Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model
pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan kalor di
SMP Negeri 2 Pamona Timur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimen kuasi dengan
desain “Equivalen Pretest- Postest Grup Design”. Sampel dipilih menggunakan teknik
purpose sampling. Kelas VII B sebagai kelas kontrol dan kelas VII A sebagai kelas
eksperimen. Instrument yang digunakan berupa tes hasil belajar fisika dalam bentuk pilihan
ganda yang telah divalidasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, untuk kelas eksperimen
diperoleh rerata skor tes akhir adalah 8,54 dengan standar devisiasi 2,69. Untuk kelas kontrol
diperoleh rerata skor 5,33 dengan standar devisiasi 2,57. Hasil pengujian hipotesis diperoleh
niai = 4,22 dan = 2,02. Ini berarti bahwa nilai berada diluar daerah penerimaan .
Hasil ini memberi peluang untuk menyatakan terdapat perbedaan hasi; belajar fisika antara
kelas control dan kelas eksperimen. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh
model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar fisika pada pokok bahasan kalor
di SMP Negeri 2 Pamona Timur.
Kata Kunci : Model Discovery Learning, Pembelajaran Langsung (DI), Hasil Belajar
119
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana
siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Sesuai
tidak mengakibatkan timbulnya pengertian. dengan pendapat Slameto (2010) yang
Dan pembelajaran akan menjadi tidak menyatakan bahwa model mengajar guru
bermakna. yang kurang baik akan mempengaruhi hasil
Menurut Ausebel (dalam Yogihati, belajar siswa sehingga model atau metode
2013) mempertentangkan antara belajar mengajar yang digunakan harus tepat, efisien
bermakna dengan belajar hafalan. Belajar dan efektif. Oleh dari itu, perlu digunakan
hafalan tidak selamanya jelek tetapi hal ini sebuah model yang dapat menempatkan
dilakukan bila menghendaki penyimpanan siswa sebagai subjek (pelaku) pembelajaran
informasi yang bentuknya persis sama dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator
dengan bentuk yang diterima. Keterbatasan dalam proses pembelajaran tersebut Untuk
belajar hafalan hanya bertahan dalam waktu mencapai kondisi tersebut penggunaan
beberapa jam atau beberapa hari saja, model pembelajaran yang dapat membuat
sedangkan belajar bermakna lebih tahan lama siswa dapat aktif mengeluarkan pendapat dan
untuk diingat. Selain itu, belajar bermakna menemukan konsepnya sendiri yaitu dengan
mempermudahsiswa untuk mengembangkan menggunakan model pembelajaran discovery
pengetahuan selanjutnya. Artinya, dalam learning. Model pembelajaran ini mengarah
proses belajar yang mengarah pada siswa pada siswa untuk mengamati, menanya,
untuk mengkonstruksi apa yang telah ia mengolah, menyajikan dan mencipta
pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, sehingga proses pembelajaran akan
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam melibatkan siswa untuk menemukan sendiri
struktur pengetahuan mereka. berbagai konsep. Model pembelajaran ini
Seorang guru harus mampu menciptakan akan membantu siswa memperbaiki dan
kondisi yang interaktif, kreatif, dan mampu meningkatkan proses dan keterampilan
memotivasi siswa sehingga menjadi tidak kognitif mereka. Menurut Gagne (dalam
jenuh dalam mempelajari pelajaran fisika. Mutmaina, 2009) menyatakan pada dasarnya
Hal ini yang menjadi pertimbangan bahwa anak memiliki sifat aktif, kontruktif dan
dalam mengajarkan mata pelajaran fisika mampu merencanakan sesuatu, mampu
seorang guru harus menciptakan suasana mencari, menemukan dan menggunakan
belajar yang menyenangkan pada diri siswa. pengetahuan yang diperolehnya.
Pembelajaran akan bermakna ketika Selain itu, pertimbangan lain yang
suatu kegiatan menghubungkan konsep- memperkuat pemilihan model pembelajaran
konsep untuk mendapatkan atau discovery learning yakni siswa didorong
menghasilkan pemahaman yang utuh untuk belajar sendiri secara mandiri, mudah
sehingga konsep yang dipelajari akan dilakukan dan menyenangkan sehingga
dipahami secara baik dan tidak mudah diharapkan dapat menarik minat siswa untuk
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep
pembelajaran bermakna maka guru harus untuk memperoleh pengalaman. Penerapan
selalu berusaha mengetahui dan menggali pembelajaran penemuan memiliki kelebihan
konsep-konsep yang telah dimiliki oleh membantu siswa untuk memperbaiki dan
peserta didik dan membantu memadukannya meningkatkan keterampilan dan proses
dengan pengetahuan yang akan diajarkan. kognitif (Ilahi 2012).
Penggunaan model pembelajaran Berdasarkan uraian diatas, untuk
merupakan salah satu faktor yang mengatasi permasalahan yang dihadapi pada
proses pembelajaran fisika, peneliti tertarik
120
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104
untuk melakukan penelitian yang berjudul dalam 3 kelas. Kelas VII B sebagai kelas
“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery kontrol dan kelas VII A sebagai kelas
Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika pada eksperimen.
Pokok Bahasan Kalor di SMP Negeri 2 Berdasarkan pertimbangan guru dan
Pamona Timur”. peneliti dalam teknik pengambilan sampel
METODE PENELITIAN pada penelitian ini, maka teknik yang
Jenis penelitian ini adalah digunakan yaitu teknik purposive sampling
penelitian kuantitatif yang datanya dapat yaitu penentuan sampel dengan
diolah atau dianalisis menggunakan teknik pertimbangan tertentu. Guru dan peneliti di
perhitungan matematika atau statistika, yang sekolah mengambil kelas dengan
bersumber dari sampel dengan pemberian pertimbangan kemampuan pada tiap kedua
tes hasil belajar yang selanjutnya kelas di anggap sama. Dari pengambilan
melihat signifikansi perbedaan hasil belajar sampel maka terpilih kelas IPA A sebagai
kedua kelompok tersebut. kelas eksperimen dan kelas IPA B sebagai
kelas kontrol, kedua kelas yang dipilih
Desain penelitian yang digunakan pada merupakan kelas yang dianggap homogen
penelitian ini adalah “ equivalent pretest- secara akademik.
posttest group design”, yaitu menggunakan
Data yang diperoleh dari penelitian ini
kelas-kelas yang sudah ada sebagai
selanjutnya diolah dengan menggunakan uji
kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas
statistic berupa uji normalitas (chi kuadrat),
yang diperkirakan sama keadaan/kondisinya,
uji homogenitas (fisher), dan uji hipotesis (uji
dalam hal ini sama berdasarkan tingkat
t-dua pihak)
kecerdasan. Dimana satu kelas yang
berfungsi sebagai kelas eksperimen dan satu
kelas berfungsi sebagai kelas kontrol HASIL DAN PEMBAHASAN
Sugiyono (2010). Adapun desain 1. Hasil Penelitian
penelitiannyan disajikan seperti pada Tabel 1 Hasil pengolahan data pre-test dan post-tes
Tabel 1 Desain Penelitian Equivalen Pretest- untuk masing-masing kelas yaitu kelas
Posttest Design eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai
maksimum, nilai minimum nilai rata-rata dan
standar deviasi. Seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Deskripsi Skor Tes Hasil Belajar
Fisika siswa untuk Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Keterangan:
X: Perlakuan menggunakan pembelajaran
model discovery learning
O1: Tes awal dan tes akhir
Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Pamona Timur semester genap
pada tahun ajaran 2016/2017 yang tersebar Uji normalitas data digunakan untuk
121
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana
122
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104
Tabel 6 Skor Tes Hasil Belajar (Posttest) tersebut terkait materi kalor dan
perpindahannya.
Keterangan Kelas ekspeimen Kelas kontrol
Tes yang digunakan dalam penelitian
Skor minimum 5 2 ini yaitu tes pilihan ganda berjumlah 13 butir.
Skor maksimal 13 10 Dari hasil pengolahan data pretest yang
Jumlah siswa 23 24 diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas
Skor Rata –rata 8,54 5,33 kontrol diperoleh nilai rerata skor masing-
Standar Deviasi 2,69 2,57 masing kelas yaitu kelas eksperimen 5,89 dan
kelas kontrol 5,08, dimana diperoleh nilai
rerata tidak jauh berbeda antara kelas
Setelah terpenuhinya uji normalitas dan eksperimen kontrol sehingga dapat dikatakan
homogenitas, maka dilakukan uji- t dua sama. Selanjutnya dilakukan pembelajaran
pihak. Uji t tersebut diperoleh berdasarkan yang berbeda di kedua kelas tersebut. Dimana
data tes akhir. pada kelas eksperimen digunakan model
Berdasarkan Tabel 7 t hitung t tabel atau 4,22 pembelajaran discovery learning sedangkan
2,02. Hal tersebut menunjukkan nilai t hitung pada kelas kontrol menggunakan model
berada diluar daerah penerimaan H0. Dengan direct intruction.
demikian H0 ditolak dan H1 diterima, dan Hasil analisis posttest menunjukkkan
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bahwa perolehan nilai rata-rata untuk kelas
hasil belajar siswa antara kelompok siswa eksperimen adalah 8,54 dan untuk kelas
yang mengikuti model pembelajaran kontrol diperoleh nilai rata-rata yaitu 5,33.
discovery learning dengan kelompok siswa Data posttest berdistribusi normal dan
yang mengikuti pembelajaran direct memilki varians yang homogen, kemudian
intruction. dilakukan uji hipotesis (menggunakan uji dua
2. Pembahasan pihak) dan didapatkan hasil bahwa terdapat
Kegiatan pembelajaran pada penelitian hasil belajar antara kelas eksperimen dan
ini, dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan kelas kontrol.
terdiri dari 3 kali tatap muka di kelas dan 2 Hasil belajar siswa yang telah diperoleh
kali pertemuan untuk pretest dan posttest di pada setiap kelas sampel diuji prasyarat yang
kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas terdiri dari uji normalitas dan uji
eksperimen. Pada awal penelitian kedua kelas homogenitas, kemudian dilakukan uji
terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) hipotesis. Berdasarkan uji hipotesis yang
digunakan untuk mengetahui bahwa kedua dilakukan diperoleh nilai X rata-rata untuk
data berasal dari varians yang sama kelas eksperimen yaitu 8,54, kelas kontrol
(homogen) atau memiliki kemampuan yang yaitu 5,33 dan untuk = 4,22 dan =
sama. Tes akhir (posttest) diberikan untuk 2,02 ,taraf signifikasi α = 0,05 maka =
mengetahui kemampuan akhir siswa di kedua ditolak atau diterima. Dapat disimpulkan
kelas dan sebagai data analisis penelitian bahwa ada perbedaan hasil belajar fisika
yang selanjutnya digunakan sebagai siswa menggunakan model discovery
pembanding untuk melihat apakah terdapat learning di SMP Negeri 2 Pamona Timur.
perbedaan hasil belajar antara kedua kelas
123
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana
124
JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya
Jl. Palembang Prabumulih KM 32 Indralaya Kab. Ogan Ilir Prov. Sumatera Selatan Indonesia 30662
jipf@fkip.unsri.ac.id
http://fkip.unsri.ac.id/index.php/
menu/104
mencari solusinya yang tepat sesuai sama bahwa terdapat pengaruh model
percobaan. Oleh karena itu, siswa selalu discovery learning terhadap hasil belajar
tertantang menemukan beberapa permasalah fisika siswa. Selain memiliki kesamaan, pada
IPA sekaligus mampu mencari solusi penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
pemecahannya. terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini
Ketersediaan alat-alat praktikum menggunakan KIT IPA dalam proses
(KIT IPA) sebagai media pembelajaran pembelajaran, sehingga siswa lebih tertarik.
merupakan faktor penunjang keberhasilan Kedua pembelajaran ini masih mempunyai
proses pembelajaran IPA pada penelitian ini. kekurangan dalam pelaksanaan dilapangan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa Pada kelas eksperimen yang menggunakan
yang menunjukkan pencapaian yang optimal pembelajaran discovery learning, siswa
dan mencapai KKM yang ditetapkan. memerlukan alokasi waktu yang panjang
Hasil yang diperoleh pada penelitian untuk melakukan praktikum. Sedangkan
ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika pada pembelajaran direct intruction yang
siswa yang diajarkan model discovery diterapkan dikelas kontrol yaitu siswa
learning lebih tinggi dibandingkan dengan cenderung hanya mendengar, mencatat, dan
hasil belajar fisika siswa yang diajarkan tanya jawab hal menyebabkan siswa merasa
dengan model pembelajaran direct jenuh dan mereka anggap hal yang tidak
intruction. Hasil ini didukung oleh penelitian menyenangkan.
yang dilakukan oleh Aini (2015) bahwa
Di luar permasalahan yang
siswa yang diajarkan dengan model
menyangkut kekurangan pembelajaran yang
discovery lebih tinggi dibandingkan dengan
digunakan, faktor lain yang harus menjadi
siswa yang diajarkan dengan model
perhatian adalah kondisi siswa yang beragam
konvesional. Hasil penelitian yang
sehingga diluar jangkauan peneliti. Namun
dilakukan oleh Widiadyana dkk (2014)
dengan kelebihan dan kekurangan yang
menunujukkan bahwa model discovery
dimiliki pembelajaran discovery learning ini
learning berpengaruh terhadap pemahaman
peneliti tetap merekomendasikan
konsep IPA dan sikap ilmiah siswa. Hal ini
pembelajaran ini untuk diterapkan dalam
dilihat dari perbedaaan yang signifikan antara
proses belajar mengajar di sekolah karena
kelompok siswa yang belajar dengan model
ketika pembelajaran ini diterapkan dengan
discovery learning dengan kelompok siswa
baik dan benar maka hasil yang diharapkan
yang belajar dengan model pembelajaran
akan maksimal. Dengan demikian dapat
langsung. Berdasarkan hasil penelitian
dikatakan bahwa model discovery learning
sebelumnya memiliki kesamaan dengan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
penelitian ini yaitu, kedua model tersebut di
pokok bahasan kalor dan perpindahanya.
uji cobakan pada secara bersamaan pada
kelas eksp erimen menggunakan model KESIMPULAN DAN SARAN
discovery learning sedangkan kelas kontrol
Kesimpulan
menggunakan model direct intruction. Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa
yang didapatkan pada tes terakhir pada kelas data hasil penetitian, diperoleh nilai rata-rata
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas hasil belajar siswa serta standar deviasi pada
kontrol. Sehingga memiliki kesimpulan yang tes awal untuk kelas eksperiman yaitu (5,85),
125
Pengaruh Model Discovery Learning, Endang Ratna Sari, Marungkil Pasaribu, Sahrul Saehana
(2,79) dan untuk kelas kontrol yaitu (5,08), Surakarta : Fakultas Keguruan Dan
(2,89 ). Setelah diberikan perlakuan diperoleh Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
nilai ratarata tes hasil belajar siswa pada Maret Surakarta.
materi kalor dan perpindahan serta standar Yogihati, C.I. (2010). Peningkatan Kualitas
devisiasinya pada tes akhir untuk kelas Pembelajaran Fisika Umum Melalui
eksperimen (8,54), (2,69) dan untuk kelas Pembelajaran Bermakna Dengan
kontrol (5,33), (2,57), diketahui nilai thitung Menggunakan Peta Konsep. Jurnal
ttabel atau 4,22 2,02. Hal tersebut berarti, nilai Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)
104107.
thitung berada diluar daerah penerimaan H0.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor
Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima,
yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat Cipta
perbedaan perbedaan hasil siswa antara Mutmaina. (2009). Pendekatan
kelompok siswa model pembelajaran Pembelajaran (Discovery Learning) untuk
discovery learning dan kelompok siswa yang Meningkatkan Keterampilan Diskusi
menggunakan pembelajaran direct Siswa kelas VII SMP Negeri 4 Palu.
intruction. Artinya, bahwa pembelajaran Skripsi Program Studi Pendidikan
discovery learning berbantuan Fisika Fkip Untad.
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Ilahi, T M.. (2012). Pembelajaran discovery
Saran – saran strategy dan mental Vocational Skill.
Untuk peneliti selanjutnya Jogjakarta:DIVA Press Sukmadinata,
diharapkan lebih mengoptimalkan S. (2011). Metode Penelitian
pengelolaan kelas khususnya pada saat Pendidikan. Bandung: ROSDA.
pembelajaran berlangsung agar tidak terjadi Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
kegaduhan-kegaduhan di dalam kelas. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Sebelum penelitian berlangsung Bandung:
peneliti harus terlebih dahulu Alfabeta.
memperkenalkan siswa tentang alatalat
laboratorium dan kegunaannya agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Pramukti, S.H. (2013). Komparasi Pengaruh
Penggunaan Metode Ceramah Dan
Team Game Tournament Kelas Ips
Sma Negeri 1 Teras Boyolali. Skripsi
126