Anda di halaman 1dari 28

RINGKASAN MATERI

FISIKA DASAR II
“ INTERFERENSI ”

DISUSUN OLEH

NAMA : ANGGUN ARI ADITIA UTAMI

NPM : 4119005

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

DOSEN PENGAMPUN : ENDANG LOVISIA, M.Pd, Si

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

( STKIP-PGRI ) LUBUKLINGGAU

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

INTERFERENSI

1
Interferensi adalah paduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang
baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase, maka terjadi interferensi konstruktif
(saling menguatkan).

A. Interferensi Gelombang
1. Pengertian Interferensi

Interferensi gelombang adalah perpaduan dua gelombang yang menghasilkan


pola-pola tertentu. Interferensi dua buah gelombang bunyi koheren akan
menghasilkan pola terang-gelap yang merupakan pola interferensi konstruktif-
destruktif.

Interferensi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi
ketika dua atau lebih gelombang yang saling tumpang tindih. Interferensi gelombang
adalah perpaduan atau superposisi gelombang ketika dua gelombang atau lebih tiba di
tempat yang sama pada saat yang sama.

Pola interferensi terbagi dua, yaitu :

a. Interferensi Maksimum; Interferensi dua gelombang dapat menghasilkan


gelombang yang amplitudonya saling menguatkan, karena kedua gelombang
tersebut memiliki arah yang sama.

Apabila dua gelombang bertemu, dan saling menguatkan, maka akan terjadi
interferensi maksimum dan terbentuk pola garis terang. Pada celah ganda, interferensi
ini akan terjadi apabila kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu
apabila keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang bersesuaian berada pada
tempat yang sama selama osilasi pada saat yang sama.

Sudut interferensi cahaya

2
Jarak garis terang ke-n dari pusat terang dinyatakan dengan persamaan:

n.λ = d.sin θ ......................................................... (1)

Karena l >> d, maka sudut θ sangat kecil, sehingga berlaku pendekatan sinθ = tanθ =
p/l

Jadi, persamaan (1) dapat dituliskan menjadi:

n. λ = d (p / l)

n. λ = pd / l ............................................................. (2)

Interferensi Maksimum dapat ditulis sebagai berikut :


d sin θ = (2m) ½ λ
dengan :

p = jarak garis terang dari pusat terang

d = jarak kedua sumber

l = jarak layar ke sumber cahaya

λ = panjang gelombang

n = orde atau nomor terang (n = 0, 1, 2, ... .)

b. Interferensi Mininmum; Interferensi dua gelombang dapat menghasilkan


gelombang yang amplitudonya saling melemahkan, karena kedua gelombang
tersebut memiliki arah yang berlawanan.

3
Interferensi minimum terjadi jika dua gelombang bertemu dan saling
menguatkan. Namun, jika dua gelombang tidak bertemu, dan akan saling meniadakan
maka terjadi interferensi minimum, sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi
ini terjadi pada dua gelombang yang tidak sefase. Jarak garis gelap ke-n dari pusat
terang adalah:

(n-(1/2)) λ = d.sin θ ................................................ (3)

Bilangan n menyatakan orde atau nomor gelap, yang besarnya n = 1, 2, 3, ... .


Untuk n = 1 disebut minimum orde ke-1.

Mengingat sinθ = p / l

maka persamaan (3) menjadi:

(n-(1/2)) λ = d. (p / l) .................................................... (4)

dengan p adalah jarak gelap ke-n dari pusat terang. Pada interferensi celah
ganda, jarak dua garis terang yang berurutan sama dengan jarak dua garis gelap yang
berurutan. Dengan mengunakan persamaan (2) diperoleh:

(Δpd / l) = Δnλ ................................................... (5)

Untuk dua garis terang mapun dua garis gelap berurutan dapat dikatakan
ikatakan nilai Δn =1, sehingga jarak antara dua garis terang maupun jarak antara dua
garis gelap berurutan dapat diperoleh dengan persamaan:

(Δpd / l) = λ ................................................................ (6)

Interferensi Minimun dapat ditulis sebagai berikut :


d sin θ = (2m-1) ½ λ
dengan :

4
p = jarak garis terang dari pusat terang

d = jarak kedua sumber

l = jarak layar ke sumber cahaya

λ = panjang gelombang

n = orde atau nomor terang (n = 0, 1, 2, ... .)

Gelombang resultan bergantung pada tingkat kesamaan fase (langkah)


gelombang-gelombang itu satu terhadap yang lain, artinya, berapa jauh bentuk satu
gelombang bergeser dari bentuk gelombang lainnya. Jika gelombang-gelombang itu
mempunyai fase yang persis sama (sehingga puncak-pundak dan lembanh-lembanh
gelombang yang satu persis berimpit dengan puncak-puncak dan lembah-lembah
gelombang yang lain), gelombang-gelombang tersebut secara bersama-sama
menghasilkan perpindahan dua kali lipat perpindahan yang dihasilkan masing-masing
jika beraksi sendiri-sendiri. Jika gelombang-gelombang tersebut berada dalam fase
yang sama sekali berbeda (puncak-puncak gelombang satu persis berimpit dengan
lembah-lembah gelombang yang lain tanpa pergeseran sedikit pun), gelombang-
gelombang tersebut saling menghapuskan disegala tempat dan tali tetap lurus.
Fenomena penggabungan ini dinamakan interferensi (gangguan), dan gelombang-
gelombang tersebut dikatakan berinterferensi. Interferensi mengacu pada apa yang
terjadi ketika dua gelombang merambat pada bagian yang sama dalam ruang pada saat
yang sama.

Perhatikan sebagai contoh, dua pulsa gelombang pada tali yang merambat
saling mendekat pertama, kedua pulsa mempunyai amplitudo yang sama, tetapi satu
merupakan puncak dan yang lain merupakan lembah, keduanya merupakan puncak.
Pada kedua kasus, kedua gelombang bertemu dan saling melewati. Bagaimanapun,
ditempat mereka bersatu, simpangan resultan merupakan jumlah aljabar dari
simpangan mereka secara terpisah (puncak dianggap positif dan lembah negatif). Hal
ini disebut dengan prinsip superposisi. Jika kedua gelombang berlawanan ketika
saling melewati dan hasilnya disebut interferensi destruktif. Jika simpangan resultan
lebih besar daripada pulsa masing-masing dan hasilnya disebut interferensi
konstruktif.

5
Simpangan kedua gelombang sebagai fungsi waktu, disamping jumlah
mereka, untuk kasus interferensi konstruksi. Untuk itu digunakan fase untuk
mendeskripsikan posisi relatif dari puncak mereka. Ketika puncak dan lembah
bersamaan untuk kedua gelombang untuk interferensi konstruktif, kedua gelombang
berfase sama. Pada titik-titik dimana interferensi destruktif terjadi pada puncak satu
gelombang berulang-ulang bertemu dengan lembah gelombang yang lainnya, dan
kedua gelombang dikatakan benar-benar berbeda fase atau lebih tepat lagi berbeda
fase sebesar setengah panjang gelombang (yaitu, puncak satu gelombang terjadi
setengah panjang gelombang dibelakang puncak gelombang yang lain).

2. Contoh Soal Interferensi Gelombang


a. Seberkas cahaya jatuh tegak lurus pada kisi yang terdiri dari 5.000 goresan
tiap cm. Sudut deviasi orde kedua adalah 30o . Panjang gelombang cahaya
yang digunakan adalah……

Pembahasan

Diketahui:

N = 5.000 goresan/cm

n=2

θ = 30

b. Dua puluh pola gelap terang interferensi menyebar 4 cm pada layar yang
letaknya 50 cm dari dua celah yang berjarak 0,01 cm. Besar panjang
gelombang yang melewati celah adalah…

6
Pembahasan

dp/L=nλ

dua puluh pola gelap terang berarti n = 20

0,01 . 10-2 (4 . 10-2) / 0,5 = 20 λ

λ = 4 . 10-7 m = 400 nm

B. Hukum Snellius
1. Pengertian Hukum Snellius

Berbagai fenomena alam terjadi karena sifat cahaya. Misalnya,


pelangi, fatamorgana dari gerhana dan sebagian darinya. Kali ini kita akan
membahas salah satu sifat cahaya, refraksi.

Pembiasan adalah peristiwa pembengkokan cahaya karena melintasi


dua media yang berbeda dengan kepadatan optik yang berbeda. Kepadatan
optik suatu benda ringan biasanya dikaitkan dengan indeks bias, semakin
tinggi indeks bias benda, semakin padat pula benda itu.

Udara memiliki indeks bias yang lebih kecil dari air dan air memiliki
indeks bias yang lebih kecil dari gelas. Jika pensil direndam dalam segelas air,
pensil akan terlihat pecah. Ini adalah contoh pembiasan, pelangi dan
fatamorgana juga merupakan contoh peristiwa pembiasan.

Peristiwa refraksi/Pembiasan ialah pembengkokan cahaya yang


melewati dua cara yang berbeda. Seorang ilmuwan bernama Willebrord
Snellius (1591 – 1626) telah mengamati peristiwa ini dan telah merumuskan
hukum.

2. Contoh Hukum Snellius

7
Untuk mengukur sejauh mana kurva atau refrksi (pembiasan) dalam
arah cahaya jika balok bergerak dari satu dukungan ke dukungan lainnya,
indeks bias digunakan (frekuensi refraksi = refraksi pointer). Indeks bias
absolut suatu zat adalah rasio antara kecepatan cahaya dalam ruang hampa dan
kecepatan cahaya dalam zat itu.

Karena apa yang dilihat dari sinar sehari-hari bergerak dari satu
medium ke medium lain, indeks bias adalah rasio antara kecepatan cahaya
dalam zat-zat ini. Sebagai contoh, cahaya bergeser dari zat A ke zat B,
sehingga indeks bias dirumuskan sebagai berikut.

Indeks bias suatu media dapat ditentukan jika kecepatan cahaya di masing-
masing media diketahui.

8
Karena cahaya adalah jenis gelombang elektromagnetik yang memiliki
frekuensi dan panjang gelombang, rumus gelombang juga berlaku untuk cahaya

Dengan demikian, indeks bias cahaya dari zat A ke zat B adalah

3. Contoh Bunyi Hukum Snellius

Bias cahaya dipelajari oleh Willebrod Snellius dan Willebrod van Roijen,
yang hasilnya dinyatakan oleh hukum Snellius sebagai berikut.

 Sinar yang masuk, sinar refraksi dan garis normal terletak pada bidang datar

 Perbandingan proyeksi dengan cahaya menghampiri dan jari-jari pembiasan


yang memiliki panjang yang sama dalam ruang batas antar 2 zat yang bening
merupakan jumlah tetap. Rasio tetap ini disebut indeks bias antara dua zat.

9
4. Contoh Kejadian Hukum Snellius

Zat atau media optik yang memiliki indeks bias lebih tinggi dikatakan lebih
padat, sedangkan media yang memiliki indeks bias lebih kecil dikatakan lebih lemah
atau kurang padat. Ada tiga kemungkinan yang terjadi dalam kasus refraksi, yaitu

 Sinar datang dari zat optik kurang padat ke zat optik lebih dekat dibiaskan di
dekat garis normal.

 Sinar yang berasal dari bahan optik lebih dekat ke zat optik kurang dibiaskan
dengan garis normal.

 Sinar yang tegak lurus terhadap bidang perimeter akan berlanjut tanpa
pembiasan.

5. Contoh Soal Hukum Snellius

a. Harun lagi melakukan pengamatan pada cahaya dimana dari sepotong buah
kaca dalam indeks pembiaasan 1.5 mengarah ke bagian dalam air dengan
mempunyai indeks pembiasan 1.33. Apabila sudut cahaya dengan sebesar 30
derajat, jadi berapa sudut pembiasannya kepada air ?

Diskusi:

n1 = 1,5

n2 = 1,33

10
i = 30 derajat

r = …… ?

Jawaban:

1,5 x sin 300 = 1,33 x sin r

Sin r = (1,5/1,33) sin 300

sin r = (1,1278) (1/2)

sin r = 0,56

r = arc sin 0,56 = 340

Jadi berkas dari cahaya ini mempunyai sudut pembiasan sebesar 34


derajat. Maka sesuai pada hukum Snellius berkas menjauh dari garis yang
normal saat berkas bermula dari medium kaca ke medium air.

b. Dalam percobaan untuk menentukan kecepatan cahaya dalam air, seorang


siswa melewatkan sinar cahaya ke dalam air pada sudut 30 °. Dengan
demikian, siswa mencatat bahwa sudut kemiringan yang terjadi di air adalah
22 °. Jika kecepatan cahaya di udara dianggap 3 × 108 m / s, tentukan
kecepatan cahaya di dalam air.

Diskusi:

Pertanyaan: v

Jawaban:

Menggabungkan persamaan n21 = sin i / sin r dengan persamaan n21 = c / v,


kita mendapatkan persamaan berikut

11
Oleh karena itu, kecepatan cahaya dalam air (v) dapat dihitung dengan rumus
berikut.

Dengan demikian, kecepatan cahaya dalam air adalah 2,25 × 10’8 m / s.

C. Difraksi Gelombang
1. Pengertian Difraksi Gelombang

Difraksi adalah perubahan arah gelombang ketika melewati sebuah celah atau
sebuah penghalang. Salah satu contoh yang paling jelas adalah gelombang air, air
mampu berbelok melewati penghalang yang menghambatnya, juga mampu melewati
sebuah bukaan atau celah yang ada di depannya. Kejadian ini dapat sangat jelas
dilihat oleh mata karena gelombang air memiliki panjang gelombang lebih panjang
dibanding yang lain.

Perhatikan gambar di bawah, jika kita memiliki sebuah wadah yang berisi air,
kemudian diletakkan penghalang ditengahnya dan dibuat sebuah celah diantara kedua
penghalang. Kemudian kita jatuhkan batu ke dalam salah satu sisi, yang akan
menimbulkan riak air.

12
Perhatikan sisi satunya, ternyata air pada sisi ini juga ikut terganggu dan
membentuk sebuah gelombang baru. Diamana celah sebagai pusat gelombang dan
muka gelombang berbentuk lingkaran dengan celah sebagai usatnya. Nilai difraksi
(ketajaman lenturan) akan meningkatkan jika panjang gelombangnya semakin besar.
Dan jika panjang gelombang lebih kecil dari celah, maka tidak akan terlihat jelas
terjadinya difraksi.

Penyebaran gelombang dipengaruhi oleh besarnya celah. Jadi, semakin kecil


celahnya maka penyebaran gelombang akan semakin lebar dan semakin besar celah
maka penyabarannya akan semakin sempit dan difraksi tidak terlihat dengan jelas.

2. Jenis-Jenis Difraksi Gelombang

Jenis-jenis difraksi gelombang dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis. Kelompok


ini dibagi berdasarkan pengamatan tentang berbagai cara untuk menghasilkan difraksi
gelombang. Yang terdiri dari difraksi Fresnel, difraksi Franhoufer, difrkasi celah tunggal,
difraksi celah ganda, dan difraksi celah majemuk.

a. Difraksi Fresnel

Difraksi Fresnel merupakan difraksi yang terjadi apabila letak sumber cahaya,
celah, dan layar pengamatan berdekatan, biasanya disebut difraksi jarak dekat. Juga
menggunakan celah yang lebar dan bertepi lancip di bagian pinggirnya. Karena jarak
yang dekat muka gelombang yang masuk ke celah tidak berbentuk datar, tetapi
melengkung. Pola difraksinya pada layar memiliki intensitas yang berubah dari pusat
hingga ke bagian tepi pola.

13
b. Difraksi Fraunhofer

Difraksi Franhoufer merupakan difraksi yang terjadi apabila letak sumber cahaya,
celah, dan layar pengamatan berada pada jarak yang jauh. Karena itu bentuk muka
gelombang yang masuk ke celah berbentuk datar atau planar dan pola difraksi memiliki
bentuk dan intesitas yang konstan.

c. Difraksi Celah Tunggal

Pada difraksi celah tungal digunakan penghalang yang memiliki celah tunggal.
Setiap tepi celah akan menghasilkan gelombang baru atau berperan sebagai sumber
gelombang. Gelombang yang dihasilkan salah satu tepi celah akan berinteferensi dengan
gelombang yang berasal dari tepi celah yang lain.

d. Difraksi Celah Ganda

Pada difraksi celah ganda digunakan pengahalang bercelah ganda, sehingga


dihasilkan 4 geloambang baru, karena setiap satu celah menhasilkan dua gelombang
baru. Ke empat gelombang tersebut akan berinterferensi menghasilkan pola gelap
terang pada layar pengamatan.

e. Difraksi Celah Majemuk

Pada Difraksi celah majemuk digunakan pengahalang yang memiliki celah


atau kisi yang banyak. Sehingga akan menghasilkan banyak sumber gelombang baru,
yang semuanya akan saling berinterferensi menghasilkan pola difraksi seperti gambar
di atas.

D. Polarisasi Gelombang
1. Pengertian Polarisasi

Polarisasi merupakan proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya


sehingga dihasilkan arah gelombang cahaya yang sesuai. Polarisasi bisa kita rasakan
saat siang hari yang cerah warna langit menjadi biru atau dalam dunia modern ini
polarisasi dimanfaatkan untuk pemakaian kacamata polarisasi atau juga untuk
kacamata 3D.

2. Penyebab Terjadinya Polarisasi

14
a. Polarisasi karena pemantulan (refleksi)

Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul oleh


benda bening dan sinar biasnya membentuk sudut 90. Di mana cahaya yang
dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias
merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi
akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias,
berlaku ip + r = 90° atau r = 90° – ip

Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan


dipantulkan ke cermin. Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara
cermin I dan cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang
dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi.
Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan
menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan
analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak.

Polarisasi karena pemantulan cahaya yang datang ke cermin dengan sudut


datang sebesar 57o, maka sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang
terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan
dipantulkan ke cermin.

Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan
cermin II saling tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh
cermin II. Peristiwa ini menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut
polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan
sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi, sedangkan analisator
akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar terpolarisasi atau tidak

b. Polarisasi karena absorbsi selektif

Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah


menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah
getar lainnya. Pada gambar 4 tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut
polarisator dan polaroid kedua disebut analisator. Polarisatorberfungsi untuk
menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya

15
alami).Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi.
Polarisasi karena absorbsi.

Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar
gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar
yang telah melewati polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga
sinar yang telah melewati polaroid adalah sinar yang terpolarisasi. Peristiwa polarisasi
ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor
medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan
lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik
belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan
polarisator adalah θ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator
yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah

E2 = E cos θ ……………………………(1)

Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama
(polarisator) memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati
polarisator, I1 adalah

I1= 1/2 I0 ……………………………(2)

Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya
yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut hukum Maulus,
hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan

I2 = I1 cos2 θ = ½ I0 cos2 θ …………………(3)

Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi


intensitas cahaya terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid
mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar (θ = 0o atau 180o)
dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 90o

16
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan
polaroid bersifat meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya
dengan arah getar yang lain. Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah
getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi polaroid. Polaroid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar matahari
(kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut
polarisator (Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi), dengan
sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan
pada polaroid kedua yang disebut analisator (Analisator untuk mengetahui apakah
cahaya sudah terpolarisasi atau belum). Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh
analisator I, dapat dinyatakan sebagai: I= I0 cos2q

Dengan I0 adalah intensitas gelombang setelah melalui analisator.

Sudut q adalah sudut antara arah sumbu dan polarisator dan analisator.

Persamaan di atas dikenal dengan hukum malus, ditemukan oleh Etienne


Louis Malus pada tahun 1809. Dari persamaan hukum Malus ini dapat disimpulkan :

Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi sejajar (q =
00 atau q = 1800). Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap seluruhnya
oleh analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama lain.

c. Polarisasi karena pembiasan ganda

Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu
bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, Jika berkas kaca
dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini
karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada
bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa,
kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai
indeks bias (birefringence).

Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami
pembiasan dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum
Snellius (disebut berkas sinar biasa yang arah cahayanya Lurus dan cahaya ini tidak

17
terpolarisasi), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar istimewa yang cahayanya di belokan dan cahaya ini cahaya yang
terpolarisasi).

d. Polarisasi karena hamburan

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa


terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang
menyelubungi Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat
terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru
karena cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya
merah. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru dihamburkan paling efektif
dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan


menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan
pemancaran kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai
fenomena hamburan. Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya
lebih pendek cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar.
Hamburan ini dapat diamati pada warna biru yang ada di langit kita.Hamburan cahaya
oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang indah. Langit biru dan
merahnya sunset adalah peristiwa hamburan. Seperti sinar matahari melewati
atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul udara dan dengan seketika diberikan
pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama dengan perilaku gelombang
air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu kecil tenggelam dalam air yang
sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan bergerak naik turun dengan frekuensi
dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak
dalam cara yang sama pada molekul udara. Pertama sebuah gelombang cahaya
mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam sebuah getaran, gelombang dapat
dipancarkan lagi.

Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu
komponen yang tegak lurus dari cahaya alam (takterpolarisasi). Kristal ini
mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan

18
sumbu ini dating pada Kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang
sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi. Biasanya
dipasang dua buah Kristal diploid sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator.
Jika sumbu mudah kedua Kristal saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang
sampai dapat menembus analisator (medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu
mudah analisator membentuk sudut terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya
akan dapat sampai pada pengamat dengan intensitas sebesar:

I1= I0 cos2 θ ................................(4).

Dengan: I1= Intensitas cahaya setelah melewati analisator I0= Intensitas


cahaya sebelum melewati analisator θ = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah
polarisator dan analisator.

e. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika


menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi
apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus
atau membentuk sudut 90o. Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya
yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi
sebagian. Sudut datang sinar yang dapat menimbulkan cahaya yang dipantulkan
dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar yang terpolarisasi.

Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut Brewster.
Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) akan
berlaku ketentuan bahwa :

i + r = 90o atau r = 90o – i

ip + r = 900

r = 900 – ip

n2/n1 = sin ip / sin r = sin ip / sin ( 90 – r ) = sin ip / cos ip

tan ip = n2/n1

3. Contoh Soal Polarisasi Gelombang

19
a. Ditempat di udara dengan indeks bias n1 = 4/3. Seberkas sinar yang
terkait dengan zat ini akan menghabiskan polarisasi jika sinar datang
dengan sudut polarisasi 600. berapa besar indeks bias zat n2 ?
Penyelesaian :
Diketahui :
n1 = 4/3
θ = 600
Ditanya :
n2 = ...?
Jawab :
Tan θ1 = n2 = n1
n2 = n1 tan θ1
n2 = 4/3 tan 600
n2 = 4/3.√3
n2 = 4/3√3
E. Interferensi Young
1. Pengertian Interferensi Young

Interferensi adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau


lebih yang koheren (memiliki beda fase, frekuensi dan amplitudo sama) dan
menimbulkan pola gelombang yang baru. Interferensi dapat bersifat
membangun/saling menguatkan (konstruktif) dan merusak/saling melemahkan
(destruktif). Percobaan interferensi dilakukan oleh Thomas Young, seorang ahli fisika
membuat dua sumber cahaya koheren dari satu sumber cahaya monokromatik yang
dilewatkan melalui dua buah celah sempit.

Interferensi maksimum atau minimum dapat terjadi karena panjang lintasan


yang ditempuh gelombang S1 tidak sama dengan gelombang S2, kedua gelombang
tersebut memiliki beda lintasan sebesar :

Δs = d sin θ ... (2)

a. Interferensi Maksimum pada Percobaan Young

Interferensi maksimum terjadi bila kedua gelombang yang keluar dari celah
bertemu pada suatu titik memiliki beda fase yang sama atau beda lintasan yang

20
ditempuh kedua gelombang merupakan kelipatan bulat dari panjang
gelombang (λ, 2λ, 3λ, ...) seperti yang diperlihatkan oleh gambar berikut.

Superposisi Dua Gelombang yang menghasilkan Interferensi Maksimum (Konstruktif)

ΔS = mλ ... (3)

Sehingga dari persamaan (2) dan (3), Interferensi maksimum dapat dirumuskan:

Untuk sudut θ yang kecil, berlaku nilai sin θ tan θ =p/L (dalam satuan radian)

dimana :

d = jarak antara kedua celah

p = jarak dari pita terang pusat ke pita terang ke-m

λ = panjang gelombang

m = orde interferensi = 1, 2, 3, . . .

m = 1 untuk pita terang ke-1

m = 2 untuk pita terang ke-2, dst

b. Interferensi Minimum pada Percobaan Young

Interferensi minimum terjadi bila kedua gelombang yang keluar dari celah
bertemu pada suatu titik memiliki beda fase yang berlawanan atau beda lintasan yang

21
ditempuh kedua gelombang merupakan kelipatan dari setengah panjang gelombang
seperti yang diperlihatkan oleh gambar berikut.

Superposisi Dua Gelombang yang menghasilkan Interferensi Minimum (Destruktif)

ΔS = (m – ½ ) λ ... (4)

Sehingga dari persamaan (2) dan (4), Interferensi minimum dapat dirumuskan:

d sin θ = ( m – ½ ) λ

Untuk sudut θ yang kecil, berlaku nilai sin θ tan θ =p/L (dalam satuan radian).

dP/L =( m – ½ ) λ

dimana :

d = jarak antara kedua celah

p = jarak dari pita terang pusat ke pita gelap ke-m

λ = panjang gelombang

m = orde interferensi = 1, 2, 3, . . .

m = 1 untuk pita gelap ke-1

m = 2 untuk pita gelap ke-2, dst

2. Contoh Soal Interferensi Young

22
a. Dua celah yang berjarak 1 mm, disinari cahaya merah dengan panjang
gelombang 6,5 x 10-7 m. Garis gelap terang diamati pada layar yang
berjarak 1 m dari celah. Berapakah jarak antara gelap ketiga dan terang
ke lima ?

Diketahui :

d = 1mm = 1 x 10-3 m

λ = 6,5 x 10-7 m

L=1m

Ditanya : Δp G3 -->T5

Jawab : Jarak antara dua pita terang/gelap yang berurutan :

Δp G3 -->T5 = 2,5 Δp (perhatikan gambar disamping)

Δp G3 -->T5 = 2,5 x 6,5 . 10-1mm = 1,625 mm

F. Interferensi Celah Banyak


1. Pengertian Interferensi Celah Banyak
Jika terdapat tiga sumber atau lebih yang berjarak sama dan sefase satu
sama lain, pola interferensinya akan sama dengan pola interferensi dua
sumber.
Interferensi adalah kerja sama antara dua gelombang cahaya atau lebih
pola suatu titik atau daerah tertentu. Interferensi adalah kerja sama antara
dua gelombang cahaya atau lebih pada suatu titik atau daerah tertentu

23
pada suatu waktu tertentu pula. Peralatan yang digunakan untuk
menunjukkan adanya interferensi cahaya disebut interferometer. Salah satu
percobaan yang menunjukkan adanya umbai-umbai interferensi
(interference fringe) adalah percobaan Young (Young experiment).
Percobaan Young ini berdasarkan pada interferometer pemisah muka
gelombang (wave front splitting interferometer) S3 dan menurut teori
Huygens dari S2 dan S3 akan memancar gelombang-gelombang cahaya
yang koheren. Kerja sama antara kedua gelombang yang berasal dari S2
dan S3 diamati pada layer di titik P. Beda antara lintasan optic antara
kedua sumbu S2 dan S3 di P
Maka dengan cara menggunakan banyak celah, garis terang dan gelap
yang dihasilkan pada layar menjadi lebih tajam. Apabilabanyaknya garis
(celah) per satuan panjang, misalnya cm adalah N, maka tetapan kisi d
adalah: d=1/N

Bila cahaya dilewatkan pada kisi dan diarahkan ke layar, maka pada
layar akan terjadi hal-hal berikut ini.

a. Garis terang (maksimum), apabila:

d.sinθ= n.λ;n=0,1,2…..

b. Garis gelap (minimum), apabila:

d.sinθ=(n -1/2)λ;n=1,2,3,……………….. (5)

Kemampuan lensa untuk membebaskan bayangan dari dua titik benda yang
sangat dekat disebut resolusi lensa. Maka apabila pada dua titik benda sangat dekat,
jadi pola difraksi bayangan yang terbentuk akan tumpang tindih.

2. Contoh Soal Interferensi

a. Pada celah tunggal mempunyai lebar 0,1 mm dan disinari berkas cahaya
dengan panjang gelombangnya 4.000 . Jika pola interferensi ditangkap pada
layar yang berjarak 20 cm dari celah, maka tentukanlah jarak antara garis
gelap ketiga dan garis pusat terang!

Pembahasan / Penyelesaian: Diketahui:

24
d = 0,1 mm = 10-4 m

λ = 4.000 Å = 4 × 10-7 m

l = 20 cm = 2 × 10-1 m

Jarak garis gelap ketiga dari pusat terang p dapat dihitung dari rumus jarak
gelap ke-n dari pusat terang. Jadi,

d.sin θ = n. λ

pd / l = n. λ

Untuk garis gelap ke-3 maka n = 3 p=31λ/d

=(3)(2×10¯¹)(4×10¯7)/10¯4

=24×10¯8/10¯4.

= 24×10¯4=2,4×10¯³m=2,4mm

G. Interferensi Lapisan Tipis


1. Pengertian Interferensi Lapisan Tipis

Interferensi Lapisan Tipis merupakan salah satu gangguan cahaya yang


muncul pada garis-garis yang seharusnya akan ditampilkan pada lapisan minyak yang
berbeda pada permukaan udara.

Maka akan menimbulkan warna yang terlihat pada gelembung sabun yang
mendapat sinar matahari pada warna pada CD yang akan dibutuhkan oleh dua faktor
pada fase perubahan cahaya yang dipantulkan.

25
Dari Gambar sinar yang di hasilkan dari sinar monokromatik yang menyerang
permukaan lempeng tipis dan akan dipantulkan dari permukaan batas lempeng dan
udara.

Sinar yang di hasilkan dari pantulan CD akan datang dengan sudut pada
lapisan yang berbeda dan indeks bias sehingga sinar dengan sudut yang ditarik pada
faktor-faktor yang ditentukan.

Gelembung merupakan contoh kasus interferensi lapisan tipis, gejala


interferensi dapat dilihat dengan timbul warna warni pada permukaan gelembung.
warna pada permukaan gelembung karena cahaya yang diinterferensikan adalah
cahaya polikromatik yang memeiliki indeks bias yang berbeda perspektrumnya. jika
cahaya yang digunakan monokromatik maka yang timbuk adalah pola gelap terang.

Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu panjang
lintasan optik dan perubahan fase sinar pantul.

Dari gambar diatas sinar monokromatik yang datang pada permukaan pelat
tipis. Sebagian sinar AB dipantulkan oleh permukaan bidang batas udara dan pelat
(sinar BE) dan sebagian lagi dibiaskan ke dalam medium pelat (sinar BC). Sinar BC
dipantulkan oleh permukaan bidang batas pelat dan udara (sinar CD). Sinar CD
dipantulkan oleh permukaan atas dan sebagian lagi dibiaskan keluar film (sinar DF).
Sinar BE dan DF datang bersamaan di mata kita.

26
Sinar datang dengan sudut datang i pada lapisan tipis dengan ketebalan d dan
indeks bias n, sehingga sinar mengalami pemantulan dan pembiasan dengan sudut
bias r. Dengan mempertimbangkan kedua faktor di atas, dapat ditentukan syarat-
syarat terjadinya interferensi berikut ini.

1. Syarat terjadinya interferensi maksimum (terang)

2n.d.cos r = (m + 1/2) λ ; m = 1, 2, 3, ........

2. Syarat terjadinya interferensi minimum (gelap)


2n.d.cos r = mλ ; m = 0, 1, 2, .......

2. Contoh Soal Interferensi

a. suatu lapisan minyak diatas permukaan aiar memantulkan warna merah. ini
berarti warna biru mengalami interferensi dan hilang dari spektrum. jika
indekas refraksi (indek bias) minyak adalah 1,25, sedangkan warn biru
mempunyai panjang gelombang λ= 5000 Å, maka tebal lapisan minimum
lapisan minyak adalah

Pembahasan

Diketahui :

n = 1,25

λ= 5000 Å

cos r = 1

27
m=1

Ditanya :

d = ......?

Jawab :

Perhatikan kata "biru mengalami interferensi dan hilang dari


spektrum". berarti yang bisa kita gunakan adalah rumusan gelap
"2n.d.cos r = m λ" . perhatikan pertanyaan "tebal lapisan minimum
lapisan minyak" dari pernyataan ini dapat kita simpulkan yajng dicari d
dengan nilai cos r = 1.

2n.d.cos r = m λ

2.1,25.d.1 = 5000 Å

2,5.d = 5000 Å

d = 2000 Å

28

Anda mungkin juga menyukai