehingga untuk
mengalirkan arus tersebut dibutuhkan sambungan ke sumber positif
pada kaki basis. Apabila arus pada basis berkurang, maka arus yang
mengalir pada kolektor ke emitor juga berkurang hingga titik cutoff.
Tegangan pada kinerja NPN dimulai ketika mengenai kaki basis
hingga titik saturasi, kemudian arus mulai mengalir sebagaimana
mestinya. Contoh rangkaian sederhana pada NPN yaitu pada gambar
berikut :
Transistor tipe BJT akan bekerja jika kaki-
kaki transistor diberi tegangan bias. Pemberian
tegangan bias juga memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing tergantung metode
yang digunakan. Namun, jika terintegrasi
dengan IC, pemberian tegangan bias tidak perlu
dilakukan karena sudah menjadi satu pada IC,
seperti gambar disamping. Namun, jika
rangkaian diberi tegangan bias dapat dilihat pada rangkaian dibawah
ini :
Dapat dilihat pada pemberian tegangan bias
agar rangkaian transistor bekerja memerlukan
hambatan dimana pemberian hambatan tersebut
berlaku untuk Rb (Hambatan basis) dan Rc
(Hambatan Kolektor), sehingga pada rangkain
tersebut memerlukan pula Vbb (Tegangan bias)
dan Vcc sebagai sumber teganan.
B. Transistor PNP
Pada transistor PNP arus mengalir pada kaki basis sehingga transistor
off. Arus akan mengalir jika kaki basis diberi sambungan ke ground (-) dan
dapat menginduksi arus pada kaki emitor ke kolektor. Transistor PNP
memakai arus base kecil dan teganan bsae negative guna mengontrol arus
emitter-kolektor yang jauh lebih besar. Dengan kata lain, untuk transistor
PNP emitter memiliki nilai lebih positif terhadap base dan juga terhadap
kolektor.
B. Daerah Saturasi
D. Daerah Breakdown
B. Rangkaian Koinsiden
C. Time Koinsiden
= 7,136 s
BAB 3
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sedemikian rupa agar pulsa yang
dikeluarkan koinsiden. Koinsiden sendiri berarti hampir sama dengan kata lain
terdapat dua pulsa atau lebih yang keluaran pulsanya memiliki kenaikan yang
waktunya mendekati sama. Sehingga terdapat istilah time coincidence. Selang
waktu antara dua pulsa atau lebih tersebut berkisar 10-3 hingga 10-21. Jadi sangat
kecil sekali selang waktu yang dihasilkan.
Waktu koinsiden yang dihasilkan pada praktikum kali ini yaitu 7,136 s
mikro sekon. Hasil tersebut diperoleh dari T2-T1 pada tampilan hasil osiloskop.
Cara menentukan T2 atau T1nya dengan memperhatikan bagaiman kedua sinyal
tersebut mulai mengalami kenaikan. Pulsa-pulsa yang dikeluarkan selalu mungkin
didapatkan resolving time dari koinsiden unit yang mempunyai nilai terbatas dan
dapat terjadi hanya bila efisiensi dari transistor tidak 100% atau tidak dalam
kinerja maksimum, maka dari itu frekuensi yang diatur pada praktikum hanya
600Hz saja serta voltase cukup 5V.