Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA


“Pengertian, manfaat, fungsi, rambu-rambu, criteria, dan prinsip penilaian berbasis Autentik”

OLEH :
Kurnia Andini (18033097)

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Festiyed, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Evaluasi Pembelajaran
Fisika ”Pengertian, manfaat, fungsi, rambu-rambu, criteria, dan prinsip penilaian autentik ”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak menemui kendala. Namun berkat bantuan
dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya dosen
pembimbing mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika, Ibu Prof. Dr. Festiyed, M.S.,
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan. Untuk
itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini untuk
kedepannya. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Padang, 010 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 3
A. Landasan Agama ................................................................................................... 3
B. Landasan Hukum .................................................................................................. 5
C. Pengertian Penilaian Autentik............................................................................... 5
D. Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika untuk Mewujudkan Generasi
Emas yang Kolaboratif,Kooperatif,Kompetitif,dan Berkarakter ........................ 11
E. Langkah-Langkah dalam Menciptakan Penilaian Autentik ................................ 15
F. Contoh Implementasi Penilaian Otentik untuk Pembelajaran Fisika ................. 18
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 21
A. Pengertian Penilaian Autentik............................................................................. 21
B. Manfaat Penilaian Autentik ................................................................................ 22
C. Fungsi Penilaian Autentik ................................................................................... 23
D. Rambu-Rambu Penilaian Autentik ..................................................................... 24
E. Prinsip dan Pendekatan Penilaian Autentik ........................................................ 24
F. Jenis-Jenis Assesmen Autentik ........................................................................... 26
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................... 32
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 32
B. Saran ................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 34

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristic ke konstruktivistik tidak hanya
menuntut adanya perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran,tetapi juga perubahan
dalam melaksanakan penilaian (Lindayani,2014).Perubahan paradigm inilah,para pendidik
merasa kebingungan dalam proses pembelajaran dan penilaian.Penilaian yang seperti apa
yang bisa mencakup ke dalam beberapa aspek yang dapat memberikan gambaran yang
seutuhnya mengenai sikap,keterampilan,pengetahuan,dan bagaimana para peserta didik itu
menjadi kehidupan sehari-hari mereka dan mengaitkan dengan apa yang mereka pelajari di
sekolah serta bagaimana format untuk mencakup semua aspek tersebut.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013
dijelaskan penilaian hasil belajar adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap
sosial,kompetensi pengetahuan,dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara
terencana dan sistematis,selama dan setelah proses pembelajaran.
Dalam pendidikan,penilaian atau assessment didasarkan pada pengetahuan kita
tentang belajar dan tentang bagaimana kompetensi berkembang dalam materi pelajaran yang
kita ajarkan.Hal ini merupakan kebutuhan yang sangat jelas untuk membuat suatu assesment
dimana pendidik dapat mempergunakannya untuk kegiatan pendidikan dan
mengawasi hasil belajar dan mengajar yang kompleks.Penilaian juga harus bersifat
menyeluruh dari berbagai aspek.
Penilaian autentik adalah salah satu bentuk penilaian yang meminta peserta didik
menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata.Otentik berarti keadaan sebenarnya,yaitu
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik.Dalam pembelajaran di
sekolah,salah satu bentuk penilaian otentik adalah peserta didik diberi kegiatan untuk
menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia
nyata (Baskoro & Wihaskoro,2016).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas ,maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari penilaian autentik
2. Apa saja manfaat,fungsi, rambu-rambu,kriteria, prinsip, penilaian dan pendekatan
autentik
3. Jelaskan jenis-jenis assesmen autentik
4. Jelaskan asesmen otentik dalam pembelajaran fisika untuk mewujudkan generasi emas
yang kolaboratif,kooperatif,kompetitif dan berkarakter
5. Apa saja langkah-langkah menciptakan penilaian autentik
6. Apa saja contoh implementasi penilaian otentik untuk pembelajaran fisika

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui pengertian dari penilaian autentik
2. Mengetahui manfaat,fungsi,rambu-rambu,kriteria dan prinsip penilaian autentik
3. Mengetahui jenis-jenis assesmen autentik
4. Mengetahui asesmen otentik dalam pembelajaran fisika untuk mewujudkan generasi
emas yang kolaboratif,kooperatif,kompetitif dan berkarakter
5. Mengetahui langkah-langkah menciptakan penilaian autentik
6. Mengetahui contoh implementasi penilaian otentik untuk pembelajaran fisika

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya
untuk tenaga pendidik kedepannya dalam membahas Penilaian Autentik
2. Membantu mahasiswa memahami tentang Penilaian Autentik

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Agama
Di samping itu, di dalam al-Qur‟an menyebutkan makna yang dekat dengan penilaian,
di antaranya di dalam
Q.S. Al-Baqarah: 284:

ُ ‫ّللاُ ۖ فَيَ أغ َف ُر َل َم أن يَشَا ُء َويُ َعذ‬


‫َب َم أن‬ َ ‫س ُك أم أ َ أو ت أُخفُو ُه يُحَا‬
‫س أب ُك أم بَ َه ه‬ َ ُ‫ض ۗ َوإَ أن ت ُ أبدُوا َما فَي أ َ أنف‬
َ ‫ت َو َما فَي أاْل َ أر‬
َ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬
‫َ هّلِلَ َما فَي ال ه‬
ٌ‫قَدَير‬ ٍ‫ش أَيء‬ ‫ك َُل‬ ‫علَ ٰى‬
َ ُ‫ّللا‬
‫َو ه‬ ۗ ‫يَشَا ُء‬

Artinya : Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa
yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
َ ‫ يُ َحا ِس ۡب ُكم ِب ِه‬niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan
Pada ayat di atas, kata ‫ٱّلل‬
kamu tentang perbuatanmu itu”Dia akan memperhitungkan amal kalian dan Dia akan
membalas orang yang Dia kehendaki.Ayat tersebut dianggap penulis yang paling dekat
dengan kata penilaian, yang berasal dari kata “‫”حسب‬yang berarti menghitung.AlGhazali
mempergunakan kata ini di dalam menjelaskan tentang evaluasi/penilaian diri (‫) محا سبة النف‬
yaitu suatu upaya mengoreksi dan menilai diri sendiri setelah melakukan aktivitas.
Q.S An-Naml : 78

‫ا ألعَ َلي ُم‬ ُ ‫ا ألعَ َز‬


‫يز‬ ‫َوه َُو‬ ۚ ‫بَ ُحك َأم َه‬ ‫بَ أينَ ُه أم‬ ‫يَ أق َضي‬ َ‫َربهك‬ ‫إَنه‬
Arti: Sesungguhnya Tuhanmu akan menyelesaikan perkara antara mereka dengan
keputusan-Nya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Berdasarkan dari ayat dan hadits di atas, pengertian evaluasi dapat dipahami bahwa
evaluasi merupakan suatu usaha untuk memikirkan, memperkirakan, menimbang,
mengukur, dan menghitung aktifitas yang telah dikerjakan, dikaitkan dengan tujuan yang
dicanangkan untuk meningkat usaha dan aktifitas menuju tujuan yang lebih baik diwaktu
mendatang, segi-segi yang mendukung dikembangkan dan segi-segi yang menghambat
ditinggalkan

3
Q.S Qaff : 17-18

18( ‫عتَي ٌد‬ ٌ َ‫ظ َم أن قَ أو ٍل إَ هَّل لَ َد أي َه َرق‬


َ ‫يب‬ ُ ‫) َما يَ أل َف‬17( ‫الش َما َل قَ َعي ٌد‬ َ ‫إَ أذ يَتَلَ هقى ا أل ُمتَلَ َق َي‬
َ ‫ان ع ََن ا أليَ َم‬
َ ‫ين َوع ََن‬
Artinya: (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang
duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.18. tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
Allah menerangkan bahwa walaupun ia mengetahui setiap perbuatan hamba-
hambanya, namun ia memerintahkan dua malaikat untuk mencatat segala ucapan dan
perbuatan hamba-hambanya, padahal ia sendiri lebih dekat dari pada urat leher manusia itu
sendiri seperti yang telah disebutkan oleh ayat sebelumnya. malaikat itu ada di sebelah
kanan mencatat kebaikan dan yang satu lagi di sebelah kirinya mencatat kejahatan.Ayat ini
juga menerangkan bahwa tugas yang dibebankan kepada kedua malaikat itu ialah bahwa
tiada satu kata pun yang diucapkan seseorang kecuali disampingnya malaikat yang
mengawasi dan mencatat perbuatannya.
Al-Hasan al-Basri dalam menafsirkan ayat ini berkata: wahai anak-anak adam, telah
disiapkan untuk kamu sebuah daftar dan telah ditugasi malaikat untuk mencatat segala
amalmu, yang satu disebelah kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri mencatat kejahatan.
Oleh karena itu, terserah kepadamu, apakah kamu mau memperkecil dan atau memperbesar
amal atau perbuatan jahatmu. Kamu diberi kebebasan dan bertanggung jawab terhadapnya
dan nanti setelah mati, daftar itu ditutup dan digantungkan pada lehermu masuk bersama-
sama engkau ke dalam kubur sampai kamu dibangkitkan pada hari kiamat, dan ketika itulah
allah akan berfirman:
َ‫) ا ْق َرأْ ِكتَابَكَ َكفَى ِب َن ْفسِكَ ْاليَ ْو َم َعلَيْك‬13( ‫ورا‬
ً ‫ش‬ُ ‫عنُ ِق ِه َونُ ْخ ِر ُج لَهُ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة ِكت َابًا يَ ْلقَاهُ َم ْن‬ َ ُ‫ان أ َ ْلزَ ْمنَاه‬
ُ ‫طائِ َرهُ فِي‬ ٍ ‫س‬َ ‫َو ُك َل ِإ ْن‬
(14) ‫َحسِيبًا‬
Artinya: dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya
(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat
sebuah kitab yang dijumpainya terbuka."Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada
waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
Pengawasan tersebut bukan bertujuan untuk mencari kesalahan atau menjerumuskan
yang diawasi, tetapi justru sebaliknya. Bila ditinjau kembali makna raqib dari segi bahasa,
karena itu, para malaikat pengawas yang menjalankan tugasnya mencatat amal-amal

4
manusia atas perintah allah, tidak atau belum mencatat niat niat buruk seseorang sebelum
niat itu diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Berbeda dengan niat baik seseorang, niat
dicatat sebagai kebaikan walaupun dia belum diwujudkan dan dilaksanakan.
B. Landasan Hukum
Landasan Hukum Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013 Dasar hukum penilaian
autentik pada Kurikulum 2013 mengacu padaPermendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikandan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian
Hasil Belajaroleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
DalamPermendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menjelaskan bahwa standar
penilaianpendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrumenpenilaian
hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai prosespengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasilbelajar peserta didik mencakup: penilaian
autentik, penilaian diri, penilaianberbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulanganakhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujiannasional dan ujian sekolah/madrasah.
Sedangkan dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 menjelaskanbahwa
penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidakdapat dipisahkan dari
komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaianmerupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukurpencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil
belajar oleh pendidikandilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan
hasilbelajar peserta didik secara berkesinambungan. Lebih lanjut, penilaian belajaroleh
pendidik memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik4Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013,
Standar Penilaian Pendidikan, (Lampiran) Bab II tentang Standar Penilaian Pendidikan.

C. Pengertian Penilaian Autentik


Asesmen autentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun
1990an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur
prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal

5
memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna
kurikulum, karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik.
Data asesmen autentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan
kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data
asesmen autentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif, kuanitatif, maupun
kuantitatif.Analisis kualitatif dari asesmen otentif berupa narasi atau deskripsi atas capaian
hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi,
keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen autentik
menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relatif peserta
didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran
(misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubrik penilaian dapat
berupa analitik atau holistik.
Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 untuk pendidikan dasar dan KBK berbasis
KKNI-SNPT untuk perguruan tinggi, memudahkan terlaksananya pembelajaran autentik
dengan asesmen autentik.
1. Asesmen Autentik
Pada awalnya istilah asesmen autentik diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk
menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi
(menentang) penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan
ganda, kuis jawaban singkat. Jadi dikatakan otentik dalam arti sesungguhnya dan
realistis.Apabila kita melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan
ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut.Mereka
mempunyai performansi, kinerja atau unjuk kerja.
Dalam bisnis dikatakan performance assessment.Menurut Jon Mueller (2006)
penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk
menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan
keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.Pendapat serupa dikemukakan
oleh Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan
kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah

6
dikuasai. Hal itu terungkap dalam cuplikan kalimat berikut ini: “performance assessments
call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply
the skills and knowledge they have mastered” (Stiggins, 1987:34)
Grant Wiggins (1993) menekankan hal yang lebih unik lagi. Grant menekankan
perlunya kinerja ditampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas yang diberikan
dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan masalah yang dihadapi
orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di bidangnya.
Asesmen otentik lebih sering dinyatakan sebagai asesmen berbasis kinerja
(performance based assessment). Sementara itu dalam buku-buku lain (kecuali Wiggins)
penilaian otentik disamakan saja dengan nama penilaian alternatif (alternative
assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment). Selain itu Mueller (2006)
memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian
langsung (directassessment). Nama performance assessment atau performance based
assessment digunakan karena siswa diminta untuk menampilkan tugas-tugas (tasks) yang
bermakna. Terdapat sejumlah pakar pendidikan yang membedakan penggunaan istilah
penilaian otentik dengan penilaian kinerja, seperti misalnya Meyer (1992) dan Marzano
(1993).Sementara itu Stiggins (1994) dan Mueller (2006) menggunakan kedua istilah itu
secara sinomim.
Nama alternative assessment digunakan karena merupakan alternatif dari penilaian
yang biasa digunakan (traditional assessment). Adapun nama directassessment
digunakan karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari
penerapan keterampilan dan pengetahuan.
Berdasarkan fokusnya asesmen dapat dikelompokkan sebagai asesmen diagnostik,
formatif, dan sumatif. Asesmen diagnostik berfokus untuk memperbaiki proses
pembelajaran atau untuk menentukan hasil-hasil pembelajaran. Asesmen formatif
berfokus pada proses pembelajaran dan hasil-hasil pembelajaran. Sedang Asesmen
sumatif, terutama difokuskan pada hasil-hasil pembelajaran. Beberapa istilah untuk
asesmen diantaranya: asesmen tradisional, asesmen autentik, asesmen alternatif, dan
asesmen informal.
Assesmen tradisional (AT) ini mengacu pada forced-choice ukuran tes pilihan
ganda, fill-in-the-blank, true-false, menjodohkan dan semacamnya yang telah digunakan

7
dalam pendidikan umumnya.Tes ini memungkinkan distandarisasi atau dikreasi oleh guru.
Mereka dapat mengatur setingkat lokal, nasional atau secara internasional ( Mueller,2008).
Esensi assesmen tradisional didasarkan pada filosofi bidang pendidikan yang mengadopsi
pemikiran yang berikut:( 1). Suatu misi sekolah adalah untuk mengembangkan warganegara
produktif, (2) Untuk menjadi warganegara produktif setiap orang harus memiliki suatu
kopetensi tertentu dari pengetahuan dan ketrampilan (3) Oleh karena itu sekolah harus
mengajarkan kopetensi ketrampilan dan pengetahuan ini: (4) Untuk menentukan kopetensi
itu sukses, kemudian sekolah menguji para siswa, untuk melihat apakah mereka memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan.
Asesmen Alternatif (Alternative Assessment) Asesmen yang tidak melibatkan
suatu tes baku dengan butir-butir asesmen tradisional. Asesmen alternatif memfokus pada
pengukuran pengetahuan prosedural. Asesmen ini mencakup sejumlah prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang siswa ketahui, ia yakini, dan
dapat ia lakukan. Menurut Mertler, dalam Classroom Assessment: A Practical Guide for
Educators, bentuk penilaian berdasarkan alat penilaian dalam asesmen alternative berupa
asesmen kinerja (Performance Assessment), asesmen informal (informal assessment),
observasi (Observation), penggunaan pertanyaan (Questioning), Presentasi (Presentation),
diskusi (Discusions), Projek (Project) , investigasi atau penyelidikan (Investigation),
Portofolio (Portofolio), Jurnal (Journal), Wawancara (Interview), Konferensi, dan Evaluasi
diri oleh siswa (Self Evaluation).
Asesmen informal merupakan asesmen siswa melalui pengamatan tidak resmi,
interviu informal, dan prosedur-prosedur tidak-baku.Asesmen informal memungkinkan guru
mengukur kemajuan siswa dari-hari-ke-hari dan keefek-tivan pengajaran.Pengamatan
merupakan asesmen informal pembelajaran siswa yang didasarkan pada melihat dan
mendengarkan siswa pada saat mereka bekerja. Pengamatan merupakan suatu proses
berkelanjutan yang menda-tangkan pemahaman yang mendalam terhadap sikap, gaya belajar,
kekuatan dan kelemahan, teknik-teknik pemecahan masalah siswa. Pengamatan tersebut me-
nyumbang kepada gambaran siswa yang lebih lengkap tentang kemajuan siswa.Panduan
berikut ini direkomendasikan pada saat menggunakan pengamatan kelas untuk asesmen
siswa:
a. Gunakan ceklis atau perangkat criteria yang sama untuk seluruh siswa.

8
b. Amati setiap siswa beberapa kali dan pada waktu-waktu yang berbeda dari hari-ke-hari.
c. Amati tiap siswa dalam berbagtai ragam situasi.
d. Evaluasi berbagai ragam keterampilan dan perilaku untuk tiap siswa.
e. Catat pengamatan dan evaluasi sesegera mungkin.
Asesmen autentik digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format
asesmen yang mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap siswa
terhadap kegiatan-kegiatan kelas yang relevan dengan pengajaran.Asesmen autentik
melibatkan siswa dalam situasi dunia-nyata. Asesmen ini menyajikan tugas-tugas
pemecahan-masalah yang mungkin dihadapi siswa di dalam atau di luar sekolah.

Contoh-contoh asesmen autentik meliputi: 1) asesmen kinerja, 2) porto-folio, dan 3)


asesmen-diri siswa.

Asesmen kinerjaterdiri dari setiap bentuk asesmen dimana siswa menunjukkan atau
mendemonstrasikan suatu response secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya.
Asesmen kinerja meminta siswa untuk “menye-lesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata,
dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh, dan
keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan masalah-masalah realistik atau
autentik.”Contohnya adalah laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual
atau kelompok, pameran, atau demonstrasi. Beberapa karakteristik dari asesmen kinerja
adalah sebagai berikut:

a. Menyusun Response: siswa menyusun suatu response, memberikan suatu response yang
diperluas, terlibat dalam suatu pertunjukan, atau menciptakan suatu karya.
b. Pemikiran Tingkat-Tinggi: secara khas siswa menggunakan berfikir tingkat tinggi dalam
menyusun response terhadap pertanyaan-pertanyaan open-ended.
c. Keautentikan: tugas-tugas bermakna, menantang, dan melibatkan kegiatan yang
mencerminkan pengajaran yang baik atau konteks dunia-nyata lain dimana siswa
diharapkan untuk menggelutinya.
d. Keterpaduan: tugas-tugas tersebut menghendaki keterpaduan dari keteram-pilan bahasa,
dan dalam beberapa hal, menghendaki keterpaduan penge-tahuan dan keterampilan-
keterampilan lintas mata pelajaran.

9
e. Proses dan Produk: prosedur dan strategi untuk mendapatkan jawaban benar atau untuk
mengeksplorasi alternatif pemecahan untuk tugas-tugas kom-pleks sering kali diases di
samping produk atau jawaban “benar” tersebut.
f. Kedalaman vs Luas namun Dangkal: asesmen kinerja memberikan informasi mendalam
tentang keterampilan atau ketuntasan seorang siswa bukan luasnya cakupan seperti yang
diberikan oleh tes pilihan-ganda.
Asesmen portofoliomerupakan suatu kumpulan sistematik karya siswa yang
dianalisis untuk menunjukkan kemajuan siswa dari waktu ke waktu ditinjau dari pencapaian
tujuan-tujuan pembelajaran.Salah satu fitur penting dari asesmen por-tofolio adalah
keterlibatan siswa dalam pemilihan contoh-contoh karya mereka sendiri untuk menunjukkan
perkembangan atau pembelajaran dari waktu ke waktu.
Asesmen-diri siswa merupakan suatu elemen kunci dalam asesmen autentik dan
dalam pembelajaran yang dikendalikan sendiri oleh siswa (self-regulated learning).
Asesmen-diri menggalakkan keterlibatan langsung dalam pembelajaran dan pengintegrasian
kemampuan-kemanpuan kognitif dengan motivasi dan sikap menuju pembelajaran. Siswa
yang mengatur diri sendiri pembe-lajaran mereka tersebut (self-regulated learners) bekerja
sama dengan siswa lain dalam bertukar ide, mencari bantuan bila diperlukan, dan
memberikan dukung-an kepada teman sebaya mereka. Akhirnya, self-regulated learners
atau pebelajar mandiri memonitor kinerja mereka sendiri dan mengevaluasi kemajuan dan
hasil belajar mereka sendiri. Asesmen-diri dan pengelolaan-diri merupakan inti jenis
pembelajaran ini dan seharusnya merupakan suatu bagian keseharian dari
pengajaran.(O’Malley & Pierce 1996, h. 4 & 5)
Tabel berikut memperjelas perbedaan antara asesmen yang biasa digunakan dengan
asesmen autentik:
Tabel 1. Perbandingan Asesmen Tradisional dan Autentik

Asesmen Tradisional Asesmen Autentik

Memilih/Merespon: Siswa memililh Melaksanakan kegiatan:Siswa


jawaban, menentukan pilihan, dan melakukan aktivitas yang
menjawab dengan uraian. sesungguhnya sehingga memperoleh
pengalaman belajar.

Dikondisikan: Akavitas siswa Kenyataan Hidup: Guru

10
dikondisikan sesuai dengan menilai kenyataan yang sesungguhnya
keinginan penguji, seperti memilih siswa lakukan pada kehidupan
jawaban yang dikodisikan guru. nyata dalam waktu pendek.

Mengingat/ Menyatakan:Siswa Konstruksi/Aplikasi: Penilaian


mengingat atau menyatakan Autentik memperhatikan siswa
informasi yang mereka kuasai. menganalisis atau mengaplikasikan
ilmu dalam proses berkreasi,
berinovasi atau mencipta..

Struktur Dirancang Guru: Siswa Struktur Prilaku Dikembangkan


perlu berhati-hati untuk Siswa: Penilaian autentik memberi
mengembangkan struktur yang guru ruang kepada siswa mengembangkan
harapkan, memenuhi target seperti konstruksi sesuai dengan
yang guru inginkan. keinginannya

Bukti Tidak Langsung: Dalam Bukti Langsung: Dalam penilaian


penilaian tradisional melalui tes autentik guru memperoleh bukti
pilihan ganda, misalnya, memperoleh langsung tentang perkembangan
bukti kompetensi siswa tidak kompetensi yang ditunjukkan siswa
langsung secara langsung

D. Asesmen Otentik Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mewujudkan Generasi Emas


yang Kolaboratif, Kooperatif, Kompetitif Dan Berkarakter
Hibbard (1995) menyatakan asesmen autentik merupakan :
a. Suatu realistık yang terkait dengan tujuan pendidikan sains.
Komponen utama program pendidikan bertujuan : (1) menanamkan konsep dan
informasi ;(2) mengembangkan proses lmiah, seperti eksperimen, membuat keputusan,
membangun model dan penemuan mesin; (3) mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah yang melibatkan ilmu pasti dan informasi untuk mendukung
metode ilmiah, (4) mengembangkan keterampilan komunikasi untuk membantu siswa
menananmkan hal hal lain secara efektif apa yang mereka telah pelajarı atau apa yang
menjadi saran mereka sebagai solusi masalah, (5) menanamkan kebiasaan bekerja
dengan baik, seperti bertanggung jawab secara individu, keterampilan bekerja sama,
tekun, memperhatikan keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan
rapi.

11
b. Suatu sistem untuk menilai proses dan produk
Asesmen kinerja merupakan suatu sistem untuk menilai kualitas penyelesaian tugas-
tugas yang diberikan siswa. Tugas- tugas kinerja seperti: (1) pentingnya aplikasi
konsep sains dan mendukung informasi, (2) pentingnya kebiasaan bekerja mengkaji
atau mencari secara ilmiah; (3) demonstrasi melek sains. Adapun komponen sistem
asesmen kinerja termasuk :(1) tugas-tugas yang menanyakan siswa untuk
menggunakan dan proses mereka yang telah dipelajari ; (3) rubrik ( perangkat yang
mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian kualitas. Berdasarkan skor total ;
(4);contoh-contoh terbaik sebagai model yang akan dikerjakan.
c. Sebagai parner tes tradisional
Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin hahwa siswa telah cukup
memiliki informasi akurat untuk menggunakan asesmen kinerja Dilain pihak, asesmen
kinerja digunakan sebagai strategi untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran Fisika salah satu dari Pendidikan sains. Dalam pembelajaran Fisika
menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan agar penguasaan sikap, pengetahuan,
serta keterampilan terbentuk pada diri peserta didik dalam memecahkan masalah secara
ilmiah. Pembelajaran Fisika menurut Kurikulum 2013 menjadikan peserta didik sebagai
pusat pembelajaran dikembangkan melalui pendekatan saintifik Kemendikbud (2013)
menjelaskan bahwa, "Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-
langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah" Pembelajaran Fisika
dengan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam mengenal dan memahami berbagai materi Fisika bisa bersumber darimana saja,
kapan saja, dan tidak tergantung dari informasi yang diberikan guru saja.
Pembelajaran Fisika dengan pendekatan saintifik dengan penilaian autentik mendorong
peserta didik untuk aktif mencari tahu, bukan diberi tahu (Majid, 2014). Berdasarkan
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, pendekatan saintifik dikenal dengan istilah 5M
meliputi lima tahap pengalaman pembelajaran yaitu tahap mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengomunikasikan Pendekatan saintifik merupakan implementasi upaya
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), tentang pendidikan Indonesia abad ke- 21 yang
dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul "Paradigma Pendidikan Nasional Abad Ke-
21". Buku ini disusun oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu. Salah satu topik yang

12
dibahas dalam buku ini adalah tentang perubahan paradigma pembelajaran pada Abad
ke-21 sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:
a) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa Jika dahulu biasanya yang terjadi
adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis - maka saat ini
guru mendengarkan siswanya saling harus lebih banyak berinteraksi, berargumen,
berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya
menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya.
b) Dari satu arah menuju interaktif Jika dahulu mekanisme pembelajaran yang terjadi
adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cukup
antara guru dan siswa dalam berbagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat
kelas semenarik mungkin melalui dipersiapkan dan dikelola.
c) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring Jika dahulu siswa hanya dapat bertanya pada
guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas semata, maka sekarang ini yang
bersangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh via internet.
d) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja
mendengarkan dan menyimak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti,
maka sekarang disarankan agar siswa harus lebih aktif dengan cara memberikan
berbagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya.
e) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata Jika dahulu contoh-contoh yang
diberikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru
harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-
hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan berbagai pendekatan interaksi yang
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang
diajarkan.
f) Dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim Jika dahulu proses pembelajaran lebih
bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus
dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama
antar individu.
g) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan Jika dahulu ilmu
atau materi yang diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu

13
diberikan), maka saat ini harus dipilih benar-benar ilmu atau materi yang benar-benar
relevan untuk ditckuni dan diperdalam secara sungguh-sungguh (hanya materi yang
relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).
h) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru Jika dahulu siswa
hanya menggunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi yang
diajarkan guru (mata dan telinga), maka saat ini seluruh panca indera dan komponen
jasmani-rohani harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran (kognitif, afektif, dan
psikomotorik).
i) Dari alat tunggal menuju alat multimedia Jika dahulu ilmu guru hanya mengandalkan
papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru dapat menggunakan
beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia baik yang bersifat
konvensional maupun moderen.
j) Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif Jika dahulu siswa harus selalu
setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini
harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama.
k) Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan Jika dahulu seluruh siswa tanpa
kecualı memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap
siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertankan atau keunikan
potensi yang dimilikinyam.
l) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak Jika dahulu siswa harus secara seragam
mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus ditonjolkan saat ini justru
adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari masing -masing individu.
m) Dari satu ilmu pengetahuan berrgeser menuju pengetahuan disiplin jamak Jika dahulu
siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu,
maka saat ini konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan
pengetahuan multi disiplin.
n) Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan Jika dahulu seluruh kontrol
dan kendali kelas ada pada sang guru, maka sekarang ini siswa diberi kepercayaan
untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnyamasing- masing.

14
o) Dari pemikiran faktual menuju kritis Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas
lebih bersifat faktual, maka sekarang ini harus dikembangkan pembahasan terhadap
berbagai hal yang membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.
p) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan Jika dahulu yang
terjadi di dalam kelas adalah "pemindahan" ilmu dari guru ke siswa, maka dalam abad
moderen ini yang terjadi di kelas adalah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa
maupun antara siswa dengan sesamanya.
E. Langkah-Langkah Menciptakan Penilaian Otentik
1. Langkah 1 mengidentifikasi capaian kemampuan akhir peserta didik
Seperti merumuskan pernyataan untuk tujuan umum (goal) dari pembelajaran,capaian
kemampuan akhir merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan
siswa,tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah di capai daripada tujuan
umum.Ditulis dalam pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan siswa
pada point tertentu.Agar operasional,rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan
dapat diukur.
Contoh:siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan benar,,menjelaskan proses
perubahan wujud zat,menjelaskan hukum kekelan energy,mengidentifikasi sebab dan akibat
pemuaian benda,mengidentifikasi syarat-syarat hukum tiga newton.Jadi,standar harus ditulis
dengan jelas,operasional,tidak ambigu dan tidak rancu,tidak terlalu luas atau terlalu
sempit,mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Langkah 2 memilih suatu tugas otentik
Dalam memilih tugas otentik,pertama-tama kita perlu mengkaji standar kita buat,dan
mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya.Misalnya daripada meminta siswa menyelesaikan
soal pecahan,lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah yang terjadi dikehidupan
sehari-hari.
3. Langkah 3 mengidentifikasi kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indicator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah
tugas.Apabila terdapat sejumlah indicator,sebaiknya diperhatikan apakah indicator-indikator
tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
a. contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indicator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop):

15
1) Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
2) Menempatkan objek diatas lubang pada meja mikroskop;
3) Mengatur posisi lensa objektif (perbesaran rendah) tepat diatas lubang
4) Dengan objek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter diatasnya;
5) Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa
6) Okuler sambil memutar pengatur kasar kebelakang
7) Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat dibawah mikroskop
8) Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif
9) Sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang di amati;
10) Memutar pengatur halus perlahan-perlahan dengan mata tetap mengamati melalui
lensa okuler;
11) Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang
ditemukan).
Contoh sejumlah indicator dalam urutan (menggunakan thermometer):
1) Mengeluarkan thermometer dari tempat dengan memegang bagian ujung thermometer
yang tak berisi air raksa
2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler thermometer serendah-rendahnya
3) Memasang thermometer pada pasien (dimulut atau diketiak) sehingga bagian yang
berisi air raksa terkontak dengan tubuh pasien
4) Menunggu beberapa menit (membiarkan thermometer menempel ditubuh pasien
selama beberapa menit).
5) Mengambil thermometer dari tubuh pasien,dengan memegang bagian ujung
thermometer yang tidak berisi air raksa.
6) Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler dengan posisi mata tegak lurus
Contoh sejumlah indicator tidak dalam urutan (dalam matematika):
1) ketepatan kalkulasi
2) ketepatan pengukuran pada model skala
3) label-label pada model skala
4) organisasi kalkulus
5) kerapihan menggambar
6) kejelasan keterangan/eksplanasi

16
b. Karakteristik suatu kriteria yang baik
Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut.
1) Dinyatakan dengan jelas,singkat
2) Pernyataan tingkah laku,dapat diamati
3) Ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa.
c. Jumlah kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) Batasi jumlah kriteria,hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas
(antara 3-4,dibawah 10);
2) Tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3) Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
4. Langkah 4 menciptakan standar kriteria atau rubric (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubric analitis
Dalam rubric tidak selalu diperlukan descriptor.Deskriptor merupakan
karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu,seperti observasi
mendalam,prediksinya beralasan,kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.
b. Menyiapkan suatu rubric yang holistic
Dalam rubric holistic,dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah
menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara
keseluruhan.Sebagai contoh,dalam praktikum dapat disiapkan rubric keseluruhan
sebagai berikut.
c. Mencek rubric yang telah di buat
Untuk keperluan pengecekan rubric yang telah dibuat sebaiknya kita meminta
kepada rekan kerja sesame guru untuk mereviunya atau meminta siswa mengenai
kejelasannya.Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang
telah kita siapkan .Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubric
tersebut dapat dikelola dengan mudah.Bayangkan penampilan atau kinerja siswa
ketika sedang melakukannya.

17
F. Contoh Implementasi Penilaian Otentik untuk Pembelajaran Fisika
Contoh keterampilan membuat grafik
Tujuan pembuatan grafik untuk menunjukkan perbandingan,informasi yang kualitatif
dengan cepat dan sederhana.Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang ruwet dan juga
kompleks bisa disederhanakan dengan menggunakan grafik.Jadi,jika sebuah grafik sulit
dibaca atau dipahami berarti akan kehilangan manfaatnya berharga.
Fungsi grafik yaitu untuk menggambarkan data-data dalam bentuk angka (data
kuantitatif) secara teliti dan menerangkan perkembangan serta perbandingan suatu obyek
maupun peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.Jadi dapat disimpulkan
fungsi grafik:
a. Menggambarkan data kuantitatif dengan teliti.
b. Menerangkan perkembangan,perbandingan suatu obyek ataupun peristiwa yang saling
berhubungan secara singkat dan jelas.
Grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematika dengan menggunakan data-data
yang komparatif.
Untuk jelasnya pertama dibuat matrik keterangan setiap langkah
Langkah Keterangan Contoh
Langkah 1 Ditulis dalam pernyataan Siswa mampu membuat grafik
Menentukan capaian singkat yang harus diketahui dengan benar
kemampuan akhir atau mampu dilakukan siswa
pada point tertentu.
Agar operasional ,rumusan
standar hendaknya dapat
diobservasi dan dapat diukur
Langkah 2 Mengkaji standar yang kita Menentukan nilai komponen
Memilih suatu tugas buat,dan mengkaji kenyataan tahanan melalui grafik
otentik (dunia) sesungguhnya.
Menyiapkan tugas
memecahkan masalah yang
terjadi di kehidupan sehari-
hari.

18
Langkah 3 Kriteria adalah indicator- 1. Jenis grafik yang
Mengidentifikasi Kriteria indikator dari kinerja yang digunakan sesuai
untuk tugas (tasks) baik pada sebuah tugas. 2. Digunakan titik awal dan
Apabila terdapat sejumlah interval yang sesuai
indicator,sebaiknya di untuk tiap sumbu grafik
perhatikan apakah indicator- 3. Digunakan skala yang
indikator tersebut sekuensial sesuai pada tiap sumbu
(memerlukan urutan) atau bergantung pada rentang
tidak.Kriteria yang baik data untuk sumbu
antara lain adalah: tersebut
 Dinyatakan dengan 4. Ada judul utama untuk
singkat,jelas grafik tersebut,yang
 Pernyataan tingkah dengan jelas menyatakan
laku dapat diamati hubungan antara sumbu-
 Ditulis dalam bahasa sumbu grafik tersebut
yang dipahami siswa 5. Sumbu-sumbu grafik
Jumlah kriteria untuk dilabel dengan jelas
semua tugas 6. Variable bebas

 Batasi jumlah diletakkan pada sumbu

kriteria,hanya pada X dan variable tak-

unsur-unsur yang bebas pada sumbu Y

esensial dari suatu 7. Dta tersebut diplot

tugas (antara 3- secara cermat

4,dibawah 10) 8. Warna,tekstur,label,atau

 Tidak perlu fitur lain digunakan

mengukur setiap detil untuk membuat grafik

tugas tersebut lebih mudah

 Kriteria yang lebih dibaca

sedikit untuk tugas- 9. Grafik tersebut rapid an

tugas yang lebih keci disajikan dengan baik.

atau sederhana

19
Langkah 4 Mencek rubric yang telah Assesmen diri peserta didik
Menciptakan standar dibuat Seberapa baik seseorang telah
kriteria atau menampilkan tugasnya dengan
rubric(rubrics) mempertimbangkan kriteria
secara keseluruhan rubric yang
telah dibuat sebaiknya kita
meminta kepada rekan kerja
sesame guru untuk
mereviunya,atau meminta siswa
mengenai kejelasannya.

20
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Autentik


1. Pembelajaran Autentik Dan Asesmen Autentik
Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan
karakter. Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula.Menurut
Ormiston belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan
dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen Autentik terdiri dari berbagai teknik:
a. Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka
panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
b. Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang
kompleks.
c. Analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan
sikap, keteampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen autentik akan bermakna bagi pendidik untuk menentukan
cara-cara terbaik agar semua peserta didik dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan
waktu yang berbeda.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan
pendekatan saintifik, memahahi aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain
secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang luar
sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi.
Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas. Asesmen autentik pun mendorong
peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan,
menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi
pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi
“guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada
penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria
tertentu seperti disajikan berikut ini.

21
a. Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
b. Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan
sumberdaya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
c. Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
d. Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
B. Manfaat Penilaian Autentik
Adapun manfaat penilaiain autentik sebagai berikut.
1. Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara
langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi yang
dibelajarkan.Penilaian yang hanya mengukur capaian pengetahuan yang telah dikuasai
pembelajar hanya bersifat tidak langsung. Tetapi, penilaian autentik menuntut
pembelajar untuk berunjuk kerja dalam situasi yang konkret dan sekaligus bermakna
yang secara otomatis juga mencerminkan penguasaan dan keterampilan keilmuannnya.
Unjuk kerja tersebut bersifat langsung, langsung terkait dengan konteks situasi dunia
nyata dan tampilann yang juga dapat diamati langsung. Hal itu lebih mencerminkan
tingkat capaian pada bidang yang dipelajari. Misalnya, dalam belajar berbicara bahasa
target, pembelajar tidak hanya berlatih mengucapkan lafal, memilih kata, dan menyusun
kalimat, melainkan juga mempratikkannya dalam situasi konkret dan dengan topic
aktual-realistik sehingga menjadi lebih bermakna.
2. Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan hasil
belajarnya. Penilaian haruslah tidak sekadar meminta pembelajar mengulang apa yang
telah dipelajari karena hal demikian hanyalah melatih mereka menghafal dan mengingat
saja yang kurang bermakna. Dengan penilaian autentik pembelajar diminta untuk
mengkonstruksikan apa yang telah diperoleh ketika mereka dihadapkan pada situasi
konkret. Dengan cara ini pembelajar akan menyeleksi dan menyusun jawaban
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan analisis situasi yang dilakukan agar
jawabannya relevan dan bermakna.

22
3. Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar, dan
penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu. Dalam pembelajaran tradisional,
juga model penilaian tradisional, antara kegiatan pengajaran dan penilaian merupakan
sesuatu yang terpisah, atau sengaja dipisahkan. Namun, tidak demikian halnya dengan
model penilaian autentik. Ketiga hal tersebut, yaitu aktivitas guru membelajarkan, siswa
belajar, dan guru menilai capaian hasil belajar pembelajar, merupakan satu rangkaian
yang memang sengaja didesain demikian. Ketika guru membelajarkan suatu topik dan
pembelajar aktif mempelajari, penilaiannya bukan semata berupa tagihan terhadap
penguasaan topik itu, melainkan pembelajar juga diminta untuk berunjuk kerja
mempraktikkannya dalam sebuah situasi konkret yang sengaja diciptakan.
4. Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil
belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.Singkatnya, model
ini memungkinkan pembelajar memilih sendiri cara, bentuk, atau tampilan yang
menurutnya paling efektif. Hal itu berbeda dengan penilaian tradisional, misalnya
bentuk tes pilihan ganda, yang hanya memberi satu cara untuk menjawab dan tidak
menawarkan kemungkinan lain yang dapat dipilih. Jawaban pembelajar dengan model
ini memang seragam, dan itu memudahkan kita mengolahnya, tetapi itu menutup
kreativitas pembelajar untuk mengkreasikan jawaban atau kinerjanya. Padahal, unsur
kreativitas atau kemampuan berkreasi merupakan hal esensial yang harus diusahakan
ketercapaiannya dalam tujuan pembelajaran.
C. Fungsi Penilaian Autentik
Penilaian autentik oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar,
memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
meliputi:
1. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses
pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta
didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap kekurangan
pesertadidikdigunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP
serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya;dan

23
2. Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester,
satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari
penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan
keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik.

D. Rambu-Rambu Penilaian Autentik


Rambu-Rambu Penilaian Autentik, guru sebaiknya:
1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
2. Mengembangkan strategi yang mendorong penilaian sebagai cermin diri.
3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran.
4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.
5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
6. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
7. Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.

E. Prinsip dan Pendekatan Penilaian Autentik


Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru pada saat melaksanakan penilaian
untuk implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
1. Sahih maksudnya penilaian didasarkan pada data yang memang mencerminkan
kemampuan yang ingin diukur;
2. Objektif, penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan tidak boleh
dipengaruhi oleh subjektivitas penilai (guru);
3. Adil, suatu penilaian yang tidak menguntungkan atau merugikan siswa hanya karena
mereka (bisa jadi) berkebutuhan khusus serta memiliki perbedaan latar belakang agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
4. Terpadu, penilaian dikatakan memenuhi prinsip ini apabila guru yang merupakan salah
satu komponen tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5. Transparan, di mana kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan dapat diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan;

24
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup segala aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai. Dengan demikian akan dapat
memantau perkembangan kemampuan siswa;
7. Sistematis, Penilaian yang dilakukan oleh guru harus terencana dan dilakukan secara
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
8. Akuntabel, penilaian yang proses dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya;
9. Edukatif, penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan siswa.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Penilaian berdasarkan Acuan Kriteria adalah penilaian kemajuan peserta didik
dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan.
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung,
dan karakteristik peserta didik.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa standar penilaian pada kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pada prinsip-prinsip kejujuran, yang mengedepankan aspek-aspek berupa
knowledge, skill dan attitude. Penilaian otentik disebutkan dalam kurikulum 2013 adalah model
penilaian yang dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung berdasarkan tiga komponen di
atas. Diantara teknik dan isntrumen penilaian dalam kurikulum 2013 sebagai berikut:

 Penilaian kompetensi sikap. Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui


observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik
dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian
antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
 Penilaian Kompetensi Pengetahuan. Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui
tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
 Penilaian Kompetensi Keterampilan. Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui
penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

25
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.

Sedangkan penilaian autentik sebagai ciri penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki
prinsip-prinsip khusus sebagai berikut.
1. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum.
2. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran.
3. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik.
4. Berbasis kinerja peserta didik.
5. Memotivasi belajar peserta didik.
6. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik.
7. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya.
8. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
9. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen.
10. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran.
11. Mengendaki balikan yang segera dan terus menerus.
12. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata.
13. Terkait dengan dunia kerja.
14. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata.
15. Menggunakan berbagai cara dan instrumen.

F. Jenis – Jenis Asesmen Autentik

ASESMEN DESKRIPSI KEUNTUNGAN

Interviu lisan Guru mengajukan pertanyaan  Konteks informal dan


-pertanyaan kepada siswa santai
tentang kegiatan, bacaan, dan  Dilakukan dari hari ke
minat. hari dengan tiap siswa

26
 Mencatat pengamatan
pada suatu panduan
interviu

Menceritakan kembali Siswa menceritakan kembali  Siswa memproduksi


cerita atau bacaan ide ide pokok atau rincian laporan lisan
tertentu dari bacaan yang  Dapat diskor pada
dialami melalui mendengar komponen isi atau
atau membaca bahasa
 Diskor dengan rubrik
atau sejenis skala sikap
(rating scale)
 Dapat menentukan
pemahaman membaca,
strategi membaca, dan
pengembangan bahasa.

Contoh- contoh tulisan Siswa menghasilkan makalah  Siswa menghasilkan


naratif, ekspositori, persuasif, dokumen tertulis
atau referensi.  Dapat diskor pada
komponen isi atau
bahasa
 Dapat diskor dengan
rubric atau rating scale
 Dapat menentukan
proses-proses menulis

Proyek / pameran Siswa proyek, bekerja secara  Siswa membuat


individual atau berpasangan presentasi formal,
laporan tertulis, atau

27
dua-duanya
 Dapat mengamati
produk-produk lisan
atau tertulis dan
keterampilan –
keterampilan berfikir
 Dapat diskor dengan
rubric atau rating scale

Eksperimen / demonstrasi Siswa eksperimen atau  Siswa membuat


menyelesaikan presentasi formal,
mendemonstrasikan laporan tertulis, atau
penggunaan bahan dua-duanya
 Dapat mengamati
produk-produk lisan
atau tertulis dan
keterampilan –
keterampilan berfikir
 Dapat diskor dengan
rubric atau rating scale
Menyusun butir-butir Siswa merespon dalam bentuk  Siswa menghasilkan
jawaban lisan terhadap pertanyaan- laporan tertulis
pertanyaan opend-ended  Biasanya diskor pada
informasi substansif
atau keterampilan –
keterampilan
 Dapat diskor dengan
rubric atau rating scale
 Dapat diskor dengan
rubric atau rating scale

28
Portofolio Memusatkan pada koleksi  Memadukan informasi
karya siswa untuk dari sejumlah sumber
menunjukkan kemajuan dari  Memberikan gambaran
waktu ke waktu. menyeluruh dari kinerja
dan pembelajaran siswa
 Keterlibatan dan
komitmen siswa yang
kuat
 Menghimbau evaluasi
diri siswa

Penilaian autentik memerlukan tugas untuk menampilkan kinerja peserta didik dan
sebuah kriteria penilaian atau rubric yang akan digunakan untuk menilai penampilan kerja
berdasarkan tugas tersebut.
a. Tugas autentik
Tugas otentik adalah suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya,
dianggap otentik apabila :
1. Siswa diminta untuk konstruk response mereka sendiri bukan sekedar memilih dari
yang tersedia
2. Tugas merupakan tantangan yang mirip yang dihadapkan dalam dunia kenyataan
sesungguhnya. Mungkin saja ada definisi yang lain
Baron's mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik yaitu :
1) Tugas tersebut bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru
2) Tugas disusun bersama atau melibatkan siswa
3) Tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya
dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut.
4) Tugas tersebut meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas
5) Tugas tersebut mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan

29
Anonymous (2005) mengemukakan dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas
dalam penilaian autentik, yaitu : keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities ) .
selanjutnya Anonymous mengungkapkan 5 dimensi yang perlu dipertimbangkan pada saat
menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains. :
1) Pertama , ( length )atau lama waktu pengerjaan tugas
2) Kedua, jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa
3) Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya
4) Keempat , fokus penilaian : pada produk atau pada proses
5) Kelima, keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk
menunjukkan kinerja nya
b. Tipe tugas otentik
Tugas-tugas penilaian autentik dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk tulisan
1) Compute adaptive testing, ( Tidak berbentuk tes objektif) , yang menuntut
2) Peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan Tingkat kemampuan
yang nyata
3) Tes pilihan ganda diperluas dengan memberikan alasan terhadap jawaban yang dipilih
4) Extended respons atau open ended question juga dapat digunakan
5) Group performance assessment tugas-tugas kelompok atau Individual
6) Performance assessment tugas perorangan
7) Interview berupa pertanyaan lisan dari asesor
8) Portofolio sebagai Kumpulan hasil karya siswa : Project Expo atau demonstrasi
9) Constructed respons yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya

c. Kriteria penilaian (Rubrics)


Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian berbasis
kinerja terdiri dari tasks dan rubrics. rubrik merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar
kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas. Rubrik dapat berupa rubrik deskriptif holistik dan
skala persepsi. Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa empat komponen.
1) Dimensi akan dijadikan dasar menilai kinerja siswa
2) Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi.
3) Skala ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi
4) Standar ditentukan untuk setiap kategori kinerja.

30
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubric sudah disusun sebaik-baiknya tetapi harus
disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-satunya
kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu . Dari satu tugas bisa saja disusun
lebih dari satu rubrik .Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk menilai sesuatu
rubrik pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai sesuatu
rubrik.

1) Seberapa jauh rubrik tersebut jelas berhubungan langsung dengan kriteria yang dinilai?
2) Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang dinilai ?
3) Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku
dalam bidang kinerja yang dinilai ?
4) Sejauh mana dimensi dan skala yang digunakan terdefinisi dengan baik ?
5) jika menggunakan skala numerik sejauh mana angka-angka yang digunakan itu memang
secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
6) Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda ?
7) Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
8) Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari biasanya?
9) Apakah rubrik mudah digunakan cukup praktis dan mudah di administrasikanya?

d. Deskriptif dan level kinerja


Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian otentik
atau penilaian berbasis kinerja yaitu deskriptor. deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja
siswa pada masing-masing label dari suatu penampilan. Contohnya seperti rumusan standar
minimal dalam perumusan perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor digunakan untuk
memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga membantu penilai lebih
konsisten dan lebih objektif. Bagii guru yang melaksanakan penilaian otentik descriptor
membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.

31
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembelajaran autentik dengan penilaian autentik adalah suatu cara untuk memfasilitasi
peserta didik dalam pembelajaran yang kolaboratif, kooperatif, kompetitif dan karakter.
Asesmen autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula.Menurut Ormiston
belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam
kenyataannya di luar sekolah.
2. Adapun manfaat penilaiain autentik sebagai berikut.
 Penggunaan penilaian autentik memungkinkan dilakukannya pengukuran secara
langsung terhadap kinerja pembelajar sebagai indikator capain kompetensi yang
dibelajarkan.
 Penilaian autentik memberikan kesempatan pembelajar untuk mengkonstruksikan
hasil belajarnya.
 Penilaian autentik memungkinkan terintegrasikannya kegiatan pengajaran, belajar,
dan penilaian menjadi satu paket kegiatan yang terpadu.
 Penilaian autentik memberi kesempatan pembelajar untuk menampilkan hasil
belajarnya, unjuk kerjanya, dengan cara yang dianggap paling baik.
3. Fungsi penilaian autentik
 Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses
pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar
peserta didik tahu, mampu dan mau.
 Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu
semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. .
4. Rambu-rambu penilaian autentik
 Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.
 Mengembangkan strategi yang mendorong penilaian sebagai cermin diri.
 Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran.
 Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

32
 Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam
pengamatan kegiatan belajar peserta didik.
 Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
5. Prinsip penilaian autentik
 Sahih
 Objektif
 Adil
 Terpadu
 Transparan
 Menyeluruh dan berkesinambungan
 Sistematis
 Akuntabel
 Edukatif
6. Asesmen Otentik Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mewujudkan Generasi Emas yang
Kolaboratif, Kooperatif, Kompetitif Dan Berkarakter
 Suatu realistık yang terkait dengan tujuan pendidikan sains.
 Suatu sistem untuk menilai proses dan produk
 Sebagai parner tes tradisional
7. Langkah-Langkah Menciptakan Penilaian Otentik
 Langkah 1 mengidentifikasi capaian kemampuan akhir peserta didik
 Langkah 2 memilih suatu tugas otentik
 Langkah 3 mengidentifikasi kriteria untuk tugas (tasks)
 Langkah 4 menciptakan standar kriteria atau rubric (rubrics)
B. Saran
Tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu mudah-mudahan
kedepannya pendalaman mengenai penilaian autentik ini semakin jauh ke intinya sehingga
banyak yang paham dan mengerti terhadap penilaian ini.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk Dalam
Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Festiyed.2018. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Padang: Sukabina Press

Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan dan
Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI

Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Nurgiyantoro, B.. Penilaian Otentik.Cakrawala Pendidikan, Th. XXVII, No.3

Nuryani, Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan Penerapannya dalam Pendidikan Sains,
FPMIPA Pasca sarjana UPI, tt

Wulandari, Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik Berbasis Kinerja Dalam Pembelajaran


Fisika Model React Di Sma Kelas X Semester 2, FPMIPA Universitas Negeri Malang, tt

Zainul, A. 2001. Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi.


Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas. Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008

34

Anda mungkin juga menyukai