Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interferometer Michelson adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui pola-pola
interferensi suatu gelombang. Percobaan Interferometer Michelson dilakukan dengan
meletakkan secara tegak lurus 90 dari posisi movable mirror dan adjustable mirror
yang ditengahi oleh split. Posisi tersebut, akan terjadi perbedaan lintasan yang
diakibatkan oleh pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk
melewati lensa 1,8 nm. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan
adanya beda fase dan penguatan fase atau interferensi yang selanjutnya menyebabkan
munculnya pola-pola pada princing (Soedojo, 1992).
Saat ini setiap orang sering menggunakan interferometer dalam kehidupannya
misalnya untuk mendeteksi gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopi transormasi
fourier dengan pola cahaya berbentuk princing. Akan tetapi, masih ada sekelompok
orang yang belum mengerti bagaimana cara merangkai atau menyusun sebuah
komponen interferometer untuk digunakan dalam menghasilkan sebuah pola
interferensi gelap dan terang berbentuk princing tersebut.
Oleh karena itu, melalui percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat merangkai
komponen interferometer dengan tepat serta dapat mengamati dan membandingkan

bentuk princing-princing yang terbentuk dengan teori seperti pada interferometer


tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan:
1. Bagaimana merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga
menghasilkan sebuah princing ?
2. Bagaimana mengamati princing-princing yang terbentuk ?
3. Bagaimana membandingkan bentuk princing-princing yang terbentuk dengan
teori ?
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah:
1. Merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga menghasilkan sebuah
princing.
2. Mengamati princing-princing yang terbentuk.
3. Membandingkan bentuk princing-princing yang terbentuk dengan teori.
1.4 Manfaat Percobaan
Adapun manfaat pada percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa dapat merangkai komponen interferometer dengan tepat sehingga
menghasilkan sebuah princing.
2. Mahasiswa dapat mengamati princing-princing yang terbentuk.
3. Mahasiswa dapat membandingkan bentuk princing-princing yang terbentuk
dengan teori.
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interferensi
Fenomena gelombang yang terjadi bila dua atau lebih gelombang bertumpang tindih
daerah ruang yang sama dikelompokkan dalam interferensi. Bila dua gelombang
berfrekuensi sama merambat dalam arah yang sama dengan beda fasa yang tetap
waktu, maka akan terjadi keadaan dimana energi tidak disubtitusikan secara merata
dalam ruang, melainkan pada titik-titik tertentu terjadi energi maksimum dan pada
titik lainnya terjadi minimum. Peristiwa ini disebut interferensi. Interferensi adalah
interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi dapat bersifat
membangun dan merusak jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang
baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut dan beda
fasenya adalah 180, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan (Tipler, 1998).
Interferensi gelombang merupakan perpaduan antara dua gelombang atau lebih pada
suatu daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Interferensi dua gelombang yag
mempunyai frekuensi, amplitudo, dan arah getaran sama yang merambat menurut
garis lurus dengan kecepatan yang sama tetapi berlawanan arahnya, menghasilkan
gelombang stasioner

atau gelombang diam. Interferensi destruktif

(saling

meniadakan) terjadi bila gelombang-gelombang yang mengambil bagian dalam


interferensi memiliki fase berlawanan sedangkan interferensi konstruktif (saling
menguatkan) terjadi jika gelombang-gelombang yang mengambil bagian dalam
interferensi memiliki fase yang sama. Interferensi konstruktif biasa disebut juga
dengan superposisi gelombang (Bahrudin, 2006).

2.2 Interferometer Michelson


Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi pola interferensi tersebut
adalah interferometer. Alat ini dapat dipegunakan untuk mengukur panjang gelombang
atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian sangat tinggi berdasarkan
penentuan garis-garis interferensi yang pada awal mulanya alat ini dipergunakan untuk
membuktikan ada tidaknya eter (Halliday, 1994).
Dalam interferometer ini, kedua gelombang yang berinterferensi diperoleh dengan jalan
membagi intensitas gelombang semula. Contohnya adalah intreferometer Michelson yang
menghasilkan kesimpulan negatif tentang adanya eter, interferometer ini juga sangat
berguna dalam pengukuran indeks bias dan jarak. Prinsip kerja dari percobaan yang
dilakukan oleh A.A Michelson telah menghasilkan beberapa variasi konfigurasi sehingga
pola interferensinya berwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang (Tjia, 1994).

Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu suatu alat
yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi. Interferometer
Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam mengukur pola
interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert Abraham Michelson.
Sebuah pola interferensi dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya menggunakan
sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam splitter). Interferensi terjadi ketika
dua buah cahaya yang telah dibagi digabungkan kembali. Seperti halnya celah ganda
Young, Interferometer Michelson mengambil cahaya monokromatik yang berasal dari

sebuah sumber tunggal dan membaginya ke dalam dua gelombang yang mengikuti
lintasan-lintasan yang berbeda. Interferometer ini digunakan oleh Michelson untuk
percobaan Michelson-Morley bersama dengan Edward Morley. Pada percobaan
Michelson-Morley, interferometer menggunakan cahaya bintang sebagai sumber
cahaya. Cahaya bintang adalah cahaya yang memiliki koherensi temporal, namun
titik sumber cahaya itu memiliki koherensi spasial dan akan menghasilkan sebuah
pola interferensi (Hariharan, 2007).
Interferometer Michelson adalah percobaan Michelson-Morley yang memberikan
bukti untuk relativitas khusus dan dapat pula digunakan untuk berbagai macam
aplikasi yang berbeda. Interferometer Michelson telah digunakan untuk mendeteksi
gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopi transformasi Fourier. Interferometer ini
juga digunakan untuk menghasilkan interferometer delay line yang mengubah
modulasi fase ke modulasi amplitudo di jaringan DWDM. Interferometri astronomi
pada prinsipnya menggunakan interferometer Michelson. Aplikasi lain dari
interferometer Michelson adalah pada OCT (optical coherence tomography) yang
merupakan teknik pencitraan medis (Tjia, 1994).

2.3 Prinsip kerja Interferometer Michelson


Pada percobaan interferometer Michelson ini menggunakan sebuah interferometer,
dimana interferometer itu sendiri berasal dari kata interferensi dan meter yang berarti
6

suatu alat yang digunakan unutuk mengukur panjang atau perubahan panjang dengan
ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi.
(Halliday, 1994).
Sebuah berkas cahaya yang berasal dari sumber cahaya monokromatik dipecah
menjadi dua buah berkas oleh cermin pemecah berkas M, yang membentuk sudut 45 o
terhadap arah berkas cahaya. Satu bagian pecahan berkas ditransmisikan secara
horizontal ke arah cermin M2, dan satu bagian pecahan berkas yang lainnya
dipantulkan secara tegak lurus ke arah cermin M 1. Kedua berkas ini kemudian
menempuh lintasan yang berbeda L1 dan L2. Setelah masing-masing berkas ini
dipantulkan dari M1 dan M2, kedua berkas ini selanjutnya digabungkan kembali di M
untuk menghasilkan sebuah pola interferensi, yang dapat diamati oleh teleskop atau
dijatuhkan pada sebuah layar seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram skematik Interferometer Michelson (Hariharan, 2007)


Kaca pelat (screen), yang memiliki ketebalan yang sama dengan M, diletakkan pada
jalur lintasan berkas cahaya horizontal untuk memastikan bahwa kedua berkas cahaya
pantulan melewati kaca dengan ketebalan yang sama. Syarat terjadinya interferensi

untuk kedua berkas cahaya ini ditentukan oleh selisih panjang lintasannya (Hariharan,
2007).
Prinsip kerja dari Interferometer sesungguhnya adalah Laser He-Ne memancarkan
cahaya ke arah lensa pembagi berkas (beam splitter) yang menyebabkan sinar akan
terbagi dua, yaitu sebagian menuju cermin M1 dan sebagian yang lain menuju cermin
M2. Pantulan cahaya masing-masing dari M1 dan M2 akan bersatu kembali pada lensa
pembagi (beam splitter) dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan
pola gelap-terang berbentuk cincin yang disebut frinji yang dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pola penampakan Frinji (Zemansky,1994)


Prinsip reflektansi dan transmisivitas pada eksperimen Interferometer Michelson ini
dapat dijelaskan dengan sinar dikirim mundur maju melalui gas beberapa kali oleh
sepasang cermin sejajar, sehingga seperti merangsang emisi berdasarkan sebanyak
mungkin atom yang tereksitasi. Salah satu cermin itu adalah tembus cahaya sebagian,

sehingga sebagian dari berkas sinar itu muncul sebagai berkas sinar ke luar.
(Zemansky, 1994).
Interferensi satu berkas cahaya dapat dipandang sebagai sebuah gelombang dari
medan listrik-magnetik yang berosilasi yang diperoleh dengan menjumlahkan
gelombang-gelombang tersebut. Hasil penjumlahan itu akan memberikan intensitas
yang maksimum disuatu titik, apabila di titik tersebut gelombang-gelombang itu
selalu sefase. Pola interferensi yang misalnya berwujud lingkaran-lingkaran gelapterang dapat terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik
pada pola interferensi haruslaah tetap sepanjang waktu, atau dengan kata lain
gelombang-gelombang itu harus koheren. Syarat koheren tidak terpenuhi jika
gelombang-gelombang itu berasal dari sumber-sumber cahaya yang berlainan, sebab
setiap sumber cahaya biasa tidak memancarkan gelombang cahaya secara kontinu,
melainkan terputus-putus (Soedojo, 1992).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu:
Hari/tanggal

: Senin, 28 November 2016

Pukul

: 13.30 WITA - Selesai

Tempat

: Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNTAD

3.2 Alat dan Bahan


Adapun Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Bangku optik berfungsi sebagai tempat penyangga komponen-komponen optik
lainnya.
2. Laser Pointer berfungsi sebagai sumber cahaya.
3. Permukaan bidang kaca pertama berfungsi untuk menangkap sumber cahaya
tetap.
4. Permukaan bidang kaca kedua berfungsi sebagai cermin yang bergerak.
5. Kaca pembagi sinar berfungsi sebagai pembelok atau pembagi sinar dari sumber
cahaya ke sumber cermin M1.
6. Lensa konvergen berfungsi sebagai pemfokus cahaya agar lebih mudah diteruskan
ke layar.
7. Layar berfungsi sebagai sumber cahaya dan sebagai penyatu dua sumber cahaya
yang membentuk pola gelap terang berbentuk princing.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Merangkai komponen interferometer seperti gambar di bawah ini.

10

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan Interferometer


Michelson (Suprianto, 2011)
Keterangan gambar :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
a.

Papan optik
Laser pointer
Permukaan bidang kaca pertama
Permukaan bidang kaca kedua
Kaca pembagi sinar
Lensa konvergen
Layar
Tabung laser pointer

Gambar 3.2 Rangkaian alat tabung laser pointer (Suprianto, 2011)


b. Kaca pembagi sinar

11

Gambar 3.3 Rangkaian alat kaca pembagi sinar (Suprianto, 2011)

c. Permukaan bidang kaca

Gambar 3.4 Rangkaian alat permukaan bidang kaca (Suprianto, 2011)


2. Mengatur Interferometer

12

a. Memasukkan laser pointer metrologik ke dalam tabung laser pointer


kemudian mengatur posisi dan mengusahakan agar sinar yang keluar sudah
sejajar.
b. Mengatur ketinggian cermin pertama sehingga sinar pantulan laser dari
cermin pertama tepat mengenai laser pointer
c. Memasang kaca pembagi sinar ke U-shapped carrier dan menggeser 45o
terhadap sinar datang. Mengatur ketinggian kaca sehingga bagian sinar yang
akan ditransmisikan menembus pusat splitter dan bagian lain direfleksikan
sebesar 40o.
d. Mengatur ketinggian cermin kedua sehingga bagian lain dari kaca pembagi
sinar menembus cermin dan dipantulkan kembali oleh kaca pembagi sinar.
Sinar akan diteruskan menembus pusat lensa konvergen yang membentuk dua
titik terang merah pada layar.
e. Mengatur posisi sinar dari cermin pertama agar sinar yang menembus kaca
pembagi sinar menghasilkan sua titik terang merah tepat pada pusat lensa
konvergen.
f. Mengusahakan agar kedua titik terang merah dari kaca pertama dan kaca
kedua tergabung menjadi satu pada layar sehingga terbentuk princing-princing
pada layar.

13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


a. Hasil pengamatan pertama pada interferometer Michelson

Gambar 4.1 Princing pertama yang terbentuk pada layar


b. Hasil pengamatan kedua pada interferometer Michelson

14

Gambar 4.2 Princing kedua yang terbentuk pada layar

c. Hasil pengamatan menurut referensi

Gambar 4.3 Bentuk Princing interferometer Michelson (Zemansky, 1994).

15

4.2 Pembahasan
Interferensi terjadi ketika dua buah gelombang datang bersama pada suatu tempat.
Hasil interferensi dapat diamati dengan syarat yang harus dipenuhi yaitu dua sumber
cahaya harus koheren dan memiliki beda fase yang selalu tetap (memiliki frekuensi
dan amplitudo yang sama). Interferometer Michelson merupakan seperangkat alat
yang digunakan untuk menghasilkan pola atau gejala interferensi. Sebuah pola
interferensi dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya menggunakan sebuah alat
yang bernama pembagi sinar (beam splitter) yang dapat dibentuk dengan adanya laser
pointer (Zemansky, 1994).

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah peralatan interferometer terdiri
dari 4 bagian pokok yaitu papan optik, sinar laser, bidang kaca kedua, kaca pembagi
sinar, lensa konvergen dan layar dimana sinar laser pointer diteruskan pada sebuah
kaca pembagi sinar yang mengenai cermin pertama dan cermin kedua yang
difokuskan dan dikembalikan lagi ke sumber cahaya kemudian menggunakan lensa
konvergen yang diletakkan diantara sumber cahaya di mana kaca pembagi sinar

16

digeser sejauh 45 dari posisi semula untuk membagi berkas sinar dari pantulan
sumber cermin pertama dan sumber cermin kedua yang digabungkan dan cahayanya
difokuskan pada lensa kovergen sehingga akan terbentuk sebuah pola gelap terang
berbentuk cincin atau princing pada layar. Selain itu percobaan ini dilakukan
sebanyak dua kali pengulangan agar hasil pengamatan yang diperoleh sesuai dengan
teori.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah untuk data pertama diperoleh
bentuk princing yang berbentuk pola gelap-terang dengan pola garis-garis yang tegak
secara vertikal dan begitu pun dengan hasil yang diperoleh pada data kedua.
Perbedaan dari kedua data tersebut ialah fokusnya sinar kelayar di mana pada data
pertama diperoleh pola gelap terang yang sangat jelas terlihat dibandingkan pola
gelap terang data kedua karena pencahayaan pada data petama lebih tinggi
dibandingkan pada data kedua yang terbilang rendah.

Jika hasil tersebut dibandingkan dengan literatur menurut Zemansky (1994),


percobaan ini belum sesuai karena bentuk princing yang diperoleh masih setengah
sempurna dan belum memeuhi bentuk princing menurut referensi yang berbentuk
cincin atau lingkaran. Hal ini sebabkan karena pada saat mengatur fokus cahaya,
pantulan dari kaca pembagi tidak sejajar dengan sumber cahaya sehingga permukaan
bidang kaca pertama dan kedua menangkap cahaya yang tidak sejajar tadi dan pada
saat difokuskan dengan lensa konvergen gambar princing yang terbentuk pada layar
tidak berbentuk lingkaran. Adapun kesalahan lain disebabkan karena adanya
17

kerusakan pada alat terutama pada pengatur cahayanya yang menyebabkan dua buah
cahaya yang berasal dari cermin pertama dan cermin kedua tidak dapat bersatu
sehingga pola interferensi yang dihasikan tidak berbentuk cincin atau lingkaran.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu :
1. Prinsip kerja dari interferometer Michelson yaitu laser He-Ne memancarkan
cahaya merah ke arah lensa pembagi berkas yang menyebabkan sinar akan terbagi
dua yakni sebagian menuju permukaan bidang kaca pertama M1 dan sebagian
menuju permukaan bidang kaca kedua M2. Pantulan cahaya masing dari
permukaan bidang kaca M1 dan M2, akan bersatu kembali pada lensa pembagi
berkas dan diteruskan ke layar pengamatan dengan menghasilkan pola gelapterang berbentuk cincin yang disebut princing.
2. Princing-princing interferometer Michelson yang dihasilkan adalah pola gelapterang yang berbentuk garis yang tegak vertikal.

18

3. Bentuk princing yang terbentuk pada percobaan tidak sesuai dengan literatur yang
ada yang seharusnya pola interferensi yang dihasilkan adalah pola gelap terang
berbentuk cincin atau lingkaran.
5.2 Saran
Sebaiknya peralatan yang digunakan diperiksa terlebih dahulu kelayakannya terutama
pada komponen-komponen utama interferometer supaya hasil yang diperoleh dari
percobaan lebih sesuai dengan literatur yang ada.

19

Anda mungkin juga menyukai