TRANSISTOR BIPOLAR
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Nabila Milea Hanum (18033157)
M. Ridwan Azizi (18033099)
Tomi Sadewa (15033137)
Kurnia Andini ( 18033097)
Edja Annisa Septia ( 18033060)
Pada dasarnya suatu penguat terdiri dari transistor sebagai komponen utama, letapi
jenis transistor yang digunakan dapat berbeda-beda seperti transistor dalam bipolar,
JFET, MOSFET, transistor yang sudah tergabung dalam suatu IC, dan sebagainya.
Walaupun demikian tidak berarti peran dari komponen-komponen lain seperti resistor,
kapasitor, potensiometer, catu daya diabaikan. Gabungan dari beberapa komponen
tersebut telah melahirkan penguat yang berkualitas tinggi.
Transistor dalam elektronika termasuk kedalam komponen aktif, yang berarti untuk
dapat bekerja transistor perlu diberi catu daya (diberi bias). Peranan catu daya sangat
diperlukan untuk memberikan bias terhadap transistor. Dengan demikian suatu transistor
akan dapat bekerja apabila diberi catu daya.
Transistor yang digunakan pada penguat dalam buku ini adalah transistor bipolar
yang terbuat dari persambungan p-n. Pada dasarnya transistor berasal dari dua kata yaitu
transfer dan resistor. Dari kedua kata ini dapat dikemukakan definisi dari transistor yaitu
transfer arus listrik dari resistansi rendah ke resistansi tinggi. Transistor adalah suatu
piranti semikonduktor yang umumnya digunakan untuk memperkuat atau mensaklar
sinyal elektronika. Suatu transistor dibuat dari material semikonduktor dengan tiga
terminal untuk menghubungkannya ke rangkaian eksternal.
lapisan tipe lapisan dari tipe p dan satu lapisan dari tipe n dari material. Bentuk ini
disebut transistor tipe pnp. Karena itu, ada dua macam transistor bipolar yang digunakan
yaitu jenis pnp dan npn.
Dalam elektronika terdapat beberapa fungsi dari transistor antara lain: transistor
sebagai penguat, transistor sebagai saklar elektronika, transistor sebagai multivibrator,
dan sebagainya Transistor dapat berperan sebagai penguat. Transistor menyediakan
penguatan daya, penguatan tegangan, atau penguatan arus (Millman, H: 1972).
Suatu transistor bipolar terdiri dari tiga kaki meliputi : kaki emitor, base, dan
kolektor. Pemberian nama masing-masing kaki transistor sesuai dengan fungsinya.
Emitor didoping sangat banyak dan berfungsi untuk mengemisikan atau menginjeksikan
elektron ke dalam basis. Basis didoping sedikit dan sangat tipis yang berfungsi untuk
melewatkan sebagian besar elektron-elektron yang diinjeksikan dari emitor ke kolektor.
Tingkat doping (doping level) dari kolektor berada pada tingkat menengah, antara tingkat
doping dari emitor dan tingkat doping dari basis kolektor dinamakan demikian, karena
kolektor mengumpulkan atau menangkap elektron-elektron dari basis (Malvino: 1986)
Gambar 9.3. Simbol skematik transistor, Tipe npn dan Tipe pnp
Perbedaan antara transistor tipe npn dan pnp terletak pada polaritas pemberian
tegangan bias dan arah arus listrik yang selalu berlawanan. Dari segi fungsinya kedua
tipe trausistor ini memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai pengantar arus listrik.
Transistor dapat membatasi arus listrik yang mengalir dari kolektor ke emitor atau
sebaliknya tergantung kepada tipe transistor yang digunakan.
C Konfigurasi Transistor
Suatu transistor bipolar adalah suatu piranti dengan tiga terminal sehingga ada tiga
kemungkinan cara untuk menghubungkannya dengan suatu rangkaian elektronika dengan
satu terminal digunakan secara bersama. Masing -masing metoda dari hubungan
memiliki respon yang berbeda pada sinyal masukan dalam suatu rangkaian sebagai
karakteristik statik dari transistor. Secara umum ada tiga konfigurasi dari transistor
bipolar yaitu konfigurasi common base memiliki penguatan tegangan tetapi tidak ada
penguatan arus, konfigurasi common emitor memiliki penguatan tegangan maupun
penguatan arus, dan konfigurasi common kolektor memiliki penguatan arus tanpa
penguatan tegangan.
Arus listrik pada emitor dipengarulhi oleh tegangan bias antara base dan emitor.
Karakteristik statik masukan untuk konfigurasi commoa base menyatakan hubungan
antara arus emitor dengan tegangan bias emitor-base. Grafik hubungan antara arus
emitor IE dengan tegangan VEB diperlihatkan pada Gambar 9.3
Gambar 9.6. Karakteristik Statik Masukan Konfigurasi Common Base (Robert L. B: 1999)
Pada Gambar 9.6, untuk suatu tegangan VBC, bila tegangan VBE kecil tidak ada
arus emitor dan arus mulai ada pada tegangan sekitar 0,6 Volt. Pada tegangan di atas
0,6 Volt arus emitor naik dengan cepat. Karakteristik ini mirip dengan karakteristik
dioda dalam keadaan bias maju. Untuk nilai tegangan Ve lebih kecil kelengkungan
arus emitor bergeser kearah kanan.
Persamaan tegangan pada loop keluaran dari konfigurasi common base S dapat
dituliskan dalam bentuk:
VCC = IC RC + VCB (9.3)
Arus listrik pada kolektor dapat dirumuskan dalam bentuk :
𝑉𝐶𝐶 −𝑉𝐶𝐵
𝐼𝐶 = (9.4)
𝑅𝐶
Pada Persamaan (9.4) dapat dijelaskan arus kolektor dipengaruhi oleh tegangan
bias kolektor-base. Karakteristik statik keluaran untuk konfigurasi common base
menyatakan hubungan antara anus kolektor IC dengan tegangan kolektor-base VCB
Hubungan ini diperlihatkan pada Gambar 9.7
Gambar 9.7. Karakteristik Statik Keluaran Konfigurasi Common Base (Robert L.B: 1999)
Untuk aplikasi praktis, besar faktor pengaatan arus base ditanahkan secara
pendekatan dapat ditulis seperti:
𝐼𝐶
𝛼≈ (9.6)
𝐼𝐸
Dari persamaan (9.6) dapat dijelaskan bahwa faktor penguatan arus bace
ditanahkan tidak dapat didefenisikan sebagai perbandingan arus kolektor dengan
arus emitor. Namun nilainya secara pendekatan dapat ditentukan dari arus kolektor
dan arus emitor.
2. Konfigurasi Common Emitor
Dalam konfigurasi common emitor terminal emitor digunakan secara bersama
antara sinyal masukan maupun sinyal keluaran. Dengan menggunakan cara ini
transistor memiliki beberapa keuntungan seperti impedansi masukan sedang,
impedansi keluaran sedang, dan penguatan arus tinggi. Konfigurasi common emitor
(CE) adalah konfigurasi yang sering digunakan dalam rangkaian penguat praktis
karena konfigurasi ini menyediakan penguatan tegangan, arus, dan daya yang baik,
Masukan dari konfigurasi common emitor diberikan pada rangkaian base-emitor dan
keluaran diambil dari rangkaian kolektor-emitor membuat elemen emitor secara
bersama untuk kedua masukan dan keluaran.
Gambar 9.8. Karakteristik Statik Masukan Konfigurasi Common Emitor (Robert L. B: 1999)
Pada Gambar 9.8, dapat dijelaskan bahwa untuk tegangan VBE kecil tidak ada
ans mengalir pada base transistor. Arus mulai ada pada seat tegangan mendekati
tegangan potong. Bila tegangan diperbesar di atas legangan potong maka arus base
akan naik dengan cepat untuk suatu selting tegangan VCE. Karakteristik in mirip
dengan karakterisitik diode dalam keadaan bias maju. Bila tegangan VCE diperbesar
terlihat kurva arus base bergeser kearah kanan
Dengan cara yang sama dapat pula ditentukan persamaan tegangan pada loop
keluaran dengan menerapkan hukum Kirchhoff tentang tegangan. Persaman
tegangan pada loop keluaran untuk konfigurasi common emitor adalah
VCC = IC RC + VCE (9.9)
Arus listrik pada kolektor dapat dirumuskan dalam bentuk
𝑉𝐶𝐶 −𝑉𝐶𝐸
𝐼𝐶 = (9.10)
𝑅𝐶
Arus listrik pada kolektor sebagai fungsi dari tegangan bias kolektor-base
Karakteristik statik keluaran untuk konfigurasi common emitor menyatakan
Iubungan antara arus kolektor IC dengan tegangan VCE. Kurva karakteristik statik
keluaran untuk konfigurasi ini dapat diperhatikan pada Gambar 9.9
karakteristik yang dihasilkan lebih tinggi, tetapi dengan pola kemiringan yang
hampir sama.
Untuk konfigurasi common emitor perbandingan dari perubahan yang kecil
dari arus kolektor terhadap perubahan arus yang kecil dari arus base pada suatu
tegangan kolektor-emitor konstan disebut faktor penguatan arus emitor ditanahkan
dan dilambangkan dengan 𝛽. Berdasarkan definisi, faktor penguatan arus emitor
ditanahkan dapat dituliskan dalam bentuk
∆𝐼𝐶
𝛽= (9.11)
∆𝐼𝐵
Dalam hal praktis, secara pendekatan besamya faktor penguatan arus emitor
ditanalhkan dapat ditentukan dari persamaan
𝐼𝐶
𝛽≈ (9.12)
𝐼𝐸
Perbandingan antara arus kolektor dengan arus base secara pendekatan adalah faktor
penguatan arus emitor ditanahkan. Karena itu, hubungan antara faktor penguatan
arus emitor ditanahkan dengan faktor penguatan arus base ditanahkan adalah
𝛼
𝛽= (9.16)
1−𝛼
Dalam hal praktis faktor penguatan arus dari β suatu transistor dapat
ditentukan dari percobaan atau diukur secara langsung dengan menggunakan
multimeter digital. Sementara itu faktor penguatan arus α dapat ditentukan apabila
nilai β diketahui. Sebagai contoh untuk β = 100 dilapatkan nila α = 0,990 sedangkan
β = 150 didapatkan nilai α = 0,993. Biasanya nilai faktor penguatan arus β dari suatu
transistor besar dalam range sekitar 80 sampai 300. Karena itu nilai faktor penguatan
arus α bernilai sekitar 1.
3. Konfigurasi Common Kolektor
Konfigurasi common kolektor adalah terminal kolektor digunakan secara
bersama antara terminal masukan dan terminal keluaran. Sebagai terminal masukan
dalam konfigurasi ini adalah base sedangkan sebagai terminal keluaran adalah
emitor. Dalam konfigurasi common kelektor masukan diberikan pada base keluaran
diambil dari emitor, dan kolektor adalah elemen yang digunakan secara bersama
untuk kedua masukan dan keluaran.
emitor. Dan besarnya arus emitor sama dengan arus kolektor yang ditambah dengan
arus basis (β ditambah 1).
Bila polaritas dari dioda dibalik, dengan jalan mensiubstitusikan tegangan bias V
dengan (-V) didapat karakteristik arus-tegangan mundur dari dioda:
𝑞𝑣
𝐼𝑟 = 𝐼𝑠 (𝑒 − 𝑘𝑇 − 1) (9.19)
dimana:
If = arus total dioda dengan tegangan maju (forward bias)
Ir = arus total dioda dengan tegangan mundur (reverse bias)
V = tegangan total yang melintas lapisan pengosongan
k = konstanta Boltzmann
T = suhu mutlak
Kedua Persamasan (9.18) dan (9.19) disebut dengan persamaan diode.
Konduktansi listrik merupakan kemampuan bahan dalam menghantarkan arus
listrik. Dalam hal ini konduktansi listrik dapat didefinisikan sebagai laju perubahan
arus dioda total terhadap tegangan total yang melintas lapisan pengosongan.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan untuk karakteristik arus-tegangan
maju dapat ditentukan konduktansi listrik dalam dioda p-n:
𝑑𝐼
𝑔= (𝐼 + 𝐼𝑆 ) (9.20a)
𝑑𝑉
Pada temperatur kamar diketahui harga
𝑞
= 40 (9.20b)
𝐾𝑇
Pada kondisi ini konduktansi listrik dari dioda total diberikan:
𝑑𝐼
𝑔= = 40(𝐼 + 𝐼𝑆 ) (9.21)
𝑑𝑉
Di sisi lain hambatan (resistansi) merupakan kemampuan dari bahan dalam
menahan aliran listrik. Karena itu, hambatan merupakan kebalikan dari
konduktansi listrik.
𝐼 25
𝑟𝑒 = = (9.22a)
40 (𝐼+ 𝐼𝑆 ) (𝐼+ 𝐼𝑆 )𝑚𝐴
Pada penguat sinyal kecil hambatan re ini sangat penting, karena hampir selalu
digunakan untuk menganalisis menganalis AC dari penguat. Pemahaman yang
bailk terhadap hambatan re akan membantu dalam menganalisis rangkaian setara
dari berbagai macam penguat sinyal kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Millman, Jacob & Cristos C. Jalkias. 1986. Elektronika Terpadu. Jakarta; Erlangga
Yohandri dan Asrizal. 2014. Elektronika Dasar 1. Padang : Universitas Negeri Padang