PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian interferensi
2. Mengetahui pengertian interferensi cahaya
3. Mengetahui syarat terjadinya interferensi
4. Mengetahui pengertian koherensi
5. Mengetahui jenis-jenis interferensi cahaya
6. Mengetahui intesitas pola interferensi
7. Mengetahui pengertian difraksi
8. Mengetahui jenis-jenis difraksi
9. Mengetahui kisi difraksi
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN INTERFERENSI
Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang atau lebih yang memiliki beda fase
konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat menghasilkan suatu pola gelombang
baru.
2. PENGERTIAN INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih
yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen
radiasi gelombangnya.
Dua berkas cahaya disebut koheren jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.
Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda
fase 180O. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua
gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi
tahun 1801. Dalam percobaannya Young menjelaskan bahwa difraksi merupakan gejala
penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang cahaya ketika melalui suatu celah
sempit dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya. Jika pada difraksi tersebut
berkas gelombangnya melewati dua celah sempit maka ketika dua gelombang atau lebih
tersebut bertemu atau berpadu dalam ruang maka medan-medan tersebut akan saling
Interferensi adalah suatu kejadian dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian
yang sama dari suatu ruangan pada waktu yang bersamaan. Hal ini mengakibatkan
intensits baru.
Interferometer dapat menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri. Interferometer
temperatur dan sebagainya. Pengukuran berlangsung tanpa kontak mekanik sehingga tidak
membebani obyek yang diukur. Disamping itu kepekaannya sangat tinggi: simpangan
dengan orde kurang dari panjang gelombang cahaya dapat dideteksi dengan mudah.
Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati.
sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat
singkat.
Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.2.
1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu
2) Dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan
saja. Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan dan pembiasan
3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.
Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young
menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber
cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang koheren dari hasil
pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan
oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2.
Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 1.3).
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua
penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan
dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder)
koheren yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada
layar tampak pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah
bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda
Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis
terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua
maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi
yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki
amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat terjadinya interferensi minimum, akan
terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk
dari interferensi dua celah, perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.
Interfrensi maksimum menghasilkan garis terang pada layar. Pola ini terjadi jika
selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan nol atau kelipatan genap dari setengah
jika kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase). Dua gelombang memiliki fase
yang sama apabila selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali panjang
d sin λ = m. ; m = 0, 1, 2, 3.......
orde ke nol (terang pusat), untuk m = 1 disebut terang ke-1, dan seterusnya. Karena
1>d, maka sudut sangat kecil. Jadi, dapat digunakan pendekatan sin sehingga
Pd=m
Interferensi minimum, menghasilkan garis gelap pola layar. Pola ini terjadi jika
selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan kelipatan ganjil dari setengah panjang
gelombang.
harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki
Pada eksperimen young hasil inteferensinya diamati pada layar yang berjarak L yang
jauh lebih besar dari jarak antara celah d. Untuk konfigurasi eksperimen ini berlaku
aproksimasi medan jauh dimana :
𝑟1, 𝑟2≫𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝜆 ; 𝜃1 = 𝜃2 = 𝜃
Dalam pendekatan ini, selisih lintasan gelombang yang menjalar melalui dua celah
terpisah adalah :
∆𝑟 = 𝑟3 − 𝑟1 = 𝑑 sin 𝜃
Kedudukan frinji pada bidang pengamatan diungkapkan oleh koordinat
𝑦 = 𝐿 tan 𝜃 …….. (1)
b. Interferometer Michelson
Interferometer michelson adalah termasuk interferometer pembelah amplitudo
dimana interferometer ini sangat berguna dalam pengukuran indeks bias,
pengukuran panjang (yang diukur adalah pergeseran total cermin uji), pengukuran
getaran (vibrasi) dan dapat juga digunakan untuk pengukuran simpangan permukaan
(disini permukaan menjadi cermin uji). Pada gambar dibawah ini diperlihatkan
konfigurasi interferometer Michelson, yaitu terdiri dari dumber cahaya, pemisah
berkas, cermin referensi, cermin uji.
Gambar 9
Intensitas maksimum (keadaan terang) diperoleh𝛿𝑚 . 2𝜋 dengan bilangan bulat.
Sedangkan intensitas minimum (keadaan gelap) diperoleh 𝛿 = (2𝑚 + 1). 𝜋 dengan
demikian intensitas akan berubah dari maksimum ke minimum atau sebaliknya
𝜆
dengan pergeseran sejauh simpangan 𝑥 = 4 dimana 𝜆 panjang gelombang sinar laser
yang digunakan.
Untuk memahami fenomena interferensi harus berdasar pada prinsip optika fisis,
yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan gelombang yang tiba pada suatu titik
yang bergantung pada fase dan amplitude gelombang tersebut. Untuk memperoleh
pola-pola interferensi cahaya haruslah bersifat koheren, yaitu gelombang-gelombang
harus bersalah dari satu sumber cahaya yang sama. Koherensi dalam optika sering
dicapai dengan membagi cahaya dari sumber celah tunggal menjadi dua berkas atau
lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi.
Pada interferensi, apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang
gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan
merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fase.
Perbedaan fase antara dua gelombang sering disebabkan oleh adanya perbedaan
panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua gelombang. Perbedaan lintasan satu
panjang gelombang menghasilkan perbedaan fase 360o, yang ekivalen dengan tidak
ada perbedaan fase sama sekali. Perbedaan lintasan setengah panjang gelombang
menghasilkan perbedaan fase 1800. Umumnya, perbedaan lintasan yang sama dengan
Δd menyumbang suatu perbedaan fase δ yang diberikan oleh :
∆𝑑
𝛿= 2𝜋 …….. (2)
𝜆
Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan interferensi dan pola-polanya
yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optic.
Interferometer dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka gelombang
dan terferometer pembagi amplitude. Pada pembagi muka gelombang, muka
gelombang pada berkas cahaya pertama dibagi menjadi dua, sehingga menghasilkan
dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar akan membentuk
pola interferensi yang berwujud cincin gelap terang berselang-seling.
Pola terang terjadi apabila gelombang-gelombng dari kedua berkas sinar sefase
sewaktu tiba di layar. Sebaliknya, pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang
dari kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar pola interferensi
nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang waktu yang berarti
beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah harus tidak berubah-ubah
dan hal ini hanya mungkin apabila kedua gelombang tersebut koheren, yaitu identik
bentuknya.
Untuk interferometer pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang
cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan
diteruskan dan sebagian lagi akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu saja
mempunyai amplitudo gelombang yang lebih kecil dari gelombang sebelumnya. Ini
dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi. Jika kedua gelombang tersebut bisa
disatukan kembali pada sebuah layar, maka akan dihasilkan pola interferensi.
Dengan :
Δd = perubahan lintasan optis
λ = panjang gelombang sumber cahaya
ΔN = perubahan jumlah cincin
Dimana :
Lc = panjang koherensi
τc = koherensi waktu
c = cepat rambat cahaya
Δv = lebar spectrum
Pada interferometer Michelson, panjang koherensi sama dengan dua kali
panjang lintasan optic antara kedua lengan pada interferometer Michelson, diukur
pada saat penampakan frinji sama dengan nol. ketika movable mirror digerakkan,
maka kedua berkas laser yang melewati L1 dan L2 memiliki jarak lintasan yang
berbeda. Sehingga beda optic masing-masing berkas adalah 2L1 dan 2L2. Jadi beda
lintasan optisnya adalah :
𝐿𝑐 = 2𝐿2 − 2𝐿1 = 2( 𝐿2 − 𝐿1 ) …….. (5)
c. Interferometer Twyman-Green
Interferometer ini mirip dengan interferometer michelson. Pada interferometer ini
digunakan cahaya yang terkolomasi (lebara dan sejajar) dalam hal ini pola inferensi
yang dihasilkan yang dihasilakan tidak lagi berbentuk cincin kosentris, melainkan
brupa “spot” yang dapat dipusatkan dengan sebuah lensa. Interferometer ini pada
umumnya digunakan untuk menguji permukaan optik, yaitu memeriksa apakah
terdapat cacat atau penyimpangan dari bentuk yang diharapakan. Pada gambar
dibawah ini diperlihatkan perangakat Interferometer Twyman-Green .
d. Interferometer Mach-Zechnder
Pada perangkat Interferometer Mach-Zechnder diperlihatkan pada gambar
dibawah ini, dimana lintasan cahaya membentuk empat persegi panjang dan sumber
tak terkolimasi pada interferometer ini berkas uji berkas referensi menjalani lintasan
yang simetris baik bentuk maupun arahnya, dengan demikian interferometer ini tidak
begitu peka terhadap gangguan dari luar (gerakan udara, getaran, dan sebagainya),
karena gengguan akan terjadi dengan sama besar pada berkas uji dan berkas referensi.
Pada umumnya interferometere ini digunakan untuk mengukur variasi fasa yang
dialami berkas uji, pngujian elemen optik dan variasi kerapatan aliran gas dalam
terowongan angin sampai ke pnegukuran kountur densitas plasma dalam reaktor
termonuklir.
amplitudo dalam
𝐸𝑃 = 2𝐸|cos(𝜙/2)| interferensi dua sumber …(11)
𝐸𝑃 2 1 𝜖0 1
𝐼 = 𝑆𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = √ 𝐸𝑃 2 = 𝜖0 𝑐𝐸𝑃 2
2𝜇0 𝑐 2 𝜇0 2
Itu berarti intensitas maksimum 𝐼0 , yang terjadi pada titik-titik di mana selisih
fasa sama dengan nol (𝜙 = 0), adalah
Jika intensitas maksimum 𝐼0 adalah empat kali (bukan dua kali) besarnya
1
intensitas 2 𝜖0 𝑐𝐸 2 dari setiap sumber individu.
Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk 𝐼0 ke dalam persamaan 11, kita
dapat mendapatkan intensitas 𝐼 di sebarang titik secara sangat sederhana dalam
intensitas maksimum 𝐼0 .
Jika kita rata-ratakan ini pada semua selisih fasa yang mungkin, maka
1
hasilnya adalah 𝐼0 ⁄2 = 𝜖0 𝑐𝐸 2 (rata-rata dari cos 2 (𝜙/2)adalah 2). Ini hanyalah dua
kali intensitas dari setiap sumber individu, seperti yang seharusnya diharapkan.
Keluaran energi total dari kedua sumber itu tidak diubah oleh efek interferensi, tetapi
energi itu didistribusikan kembali. Untuk beberapa sudut fasa, intensitas itu adalah
empat kali besarnya intensitas untuk sebuah sumber individu, tetapi untuk sudut fasa
lainnya intensitas itu adalah nol. Sehingga intensitas itu menjadi seimbang.
Gambar 13
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan panjang celah. Di luar
bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah dipersempit, maka
bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah bayangan geometmetrisnya.
Difraksi pertama kali ditemukan oleh Francesco M. Grimaldi (1618-1663) dan
gejala ini juga diketahui oleh Huygens (1620-1695) dan Newton (1642-1727). Akan
tetapi Newton tidak melihat kebenaran tentang teori gelombang disisni, sedangkan,
Huygens yang percaya pada teori gelombang tidak percaya pntuk menerangkan
difraksiada difraksi.
Oleh karena itu, ia tetap menyatakan bahwa cahaya berjalan lurus. Frensel (1788-
1827) secara tepat menggunakan teori Huygens yang disebut prinsip Huygens frensel,
Berunyi :
“ Setiap titik muka gelombang di celah merupakan sumber cahaya titik dari gelombang
bola, sehingga muka gelombang neto pada titik-titik diluar celah adalah hasil
superposisi gelombang bola yang bersumber dari titik muka gelombang muka dicelah”.
Difraksi terbagi menjadi dua jenis yaitu difraksi frounhofer dan fresnel.
11. Jenis –jenis difraksi
a. Difraksi Fresnel
Bila suatu berkas cahaya sejajar dijatuhkan pada suatu celah sempit, ternyata
setelah melalui celah berkas tersebut melebar lagi. Pada Gambar 1 diperlihatkan
berkas cahaya sejajar yang jatuh pada celah A, setelah lewat celah A berkas jatuh
pada layar L1 lebih lebar dari berkas cahaya sebelum melewati celah A. Demikian
pula berkas yang lewat celah B setelah jatuh pada layar L2 menjadi lebih lebar dari
berkas yang melewati celah A (Subrata, 2002).
A B
L1 L2
Gambar 14. Gejala Difraksi
Gejala ini disebut pelenturan cahaya atau difraksi. Difraksi fresnel adalah jarak
sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah atau sinar datang tidak
sejajar / sumber gelombang dekat (djoenaedi, 2008).Eksperimen menunjukkan
bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya yang lewat. Gejala
difraksi ini hanya dapat dijelaskan dengan cahaya sebagai gelombang dengan
menggunakan prinsip Huygens (Adison, 2002).
Jika panjang gelombang (λ) lebih besar dibandingkan dengan lebar celah
(d), maka gelombang akan disebar keluar dengan sudut yang cukup besar. Dalam
beberapa kasus klasik, fenomena interferensi dan difraksi sulit dibedakan.
Gambar 17. Fenomena interferensi dan difraksi
b. Difraksi Frounhofer
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah
dan celah-layar jauh lebih besar dari lebar celah (djoenaedi, 2008).
Difraksi Frounhofer Oleh Sebuah Celah Persegi
Dengan meninjau sebuah celah persegi yang sangat sempit dan panjang, maka
efek dari sisi celah dapat ditiadakan. Sinar datang juga diasumsikan sejajar dan
datang tegak lurus pada bidang celah. Menurut prinsip Huygens, bila semua sinar
datang jatuh pada celah, semua titik-titik pada bidang celah akan menjadi sumber-
sumber gelombang sekunder, memancarkan gelombang baru yang disebut
gelombang difraksi.
Suatu gelombang datar jatuh pada celah yang lebarnya a, dan sinar yang lewat
celah ditangkap pada layar, ditunjukkan pada Gambar 5. Bila layar pandang pada
jauh tak berhingga atau sebuah lensa diletakkan di belakang celah untuk
memfokuskan sinar-sinar sejajar di layar, maka pola difraksi itu disebut dengan
difraksi Fraunhofer. Bila jarak layar itu dekat dan tidak menggunakan lensa, maka
pola difraksi itu disebut difraksi Fresnel (Yasa, 2003).
Gelombang
datang P
r1
L 1
r2
a a’ b P
o
½λ
Celah Layar
Gambar 18. Difraksi oleh celah sempit
Pasangan sinar-sinar sejajar yang mendatar (tidak tampak pada gambar) yang
muncul dari celah akan difokuskan di Po. Oleh karena sinar-sinar pada celah fasenya
sama, maka ketika tiba di Po juga akan memiliki fase yang sama, sehingga titik pusat
pola difraksi yang terjadi di layar memiliki intensitas maksimum.
Jika kita pandang sinar-sinar lain yang membentuk sudut , sinar-sinar ini
1
tiba di P1 pada layar. Beda lintasan sinar r1 dan r2 adalah bb’. Bila bb’ = , maka r1
2
dan r2sampai di P1 akan berlawanan fase, sehingga terjadi interferensi maksimum.
Demikian pula antara sinar dari b dan sinar dari ujung bawah celah, akan terjadi
keadaan yang sama. Jadi, titik di P1 akan menjadi pola difraksi minimum pertama,
dan akan memiliki intensitas nol. Berdasarkan Gambar 5, diperoleh:
b
sin
2 2
b sin (minimum pertama)…………………………………...………(1)
Gelombang
datang P
L r1
r2 r3
P
r4
a
θ b P
θ
Celah Layar
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Gambar 20. Distribusi Intensitas pola difraksi terhadap
Berdasarkan Gambar 20 yang perlu dicatat bahwa pola maksimum pusat
memiliki lebar dua kali lebar pola maksimum sekundernya. Untuk menghitung
distribusi intensitas yang ditunjukkan Gambar 20. dapat dilakukan dengan membagi
celah tersebut dalam celah-celah yang sangat sempit Δx, seperti ditunjukkan Gambar
21 berikut:
Gelombang
datang P
L
A
Δx
θ a P
θ
B
Δx = sin
θ
Celah Layar
Gambar 21. Geometri perhitungan intensitas pola difraksi
Misalkanlah masing-masing celang yang sangat sempit yang lebarnya Δx sebagai
sebuah sumber gelombang sekunder dengan amplitudo do dan gelombang terpancar
dalam arah , maka beda fase adalah:
2π
δ (beda lintasan)
λ
2π
δ Δx
λ
2π
δ sin θ ……………………………………………………….(4)
λ
yang menyatakan bahwa beda fase bertambah terhadap x. Untuk memperoleh
amplitudo dalam arah , dilakukan dengan menjumlahkan semua vektor gelombang
pada celah. Amplitudo resultan o dari pola difraksi dapat dihitung dengan bantuan
analisis geometri seperti yang dilukiskan pada Gambar 22.
C
½
P
o
Q
0
d
b sin
2 sin ……………………………………...………(6)
Untuk pengamatan yang tegak lurus ( = 0), maka semua vektor do adalah
sejajar, dengan demikian amplitudo resultannya sama dengan panjang OP
dinyatakan dengan Eo, yaitu:
2 b sin
o OP ………………..…………..(7)
dengan membagi persamaan (5) dengan persamaan (6) diperoleh hubungan:
b sin
sin
o ……………...……………………(8)
b sin
dan karena intensitas gelombang berbanding langsung dengan kuadrat amplitudonya
makadiperoleh hubungan inetnsitas yang teramati sebagai fungsi arah pengamatan ,
yaitu:
2
b sin
sin
II
o b sin
2
sin u
I I ………………………....……………..(9)
o u
b
di mana u sin . Dari persamaan (9) dapat ditunjukkan bahawa intensintas
gelombang yang teramati sama dengan nol terjadi bila u = n , atau b sin n yang
sin u
sesuai dengan persamaan (3) kecuali untuk n = 0 karena 1 . Intensitas
u u 0
maksimum dari pola difraksi yang dihasilkan dapat ditentukan dari nilai u yang
dI
sesuai dengan 0 , karena intensitas maksimum ini berkaiatan dengan nilai-nilai
du
u, maka intensitas maksimum terjadi secara berurutan akan menjadi semakin kecil.
Untuk yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga b , titik-titik nol pertama
dari intensitas gelombang dari kedua sisi maksimum utama dikaitkan dengan sudut
pengamatan ditentukan dengan mengambil n 1 yaitu:
sin …………………………………………(10)
b
Persamaan (10) dapat dilukiskan dengan Gambar 23.
=/b
=/b
Sumbe
r
S2
=/b
Sumbe
r
S1
Pada kasus ini, tepi lensa dianggap sebagai suatu celah, sehingga cahaya yang
berasal dari sumber titik ketika melalui lensa akan disebarkan sesuai pola difraksi.
Oleh
karena itu, sumber benda titik bayangannya akan dibentuk menjadi suatu pola
difraksi kecil. Pola difraksi yang dihasilkan celah melingkar adalah berupa piringan
terang di pusat dikelilingi oleh cincin gelap dan terang bergantian, seperti
ditunjukkan pada Gambar 25.
D=2
R
A B C D
b b
E
A’ C’
Resulatan amplitudo dari kedua celah ditunjukkan oleh Gambar 13, sudut
memiliki harga sesuai dengan persamaan (5). Vektor OP menyatakan resultan
amplitudo oleh celah –1 yaitu 1 yang nilainya dihitung sesuaidengan persamaan
(8), yaitu:
b sin
sin
1 o1 ……………………………………(14)
b sin
karena celah-2 memiliki lebar yang sama maka resultan amplitudo celah-2 akan
memiiki nilai yang sama dengan resultan amplitudo celah-1, tetapi dengan fase yang
berbeda, seperti ditunjukkan pada Gambar 11.
2
1
o1 21 cos 2o1 cos 12 …………………(16)
tambahan faktor cos 2 .a sin / . Faktor ini tidak lain adalah faktor distribusi
intensitas dari interfernsi yang dihasilkan oleh dua sumber koheren yang telah
dibahas terdahulu. Dengan demikian peristiwa interferensi d u sumber koheren
tercakup dalam persamaan (18). Ini menunjukkan bahwa pada peristiwa difraksi dua
celah identik akan termodulasi juga peristiwa interferensi dua sumber koheren. Pola
difraksi dua celah digambarkan sebagai berikut.
Pola Pola
difraksi interferensi
Gambar 28. Modulasi pola interferensi dua sumber dalam pola difraksi dua celah
Titik maksimum dari pola interferensi terjadi pada a sin / atau sin n / a ,
sedangkan titik nol dari pola difraksi terjadi sesuai persamaan 2.3 atau
sin n' / b . Karena a b maka jarak titik-titik nol dari pola difraksi jauh lebih
lebar dari jarak titik-titik maksimum pola interferensi. Oleh karena itu untuk difraksi
dua celah frinji terang jauh lebih tajam dan lebih dekat dari pada pola yang
dihasilkan oleh satu celah.
.....................................................................................(1.8)
Dengan menggabungkan persamaan (1.7) dan (1.8) diperoleh:
.....................................................(1.9)
persamaan (1.9) adalah syarat yang harus dipenuhi agar dihasilkan interferensi
maksimum pada layar. Pola gelap dipenuhi jika beda fase antara gelombang cahaya
tersebut 1800. Beda fase tersebut sebanding dengan beda lintasan ½λ. Untuk Sembarang
posisi pada layar, pola gelap teramati pada beda fase ½𝜆 dan kelipatan bilangan bulat.
................................................(1.10)
a. Intensitas Cahaya pada Kisi Difraksi
Cahaya yang mengalami interferensi atau difraksi pada dasarnya tidak mengalami
penambahan atau pengurangan energi. Dengan kata lain, energi gelombang
elektromagnetik yang dibawa oleh cahaya adalah kekal. Cahaya hanya mengalami
pembelokan arah rambat dan superposisi saja. Jika I0 menyatakan intensitas cahaya
yang dibawa oleh berkas cahaya yang melewati sebuah celah pada suatu kisi maka
intensitas total cahaya yang jatuh pada layar adalah Itotal = NI0 dengan N menyatakan
jumlah celah pada kisi yang digunakan. Intensitas rata-rata pada layar dengan
demikian adalah NI0.
Pada layar terbentuk pola gelap terang sehingga intensitas cahaya tersebar tidak
tepat pada seluruh permukaan layar melainkan terkonsentrasi pada titik-titik dimana
terjadi interferensi maksimum saja. Dengan demikian intensitas pada setiap titik
maksimum tentu lebih besar dari NI0. Intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat
medan listrik. Jika setiap celah menghasilkan intensitas rata-rata I0 maka intensitas
cahaya pada daerah terang pusat (maksimum pusat), dan juga pada daerah terang
lainnya, adalah:
𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑁 2 𝐼0 .............................................................................(2.1)
Berdasarkan persamaan (1.9), interferensi konstruktif akan menghasilkan terang
maksimum yang lebih kuat jika jumlah celah semakin besar. Pada kisi difraksi, beda
lintasan antara celah 1 dan celah ke N adalah ∆L=(N–1)dNd. Intensitas cahaya yang
dihasilkan adalah nol jika beda lintasan antara celah ke (1) dan celah ke N adalah λ
Semakin banyak jumlah celah pada kisi maka semakin kecil nilai sin θgelap. Sudut
θgelap tidak lain adalah merepresentasikan lebar pola gelap pada layar.
..................................................(2.2)
Pola intensitas yang dihasilkan pada difraksi celah banyak diberikan oleh persamaan
berikut:
b. Dispersi Angular
Dispersi angular menyatakan perbandingan antara lebar spektrum (∆θ) terhadap
selisih dua panjang gelombang yang berdekatan, ∆λ. Misal panjang gelombang λ1
berada pada sudut θ sedangkan panjang gelombang λ2 berada pada sudut (θ + ∆θ). ∆λ
didefinisikan sebagai λ2- λ1= ∆λ. Mengacu pada persamaan (2.9), kita peroleh:
Jika masing-masing panjang gelombang berada pada sudut θ yang sangat kecil maka
kita dapat melakukan pendekatan sebagai berikut:
...............................................................(2.4)
Persamaan (2.4) menyatakan dispersi angular dari suatu alat optik. Semakin besar
nilai dispersi angular maka hasil yang diperoleh semakin bagus karena spektrum
panjang gelombang dapat dipisahkan dengan jelas. Nilai dispersi dapat diperoleh
dalam orde yang besar jika d kecil, dengan kata lain dalam kisi yang sama dibuat
celah yang lebih banyak.
c. Resolusi
Walaupun dispersi angular merupakan salah satu faktor penentu kualitas alat
namun informasi tersebut belum menceritakan apapun terkait dengan daya pisah alat
tersebut. Daya pisah kisi difraksi didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang
gelombang (λ) yang diukur dan selisih panjang gelombang terkecil (∆λ) yang dapat
dideteksi dengan kisi difraksi.
.........................................................................................(2.5)
Untuk kisi difraksi yang terdiri dari N celah daya pisah optik dapat dinyatakan
dengan:
........................................................................................(2.6)
Yang mana n adalah bilangan bulat.
Jadi perbedaanya, jika interferensi adalah superposisi dua buah gelombang atau lebih.
Sedangkan Difraksi adalah devisi dari perambatan cahaya atau pembelokan arah
rambat cahaya.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih gelombang
yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat menghasilkan suatu pola
gelombang baru.
2. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih
yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing
komponen radiasi gelombangnya.
3. Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
(1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang
cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh sebab itu kedua sinar/
cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
4. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara dua
gelombang atau dau sumber gelombang.
5. Interferensi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya interferensi dua sumber
(eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
6. Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih fasa 𝜙
ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan 𝐸𝑃 adalah
𝜙
𝐸𝑃 = 2𝐸 |cos 2 |
2
Dan internsitasnya adalah
𝜙
𝐼 = 𝐼0 cos 2
2
Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih fasa dari
gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang lintasan (𝑟2 − 𝑟1 )
oleh
2𝜋
𝜙= (𝑟 − 𝑟1 ) = 𝑘(𝑟2 − 𝑟1 )
𝜆 2
7. Difraksi merupakan gejala pembelokan cahaya bila mengenai suatu celah sempit.
Difraksi terbagi menjadi dua yaitu difraksi Fresnel dan frounhofer:
Difraksi fresnel adalah jarak sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah
atau sinar datang tidak sejajar / sumber gelombang dekat.Eksperimen menunjukkan
bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya yang lewat.
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah dan
celah-layar jauh lebih besar dari lebar celah. (sinar datang sejajar/sumber gelombang
jauh).Dalam mengkaji Difraksi Frounhofer maka dapat menganalisisnya pada sebuah
celah persegi, celah melingkar,serta pada dua celah sama besar dan sejajar.
8. Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah. Fungsinya sebagai alat
spektroskopi untuk melihat spektrum gelombang misalnya cahaya
B. Saran
Penyusunan makalah ini memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai interferensi
dan difraksi, baik secara teoritis maupun matematis. Sehingga, dengan pemahaman yang
lebih diharapkan mampu menganalisis peristiwa kehidupan sehari-hari dan
memecahkannya secara matematis.
DAFTAR PUSTAKA