A. TUJUAN
1. Mempelajari interferensi pada interferometer Michelson.
2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi.
C. TEORI DASAR
𝑦 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 − 𝛼) (2)
Berdasarkan dari beda lintasan berkas cahaya, maka beda fase pola interferensi
dinyatakan dengan:
2𝜋
𝛿= ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 (3)
𝜆
Dengan ⅆ 𝑠𝑖𝑛 𝜃 adalah beda panjang lintasan dan 𝜆 adalah panjang gelombang
cahaya yang digunakan dalam percobaan. Jika cermin pada interferometer
digerakkan dan seting peralatan diputar 900 maka diharapkan terjadi
pergeseran pola (frinji/rumbai) interferensi. Pergeseran yang diharapkan
adalah sebesar jumlah rumbai/frinji 𝛥𝑁 yang diakibatkan oleh pergeseran
lintasan optis 𝛥ⅆ dan dinyatakan dengan persamaan:
2𝛥𝑑
𝛥𝑁 = (4)
𝜆
TEORI TAMBAHAN
D. LANGKAH KERJA
1. Menyusun peralatan seperti gambar 1.
2. Menyalakan sumber laser He-Ne.
3. Mengatur berkas sinar agar mengenai beam splitter dengan sudut datang
450.
4. Mengatur kedudukan kedua cermin sehingga berkas sinar interferensi pada
layar.
5. Memasang lensa sehingga terbentuk pola interferensi dengan jumlah
rumbai banyak.
6. Mengatur kembali seluruh komponen peralatan sehingga pola interferensi
cincin (lingkaran konsentrik) terbentuk jelas.
7. Mencatat jumlah rumbai yang terbentuk.
8. Mengubah cermin dan mencatat panjang lintasan optis.
9. Mengulangi langkah 8 sehingga pergeseran rumbai teramati.
10. Mengulangi percobaan untuk panjang gelombang sinar laser yang berbeda.
E. PERTANYAAN AWAL
1. Jelaskan asal mula percobaan interferometer Michelson dilakukan, mulai
dari tujuan, metode hingga hasilnya.
Jawab:
Ferometer Michelson adalah salah instrumen pengukuran yang memiliki
peran besar dalam perkembangan fisika modern. Tahun 1887 fisikawan
Amerika Serikat, Albert A Michelson dan E.W Morley melakukan
percobaan besar untuk menguji keberadaan eter. Percobaan mereka
tersebut pada dasarnya mempergunakan interferometer Michelson yang di
rancang khusus untuk melakukan percobaan ini. Interferometer Michelson
merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi
cahaya. Interferensi cahaya sendiri merupakan perpaduan antara dua
gelombang cahaya. Interferensi cahaya ini akan menghasilkan pola gelap
dan terang. Jika kedua gelombang tersebut memiliki fase yang sama maka
akan terjadi interferensi Kontruktif (saling menguatkan) sehingga nantinya
akan terbentuk pola terang, sedangkan jika kedua gelombang tidak
mempunyai fase yang sama maka akan terjadi interferensi Dekstruktif
(saling melemahkan) sehingga terbentuk pola gelap.
Metode Interferometer Michelson
Dalam percobaan ini, seberkas cahaya monokromatik (satu warna)
dipisahkan menjadi dua berkas yang dibuat dengan melewati dua lintasan
yang berbeda dan kemudian di perpadukan kembali. Karena adanya
perbedaan panjang lintasan yang di tempuh kedua berkas, maka akan
tercipta suatu pola interferensi.
𝜆 = 2ⅆ𝑚𝑁
Dimana : Panjang gelombang (nm)
dm : Beda Lintasan Optik (m)
N : Jumlah Frinji
Dengan ketidakpastian panjang gelombang (λ)
𝜕𝜆
∆𝜆 = |𝜕𝑑 | ∆ⅆ𝑚
𝑚
𝜕(2𝑑𝑚 𝑁 −1 )
∆𝜆 = | | ∆ⅆ𝑚
𝜕𝑑𝑚
∆𝜆 = |2𝑁 −1 ∆ⅆ𝑚 |
∆𝜆 2𝑁 −1 ∆𝑑𝑚
= | 2𝑑 −1
|
𝜆 𝑚𝑁
∆𝑑𝑚
∆𝜆 = | | 𝐾𝑅 = ∆𝜆 × 100%
𝑑𝑚
𝐷𝐾 = 100% − 𝐾𝑅
𝑃𝐹 = 𝜆 ± ∆𝜆𝑛𝑚
F. DATA PENGAMATAN