Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya merupakan energi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang


elektromagnetik dan tergolong dalam spektrum cahaya tampak (Campbell,
1999). Cahaya mempunyai sifat- sifat tertentu yang salah satu sifatnya adalah
dapat merambat lurus. Namun, ketika melewati suatu penghambat atau celah
maka gelombang cahaya tersebut akan terurai sehingga timbul peristiwa
interferensi.
Interferensi adalah perpaduan dua gelombang atau lebih menjadi satu
gelombang baru. Ketika cahaya tersebut berinterferensi maupun terdifraksi,
maka akan menimbulkan gejala-gejala yang dapat teramati. Gejala- gejala
tersebut berupa pola terang dan gelap. Adapun sifat-sifat cahaya ketika
berinterferensi yaitu dapat merusak dan membangun. Bersifat membangun
jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang
terbentuk berupa penjumlahan dari kedua gelombang. Bersifat merusak jika
beda fasenya adalah 1800, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan
(Eugene, 2002). Percobaan ini dilakukan untuk mengamati pola interferensi
dan difraksi yang dibentuk oleh sinar laser yang melewati celah ganda dan
membuktikan posisi minimum dalam pola interferensi dan difraksi. Contoh
interferensi adalah pelangi yang kamu lihat dalam gelembung sabun,
spektrum warna oval, dan kilauan warna dari beberapa bulu burung. Di
sebagian area pola interferensi, gelombang cahaya berada dalam fase, dengan
bukit dan lembah saling menguatkan, membentuk daerah yang berkilau. Di
daeah lain, di luar fase, dengan bukit dan lembah yang berlawanan,
membentuk daerah yang suram. Terdapat berbagai variasi cara untuk
memperagakan interferensi, pada bagian daerah yang terang maupun daerah
suram, dan perbedaan warna menggambarkan perbedaan panjang gelombang
cahaya. 
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana pola interferensi dan difraksi yang dibentuk oleh sinar laser
yang melewati dua celah?
2. Bagaimana posisi minimum dalam pola interferensi sesuai dengan posisi

yang terdapat pada teori?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Mengamati pola interferensi dan difraksi yang dibentuk oleh sinar kaser
yang melewati dua celah.
2. Membuktikan posisi minimum dalam pola interferensi sesuai dengan
posisi yang terdapat pada teori.
1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan interferensi celah ganda ini yaitu, dapat mengamati
pola interferensi dan difraksi yang terbentuk ketika sebuah cahaya melewati
celah gandadan dapat membuktikan posisi minimum dalam pola interferensi
sesuai dengan posisi yang ada pada teori.
.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interferensi cahaya

Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar


interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang
cahaya itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren
apabila kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi
yang sama dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang
dapat teramati dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi.
Apabila kedua gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat
konstruktif), maka akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar.
Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah
(bersifat destruktif), maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada
layar (Alan, 1995).

2.2 Interferensi Celah Ganda

Fenomena interferensi cahaya ditunjukkan oleh percobaan yang dilakukan


oleh Thomas Young. Berkas cahaya yang melalui celah S1 dan S2 berasal dari
celah sempit S0, tampak pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Percobaan Celah Ganda Young (Eugene, 2002).

Hasil percobaan Young yaitu terdapat serangkaian garis yang terang seperti
deret-deret cahaya terang. Hasil percobaan tersebut adalah fenomena
interferensi gelombang cahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan
membayangkan cahaya sebagai gelombang datar dengan panjang gelombang
tunggal (disebut monokromatik = eka warna = satu warna) dijatuhkan pada
kedua celah sempit yang berdekatan. Akibat difraksi (pelenturan cahaya saat
gelombang melewati suatu celah permukaan yang sempit), gelombang yang
meninggalkan kedua celah tersebut menyebar, sama seperti permukaan air
yang tenang lalu dilemparkan batu memunculkan gelombang- gelombang
yang menyebar dari titik asal jatuh batu (Eugene, 2002).

Demikian pula halnya difraksi gelombang setelah melewati celah sempit,


kedua celah seolah-olah menyebarkan gelombang- gelombang cahaya, hal ini
berfungsi sebagai sumber getaran, yang kemudian menimbulkan pola sebaran
gelombang menyebar (divergen). Gelombang yang melewati kedua celah
sempit ini menyebar dan menempuh jarak yang sama hingga mencapai satu
fase. Saat di mana dari suatu gelombang tiba pada saat yang sama dengan
puncak gelombang yang lain. Amplitudo kedua gelombang bergabung untuk
membentuk amplitudo yang lebih besar sama dengan interferensi ini
dinamakan interferensi konstruktif (Supramono, 2005).

Menurut Hanifa (2015), pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar
berupa pola garis terang dangelap. Interferensi dapat terjadi akibat adanya
beda lintasan berkas cahaya dari S1 dan S2. Jarak antara kedua celah jauh
lebih kecil dari pada jarak celah terhadap layar, maka beda lintasan pada titik
sembarang P adalah S2P – S1P= d sin θ. Jadi, Persamaan (1) dapat dituliskan
menjadi:
P = d sin θ (1)

2.3 Interferensi Maksimum

Menurut Eugene (2002), apabila dua gelombang bertemu, dan saling


menguatkan, maka akan terjadi interferensi maksimum dan terbentuk pola
garis terang. Pada celah ganda, interferensi ini akan terjadi apabila kedua
gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu apabila keduanya

4
berfrekuensi sama dan titik-titik yang bersesuaian berada pada tempat yang
sama selama osilasi pada saat yang sama. Secara matematis Jarak garis terang
ke-n dari pusat terang dinyatakan dengan Persamaan (2):
n.λ = d.sin θ (2)
Ketika cahaya melewati celah yang sempit dan jarak ke layar lebih besar,
maka sudut θ sangat kecil, seperti pada Gambar 2.2, sehingga berlaku

p
pendekatan sinθ=tanθ=
l

Gambar 2. Sudut θ sangat kecil sehingga sin θ = θ =


p
.
l
Jadi, persamaannya dapat dituliskan menjadi Persamaan (3) :
pd
n. λ = (3)
l

2.3 Interferensi Minimum

Menurut Maulana (2015), interferensi maksimum terjadi jika dua gelombang


bertemu dan saling menguatkan. Namun, jika dua gelombang tidak bertemu,
dan akan saling meniadakan maka terjadi interferensi minimum, sehingga
terbentuk pola garis gelap. Interferensi ini terjadi pada dua gelombang yang
tidak sefase. Secara matematis jarak garis gelap ke-n dari pusat terang dapat
dituliskan seperti pada Persamaan (4):

(n-(1/2)) λ = d.sin θ (4)

5
Karena sinθ=tanθ= p/l, maka dapat dituliskan menjadi persamaan (5) :
p
(n-(1/2)) λ = d. (5)
l
Pada interferensi celah ganda, jarak dua garis terang yang berurutan sama
dengan jarak dua garis gelap yang berurutan. Dengan mengunakan Persamaan
(3) diperoleh Persamaan (6):
∆ρ
=¿Δnλ
l
(6)
Dua garis terang maupun dua garis gelap berurutan dapat dikatakan nilai Δn
=1, sehingga jarak antara dua garis terang maupun jarak antara dua garis
gelap berurutan dapat diperoleh dengan Persamaan (7):
∆ρ
= λ  (7)
l

6
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksankannya percobaan ini, yaitu:

Hari/ Tanggal : Senin, 15 November 2019

Waktu : 13.00 WITA- Selesai

Tempat : Laboratorium Fisika Eksperimen Prodi Fisika Jurusan

Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengethuan Alam

Universitas Tadulako

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
1. Laser Dioda(OS-8525) dengan λ = 650x 10−9 mberfungsi sebagai sumber
cahaya.
2. Celah tunggal berfungsi sebagai jalannya sinar agar berkas cahaya yang jatuh
pada celah tersebut akan dibelokkan dengan sudut sebesar θ.
3. Layar berfungsi untuk menampilkan pola garis gelap terang pada saat sinar
laser di tembakkan pada celah tunggal.
4. Bangku optik berfungsi sebagailandasan untuk alat-alat optik yang akan
digunakan serta tempat untuk mengukur kinerja optik lensa.
5. Kertas grafik digunakan untuk tempat menggambar pola garis gelap terang
dari sinar laser yang melewati celah tunggal.
6. Meteran berfungsi untuk mengukur jarak antara celah ke layar

7
3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam oercobaan ini, yaitu:


1. Menyiapkan laser dioda sebagai sumber cahaya, bangku optik, layar dan celah
tunggal. Kemudian merangkai alat seperti pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Interferensi Celah Ganda

2. Menentukan jarak dari celah ke layar, catat bahwa jarak yang tepat diukur dari
garis tengah dari celah, Menentukan posisi layar, posisi celah, dan perbedaan
antara (jarak celah ke layar).
3. Memaatikan lampu ruangan dan menandai posisi maksimum dalam pola
interferensi pada layar.
4. Menyalakan lampu ruangan dan mengukur jarak urutan pertama (m = 1) dan
mengukur jarak antara urutan terang kedua (m = 2).
5. Membuat sketsa pola interferensi di millimeter blok.
6. Mengubah lebar celah ganda dengan lebar celah ganda yang sama 0,04 mm, tetepi
jarak pisah celah yang berbeda 0,50 mm dan membuat sketsa untuk pola
inteferensi.
7. Mengulangi perlakuan dengan lebar celah ganda yang lain yaitu lebar celah 0,08
mm dan jarak pisah celah 0,25 mm serta membuat sketsa untuk pola
interferensi .

BAB IV

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


A. Data Tunggal

Tabel 4.1.1 Data tunggal untuk d = 0,25 a = 0,04 mm


+ m1 (cm) + m2 (cm) - m1(cm) - m2 (cm) D (cm) λ (cm)

1,7 2,6 1,3 2,3 47 633

Tabel 4.1.2 Data tunggal untuk d = 0,25 cm a = 0,08 mm


+ m1 (cm) + m2 (cm) - m1(cm) - m2 (cm) D (cm) λ (cm)

633
0,9 1,9 0,8 1,3 47

B. Data Tunggal berulang

Tabel 4.1.3 Data tunggal berulang untuk lebar celah 0,25 mm, jarak pisah 0,04 mm
No + m1 + m2 - m1(cm) - m2 (cm) D (mm) λ (cm)
(cm) (cm)
1 1,3 2,3 0,9 1,8 45 633
2 1,9 2,9 0,9 1,9 45 633
3 1,3 2,3 0,9 1,8 45 633
4 1,5 2,5 1 2 45 633
5 1,9 2,5 0,9 1,9 45 633

Tabel 4.1.4 Data tunggal berulang untuk lebar celah 0,25 mm, jarak pisah 0,08 mm
No + m1 + m2 - m1(cm) - m2 (cm) D (mm) λ (cm)
(cm) (cm)

9
1 0,9 1,3 0,6 1,1 45 633
2 0,9 1,3 0,7 1,1 45 633
3 0,8 1,2 0,6 1 45 633
4 0,7 1,2 0,4 1 45 633
5 1 1,4 0,8 1,2 45 633

4.2 Pembahasan

Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar


interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya
itu harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila

10
kedua gelombang cahaya tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama
dan pada fasenya tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati
dengan jelas jika kedua gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua
gelombang cahaya berinteferensi saling memperkuat (bersifat konstruktif), maka
akan menghasilkan garis terang yang teramati pada layar. Apabila kedua
gelombang cahaya berinterferensi saling memperlemah (bersifat destruktif),
maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati pada layar (Alan, 1995).

Adapaun metode pada percobaan ini adalah menggunakan sebuah laser dioda
yang di arahkan pada kisi celah ganda dengan menggunakan lebar celah 0.04mm
jarak pisah 0.25mm, 0.04mm jarak pisah 0.50mm dan 0.08mm jarak pisah
0.25mm sehingga membentuk pola gelap dan terang pada layar. Hal ini
dilakukan dengan tujuan mengamati pola interferensi yang terjadi pada suatu
gelombang cahaya. Penggunaan lebar celah dimaksudkan agar pengamatan yang
dilakukan dapat member hasil yang menunjukkan pola interferensi sesuai dengan
teori.

Dari percobaan yang telah dilakukan adapun hasil yang diperoleh untuk nilai
lebar celah pada pola interferensi untuk celah 0.04 mm jarak pisah 0.25mm, 0.04
mm jarak pisah 0.50mm dan 0.08mm jarak pisah0.25, serta 0,008 mm jarak pisah
0,50mm sehingga membentuk pola gelap dan terang pada layar. Dari hasil
percobaan yang dilakukan diperoleh nilai lebar celah pada pola interferensi untuk
celah 0,04 mm dengan jarak pisah 0,25 mm untuk Cm = 1, m = 2 dan m = 3 pada
bagian atas secara berturut-turut pada pengukuran tunggal, tunggal berulang, dan
berulang-berulang secara rata –rata adalah 0,308 m, 0,030,m dan 0,509 m,
sedangkan nilai untuk m = 1, m = 2 dan m = 3 pada bagian bawah secara berturut-
turut pada pengukuran tunggal, tunggal berulang, dan berulang-berulang secara
rata – rata adalah 0,0293 m ,0,0306 m dan 0,0706m. Adapun nilai lebar celah
pada pola difraksi secara rata-rata pada bagian atas untuk m = 1, m= 2 dan m= 3
secara berturut- turut yaitu 0,035 m ,0,0353 m dan 0,4333 m adapun untuk pola

11
bagian bawah didapatkan nilai lebar celah sebesar 0,038 m, 0,037 m dan 0,047
0,025 mm dan 0,029 mm, sedangakan untuk pola bagian bawah didapatkan nilai
lebar celah yaitu 0,030 mm dan 0,031 mm.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, polah gelap terang yang terbentuk celah
ganda memiliki perbedaan pada jarak pisah pola terangnya, atau dapat dikatakan
bahwa ketika kedua cahaya tersebut menyatu maka pola gelap yang terbentuk
akan semakin mengecil. Hal ini disebabkan karena pola gelap terang yang
terbentuk pada gelombang cahaya pertama akan semakin dikuatkan oleh pola
gelap terang pada gelombang cahaya yang lainnya. Dengan demikian nampak
bahwa semakin banyak celah yang dilewati oleh suatu cahaya, maka jarak pisah
antara pola gelap akan semakin menyempit.

BAB V

PENUTUP

12
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Gejala interferensi yang terjadi pada gelombang cahaya adalah terjadinya
penggabungan gelombang cahaya sehinga terbentuk pola terang dan gelap.
Setiap gelombang melewati satu celah sempit akan terfokus ke layar
sehingga diperoleh pola interferensi yang berbentuk terang dan gelap yang
berganti-ganti. Pada beberapa wilayah, gelombang dari kedua celah saling
menguatkan kembali satu sama lain dan membentuk wilayah terang. Pada
wilayah lain gelombang saling melemahkan satu sama lain dan membentuk
sebuah wilayah gelap.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh interferensi pada pola
difraksi dengan lebar celah pada pola interferensi untuk celah 0.04mm jarak
pisah 0.25mm, 0.04mm jarak pisah 0.50mm dan 0.08mm jarak pisah 0.25,
serta 0,008 mm jarak pisah 0,50mm sehingga membentuk pola gelap dan
terang pada layar. Hasil perhitungan yang diperoleh lebar celah pada pola
interferensi untuk celah 0,04 mm dengan jarak pisah 0,25 mm untuk Cm = 1,
m = 2 dan m = 3 pada bagian atas secara berturut-turut pada pengukuran
tunggal, tunggal berulang, dan berulang-berulang secara rata –rata adalah
0,308 m, 0,030,m dan 0,509 m, sedangkan nilai untuk m = 1, m = 2 dan m
= 3 pada bagian bawah secara berturut-turut pada pengukuran tunggal,
tunggal berulang, dan berulang-berulang secara rata – rata adalah 0,0293 m ,
0,0306 m dan 0,0706m. Adapun nilai lebar celah pada pola difraksi secara
rata-rata pada bagian atas untuk m = 1, m= 2 dan m= 3 secara berturut- turut
yaitu 0,035 m ,0,0353 m dan 0,4333 m adapun untuk pola bagian bawah
didapatkan nilai lebar celah sebesar 0,038 m, 0,037 m dan 0,047 0,025 mm
dan 0,029 mm, sedangakan untuk pola bagian bawah didapatkan nilai lebar
celah yaitu 0,030 mm dan 0,031 mm.

13
5.2 Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menentukan dan mengukur jarak pola
terang dan gelap dari titik terang pusat

14
DAFTAR PUSTAKA

Alan, 1995.Kamus Lengkap Fisika. Erlangga, Jakarta.

Eugene, H., 2002. Optics Fourth Edision. Freeport, New York.

Hanifa, A., 2015, interferensi Cahaya. (http://fisikadalamkehidupan. blogspot.


com).diakses tanggal 12 Desember 2015.

Maulana, P., 2015. Interferensi Gelombang .(http://www.scribd.com/null/


438781992). diakses tanggal 12Desember 2015.

Eugene, H., 2002. Optics Fourth Edision. Freeport, New York.

15

Anda mungkin juga menyukai