Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN INTERFEROMETER MICHELSON

A. TUJUAN
1. Mempelajari interferensi pada interferometer Michelson.
2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi.

B. ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang digunakan adalah:
1. Interferometer Michelson
2. Sumber sinar laser He-Ne.
3. Lensa positif dan pemegang lensa.
4. Pemecah berkas (beam splitter).
5. Layar

C. TEORI DASAR

Interferensi adalah superposisi dua buah gelombang atau lebih yang


bertemu pada satu titik ruang. Hasil interferensi yang berupa pola cincin terang
gelap dapat digunakan untuk menentukan beberapa besaran fisis yang
berkaitan dengan interferensi, misalnya panjang gelombang suatu sumber
cahaya, indeks bias, dan ketebalan bahan. Jika 2 buah gelombang dengan
frekuensi yang sama tetapi berbeda amplitudo dan fase bersuperposisi, maka
hasilnya dinyatakan dengan persamaan:

𝑦 = 𝑎1 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 − 𝛼1 ) + 𝑎2 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 − 𝛼2 ) (1)

𝑦 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 − 𝛼) (2)

Dengan: 𝐴2 = 𝑎12 + 𝑎22 + 2𝑎1 𝑎2 𝑐𝑜𝑠 𝛿 dan 𝛿 = 𝑎1 − 𝑎2 .

Dalam interferometer Michelson, berkas cahaya datang dipecah ke dalam


dua buah berkas cahaya menggunakan beam splitter berupa plat kaca yang
separuhnya dilapisi perak. Selanjutnya kedua berkas cahaya ini dipantulkan
oleh dua buah cermin datar untuk kemudian bertemu kembali di beam splitter
dan diteruskan sehingga membentuk pola interferensi di layar.

Berdasarkan dari beda lintasan berkas cahaya, maka beda fase pola interferensi
dinyatakan dengan:

2𝜋
𝛿= ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (3)
𝜆

Gambar 1 Skematik interferometer Michelson dan pola interferensi

Dengan ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 adalah beda panjang lintasan dan 𝜆 adalah panjang gelombang
cahaya yang digunakan dalam percobaan. Jika cermin pada interferometer
digerakkan dan seting peralatan diputar 900 maka diharapkan terjadi
pergeseran pola (frinji/rumbai) interferensi. Pergeseran yang diharapkan
adalah sebesar jumlah rumbai/frinji 𝛥𝑁 yang diakibatkan oleh pergeseran
lintasan optis 𝛥ⅆ dan dinyatakan dengan persamaan:

2𝛥𝑑
𝛥𝑁 = (4)
𝜆

(Tim Dosen, 2018)

TEORI TAMBAHAN

Interferometer Michelson adalah rangkaian alat optic paling umum


yang digunakan untuk interferometer. Interferometer, ditemukan oleh fisikawan
Amerika A. A. Michelson (1852–1931), membagi berkas cahaya menjadi dua
bagian dan kemudian menggabungkan kembali bagian-bagian tersebut untuk
membentuk pola interferensi. Pada rangkaian ini, sinar datang terbagi menjadi
2 bagian oleh beam splitter atau sepasang fiber optic. Interferometer adalah alat
yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi dan dibagi menjadi
2 jenis, yakni interometer pembagi muka gelombang dan interferometer
pembagi amplitude. Interferometer Michelson merupakan interferometer
pembelah amplitude, dimana hal ini sangat berguna dalam pengukuran indeks
bias, pengukuran panjang, pengukuran getaran (vibrasi) dan juga pengukuran
simpangan permukaan.(Raymond A. Serway, 2019)
Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d)
akan membentuk suatu frinji. Oleh permukaan beam splitter (pembagi berkas)
cahaya laser, sebagian dipantulkan ke kanan dan sisanya ditransmisikan ke atas.
Bagian yang dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin datar (cermin 1) akan
dipantulkan kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke screen (layar).
Adapun bagian yang ditransmisikan ke atas oleh cermin datar (cermin 2) juga
akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian bersatu dengan cahaya
dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang
ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelapterang (frinji). (Nurilda
Hayani, 2017)

Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakan


cermin pada Interferometer Michelson dan menghitung frinji interferensi yang
bergerak atau berpindah, dengan acuan suatu titik pusat, sehingga diperoleh
jarak pergeseran yang berhubungan dengan perubahan frinji sebesar ∆ⅆ =
∆𝑁𝜆2 ↔ 𝑓 = ∆𝑁𝑐2∆ⅆ dengan ∆d adalah perubahan lintasan optis, λ adalah
nilai panjang gelombang sumber cahaya dan ∆N adalah perubahan jumlah
frinji.( John R. Taylor, 2017)
Kita asumsikan bahwa lengan satu persis sejajar dengan kecepatan
bumi v. Cahaya bergerak dari M ke M1 dengan kecepatan c+v (relatif terhadap
interferometer)dan Kembali M1 ke M dengan kecepatan c-v. Jdi total waktu
untuk perjalanan bolak balik di jalur satu ini adalah
𝑡1 = 𝑙𝑐 + 𝑣 + 𝑙𝑐 − 𝑣 = 2𝑙𝑐𝑐2 − 𝑣2 (5)

Karena β=vc maka


𝑡1 = 2𝑙𝑐11 − 22𝑙𝑐1 + 2 (6)

Kecepatan cahaya yang bergerak dari M ke M2 ditunjukan pada


gambar. Cahaya memiliki kecepatan u tegak lurus terhadap v, relative
terhadap eter, bergerak dengan kecepatan c kearah yang ditampilkan.
Kecepatannya adalah
𝑢 = 𝑐2 − 𝑣2 (7)

Karena kecepatannya sama pada perjalanan balik, maka waktu total


untuk perjalanan di jalur dua ini adalah
𝑡2 = 2𝑙𝑐2 − 𝑣2 = 2𝑙𝑐1 − 22𝑙𝑐1 + 122 (8)

Gelombang berjalan di sepanjang kedua jalur dengan waktu yang


sedikit berbeda untuk Kembali ke M. Perbedaannya adalah
∆𝑡 = 𝑡1 − 𝑡21𝑐2 (9)

N adalah perbedaan fasa, yaitu


𝑁 = ∆𝑡𝑇 = 𝑙2/𝑐𝑐 = 𝑙2(10)

Perbedaan N harus berubah dua kali lipat jumlahnya maka


∆𝑁 = 2𝑙2 (11)

(𝐽𝑖𝑎𝑛 𝐽𝑖𝑎𝑛, 2018)


Interferometer didasarkan pada fenomena interferensi cahaya.
Interferometer telah dikembangkam begitu luas sehingga berbagai macam
susunan dapat dikenal, seperti interferometer Michelson, Fabry Perot, Mach
Zehnder, dan Twyman Green. Penggunaan interferometer ini tidak terbatas
pada bidang fisika, tetapi juga sampai ke aplikasi. Pada interferometer
Michelson, interferensi cahaya dihasilkan oleh dua sinar dengan lintasan yang
berbeda. Perubahan jalur optik (atau besaran lain yang berhubungan dengan
panjang dan indeks bias) mempengaruhi pola interferensi. Pengukuran
besaran-besaran tersebut dapat dilakukan pada orde panjang gelombang cahaya
yang digunakan; dengan ketelitian sampai pada orde pico meter. (Phengfe Zao
etc 2018)
Interferometer Michelson merupakan susunan alat optik paling umum
yang digunakan untuk interferometer. Pada Michelson Interferometer, sinar
datang dibagi menjadi dua bagian oleh beam splitter atau sepasang fiber optik
(salah satu bagian menjadi acuan). Penggunaan fiber optik yang telah meluas
pada aplikasi teknologi dalam kehidupan sehari – hari membuat peristiwa yang
terjadi pada bahan ini menarik untuk diamati. Interferometer merupakan suatu
alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Interferometer
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka gelombang dan
interferometer pembagi amplitudo. Interferometer Michelson adalah termasuk
interferometer pembelah amplitudo dimana interferometer ini sangat berguna
dalam pengukuran indeks bias, pengukuran panjang, pengukuran getaran
(vibrasi) dan dapat juga digunakan untuk pengukuran simpangan permukaan.
(Thimoty P. Larson, 2018)
Interferensi adalah superposisi dari dua atau lebih gelombang yang
bertemu pada suatu titik dalam ruang. Interferensi optik adalah interaksi antara
dua atau lebih gelombang cahaya, yang hasilnya bergantung pada komponen.
Ketika dua gelombang dengan frekuensi dan panjang yang sama tetapi berbeda
fase bergabung, mereka menciptakan gelombang yang amplitudonya
bergantung dari perbedaan fase. Jika beda fase adalah 0° atau kelipatan bilangan
bulat 360°, gelombang akan sefase dan saling berinterferensi dengan saling
menguatkan (interferensi konstruktif). Amplitudonya sama dengan jumlah
amplitudo masing-masing gelombang. Jika beda fasa 180°, atau ganjil dikalikan
180°, gelombang yang dihasilkan akan berbeda fase dan saling berinterferensi
dengan saling melemahkan (interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan
merupakan selisih amplitudo masing-masing gelombang.
Kisi difraksi adalah suatu alat yang terdiri dari serangkaian celah sejajar
yang berjarak sama satu sama lain. Dan jarak antara dua slot berurutan disebut
sebagai konstanta kisi (d). Menurut teori Huygens, ketika sinar melewati celah
sempit, setiap titik di celah adalah sumber gelombang cahaya baru (gelombang
kedua). Difraksi adalah interferensi dari serangkaian sumber titik yang mengisi
celah. Ada dua jenis difraksi, yakni difraksi Fraunhofer dan difraksi Fresnel.
Jika jarak dari celah ke layar cukup besar, sinar dari celah ke layar dapat
dianggap sejajar, disebut difraksi Fraunhofer.( Herwinarso, dkk 2013)

D. LANGKAH KERJA
1. Menyusun peralatan seperti gambar 1.
2. Menyalakan sumber laser He-Ne.
3. Mengatur berkas sinar agar mengenai beam splitter dengan sudut datang
450.
4. Mengatur kedudukan kedua cermin sehingga berkas sinar interferensi pada
layar.
5. Memasang lensa sehingga terbentuk pola interferensi dengan jumlah
rumbai banyak.
6. Mengatur kembali seluruh komponen peralatan sehingga pola interferensi
cincin (lingkaran konsentrik) terbentuk jelas.
7. Mencatat jumlah rumbai yang terbentuk.
8. Mengubah cermin dan mencatat panjang lintasan optis.
9. Mengulangi langkah 8 sehingga pergeseran rumbai teramati.
10. Mengulangi percobaan untuk panjang gelombang sinar laser yang berbeda.

E. PERTANYAAN AWAL
1. Jelaskan asal mula percobaan interferometer Michelson dilakukan, mulai
dari tujuan, metode hingga hasilnya.
Jawab:
Ferometer Michelson adalah salah instrumen pengukuran yang memiliki
peran besar dalam perkembangan fisika modern. Tahun 1887 fisikawan
Amerika Serikat, Albert A Michelson dan E.W Morley melakukan
percobaan besar untuk menguji keberadaan eter. Percobaan mereka
tersebut pada dasarnya mempergunakan interferometer Michelson yang di
rancang khusus untuk melakukan percobaan ini. Interferometer Michelson
merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi
cahaya. Interferensi cahaya sendiri merupakan perpaduan antara dua
gelombang cahaya. Interferensi cahaya ini akan menghasilkan pola gelap
dan terang. Jika kedua gelombang tersebut memiliki fase yang sama maka
akan terjadi interferensi Kontruktif (saling menguatkan) sehingga nantinya
akan terbentuk pola terang, sedangkan jika kedua gelombang tidak
mempunyai fase yang sama maka akan terjadi interferensi Dekstruktif
(saling melemahkan) sehingga terbentuk pola gelap.
Metode Interferometer Michelson
Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik (satu warna)
dipisahkan menjadi dua berkas yang dibuat dengan melewati dua lintasan
yang berbeda dan kemudian di perpadukan kembali. Karena adanya
perbedaan panjang lintasan yang di tempuh kedua berkas, maka akan
tercipta suatu pola interferensi.

Pertama cahaya akan ditembakkan melalui laser, kemudian oleh


permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser. Sebagian
dipantulkan ke kanan dan sisanya di transmisikan ke atas. Bagian yang ke
kanan di pantulkan oleh cermin datar, cahaya akan di pantulakan oleh
cermin datar 2 juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian
bersatu dengan cahaya dari cermin 1 menuju layar, sehingga kedua sinar
akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin
gelap-terang (frinji). Layar pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh
dengan menggerakan cermin pada Interferometer Michelson dan
menghitung frinji interferensi yang bergerak atau berpindah, dengan acuan
suatu titik pusat. Sehingga diperoleh jarak pergeseran yang berhubungan
dengan perubahan frinji, sebesar:
∆𝑁𝜆
∆ⅆ =
2
dengan Δd adalah perubahan lintasan optis, lambda adalah nilai panjang
gelombang sumber cahaya dan N adalah perubahan jumlah frinji. Tujuan
awal dari percobaan ini adalah untuk membuktikan adanya eter, sedangkan
pada percobaan ini tidak ada perubahan sudut dan arah laser secara
significan ketika finjil mulai diubah. Sayangnya percobaan ini gagal untuk
mengamati gerak bumi terhadap eter, yang membuktikan bahwasanya eter
itu tidak ada.

2. Turunkan persamaan (4).


Jawab:

𝜆 = 2ⅆ𝑚𝑁
Dimana : Panjang gelombang (nm)
dm : Beda Lintasan Optik (m)
N : Jumlah Frinji
Dengan ketidakpastian panjang gelombang (λ)

𝜕𝜆
∆𝜆 = |𝜕𝑑 | ∆ⅆ𝑚
𝑚

𝜕(2𝑑𝑚 𝑁 −1 )
∆𝜆 = | | ∆ⅆ𝑚
𝜕𝑑𝑚

∆𝜆 = |2𝑁 −1 ∆ⅆ𝑚 |
∆𝜆 2𝑁 −1 ∆𝑑𝑚
= | 2𝑑 −1
|
𝜆 𝑚𝑁

∆𝑑𝑚
∆𝜆 = | | 𝐾𝑅 = ∆𝜆 × 100%
𝑑𝑚

𝐷𝐾 = 100% − 𝐾𝑅
𝑃𝐹 = 𝜆 ± ∆𝜆𝑛𝑚
F. DATA PENGAMATAN

No. ⅆ (𝑚𝑚) 𝑁 ∆ⅆ (𝑚𝑚) ∆𝑁


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anda mungkin juga menyukai