Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Gelombang elektromagnetik sama seperti gelombang mekanik, dapat


berinterfrensi satu sama lain. Kita dapat ketahui bahwa cahaya sebagai gelombang,
memperlihatkan gejala interferensi gelombang-gelombang yang mempunyai beda fase
yang tetap.
Bila Cahaya melintas dari suatu sumber melalui sebuah celah pada layar, dan
cahaya yang keluar dari celah tersebut digunakan untuk menerangi dua celah
bersebelahan pada layar kedua. Bila cahaya diteruskan dari kedua celah tersebut dan
jatuh pada layar ketiga, maka akan terbentuk sederet pita interferensi yang sejajar. Ini
sebagai fenomena interferensi.
Sebagai gelombang, cahaya juga dapat melentur (berdifraksi), serta interferensi
yang dibahas diatas merupakan hasil dari cahaya yang berdifraksi. Difraksi adalah
penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat gelombang ini melintas melalui
bukaan atau mengelilingi ujung penghalang. Gelombang terdifraksi selanjutnya
berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan daerah penguatan dan pelemahan.
Difraksi juga berlangsung pada aliran partikel. Dengan kata lain, Difraksi adalah
peristiwa dimana berkas cahaya akan dilenturkan pada saat melewati celah sempit.
Difraksi juga menggambarkan suatu deviasi dari cahaya dengan pola lurus ketika
melewati lubang lensa atau disekeliling benda.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai difraksi dan interferensi, maka dibuatlah
makalah yang berjudul “Interferensi dan Difraksi”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian interferensi?
2. Apa pengertian interferensi cahaya?
3. Bagaimana syarat terjadinya interferensi?
4. Apa pengertian koherensi?
5. Apa saja jenis-jenis interferensi cahaya?
6. Bagaimana intensitas pola interferensi?
7. Apa pengertian difraksi?
8. Apa saja jenis –jenis difraksi?
9. Apa Kisi difraksi?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian interferensi
2. Mengetahui pengertian interferensi cahaya
3. Mengetahui syarat terjadinya interferensi
4. Mengetahui pengertian koherensi
5. Mengetahui jenis-jenis interferensi cahaya
6. Mengetahui intesitas pola interferensi
7. Mengetahui pengertian difraksi
8. Mengetahui jenis-jenis difraksi
9. Mengetahui kisi difraksi
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN INTERFERENSI
Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang atau lebih yang memiliki beda fase
konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat menghasilkan suatu pola gelombang
baru.
2. PENGERTIAN INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih
yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen
radiasi gelombangnya.
Dua berkas cahaya disebut koheren jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.

Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda

fase 180O. Sedangkan interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika kedua

gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi

konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang terjadi.

Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas Young dalam

tahun 1801. Dalam percobaannya Young menjelaskan bahwa difraksi merupakan gejala

penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang cahaya ketika melalui suatu celah

sempit dibandingkan dengan ukuran panjang gelombangnya. Jika pada difraksi tersebut

berkas gelombangnya melewati dua celah sempit maka ketika dua gelombang atau lebih

tersebut bertemu atau berpadu dalam ruang maka medan-medan tersebut akan saling

menambahkan dengan mengikuti prinsip superposisi.

Salah satu peralatan instrumentasi yang banyak digunakan adalah Interferometer.

Interferometer merupakan perangkat ukur yang memanfaatkan gejala interferensi.

Interferensi adalah suatu kejadian dimana dua gelombang atau lebih berjalan melalui bagian
yang sama dari suatu ruangan pada waktu yang bersamaan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya superposisi dari gelombang gelombang tersebut sehingga menghasilkan pola

intensits baru.

Dengan ditemukannya sinar laser yang mempunyai sifat koheren, maka

Interferometer dapat menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri. Interferometer

dapat digunakan untuk mengukur getaran permukaan, simpangan, kecepatan partikel,

temperatur dan sebagainya. Pengukuran berlangsung tanpa kontak mekanik sehingga tidak

membebani obyek yang diukur. Disamping itu kepekaannya sangat tinggi: simpangan

dengan orde kurang dari panjang gelombang cahaya dapat dideteksi dengan mudah.

Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati.

Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:

1) Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.

2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang fasenya

sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat

singkat.

Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.2.

Gambar 1. (a) tidak terjadi interferensi, (b) terjadi interferensi


Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya koheren sehingga dapat menghasilkan

pola interferensi adalah :

1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu

celah). Hal ini dilakukan oleh Thomas Young.

2) Dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan

saja. Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan dan pembiasan

(pada interferensi lapisan tipis).

3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.

Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young

menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber

cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang koheren dari hasil

pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan

oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2.

Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 1.3).

Gambar 2. Percobaan cermin Fresnell

Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua

penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan

dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder)
koheren yang monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada

layar tampak pola garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah

bukti bahwa cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda

fase cahaya dari kedua celah tersebut.

Gambar 3. Percobaan dua celah oleh Young

Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis

terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua

sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi

maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi

yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki

amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat terjadinya interferensi minimum, akan

terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk

dari interferensi dua celah, perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.

1. Garis Terang (interferensi maksimum / konstruktif)

Interfrensi maksimum menghasilkan garis terang pada layar. Pola ini terjadi jika

selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan nol atau kelipatan genap dari setengah

panjang gelombang. Syarat Interferensi Maksimum (Konstruktif). Seperti yang telah

kita ketahui dari pembahasan gelombang sebelumnya, interferensi maksimum terjadi

jika kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase). Dua gelombang memiliki fase
yang sama apabila selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali panjang

gelombang (λ). Secara matematik dapat dituliskan persamaan:

d sin λ = m. ; m = 0, 1, 2, 3.......

Bilangan m disebut orde atau nomor terang. Untuk m = 0 disebut maksimum

orde ke nol (terang pusat), untuk m = 1 disebut terang ke-1, dan seterusnya. Karena

1>d, maka sudut sangat kecil. Jadi, dapat digunakan pendekatan sin sehingga

persamaan tersebut menjadi:

Pd=m

Dengan p adalah jarak terang ke-n dari terang pusat.

2. Garis gelap (interferensi minimum / destruktif)

Interferensi minimum, menghasilkan garis gelap pola layar. Pola ini terjadi jika

selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan kelipatan ganjil dari setengah panjang

gelombang.

3. SYARAT TERJADI INTERFERENSI CAHAYA


Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang elektromagnetik.
Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih berkas sinar yang bergabung
pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka penampakan interferensinya
akan sulit untuk diamati.
Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya

harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki

frekuensi yang sama.

b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.


4. KOHERENSI
Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang gelombangnya
sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara permanen dan kedua
sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber monokromatik yang mempunyai
frekuensinya sama dengan sebarang hubungan beda fasa, 𝜙, konstan yang tertentu (tidaak
harus sefasa) terhadap waktu itulah yang dikatakan koheren. Jika syrat ini dipenuhi, maka
akan diperoleh pola garis interferensi yang baik dan stabil.
Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik P
berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi syarat
saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan). Sifat beda
fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik pada layar, sehingga
hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar. Dalam keadaan ini kedua
sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).

Gambar 4: Dua sumber gelombang koheren


Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa seperti
menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom memancarkan
cahaya secara kooperatif.Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat sumber cahaya
tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran cahayanya sangatlah
monokromatik, kuat dan sangat terkumpul.Alat ini di sebut dengan laser (light
amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masing gelombang secara vektor dengan
memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitude resultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan.
Gambar 5: Gelombang Koheren
Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya dapat diperoleh
dengan:
1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang sebanding
dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.

Gambar 6: Gelombang Inkoheren


Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk sumber
cahaya yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik selalu lebih
besar daripada intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber di titik tersebut.
5. JENIS- JENIS KOHERENSI
Radasi laser ditandai oleh order tingkat tinggi dari medan cahaya dibanding
sumber –sumber lain. Dengan kata lain, ia memiliki tingkat koherensi yang tinggi.
Koherensi tingkat tinggi dari pancaran laser memungkinkan untuk melaksanakan
pemusatan special luarbiasa dari daya cahaya, misalnya W dalam ruang dengan dimensi
linear hanya µm. Radiasi yang demikian tinggi intensitasnya dapat memotong logam,
menghasilkan lasmikro, mengebor lubang mikroskopis lewat Kristal intan dan
sebagainya.
Cahaya yang keluar dari sumber cahaya konvensional merupakan campur-baur
gelombang – gelombang kecil terpisah dengan memperkuat atom atau memperlemah satu
sama lain dengan cara acak ; permukaan gelombang yang dihasilkan dengan demikian
berubah dari titik ketitik dan berubah dari waktu ke waktu. Jadi, ada dua konsep
koherensi yang tidak tergantung satu sama lain, yaitu koherensi temporal dan koherensi
special.
a. Koherensi Temporal
Jenis koherensi ini dimaksudkan adalah korelasi antara medan disuatu titik
dan medan pada titik yang sama pada saat berikutnya ; yakni hubungan antara E
(x,y,z,t1) dan E ( x,y,z,t2). Jika beda fase antara dua medan tetap selama periode yang
diamati, yang berkisar antara beberapa mikrodetik, gelombang tersebut kita namakan
memiliki koherensi temporal. Jika beda fase berubah beberapa kali dan secara tidak
teratur selama periode pengamatan yang singkat, gelombang dikatakan tidak –
koheren.
Koherensi temporal juga dikenal sebagai koherensi longitudinal. Temporal
(atau longitudinal) koherensi menyiratkan gelombang terpolarisasi pada satu
frekuensi yang fase ini berkorelasi dengan jarak yang relatif besar (panjang
koherensi) di sepanjang balok Sebuah sinar yang dihasilkan oleh sumber
cahaya termal atau lainnya tidak koheren memiliki. Amplitudo sesaat dan fase yang
bervariasi secara acak terhadap waktu dan posisi, dan dengan demikian panjang
koherensi sangat singkat.
 Monocromaticity
Kita menyimpulkan koherensi temporal adalah indikasi
monochromaticity sumber merupakan sumber benar-benar koheren. Tingkat
mono Kromatisitas dari sumber diberikan oleh.Ketika rasio, gelombang
cahaya monokromatik idealnya Kemurnian garis spektrum.
b. Koherensi Spasial
Dua medan pada dua tiik berbeda pada permukaan gelombang dari suatu
gelombang elektromagnetis dikatakan koheren spasial jika mereka mempertahankan
beda fase tetap selama waktu t. Bahkan hal ini mungkin jika dua berkas tersebut
secara sendiri – sendiri tidak koheren temporal ( menurut waktu ), karena setiap
perubahan fase dan salah satu berkas diikuti oleh perubahan fase yang sama dalam
berkas yang lain. Dengan sumber cahaya biasa hal ini hanya mungkin jika dua berkas
telah dihasilkan dalam bagian yang sama dari sumber.
Tidak-koleransi temporal merupakan karakteristik dari berkas tunggal cahaya,
sedangkan tidak-kolerensi spasial berkenaan dengan hubungan antara dua berkas
cahaya yang terpisah. Dua berkas cahaya yang berasal dari bagian bagian berbeda
dari sumber telah di pancarkan oleh kelompok kelompok atom yang berbeda. Masing
masing berkas tidak akan koheren-waktu dan akan mengalami perubahan fase acak
sebagai akibatnya beda fase antara dua berkas juga akan mengalami perubahan
perubahan yang cepat dan acak. Dua berkas yang demikian dikatakan tidak-koheren
spasial (menurut tempat).
Interferensi merupakan minifestasi koherensi. Untuk menghasilkan frinji –
frinji interferensi, sangat diperlukan syarat agar gelombang – gelombang tetap
koheren yang berinterferensi tersebut tetap koheren selama periode waktu tertentu.
Jika salah satu gelombang berubah fasenya, frinji akan berubah menurut waktu.
Dengan sumber cahaya alami perubahan sangat cepat dan tidak terlihat adanya frinji.
Cara paling sederhana untuk menghasilkan frinji interferensi adalah menggunakan
cara yang digunakan dalam percobaan dua-celah.
Dalam percobaan ini Young menggunakan satu sumber sebagai asal dua
sumber yang membeda. Cahaya dari sumber S melewati celah A dan kemudian
melewati dua lubang kecil yang dibuat dalam layar B. Hubungan fase antara pulsa –
pulsa berurutan tetap dan frinji interferensi dihasilkan pada layar C. Kita harus teliti
agar celah A sangat kecil dibandingkan dengan ukuran frinji. Jika tidak, frinji yang
dihasilkan oleh bagian – bagian yang berbeda dari celah akan tumpang – tindih dan
memberikan penerangan yang rata. Hal ini tidak akan terjadi jika gangguan –
gangguan pada titik – titik berbeda sepanjang berkas terkolerasi, yakni jika ada
koherensi spasial.
Dalam praktek, untuk titip P pada permukaan gelombang terdapat daerah
terhingga disekitarnya, yang setiap titik di dalamnya akan mempunyai korelasi fase
yang baik dengan titik P. Dengan satu lubang-sempit (pin-hole) tetap dan
menggerakkan lubang-sepmit, dapat terlihat setiap pengurangan penampakan frinji.
Daerah permukaan gelombang dimana lubang-sempit dapat digerakkan dan frinji
tetap terlihat dinamakan daerah koheren dari gelombang cahaya dan merupakan
ukuran dari koherensi special atau koherensi melintang (transverse) dari gelombang.
Hal ini menandakan perubahan koherensi menurut ruang (special) sepanjang
permukaan-gelombang dalam arah melintang terhadap arah perambatan. Dari
pandangan ini, maka koherensi temporal dikenal sebagai koherensi longitudinal.
Ukuran dari kekontrasan frinji yang dinamakan penampakan prinji juga
digunakan sebagai ukuran koherensi.Michelson mendefinisikan penampakan frinji
(fringe visibility) sebagai berikut Di mana Emaks adalah energy relatife dari frinji
terang dan Emin adalah energy dalam frinji gelap di sebelahnya. Jika frinji dihasilkan
berkas koheran denagn amplitudo yang sama,penampakan frinji saam dengan satu
(Emin = 0); sedangkan frinji yang dihasilakn oleh tidak-koheren penampakan sama
dengan nol; (Emaks= Emin),yakin tidak ada frinji. Penampakan frinji memenang terlihat
dalam laboratorium,namun,kurang dari satu,bahkan walaupun denagn gelombang
gelombang yang sama amplitudonya. Karena itu,jelasnya hanya gelombang koheren
sebagaian yang ada dalam kenyataan.
Zermike mendefinisikan tingkat koherensi (degree of coherence),V2, sama
dengan penampakan frinji jika jarak lintasan antara berkas berkas itu kecil dan
amplitudonya sama,dan ini merupakan syarat yang paling baik untuk menghasilkan
frinji. Dalam percobaan Young, pegamatan frinji dapat diambil sebagai ukuran
langsung tingkat koherensi cahaya pada dua lubang. Menurut pengalaman,jika V2 >
0,85, maka dua sumber sekunder tersebut dilihatkan sanagat koheran. Dapat
ditunjukan,bahwa hanya cahaya yang monokromatis sempurna yang koheren sama
sekali baik dalam waktu(temporal) maupun dalam (spasial).
Sepanjang interval waktu yang lebih pendek dari pada waktu satu gelombang,
satu paket gelombang, gelombang akan muncul sebagai sinusoidal murni (gambar
5.3). waktu rata rata dimana terjadi pancaran sinusoidal ideal dinamakan waktu
koherensi Tc. panjang yang bersangkutan Lc = cTc dimana c kecepatan cahaya
dinamakan panjang koherensi sesudah waktu Tc , tidak korelasi antara fase dari
gelombang.
Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa seperti
menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom memancarkan
cahaya secara kooperatif. Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat sumber cahaya
tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran cahayanya sangatlah
monokromatik, kuat dan sangat terkumpul. Alat ini di sebut dengan laser (light
amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masing gelombang secara vektor dengan
memperhitungkan beda fasa di dalamnya.
2. Mengkuadratkan amplitudo resultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan.
Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya dapat
diperoleh dengan:
1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang
sebanding dengan intensitas masing-masing berkas,
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan
Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk sumber cahaya
yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik selalu lebih besar
daripada intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber di titik tersebut.
6. Interferometer
Interferensi adalah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih
yang bertemu pada satu titik di ruang. Apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan
berpanjang gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang
dihasilkan merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan
fasenya. Jika perbedaan fasenya 0 atau bilangan bulat kelipatan 3600, maka gelombang
akan sefase dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif).
Sedangkan amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo masing-masing
gelombang. Jika perbedaan fasenya 1800 atau bilangan ganjil kali 1800, maka gelombang
yang dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling melemahkan
(interferensi destruktif). Amplitudo yang dihasilkan merupakan perbedaan amplitudo
masing-masing gelombang (Tipler, 1991). Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan
interferensi dan pola-polanya yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut
interferometer optik.
Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka
gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada pembagi muka gelombang,
muka gelombang pada berkas cahaya pertama di bagi menjadi dua, sehingga
menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar akan
membentuk pola interferensi yang berwujud frinji gelap terang berselang-seling. Pola
terang terjadi apabila gelombanggelombang dari kedua berkas sinar sefase sewaktu tiba
di layar.
Sebaliknya pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang dari kedua berkas
sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar pola interferensi nyata, tempat garis-
garis gelap terang itu harus tetap sepanjang waktu yang berarti beda fase antara
gelombang-gelombang dari kedua celah harus tidak berubah-ubah dan hal ini hanya
mungkin apabila kedua gelombang tersebut koheren, yaitu identik bentuknya (Soedojo,
2001).
Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang cahaya jatuh pada
suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan diteruskan dan sebagian
lainnya akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu saja mempunyai amplitudo
yang lebih kecil dari gelombang sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah
terbagi. Jika dua gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah layar maka
akan dihasilkan pola interferensi (Hecht, 1992).
7. Prinsip dasar interferometer
Interferometer adalah suatu perangkat untuk pengukuran yang memanfaatkan gejala
inteferensi. Pada umumnya prinsip dasar interferometer yang memanfaatkan sifat
koherensi perhatikan gambar dibawah :

Gambar 7 Prinsip dasar sebuah interferometer


Menurut ciri pokoknya, interferometer dapat dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Interferometer pembelahan muka gelombang
Dalam sistem ini kedua berkas gelombang yang berinteferensi diperoleh dari sumber
gelombang semula tanpa mnegurangi intensitasnya atau dengan perkataan lain cahaya
dapat dibagi dua menurut posisi geometrisnya, misalnya bagian atas berkasnya
menjadi berkas uji dan bagian bawah menjadi berkas referensi.
b. Interferometer pembelah amplitudo
Dalam hal ini kedua gelombang yang berinteferensi diperoleh dengan mebagi
intensitas gelombang semula, atau dengan perkataan lain cahaya dibagi dua berkas
yang sama bentuknya, tetapi dengan amplitudo yang berbeda.
Berkas uji adalah berkas cahaya yang dikenakan dengan objek yang akan
diukur/diuji. Objek dapat berupa cermin bergerak ( yang pergeserannnya ingin
diukur), gas (yang variasi indeks biasnya ingin diketahui) dan lain lain. Sedangkan
berkas referensi adalah berkas cahaya pola fasanya dipertahankan tetap untuk
anntinya dipertemukan lagi dengan berkas uji.
Perpaduan kedua gelombang menghasilkan pala interferensi (garis atau daerah
terang gelap saja) yang diamatai oleh detektor (layar, fotodioda, film, dan
sebagainya). Interferensi antara keduanya memberikan informasi mengenai apa yang
telah dialami berkas uji, sehingga pada gilirannya memberikan informasi mengenai
objek ini.
8. Jenis-jenis interferometer
a. Interferometer young
Interferometer young adalah jenis interferometer pembelah muka dua dimana
kegunaan interferometer ini adalah antara lain untuk memeriksa derajat koherensi
sumber cahaya dan menguku rjarak yang kecil antara dua celah. Prinsip kerja dari
interferometer young diperhatikan pada gambar dibawah ini.
Gambar 8

Pada eksperimen young hasil inteferensinya diamati pada layar yang berjarak L yang
jauh lebih besar dari jarak antara celah d. Untuk konfigurasi eksperimen ini berlaku
aproksimasi medan jauh dimana :
𝑟1, 𝑟2≫𝑑 𝑑𝑎𝑛 𝜆 ; 𝜃1 = 𝜃2 = 𝜃
Dalam pendekatan ini, selisih lintasan gelombang yang menjalar melalui dua celah
terpisah adalah :
∆𝑟 = 𝑟3 − 𝑟1 = 𝑑 sin 𝜃
Kedudukan frinji pada bidang pengamatan diungkapkan oleh koordinat
𝑦 = 𝐿 tan 𝜃 …….. (1)

b. Interferometer Michelson
Interferometer michelson adalah termasuk interferometer pembelah amplitudo
dimana interferometer ini sangat berguna dalam pengukuran indeks bias,
pengukuran panjang (yang diukur adalah pergeseran total cermin uji), pengukuran
getaran (vibrasi) dan dapat juga digunakan untuk pengukuran simpangan permukaan
(disini permukaan menjadi cermin uji). Pada gambar dibawah ini diperlihatkan
konfigurasi interferometer Michelson, yaitu terdiri dari dumber cahaya, pemisah
berkas, cermin referensi, cermin uji.
Gambar 9
Intensitas maksimum (keadaan terang) diperoleh𝛿𝑚 . 2𝜋 dengan bilangan bulat.
Sedangkan intensitas minimum (keadaan gelap) diperoleh 𝛿 = (2𝑚 + 1). 𝜋 dengan
demikian intensitas akan berubah dari maksimum ke minimum atau sebaliknya
𝜆
dengan pergeseran sejauh simpangan 𝑥 = 4 dimana 𝜆 panjang gelombang sinar laser

yang digunakan.
Untuk memahami fenomena interferensi harus berdasar pada prinsip optika fisis,
yaitu cahaya dipandang sebagai perambatan gelombang yang tiba pada suatu titik
yang bergantung pada fase dan amplitude gelombang tersebut. Untuk memperoleh
pola-pola interferensi cahaya haruslah bersifat koheren, yaitu gelombang-gelombang
harus bersalah dari satu sumber cahaya yang sama. Koherensi dalam optika sering
dicapai dengan membagi cahaya dari sumber celah tunggal menjadi dua berkas atau
lebih, yang kemudian dapat digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi.
Pada interferensi, apabila dua gelombang yang berfrekuensi dan berpanjang
gelombang sama tapi berbeda fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan
merupakan gelombang yang amplitudonya tergantung pada perbedaan fase.
Perbedaan fase antara dua gelombang sering disebabkan oleh adanya perbedaan
panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua gelombang. Perbedaan lintasan satu
panjang gelombang menghasilkan perbedaan fase 360o, yang ekivalen dengan tidak
ada perbedaan fase sama sekali. Perbedaan lintasan setengah panjang gelombang
menghasilkan perbedaan fase 1800. Umumnya, perbedaan lintasan yang sama dengan
Δd menyumbang suatu perbedaan fase δ yang diberikan oleh :
∆𝑑
𝛿= 2𝜋 …….. (2)
𝜆
Suatu alat yang dirancang untuk menghasilkan interferensi dan pola-polanya
yang dihasilkan dari perbedaan panjang lintasan disebut interferometer optic.
Interferometer dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interferometer pembagi muka gelombang
dan terferometer pembagi amplitude. Pada pembagi muka gelombang, muka
gelombang pada berkas cahaya pertama dibagi menjadi dua, sehingga menghasilkan
dua buah berkas sinar baru yang koheren, dan ketika jatuh di layar akan membentuk
pola interferensi yang berwujud cincin gelap terang berselang-seling.
Pola terang terjadi apabila gelombang-gelombng dari kedua berkas sinar sefase
sewaktu tiba di layar. Sebaliknya, pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang
dari kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar pola interferensi
nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang waktu yang berarti
beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah harus tidak berubah-ubah
dan hal ini hanya mungkin apabila kedua gelombang tersebut koheren, yaitu identik
bentuknya.
Untuk interferometer pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang
cahaya jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan
diteruskan dan sebagian lagi akan dipantulkan. Kedua gelombang tersebut tentu saja
mempunyai amplitudo gelombang yang lebih kecil dari gelombang sebelumnya. Ini
dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi. Jika kedua gelombang tersebut bisa
disatukan kembali pada sebuah layar, maka akan dihasilkan pola interferensi.

Gambar 10 diagram skematik interferometer Michelson

Gambar di atas merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh


permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke M1
dan sisanya ditransmisikan ke M2. Bagian yang dipantulkan ke M1 akan dipantulkan
kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke layar. Adapun bagian yang
ditransmisikan oleh M2 juga akan dipantulkan kembali ke beam splitter, kemudian
bersatu dengan cahaya dari M1 menuju layar, sehingga kedua sinar akan
berinterferensi yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola cincin gelap terang.
Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakkan M2 pada
interferometer Michelson dan menghitung cincin yang bergerak atau berpindah,
dengan acuan suatu titik pusat. Sehingga diperoleh jarak pergeseran yang
berhubungan dengan perubahan cincin :
∆𝑁𝜆
∆𝑑 = …….. (3)
2

Dengan :
Δd = perubahan lintasan optis
λ = panjang gelombang sumber cahaya
ΔN = perubahan jumlah cincin

Panjang koherensi merupakan jarak sejauh mana dapat berinterferensi. Panjang


koherensi suatu gelombang tertentu, seperti laser atau sumber lain dapat dijelaskan
dari persamaan berikut :
𝑐
𝐿𝑐 = 𝑐𝜏𝑐 = …….. (4)
∆𝑣

Dimana :
Lc = panjang koherensi
τc = koherensi waktu
c = cepat rambat cahaya
Δv = lebar spectrum
Pada interferometer Michelson, panjang koherensi sama dengan dua kali
panjang lintasan optic antara kedua lengan pada interferometer Michelson, diukur
pada saat penampakan frinji sama dengan nol. ketika movable mirror digerakkan,
maka kedua berkas laser yang melewati L1 dan L2 memiliki jarak lintasan yang
berbeda. Sehingga beda optic masing-masing berkas adalah 2L1 dan 2L2. Jadi beda
lintasan optisnya adalah :
𝐿𝑐 = 2𝐿2 − 2𝐿1 = 2( 𝐿2 − 𝐿1 ) …….. (5)

c. Interferometer Twyman-Green
Interferometer ini mirip dengan interferometer michelson. Pada interferometer ini
digunakan cahaya yang terkolomasi (lebara dan sejajar) dalam hal ini pola inferensi
yang dihasilkan yang dihasilakan tidak lagi berbentuk cincin kosentris, melainkan
brupa “spot” yang dapat dipusatkan dengan sebuah lensa. Interferometer ini pada
umumnya digunakan untuk menguji permukaan optik, yaitu memeriksa apakah
terdapat cacat atau penyimpangan dari bentuk yang diharapakan. Pada gambar
dibawah ini diperlihatkan perangakat Interferometer Twyman-Green .

Gambar 11 perangkat interferometer Twyman-Green

d. Interferometer Mach-Zechnder
Pada perangkat Interferometer Mach-Zechnder diperlihatkan pada gambar
dibawah ini, dimana lintasan cahaya membentuk empat persegi panjang dan sumber
tak terkolimasi pada interferometer ini berkas uji berkas referensi menjalani lintasan
yang simetris baik bentuk maupun arahnya, dengan demikian interferometer ini tidak
begitu peka terhadap gangguan dari luar (gerakan udara, getaran, dan sebagainya),
karena gengguan akan terjadi dengan sama besar pada berkas uji dan berkas referensi.
Pada umumnya interferometere ini digunakan untuk mengukur variasi fasa yang
dialami berkas uji, pngujian elemen optik dan variasi kerapatan aliran gas dalam
terowongan angin sampai ke pnegukuran kountur densitas plasma dalam reaktor
termonuklir.

Gambar 12. Konstruksi interferometer Mach-Zehnder

9. INTENSITAS POLA INTERFERENSI


Dalam sebuah pola interferensi terdapat posisi intensitas maksimum dan posisi intensitas
minimum. Untuk mencari intensitas sembarang titik pada pola itu, kita harus
menggabungkan kedua medan yang berubah secara sinusoidal di sebuah titik 𝑃 dalam pola
radiasi tersebut, dengan memperhitungkan selisih fasa dari kedua gelombang itu di titik 𝑃,
yang dihasilkan dari selisih lintasan. Maka intensitas itu sebanding dengan kuadrat
amplitudo medan listrik resultan.
Untuk menghitung intensitas itu, kita akan menganggap bahwa kedua fungsi sinusoidal
tersebut mempunyai amplitudo 𝐸 yang sama dan bahwa medan 𝐸⃗ terletak sepanjang garis
yang sama. Ini menganggap bahwa sumber-sumber itu identik dan ini mengabaika selisih
amplitudo yang kecil yyang disebabkan oleh panjang lintasan yang tak sama
(amplitudonya berkurang seiring dengan jarak yang semakin bertambah dari sumber itu).
Jika kedua sumber itu sefasa, maka glombang-gelombang yang tiba di 𝑃 berbeda fasa
sejumlah yang sebanding dengan selisih lintasannya, (𝑟2 − 𝑟1 ). Jika sudut fasa antara
gelombang-gelombang yang tiba ini adalah 𝜙, maka kita dapat menggunakan pernytaan
berikut untuk kedua medan listrik yang disuperposisikan di 𝑃.
𝐸1 (𝑡) = 𝐸 cos(𝜔𝑡 + 𝜙) …….. (6)
𝐸2 (𝑡) = 𝐸 cos 𝜔𝑡 …….. (7)
Superposisi dari kedua medan itu di 𝑃 adalah sebuah fungsi sinusoidal dengan
suatu amplitudo 𝐸𝑃 yang bergantung pada 𝐸 dan selisih fasa 𝜙. Pertama kita akan
mengerjakan pencarian amplitude 𝐸𝑝 jika 𝐸 dan 𝜙 diketahui. Kemudian kita akan
mencari internsitas 𝐼 dari gelombang resultan itu, yang sebanding dengan 𝐸𝑃 2 .

a. Amplitudo dalam Interferensi Dua Sumber


Untuk menambahkan kedua fungsi sinusoidal itu dengan sebuah selisih fasa, kita
menggunakan representasi fasor yang sama seperti yang kita gunakan untuk gerak
harmonik sederhana dan untuk tegangan dan arus dalam rangkaian bolak-balik. Setiap
fungsi sinusoidal dinyatakan oleh sebuah vektor yang berotasi (fasor) yang
proyeksinya pada sumbu horizontal pada sebarang saat menyatakan nilai sesaat fungsi
sinusoidal itu.
Diagram fasor menunjukkan bahwa 𝐸1 adalah komponen horizontal dari fasor
untuk gelombang dari sumber 𝑆1, dan 𝐸2 adalah komponen horizontal dari fasor
untuk gelombang dari sumber 𝑆2 . Kedua fasor mempunyai besar 𝐸 yang sama, tetapi
fasa 𝐸1 mendahului fasa 𝐸2 sebesar sudut 𝜙. Kedua fasor berotasi dalam arah yang
berlawanandengan arah jarum jam dengan kecepatan sudut 𝜔 yang konstan, dan
jumlah dari proyeksi-proyeksi pada sumbu horizontal itu pada sebarang waktu
memberikan nilai sesaat dari medan 𝐸 total di titk 𝑃. Jadi besarnya amplitudo 𝐸𝑃 dari
gelombang sinusoidal resultan di 𝑃 ditunjukkan dengan besar fasor merah gelap
dalam diagram itu (𝐸𝑃 ).Itulah jumlah vektor dari kedua fasor lainnya. Untuk mencari
𝐸𝑃 , kita menggunakan hukum kosinus dan identitas tirgonometri cos(𝜋 − 𝜙) =
−cos 𝜙.

𝐸𝑃 2 = 𝐸 2 + 𝐸 2 − 2𝐸 2 cos(𝜋 − 𝜙) …….. (8)

𝐸𝑃 2 = 𝐸 2 + 𝐸 2 − 2𝐸 2 cos(𝜙) …….. (9)

Kemudian dengan menggunakan 1 + cos 𝜙 = 2 cos 2 (𝜙/2), kita mendapatkan


𝐸𝑃 2 = 2𝐸 2 (1 + cos 𝜙) = 4𝐸 2 cos2 (𝜙/2) …….. (10)

amplitudo dalam
𝐸𝑃 = 2𝐸|cos(𝜙/2)| interferensi dua sumber …(11)

Bila kedua gelombang itu sefasa, 𝜙 = 0dan 𝐸𝑃 = 2𝐸. Bila kedua


gelombang itu berbeda fasa secara eksak sebesar setangah siklus, 𝜙 = 𝜋 rad =
180°, cos(𝜙/2) = cos 𝜋/2 = 0, dan 𝐸𝑃 = 0, jadi superposisi dari dua gelombang
sinusoidal dengan frekuensi yang sama dan amplitudo yang sama tetapi dengan
sebuah selisih fasa akan menghasilkan sebuah gelombang sinusoidal yang
frekuensinya sama dan sebuah amplitude di antara nol dan dua kali amplitude
individu, yang bergantung pada selisih fasa.

b. Intensitas dalam Interferensi Dua Sumber


Intensitas, 𝐼 dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk ekuivalen berikut.

𝐸𝑃 2 1 𝜖0 1
𝐼 = 𝑆𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = √ 𝐸𝑃 2 = 𝜖0 𝑐𝐸𝑃 2
2𝜇0 𝑐 2 𝜇0 2

Persamaan di atas menunjukkan bahwa 𝐼 sebanding dengan 𝐸𝑃 2 . Jika


perrsamaan amplitudo interfeerensi untuk dua sumber disubstitusikan ke dalam
persamaan di atas, maka akan diperoleh:
1
𝐼 = 2 𝜖0 𝑐𝐸𝑃 2 = 2𝜖0 𝑐𝐸 2 = cos 2 (𝜙/2) …….. (12)

Itu berarti intensitas maksimum 𝐼0 , yang terjadi pada titik-titik di mana selisih
fasa sama dengan nol (𝜙 = 0), adalah

𝐼0 = 2𝜖0 𝑐𝐸 2 …….. (13)

Jika intensitas maksimum 𝐼0 adalah empat kali (bukan dua kali) besarnya
1
intensitas 2 𝜖0 𝑐𝐸 2 dari setiap sumber individu.
Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk 𝐼0 ke dalam persamaan 11, kita
dapat mendapatkan intensitas 𝐼 di sebarang titik secara sangat sederhana dalam
intensitas maksimum 𝐼0 .

𝐼 = 𝐼0 cos 2 (𝜙/2) Intensitas dalam interferensi dua sumber …(14)

Jika kita rata-ratakan ini pada semua selisih fasa yang mungkin, maka
1
hasilnya adalah 𝐼0 ⁄2 = 𝜖0 𝑐𝐸 2 (rata-rata dari cos 2 (𝜙/2)adalah 2). Ini hanyalah dua

kali intensitas dari setiap sumber individu, seperti yang seharusnya diharapkan.
Keluaran energi total dari kedua sumber itu tidak diubah oleh efek interferensi, tetapi
energi itu didistribusikan kembali. Untuk beberapa sudut fasa, intensitas itu adalah
empat kali besarnya intensitas untuk sebuah sumber individu, tetapi untuk sudut fasa
lainnya intensitas itu adalah nol. Sehingga intensitas itu menjadi seimbang.

10. Pengertian Difraksi


Difraksi merupakan gejala pembelokan cahaya bila mengenai suatu celah sempit.
Semakin sempit celah yang dilalui cahaya, semakin dapat menghasilkan perubahan arah
penjalaran cahaya yang semakin lebar.
Penghalang ini hanya meneruskan sebagian kecil dari gelombang yang dapat
melalui lubang celah dapat terus, yang lainnya berhenti atau kembali.

Gambar 13
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan panjang celah. Di luar
bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah dipersempit, maka
bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah bayangan geometmetrisnya.
Difraksi pertama kali ditemukan oleh Francesco M. Grimaldi (1618-1663) dan
gejala ini juga diketahui oleh Huygens (1620-1695) dan Newton (1642-1727). Akan
tetapi Newton tidak melihat kebenaran tentang teori gelombang disisni, sedangkan,
Huygens yang percaya pada teori gelombang tidak percaya pntuk menerangkan
difraksiada difraksi.
Oleh karena itu, ia tetap menyatakan bahwa cahaya berjalan lurus. Frensel (1788-
1827) secara tepat menggunakan teori Huygens yang disebut prinsip Huygens frensel,
Berunyi :
“ Setiap titik muka gelombang di celah merupakan sumber cahaya titik dari gelombang
bola, sehingga muka gelombang neto pada titik-titik diluar celah adalah hasil
superposisi gelombang bola yang bersumber dari titik muka gelombang muka dicelah”.
Difraksi terbagi menjadi dua jenis yaitu difraksi frounhofer dan fresnel.
11. Jenis –jenis difraksi
a. Difraksi Fresnel

Bila suatu berkas cahaya sejajar dijatuhkan pada suatu celah sempit, ternyata
setelah melalui celah berkas tersebut melebar lagi. Pada Gambar 1 diperlihatkan
berkas cahaya sejajar yang jatuh pada celah A, setelah lewat celah A berkas jatuh
pada layar L1 lebih lebar dari berkas cahaya sebelum melewati celah A. Demikian
pula berkas yang lewat celah B setelah jatuh pada layar L2 menjadi lebih lebar dari
berkas yang melewati celah A (Subrata, 2002).

A B

L1 L2
Gambar 14. Gejala Difraksi
Gejala ini disebut pelenturan cahaya atau difraksi. Difraksi fresnel adalah jarak
sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah atau sinar datang tidak
sejajar / sumber gelombang dekat (djoenaedi, 2008).Eksperimen menunjukkan
bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya yang lewat. Gejala
difraksi ini hanya dapat dijelaskan dengan cahaya sebagai gelombang dengan
menggunakan prinsip Huygens (Adison, 2002).

Gambar 15. Prinsip Huygens


Prinsip Huygens-Fresnel yaitu setiap titik dari muka-muka gelombang
yang tidak terganggu, pada saat tertentu bertindak sebagai sumber muka-muka
gelombang speris kedua (frekuensinya sama dengan sumber primer). Amplitudo
medan optik (listrik/magnet) di suatu titik merupakan superposisi dari muka-muka
gelombang speris tadi.

Gambar 16. Superposisi muka-muka gelombang

Jika panjang gelombang (λ) lebih besar dibandingkan dengan lebar celah
(d), maka gelombang akan disebar keluar dengan sudut yang cukup besar. Dalam
beberapa kasus klasik, fenomena interferensi dan difraksi sulit dibedakan.
Gambar 17. Fenomena interferensi dan difraksi
b. Difraksi Frounhofer
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah
dan celah-layar jauh lebih besar dari lebar celah (djoenaedi, 2008).
 Difraksi Frounhofer Oleh Sebuah Celah Persegi
Dengan meninjau sebuah celah persegi yang sangat sempit dan panjang, maka
efek dari sisi celah dapat ditiadakan. Sinar datang juga diasumsikan sejajar dan
datang tegak lurus pada bidang celah. Menurut prinsip Huygens, bila semua sinar
datang jatuh pada celah, semua titik-titik pada bidang celah akan menjadi sumber-
sumber gelombang sekunder, memancarkan gelombang baru yang disebut
gelombang difraksi.
Suatu gelombang datar jatuh pada celah yang lebarnya a, dan sinar yang lewat
celah ditangkap pada layar, ditunjukkan pada Gambar 5. Bila layar pandang pada
jauh tak berhingga atau sebuah lensa diletakkan di belakang celah untuk
memfokuskan sinar-sinar sejajar di layar, maka pola difraksi itu disebut dengan
difraksi Fraunhofer. Bila jarak layar itu dekat dan tidak menggunakan lensa, maka
pola difraksi itu disebut difraksi Fresnel (Yasa, 2003).
Gelombang
datang P
r1
L 1
r2

a a’ b P
o

½λ
Celah Layar
Gambar 18. Difraksi oleh celah sempit
Pasangan sinar-sinar sejajar yang mendatar (tidak tampak pada gambar) yang
muncul dari celah akan difokuskan di Po. Oleh karena sinar-sinar pada celah fasenya
sama, maka ketika tiba di Po juga akan memiliki fase yang sama, sehingga titik pusat
pola difraksi yang terjadi di layar memiliki intensitas maksimum.
Jika kita pandang sinar-sinar lain yang membentuk sudut  , sinar-sinar ini
1
tiba di P1 pada layar. Beda lintasan sinar r1 dan r2 adalah bb’. Bila bb’ =  , maka r1
2
dan r2sampai di P1 akan berlawanan fase, sehingga terjadi interferensi maksimum.
Demikian pula antara sinar dari b dan sinar dari ujung bawah celah, akan terjadi
keadaan yang sama. Jadi, titik di P1 akan menjadi pola difraksi minimum pertama,
dan akan memiliki intensitas nol. Berdasarkan Gambar 5, diperoleh:
b 
sin  
2 2
b sin    (minimum pertama)…………………………………...………(1)

Berdasarkan persamaan (1) terlihat bahwa untuk panjang gelombang tertentu,


makin besar celah b maka sudut  makin kecil, dan makin sempit celah b maka
sudut  makin besar atau daerah maksimum pusat makin luas.
Jika celah dibagi menjadi empat bagian dan tiap sinar datang dari tepi atas
masing-masing seperti pada Gambar 6, kemudian dipilih sudut  sedemikian,
1
sehingga aa’ =  , sehingga sinar r1 dan r2 saling meniadakan di P2 . Demikian pula
2
halnya dengan sinar r3 dan r4 akan saling meniadakan di P2. Jadi, syarat untuk terjadi
minimum adalah:
b 
sin  
4 2
b sin   2 (minimum kedua)………………………………….(2)

Gelombang
datang P
L r1
r2 r3
P
r4
a
θ b P
θ

Celah Layar

Gambar 19. Difraksi oleh celah sempit


Gelombang terdifraksi yang diobservasi pada beda sudut  terhadap arah
gelombang datang, maka diperoleh pola difraksi untuk arah tertentu intensitasnya
sama dengan nol. Arah tersebut dinyatakan oleh hubungan:
b sin   n. dengan n  0 …………………………………………….(3)
di mana n adalah bilangan bulat, b lebar celah dan  panjang gelombang datang.
Nilai n = 0 tidak termasuk, karena berkaitan dengan pengamatan sepanjang arah
gelombang datang yang menghasilkan iluminasi maksimum.
Berdasarkan persamaan (3) antara titik-titik dengan intensitas nol terdapat
sebuah maksimum, tetapi maksimum ini intensitasnya berkurang secara gradual.
Keadaan ini berbeda dengan pada peristiwa interferensi. Intensitas gelombang
difraksi sebagai fungsi , dinyatakan pada Gambar 20.
I

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Gambar 20. Distribusi Intensitas pola difraksi terhadap 
Berdasarkan Gambar 20 yang perlu dicatat bahwa pola maksimum pusat
memiliki lebar dua kali lebar pola maksimum sekundernya. Untuk menghitung
distribusi intensitas yang ditunjukkan Gambar 20. dapat dilakukan dengan membagi
celah tersebut dalam celah-celah yang sangat sempit Δx, seperti ditunjukkan Gambar
21 berikut:

Gelombang
datang P
L

A
Δx
θ a P
θ
B

Δx = sin
θ
Celah Layar
Gambar 21. Geometri perhitungan intensitas pola difraksi
Misalkanlah masing-masing celang yang sangat sempit yang lebarnya Δx sebagai
sebuah sumber gelombang sekunder dengan amplitudo do dan gelombang terpancar
dalam arah , maka beda fase adalah:
 2π 
δ    (beda lintasan)
 λ 

δ Δx
λ

δ sin θ ……………………………………………………….(4)
λ
yang menyatakan bahwa beda fase bertambah terhadap x. Untuk memperoleh
amplitudo dalam arah , dilakukan dengan menjumlahkan semua vektor gelombang
pada celah. Amplitudo resultan o dari pola difraksi dapat dihitung dengan bantuan
analisis geometri seperti yang dilukiskan pada Gambar 22.

C 

½
 P
 o
Q


0
d

Gambar 22. Amplitudo resultan


Amplitudo-amplitudo gelombang kecil digambarkan oleh anak panah-anak panah
kecil, penjumlahan vektornya dari sumber-sumber gelombang kecil pada celah
sebagai resultan amplitudo o dinyatakan oleh busur OP dari sebuah lingkaran
dengan pusat C dan jejari , dengan anggapan beda fase anatara sumber-sumber
gelombang keci adalah sama. Kemiringan pada setiap titik dari busur lingkaran
adalah beda fase yang dinyatakan oleh persamaan (4) Pada titik P yang berkaitan
dengan x = b kemiringannya dinyatakan dengan persamaan:
2 2
 AB  b sin  ……………………………………….….(5)
 
yang juga menyatakan sudut yang dibentuk oleh jejari CO dan CP, dengan
demikian amplitudo resultan dapat dinyatakan dengan persamaan:
  2QP
  2  sin  12  

 b sin  
  2  sin   ……………………………………...………(6)
  
Untuk pengamatan yang tegak lurus ( = 0), maka semua vektor do adalah
sejajar, dengan demikian amplitudo resultannya sama dengan panjang OP
dinyatakan dengan Eo, yaitu:
 2 b sin  
o  OP       ………………..…………..(7)
  
dengan membagi persamaan (5) dengan persamaan (6) diperoleh hubungan:
  b sin   
 sin    
  o     ……………...……………………(8)
 
  
 b sin    
 
dan karena intensitas gelombang berbanding langsung dengan kuadrat amplitudonya
makadiperoleh hubungan inetnsitas yang teramati sebagai fungsi arah pengamatan ,
yaitu:
2
  b sin   
 sin    
II   
o  b sin  
  

2
 sin u 
I I   ………………………....……………..(9)
o u 

b
di mana u  sin  . Dari persamaan (9) dapat ditunjukkan bahawa intensintas

gelombang yang teramati sama dengan nol terjadi bila u = n , atau b sin   n yang
 sin u 
sesuai dengan persamaan (3) kecuali untuk n = 0 karena    1 . Intensitas
 u u 0
maksimum dari pola difraksi yang dihasilkan dapat ditentukan dari nilai u yang
dI
sesuai dengan  0 , karena intensitas maksimum ini berkaiatan dengan nilai-nilai
du
u, maka intensitas maksimum terjadi secara berurutan akan menjadi semakin kecil.
Untuk  yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan harga b , titik-titik nol pertama
dari intensitas gelombang dari kedua sisi maksimum utama dikaitkan dengan sudut
pengamatan ditentukan dengan mengambil n  1 yaitu:

  sin    …………………………………………(10)
b
Persamaan (10) dapat dilukiskan dengan Gambar 23.

=/b
=/b

Gambar 23. Titik-titik minimum pertama terhadap maksimum utama


Prinsip ini sangat bermanfaat untuk menjelaskan daya pemisah (resoving power)
yang dikemukakan oleh Lord Rayleigh yaitu sebagi sudut minimum yang dibentuk
oleh dua gelombang yang datang dari dua sumber titik terpisah. Kedua gelombang
yang datang menghasilkan pola difraksi yang terbedakan.

Sumbe
r
S2
=/b
Sumbe
r
S1

Gambar 24. Aturan Rayleigh untuk daya pemisah sebuah celah


Jika gelombang datang dari dua sumber terpisah S1 dan S2 yang melewati celah
yang sama dalam dua arah yang berbeda, membentuk sudut , seperti ditunjukkan
Gambar 19. Pola difraksi yang dihasilkan kedua gelombang adaah saling tumpang
tindih. Pola difraksi kedua gelombang dapat dibedakan bila maksimum utama dari
satu gelombang jatuh pada titik nol pertama pola difraksi gelombang kedua. Dengan
demikian dari persamaan (10) dan Gambar 20 sudut  haruslah:

  ………………………………(11)
b
yang menyatakan daya pemisah dari sebuah celah menurut aturan Rayleigh.

 Difraksi Frounhofer dari Celah Melingkar

Pada kasus ini, tepi lensa dianggap sebagai suatu celah, sehingga cahaya yang
berasal dari sumber titik ketika melalui lensa akan disebarkan sesuai pola difraksi.
Oleh
karena itu, sumber benda titik bayangannya akan dibentuk menjadi suatu pola
difraksi kecil. Pola difraksi yang dihasilkan celah melingkar adalah berupa piringan
terang di pusat dikelilingi oleh cincin gelap dan terang bergantian, seperti
ditunjukkan pada Gambar 25.

D=2
R

Gambar 25. Pola difraksi frounhofer untuk celah melingkar


Nampak pada gambar bahwa jumbai-jumbai lingkaran yang mengelilingi
terang pusat membentuk bayangan yang kurang terang. Dengan menyatakan R jejari
lingkaran celah, sudut pengamatan cincin minimum (gelap) pertama adalah:
2R sin 
 3.8317 ……………………………………..(12)

atau untuk sudut yang sangat kecil, maka:
 
sin     1.22  1.22 ……………………………(13)
2R D
dengan D sebagai lebar celah dan  merupakan panjang gelombang cahaya.
Bila dua titik sangat berdekatan, pola difraksi dari masing-masing bayangan
akan saling tumpang tindih sehingga bayangannya hampir sama dengan bayangan
sebuah obyek titik. Apabila jarak anguler titik berada pada suatu kondisi di mana
maksimum pola difraksi sumber satu jatuh pada minimum pertama dari sumber
difraksi yang lain, maka keadaan ini disebut dengan kriterion Rayleigh.
Kajian tentang difraksi celah melingkar sangat bermanfaat dalam perkembangan
teknologi. Apabila suatu produk diinginkan untuk mampu memisahkan jarak anguler
yang sangat kecil, maka dapat dilakukan dengan memperbesar diameter lensa (D)
atau memilih panjang gelombang (  ) yang lebih pendek. Cara ini efektif digunakan
untuk mengurangi efek difraksi pada mikroskop. Hal yang dilakukan adalah dengan
memilih cahaya ultraviolet atau elektron sebagai pengganti cahaya.
 Difraksi Frounhofer untuk Dua Celah Sama Besar dan Sejajar
Tinjaulah dua celah, masing-masing dengan lebar b saling berjarak a, seperti
ditunjukkan Gambar 13. Untuk arah pengamatan , diperoleh dua berkas gelombang
terdifraksi yang datang dari masing-masing celah, yang kemudian menghasilkan
interferensi. Dengan kata lain pada peristiwa ini terjadi sebuah kombinasi difraksi
dan interferensi. Untuk menentukan intensiatas gelombang resultan sebagai fungsi ,
maka haruslah terlebih dahulu ditentukan resultan amplitudo masing dari masing-
masing celah, kemudian resultan amplitudo dari masing-masing celah digabungkan
untuk memperoleh resultan amplitudo akhir sebagai hasil kombinasi dari resultan
amplitudo dari masing-masing celah.
Celah- Celah-
1 2
a
a

A B C D
b b

E
A’ C’

Gambar 26 (a) Dua celah sama lebar


(b) Difraksi Founhofer untuk dua celah

Resulatan amplitudo dari kedua celah ditunjukkan oleh Gambar 13, sudut 
memiliki harga sesuai dengan persamaan (5). Vektor OP menyatakan resultan
amplitudo oleh celah –1 yaitu 1 yang nilainya dihitung sesuaidengan persamaan
(8), yaitu:
  b sin   
 sin    
1   o1     ……………………………………(14)
 
  
 b sin    
 
karena celah-2 memiliki lebar yang sama maka resultan amplitudo celah-2 akan
memiiki nilai yang sama dengan resultan amplitudo celah-1, tetapi dengan fase yang
berbeda, seperti ditunjukkan pada Gambar 11.




2
1

Gambar 27. Amplitudo resultan gelombang dari kedua celah


Gambar 23 menunjukkan bahwa antara berkas gelombang celah-1 dan celah-2
memiliki beda fase tetap, yaitu:
2 2 .a sin 
 CE  ……………………………...(15)
 
dengan demikian amplitudo atau vektor-vektor gelombang kedua celah
membentuk sudut , sehingga resultan amplitudo kedua celah dapat ditentukan;

 
  o1 21  cos    2o1 cos 12  …………………(16)

dengan menggunakan persamaan (15) diperoleh:


 b sin  
sin  
  2o1 
  cos a sin   ……………...…(17)
 
b sin    

Distribusi intensitas dari pola difraksi yang terjadi sebagai fungsi , dengan
demikian dapat ditentukan dari kebergantungannya dengan kuadrat amplitudonya,
yaitu;
2
  b sin  
 sin   
I  Io     cos 2  . .a sin   …………….(18)
 
 b sin     
  
 
persamaan (17) bila dibandingkan dengan persamaan (18) ternyata terdapat

tambahan faktor cos 2  .a sin  /   . Faktor ini tidak lain adalah faktor distribusi
intensitas dari interfernsi yang dihasilkan oleh dua sumber koheren yang telah
dibahas terdahulu. Dengan demikian peristiwa interferensi d u sumber koheren
tercakup dalam persamaan (18). Ini menunjukkan bahwa pada peristiwa difraksi dua
celah identik akan termodulasi juga peristiwa interferensi dua sumber koheren. Pola
difraksi dua celah digambarkan sebagai berikut.
Pola Pola
difraksi interferensi

Gambar 28. Modulasi pola interferensi dua sumber dalam pola difraksi dua celah
Titik maksimum dari pola interferensi terjadi pada  a sin  /  atau sin   n / a ,
sedangkan titik nol dari pola difraksi terjadi sesuai persamaan 2.3 atau

sin   n'  / b  . Karena a  b maka jarak titik-titik nol dari pola difraksi jauh lebih
lebar dari jarak titik-titik maksimum pola interferensi. Oleh karena itu untuk difraksi
dua celah frinji terang jauh lebih tajam dan lebih dekat dari pada pola yang
dihasilkan oleh satu celah.

12. Kisi Difraksi


Jika cahaya dilewatkan pada sebuah celah maka cahaya tersebut akan mengalami
difraksi yang pada gilirannya akan mengalami interferensi, ditandai dengan adanya pola
gelap-terang yang terlihat pada layar. Pada dasarnya setiap gelombang cahaya yang
melalui suatu penghalang akan mengalami pembelokan arah rambat. Berdasarkan
eksperimen yang dilakukan para ilmuwan, difraksi dapat juga diamati jika cahaya
dilewatkan pada banyak celah. Mengenai interferensi dan difraksi pada celah tunggal dan
ganda. Dari dua konfigurasi tersebut selalu diperoleh pola gelap-terang pada layar.
Suatu penghalang yang terdiri dari banyak sekali celah dimana jarak antara celah
tersebut seragam (jarak antar celah sama dan teratur) disebut dengan kisi difraksi. Jumlah
celah dalam suatu kisi dapat mencapai orde ribuan celah tiap cm. Kisi difraksi memiliki
beberapa kelebihan dibanding celah tunggal atau ganda. Ketika cahaya melalui kisi,
setiap celah pada kisi tersebut dapat dianggap sebagai sumber gelombang cahaya. Setiap
cahaya dibelokkan dengan besar sudut tertentu sehingga cahaya-cahaya tersebut memiliki
lintasan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Gambar 29 Cahaya datang pada kisi difraksi. Pada layar terbentuk pola gelap terang.
Jika demikian maka cahaya yang mengalami interferensi akan lebih banyak
dibanding interferensi yang terjadi pada celah ganda dan tunggal. Jumlah interferensi
yang lebih banyak ini menghasilkan pola gelap terang yang lebih kuat (intensitasnya
lebih kuat) pada layar sehingga pengukuran dan identifikasi terhadap pola-pola
interferensi tersebut menjadi lebih akurat. Perhatikan Gambar 30

Gambar 30 Difraksi cahaya pada salah satu segmen kisi difraksi.


Sebelum dilanjutkan pada pembahasan berikutnya, kita mengasumsikan bahwa difraksi
yang dibahas ini adalah difraksi Franhoufer. Perhatikan satu segmen pada kisi tersebut,
lihat Gambar 30. Pola seperti tampak pada Gambar 30 pernah kita jumpai ketika
membahas interferensi dan difraksi pada sub bab sebelumnya. Beda lintasan antara
berkas cahaya (1) dan (2) adalah ∆L dimana ∆L = L2 – L1. Pola interferensi maksimum
dicapai ketika beda lintasan memenuhi:
.............................................................(1.7)
Mengacu pada segitiga pada Gambar 2.10 beda lintasan ∆L dapat dinyatakan sebagai:

.....................................................................................(1.8)
Dengan menggabungkan persamaan (1.7) dan (1.8) diperoleh:

.....................................................(1.9)
persamaan (1.9) adalah syarat yang harus dipenuhi agar dihasilkan interferensi
maksimum pada layar. Pola gelap dipenuhi jika beda fase antara gelombang cahaya
tersebut 1800. Beda fase tersebut sebanding dengan beda lintasan ½λ. Untuk Sembarang
posisi pada layar, pola gelap teramati pada beda fase ½𝜆 dan kelipatan bilangan bulat.

................................................(1.10)
a. Intensitas Cahaya pada Kisi Difraksi
Cahaya yang mengalami interferensi atau difraksi pada dasarnya tidak mengalami
penambahan atau pengurangan energi. Dengan kata lain, energi gelombang
elektromagnetik yang dibawa oleh cahaya adalah kekal. Cahaya hanya mengalami
pembelokan arah rambat dan superposisi saja. Jika I0 menyatakan intensitas cahaya
yang dibawa oleh berkas cahaya yang melewati sebuah celah pada suatu kisi maka
intensitas total cahaya yang jatuh pada layar adalah Itotal = NI0 dengan N menyatakan
jumlah celah pada kisi yang digunakan. Intensitas rata-rata pada layar dengan
demikian adalah NI0.
Pada layar terbentuk pola gelap terang sehingga intensitas cahaya tersebar tidak
tepat pada seluruh permukaan layar melainkan terkonsentrasi pada titik-titik dimana
terjadi interferensi maksimum saja. Dengan demikian intensitas pada setiap titik
maksimum tentu lebih besar dari NI0. Intensitas cahaya sebanding dengan kuadrat
medan listrik. Jika setiap celah menghasilkan intensitas rata-rata I0 maka intensitas
cahaya pada daerah terang pusat (maksimum pusat), dan juga pada daerah terang
lainnya, adalah:
𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝑁 2 𝐼0 .............................................................................(2.1)
Berdasarkan persamaan (1.9), interferensi konstruktif akan menghasilkan terang
maksimum yang lebih kuat jika jumlah celah semakin besar. Pada kisi difraksi, beda
lintasan antara celah 1 dan celah ke N adalah ∆L=(N–1)dNd. Intensitas cahaya yang
dihasilkan adalah nol jika beda lintasan antara celah ke (1) dan celah ke N adalah λ

Semakin banyak jumlah celah pada kisi maka semakin kecil nilai sin θgelap. Sudut
θgelap tidak lain adalah merepresentasikan lebar pola gelap pada layar.

..................................................(2.2)
Pola intensitas yang dihasilkan pada difraksi celah banyak diberikan oleh persamaan
berikut:

Yang mana I0 menyatakan intensitas rata-rata yang dihasilkan setiap celah, N


menyatakan jumlah total celah, d adalah jarak antara celah (m), sedangkan λ
menyatakan panjang gleombang cahaya yang digunakan.
Prinsip kisi difraksi banyak digunakan untuk mengkarakterisasi suatu molekul
atau atom tertentu berdasarkan panjang gelombang yang dihasilkannya. Suatu alat
yang digunakan untuk difraksi memiliki tingkat akurasi yang dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu dispersi angular dan resolusi. Suatu alat yang baik harus mampu
membedakan spektrum panjang gelombang cahaya yang memiliki nilai berdekatan.

b. Dispersi Angular
Dispersi angular menyatakan perbandingan antara lebar spektrum (∆θ) terhadap
selisih dua panjang gelombang yang berdekatan, ∆λ. Misal panjang gelombang λ1
berada pada sudut θ sedangkan panjang gelombang λ2 berada pada sudut (θ + ∆θ). ∆λ
didefinisikan sebagai λ2- λ1= ∆λ. Mengacu pada persamaan (2.9), kita peroleh:
Jika masing-masing panjang gelombang berada pada sudut θ yang sangat kecil maka
kita dapat melakukan pendekatan sebagai berikut:

...............................................................(2.4)

Persamaan (2.4) menyatakan dispersi angular dari suatu alat optik. Semakin besar
nilai dispersi angular maka hasil yang diperoleh semakin bagus karena spektrum
panjang gelombang dapat dipisahkan dengan jelas. Nilai dispersi dapat diperoleh
dalam orde yang besar jika d kecil, dengan kata lain dalam kisi yang sama dibuat
celah yang lebih banyak.
c. Resolusi
Walaupun dispersi angular merupakan salah satu faktor penentu kualitas alat
namun informasi tersebut belum menceritakan apapun terkait dengan daya pisah alat
tersebut. Daya pisah kisi difraksi didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang
gelombang (λ) yang diukur dan selisih panjang gelombang terkecil (∆λ) yang dapat
dideteksi dengan kisi difraksi.

.........................................................................................(2.5)
Untuk kisi difraksi yang terdiri dari N celah daya pisah optik dapat dinyatakan
dengan:

........................................................................................(2.6)
Yang mana n adalah bilangan bulat.
Jadi perbedaanya, jika interferensi adalah superposisi dua buah gelombang atau lebih.
Sedangkan Difraksi adalah devisi dari perambatan cahaya atau pembelokan arah
rambat cahaya.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih gelombang
yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat menghasilkan suatu pola
gelombang baru.
2. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya atau lebih
yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing
komponen radiasi gelombangnya.
3. Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
(1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang
cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh sebab itu kedua sinar/
cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
4. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara dua
gelombang atau dau sumber gelombang.
5. Interferensi terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya interferensi dua sumber
(eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
6. Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih fasa 𝜙
ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan 𝐸𝑃 adalah
𝜙
𝐸𝑃 = 2𝐸 |cos 2 |
2
Dan internsitasnya adalah
𝜙
𝐼 = 𝐼0 cos 2
2
Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih fasa dari
gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang lintasan (𝑟2 − 𝑟1 )
oleh
2𝜋
𝜙= (𝑟 − 𝑟1 ) = 𝑘(𝑟2 − 𝑟1 )
𝜆 2

7. Difraksi merupakan gejala pembelokan cahaya bila mengenai suatu celah sempit.
Difraksi terbagi menjadi dua yaitu difraksi Fresnel dan frounhofer:
Difraksi fresnel adalah jarak sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah
atau sinar datang tidak sejajar / sumber gelombang dekat.Eksperimen menunjukkan
bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya yang lewat.
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah dan
celah-layar jauh lebih besar dari lebar celah. (sinar datang sejajar/sumber gelombang
jauh).Dalam mengkaji Difraksi Frounhofer maka dapat menganalisisnya pada sebuah
celah persegi, celah melingkar,serta pada dua celah sama besar dan sejajar.
8. Kisi difraksi adalah alat optik dengan banyak celah. Fungsinya sebagai alat
spektroskopi untuk melihat spektrum gelombang misalnya cahaya
B. Saran
Penyusunan makalah ini memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai interferensi
dan difraksi, baik secara teoritis maupun matematis. Sehingga, dengan pemahaman yang
lebih diharapkan mampu menganalisis peristiwa kehidupan sehari-hari dan
memecahkannya secara matematis.
DAFTAR PUSTAKA

Internet : https://www.academia.edu/32097603/Makalah_Interferensi_Cahaya diakses


pada tanggal 11 Februari 2018
Internet : http://mediafunia.blogspot.co.id/2013/01/makalah-difraksi-cahaya.html

Anda mungkin juga menyukai