Anda di halaman 1dari 8

JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA

ISSN: 2355 – 7109


Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id http://fkip.unsri.ac.id/index.php/menu/104

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL


BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN KALOR DI SMP NEGERI 2
PAMONA TIMUR
Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu dan Sahrul Saehana
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu – Sulawesi Tengah
sahrulsaehana@gmail.com

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan kalor di
SMP Negeri 2 Pamona Timur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen kuasi dengan
desain “Equivalen Pretest- Postest Grup Design”. Sampel dipilih menggunakan teknik
purpose sampling. Kelas VII B sebagai kelas kontrol dan kelas VII A sebagai kelas
eksperimen. Instrument yang digunakan berupa tes hasil belajar fisika dalam bentuk pilihan
ganda yang telah divalidasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, untuk kelas eksperimen
diperoleh rerata skor tes akhir adalah 8,54 dengan standar devisiasi 2,69. Untuk kelas kontrol
diperoleh rerata skor 5,33 dengan standar devisiasi 2,57. Hasil pengujian hipotesis diperoleh
niai = 4,22 dan = 2,02. Ini berarti bahwa nilai berada diluar daerah penerimaan .
Hasil ini memberi peluang untuk menyatakan terdapat perbedaan hasi; belajar fisika antara
kelas control dan kelas eksperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh
model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan kalor
di SMP Negeri 2 Pamona Timur.
Kata Kunci : Model Discovery Learning, Pembelajaran Langsung (DI), Hasil Belajar

PENDAHULUAN menjelaskan uraian materi guru dapat


menggunakan alat-alat bantu seperti gambar
Fisika merupakan salah satu ilmu sains
dan audio visualnya. Metode ini dipandang
yang penting untuk dipelajari karena
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan
memiliki banyak konsep-konsep yang
literatur atau rujukan yang sesuai dengan
digunakan pada kehidupan sehari-hari.
jangkauan daya faham siswa. Metode ini
Pemahaman konsep siswa dalam materi
sampai sekarang masih sering digunakan.
fisika sangat dibutuhkan agar dapat dengan
Guru biasanya belum merasa puas jika tidak
mudah diterapkan ke dalam kehidupan
melakukan ceramah. Seolah-olah jika tidak
sehari-hari. Oleh karena itu, agar dapat
ada ceramah tidak ada proses pembelajaran.
meningkatkan pemahaman konsep yang
Dengan menggunakan metode ini akan
dimiliki oleh siswa dibutuhkan kerja sama
membuat pembelajaran menjadi
yang baik antara guru dan siswa dalam proses
membosankan dan siswa akan menjadi pasif,
pembelajaran.
karena tidak berkesempatan untuk
Salah satu metode pembelajaran yang menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
sering digunakan dalam kegiatan belajar Siswa hanya aktif membuat catatan saja,
mengajar adalah ceramah. Menurut Sagala kepadatan konsep-konsep yang diberikan
(dalam Pramukti, 2013) metode ceramah dapat berakibat siswa tidak mampu
adalah sebuah bentuk interaksi melalui menguasai bahan yang diajarkan. Selain itu,
penuturan lisan dari guru kepadapes erta pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah
didik. Dalam pelaksanaannya untuk lebih cepat terlupakan dan akan membuat

119
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana

siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Sesuai
tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. dengan pendapat Slameto (2010) yang
Dan pembelajaran akan menjadi tidak menyatakan bahwa model mengajar guru
bermakna. yang kurang baik akan mempengaruhi hasil
Menurut Ausebel (dalam Yogihati, belajar siswa sehingga model atau metode
2013) mempertentangkan antara belajar mengajar yang digunakan harus tepat, efisien
bermakna dengan belajar hafalan. Belajar dan efektif. Oleh dari itu, perlu digunakan
hafalan tidak selamanya jelek tetapi hal ini sebuah model yang dapat menempatkan
dilakukan bila menghendaki penyimpanan siswa sebagai subjek (pelaku) pembelajaran
informasi yang bentuknya persis sama dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator
dengan bentuk yang diterima. Keterbatasan dalam proses pembelajaran tersebut Untuk
belajar hafalan hanya bertahan dalam waktu mencapai kondisi tersebut penggunaan
beberapa jam atau beberapa hari saja, model pembelajaran yang dapat membuat
sedangkan belajar bermakna lebih tahan lama siswa dapat aktif mengeluarkan pendapat dan
untuk diingat. Selain itu, belajar bermakna menemukan konsepnya sendiri yaitu dengan
mempermudahsiswa untuk mengembangkan menggunakan model pembelajaran discovery
pengetahuan selanjutnya. Artinya, dalam learning. Model pembelajaran ini mengarah
proses belajar yang mengarah pada siswa pada siswa untuk mengamati, menanya,
untuk mengkonstruksi apa yang telah ia mengolah, menyajikan dan mencipta
pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, sehingga proses pembelajaran akan
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam melibatkan siswa untuk menemukan sendiri
struktur pengetahuan mereka. berbagai konsep. Model pembelajaran ini
Seorang guru harus mampu menciptakan akan membantu siswa memperbaiki dan
kondisi yang interaktif, kreatif, dan mampu meningkatkan proses dan keterampilan
memotivasi siswa sehingga menjadi tidak kognitif mereka. Menurut Gagne (dalam
jenuh dalam mempelajari pelajaran fisika. Mutmaina, 2009) menyatakan pada dasarnya
Hal ini yang menjadi pertimbangan bahwa anak memiliki sifat aktif, kontruktif dan
dalam mengajarkan mata pelajaran fisika mampu merencanakan sesuatu, mampu
seorang guru harus menciptakan suasana mencari, menemukan dan menggunakan
belajar yang menyenangkan pada diri siswa. pengetahuan yang diperolehnya.
Pembelajaran akan bermakna ketika Selain itu, pertimbangan lain yang
suatu kegiatan menghubungkan konsep- memperkuat pemilihan model pembelajaran
konsep untuk mendapatkan atau discovery learning yakni siswa didorong
menghasilkan pemahaman yang utuh untuk belajar sendiri secara mandiri, mudah
sehingga konsep yang dipelajari akan dilakukan dan menyenangkan sehingga
dipahami secara baik dan tidak mudah diharapkan dapat menarik minat siswa untuk
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep
pembelajaran bermakna maka guru harus untuk memperoleh pengalaman. Penerapan
selalu berusaha mengetahui dan menggali pembelajaran penemuan memiliki kelebihan
konsep-konsep yang telah dimiliki oleh membantu siswa untuk memperbaiki dan
peserta didik dan membantu memadukannya meningkatkan keterampilan dan proses
dengan pengetahuan yang akan diajarkan. kognitif (Ilahi 2012).
Penggunaan model pembelajaran Berdasarkan uraian diatas, untuk
merupakan salah satu faktor yang mengatasi permasalahan yang dihadapi pada
proses pembelajaran fisika, peneliti tertarik

120
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104

untuk melakukan penelitian yang berjudul dalam 3 kelas. Kelas VII B sebagai kelas
“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery kontrol dan kelas VII A sebagai kelas
Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika pada eksperimen.
Pokok Bahasan Kalor di SMP Negeri 2 Berdasarkan pertimbangan guru dan
Pamona Timur”. peneliti dalam teknik pengambilan sampel
METODE PENELITIAN pada penelitian ini, maka teknik yang
Jenis penelitian ini adalah digunakan yaitu teknik purposive sampling
penelitian kuantitatif yang datanya dapat yaitu penentuan sampel dengan
diolah atau dianalisis menggunakan teknik pertimbangan tertentu. Guru dan peneliti di
perhitungan matematika atau statistika, yang sekolah mengambil kelas dengan
bersumber dari sampel dengan pemberian pertimbangan kemampuan pada tiap kedua
tes hasil belajar yang selanjutnya kelas di anggap sama. Dari pengambilan
melihat signifikansi perbedaan hasil belajar sampel maka terpilih kelas IPA A sebagai
kedua kelompok tersebut. kelas eksperimen dan kelas IPA B sebagai
kelas kontrol, kedua kelas yang dipilih
Desain penelitian yang digunakan pada merupakan kelas yang dianggap homogen
penelitian ini adalah “ equivalent pretest- secara akademik.
posttest group design”, yaitu menggunakan
Data yang diperoleh dari penelitian ini
kelas-kelas yang sudah ada sebagai
selanjutnya diolah dengan menggunakan uji
kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas
statistic berupa uji normalitas (chi kuadrat),
yang diperkirakan sama keadaan/kondisinya,
uji homogenitas (fisher), dan uji hipotesis (uji
dalam hal ini sama berdasarkan tingkat
t-dua pihak)
kecerdasan. Dimana satu kelas yang
berfungsi sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas berfungsi sebagai kelas kontrol HASIL DAN PEMBAHASAN
Sugiyono (2010). Adapun desain 1. Hasil Penelitian
penelitiannyan disajikan seperti pada Tabel 1 Hasil pengolahan data pre-test dan post-tes
Tabel 1 Desain Penelitian Equivalen Pretest- untuk masing-masing kelas yaitu kelas
Posttest Design eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai
maksimum, nilai minimum nilai rata-rata dan
standar deviasi. Seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Deskripsi Skor Tes Hasil Belajar
Fisika siswa untuk Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Keterangan:
X: Perlakuan menggunakan pembelajaran
model discovery learning
O1: Tes awal dan tes akhir
Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Pamona Timur semester genap
pada tahun ajaran 2016/2017 yang tersebar Uji normalitas data digunakan untuk

121
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana

mengetahui apakah populasi data Setelah terpenuhinya uji normalitas


berdistribusi normal atau tidak. Data yang dan homogenitas, maka dilakukan uji-t
akan diuji normalitas adalah data hasil pretest dua pihak. Uji t tersebut diperoleh
pada kelas eksperimen dan kontrol. berdasarkan data data pretest dapat dilihat
Pengujian normalitas data pada penelitian pada Tabel 5.
menggunakan uji chi-kuadrat dengan kriteria
Tabel 5 Uji Beda Rerata (dua pihak) Pretest
penerimaan taraf signifikan a = 0,05 dan
Kelas eksperimen dan kelas kontrol
derajat kebebasan dk = k – 3hasil pengujian
normalitas tes awal antara kelas eksperimen Kelas (𝑥̅ ) thitung ttabel Keputusan
maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Eksperimen 8,54
Kontrol 5,33 4,22 2,02 H1 diterima
Tabel 3
Kelas Nilai thitung ttabel Keputusan
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Tes Awal Kelas
rata-
Eksperimen dan Kelas Kontrol rata
Uraian pretest (𝑥̅ )
Eksperimen Kontrol eksperimen 5,89 0,98 2,02 Ho diterima
Sampel 23 24 kontrol 5,08
X2 hitung 3,88 5,12
X2 tabel 5,99 5,99 Berdasarkan data Tabel 5 diketahui
Keerangan normal atau 0,78 2,02. Hal tersebut
berarti, nilai berada didaerah
Dari tabel 3 terlihat bahwa nilai penerimaan . Dengan demikian
kelas eksperimen maupun kelas kontrol lebih diterima dan ditolak, dan dapat
kecil daripada nilai . Artinya, hasil disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil
ini menunjukkan bahwa datantes awal kelas belajar fisika antara kelompok siswa dengan
eksperimen maupun kelas kontrol pembelajaran discovery learning dengan
terdistribusi normal. kelompok siswa yang menggunakan
Pengujian data homogenitas ini pembelajaran lngsung (DI). Berdasarkan
menggunakan uji-F dengan kriteria jika hasil posttest yang diberikan pada kelas
maka data homogen. Hasil uji eksperimen dan kelas kontrol maka diperoleh
homogenitas dari kelas eksperimen kelas hasil untuk kelas eksperimen nilai minimum
eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada 5 dan nilai maksimum 13. Nikai rata-rata
Tabel 4. pada kelas ekperimen sebesar 8,54. Pada
kelas kontrol diperoleh nilai minimum 2 dan
Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas Pretest nilai maksimum 13. Untuk nilai rata-rata
Uraian Pretest keterangan pada kelas kontrol 5,33. Adapun data tersebut
Fhitung 1,08 Homogen disajikan pada Tabel 6.
Ftabel 1,93

Berdasarkan kretiria, dimana Fhitung


< Ftabel maka data tersebut bersifat
homogenitas. Berdasarkan Tabel 4 dimana
Fhitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa data
tersebut mamiliki varians yang sama
(homogen).

122
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104

Tabel 6 Skor Tes Hasil Belajar (Posttest) tersebut terkait materi kalor dan
perpindahannya.
Keterangan Kelas ekspeimen Kelas kontrol
Tes yang digunakan dalam penelitian
Skor minimum 5 2 ini yaitu tes pilihan ganda berjumlah 13 butir.
Skor maksimal 13 10 Dari hasil pengolahan data pretest yang
Jumlah siswa 23 24 diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
Skor Rata –rata 8,54 5,33 kontrol diperoleh nilai rerata skor masing-
Standar Deviasi 2,69 2,57 masing kelas yaitu kelas eksperimen 5,89 dan
kelas kontrol 5,08, dimana diperoleh nilai
rerata tidak jauh berbeda antara kelas
Setelah terpenuhinya uji normalitas dan eksperimen kontrol sehingga dapat dikatakan
homogenitas, maka dilakukan uji- t dua sama. Selanjutnya dilakukan pembelajaran
pihak. Uji t tersebut diperoleh berdasarkan yang berbeda di kedua kelas tersebut. Dimana
data tes akhir. pada kelas eksperimen digunakan model
Berdasarkan Tabel 7 t hitung t tabel atau 4,22 pembelajaran discovery learning sedangkan
2,02. Hal tersebut menunjukkan nilai t hitung pada kelas kontrol menggunakan model
berada diluar daerah penerimaan H0. Dengan direct intruction.
demikian H0 ditolak dan H1 diterima, dan Hasil analisis posttest menunjukkkan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bahwa perolehan nilai rata-rata untuk kelas
hasil belajar siswa antara kelompok siswa eksperimen adalah 8,54 dan untuk kelas
yang mengikuti model pembelajaran kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu 5,33.
discovery learning dengan kelompok siswa Data posttest berdistribusi normal dan
yang mengikuti pembelajaran direct memilki varians yang homogen, kemudian
intruction. dilakukan uji hipotesis (menggunakan uji dua
2. Pembahasan pihak) dan didapatkan hasil bahwa terdapat
Kegiatan pembelajaran pada penelitian hasil belajar antara kelas eksperimen dan
ini, dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan kelas kontrol.
terdiri dari 3 kali tatap muka di kelas dan 2 Hasil belajar siswa yang telah diperoleh
kali pertemuan untuk pretest dan posttest di pada setiap kelas sampel diuji prasyarat yang
kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas terdiri dari uji normalitas dan uji
eksperimen. Pada awal penelitian kedua kelas homogenitas, kemudian dilakukan uji
terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) hipotesis. Berdasarkan uji hipotesis yang
digunakan untuk mengetahui bahwa kedua dilakukan diperoleh nilai X rata-rata untuk
data berasal dari varians yang sama kelas eksperimen yaitu 8,54, kelas kontrol
(homogen) atau memiliki kemampuan yang yaitu 5,33 dan untuk = 4,22 dan =
sama. Tes akhir (posttest) diberikan untuk 2,02 ,taraf signifikasi α = 0,05 maka =
mengetahui kemampuan akhir siswa di kedua ditolak atau diterima. Dapat disimpulkan
kelas dan sebagai data analisis penelitian bahwa ada perbedaan hasil belajar fisika
yang selanjutnya digunakan sebagai siswa menggunakan model discovery
pembanding untuk melihat apakah terdapat learning di SMP Negeri 2 Pamona Timur.
perbedaan hasil belajar antara kedua kelas

123
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana

Model discovery learning terdiri dari 6 Tahap terakhir, generalization yaitu


tahapan: tahap pertama yaitu stimulation. guru meminta salah satu kelompok untuk
Guru menyajikan sebuah gambar mengenai mempresentasikan hasil diskusi
materi kalor dan perpindahannya kepada kelompoknya dan kemudian bersamasama
siswa untuk melihat permasalahan utama dengan siswa untuk membuat kesimpulan
yang terdapat pada gambar sehingga akhir dari materi yang telah diajarkan. Tahap
timbulnya motivasi sekaligus rasa ingin tahu ini memungkinkan adanya sikap kritis siswa
siswa. dalam menerima kesimpulan yang
diputuskan mengacu pada konsep yang
Tahap kedua yaitu problem statement.
sebenarnya.
Berdasarkan gambar yang telah disajikan
mengenai materi kalor dan perpindahan yang Hal yang nampak pada penelitian ini
telah diamati oleh siswa, guru memberikan melalui pembelajaran discovery learning
pertayaan yang relevan “apa yang terjadi yakni siswa terlatih untuk bekerja sama, lebih
ketika kedua zat dicampurkan”. Dari kreatif dalam berpikir, karena didorong oleh
pertanyaan yang diberikan diharapkan dapat rasa ingin tahu, dan menarik siswa sehingga
merangsang siswa berpikir dan merumuskan tidak merasa jenuh saat proses belajar
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara mengajar berlangsung.
atas pertanyaan masalah). Hal inilah yang
Sedangkan untuk kelas kontrol
digunakan sebagai pengetahuan siswa.
menggunakan pembelajaran langsung (direct
Tahap ketiga yaitu data collecting. Pada
instruction). Pada pembelajaran ini guru
tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk
berperan menggendalikan materi dan
mencari jawaban ataupun informasi lainnya
informasi, sedangkan siswa cenderung
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada
mendengarkan, mencatat materi yang
dengan menggunakan buku pegangan atau
disampaikan dan pembelajaran sebatas tanya
referensi untuk membuktikan benar atau
jawab dalam proses pembelajaran
tidaknya hipotesis.
berlangsung.
Tahap keempat data processing yaitu
Menurut Widayanto (2009)
masing-masing kelompok diberikan LKS dan
menyatakan bahwa faktor penting dalam
melakukan diskusi bersama teman
peningkatan keterampilan proses sains dan
kelompoknya. Pada tahap ini siswa diberikan
pemahaman adalah praktikum. Semakin
kesempatan melakukan pratikum sederhana.
tinggi keterlibatan siswa dalam kegiatan
Setelah selesai melakukan praktek, siswa
praktikum semakin tinggi pencapaian
bersama teman-teman kelompoknya
pemahaman dan keterampilan proses sains
berdiskusi dan mengerjakan LKS.
siswa.
Tahap kelima verification yaitu guru
Praktikum sederhana dapat
membimbing siswa untuk mengecek kembali
menciptakan suasana pembelajaran IPA yang
kebenaran hasil diskusi mengenai materi
menyenangkan, aktif, kreatif dan efektif.
kalor dan perpindahan melalui buku
Dalam praktikum disertakan perangkat
pegangan atau sumber belajar lainnya.
percobaan dan peragaan yang mendukung
Kegiatan ini memunculkan sikap kritis,
pembelajaran dalam IPA. Penggunaan KIT
percaya diri, mengubah pandangan karena
IPA dapat mendorong siswa menemukan
terungkap bukti-bukti dari informasi yang
sendiri permasalahanpermasalahan dari topik
telah dipelajari.
yang sedang dihadapi dan sekaligus mampu

124
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104

mencari solusinya yang tepat sesuai sama bahwa terdapat pengaruh model
percobaan. Oleh karena itu, siswa selalu discovery learning terhadap hasil belajar
tertantang menemukan beberapa permasalah fisika siswa. Selain memiliki kesamaan, pada
IPA sekaligus mampu mencari solusi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
pemecahannya. terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini
Ketersediaan alat-alat praktikum menggunakan KIT IPA dalam proses
(KIT IPA) sebagai media pembelajaran pembelajaran, sehingga siswa lebih tertarik.
merupakan faktor penunjang keberhasilan Kedua pembelajaran ini masih mempunyai
proses pembelajaran IPA pada penelitian ini. kekurangan dalam pelaksanaan dilapangan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa Pada kelas eksperimen yang menggunakan
yang menunjukkan pencapaian yang optimal pembelajaran discovery learning, siswa
dan mencapai KKM yang ditetapkan. memerlukan alokasi waktu yang panjang
Hasil yang diperoleh pada penelitian untuk melakukan praktikum. Sedangkan
ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika pada pembelajaran direct intruction yang
siswa yang diajarkan model discovery diterapkan dikelas kontrol yaitu siswa
learning lebih tinggi dibandingkan dengan cenderung hanya mendengar, mencatat, dan
hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanya jawab hal menyebabkan siswa merasa
dengan model pembelajaran direct jenuh dan mereka anggap hal yang tidak
intruction. Hasil ini didukung oleh penelitian menyenangkan.
yang dilakukan oleh Aini (2015) bahwa
Di luar permasalahan yang
siswa yang diajarkan dengan model
menyangkut kekurangan pembelajaran yang
discovery lebih tinggi dibandingkan dengan
digunakan, faktor lain yang harus menjadi
siswa yang diajarkan dengan model
perhatian adalah kondisi siswa yang beragam
konvesional. Hasil penelitian yang
sehingga diluar jangkauan peneliti. Namun
dilakukan oleh Widiadyana dkk (2014)
dengan kelebihan dan kekurangan yang
menunujukkan bahwa model discovery
dimiliki pembelajaran discovery learning ini
learning berpengaruh terhadap pemahaman
peneliti tetap merekomendasikan
konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Hal ini
pembelajaran ini untuk diterapkan dalam
dilihat dari perbedaaan yang signifikan antara
proses belajar mengajar di sekolah karena
kelompok siswa yang belajar dengan model
ketika pembelajaran ini diterapkan dengan
discovery learning dengan kelompok siswa
baik dan benar maka hasil yang diharapkan
yang belajar dengan model pembelajaran
akan maksimal. Dengan demikian dapat
langsung. Berdasarkan hasil penelitian
dikatakan bahwa model discovery learning
sebelumnya memiliki kesamaan dengan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
penelitian ini yaitu, kedua model tersebut di
pokok bahasan kalor dan perpindahanya.
uji cobakan pada secara bersamaan pada
kelas eksp erimen menggunakan model KESIMPULAN DAN SARAN
discovery learning sedangkan kelas kontrol
Kesimpulan
menggunakan model direct intruction. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
yang didapatkan pada tes terakhir pada kelas data hasil penetitian, diperoleh nilai rata-rata
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas hasil belajar siswa serta standar deviasi pada
kontrol. Sehingga memiliki kesimpulan yang tes awal untuk kelas eksperiman yaitu (5,85),

125
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana

(2,79) dan untuk kelas kontrol yaitu (5,08), Surakarta : Fakultas Keguruan Dan
(2,89 ). Setelah diberikan perlakuan diperoleh Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
nilai ratarata tes hasil belajar siswa pada Maret Surakarta.
materi kalor dan perpindahan serta standar Yogihati, C.I. (2010). Peningkatan Kualitas
devisiasinya pada tes akhir untuk kelas Pembelajaran Fisika Umum Melalui
eksperimen (8,54), (2,69) dan untuk kelas Pembelajaran Bermakna Dengan
kontrol (5,33), (2,57), diketahui nilai thitung Menggunakan Peta Konsep. Jurnal
ttabel atau 4,22 2,02. Hal tersebut berarti, nilai Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)
104107.
thitung berada diluar daerah penerimaan H0.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima,
yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat Cipta
perbedaan perbedaan hasil siswa antara Mutmaina. (2009). Pendekatan
kelompok siswa model pembelajaran Pembelajaran (Discovery Learning) untuk
discovery learning dan kelompok siswa yang Meningkatkan Keterampilan Diskusi
menggunakan pembelajaran direct Siswa kelas VII SMP Negeri 4 Palu.
intruction. Artinya, bahwa pembelajaran Skripsi Program Studi Pendidikan
discovery learning berbantuan Fisika Fkip Untad.
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Ilahi, T M.. (2012). Pembelajaran discovery
Saran – saran strategy dan mental Vocational Skill.
Untuk peneliti selanjutnya Jogjakarta:DIVA Press Sukmadinata,
diharapkan lebih mengoptimalkan S. (2011). Metode Penelitian
pengelolaan kelas khususnya pada saat Pendidikan. Bandung: ROSDA.
pembelajaran berlangsung agar tidak terjadi Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
kegaduhan-kegaduhan di dalam kelas. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Sebelum penelitian berlangsung Bandung:
peneliti harus terlebih dahulu Alfabeta.
memperkenalkan siswa tentang alatalat
laboratorium dan kegunaannya agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Pramukti, S.H. (2013). Komparasi Pengaruh
Penggunaan Metode Ceramah Dan
Team Game Tournament Kelas Ips
Sma Negeri 1 Teras Boyolali. Skripsi

126

Anda mungkin juga menyukai