Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA UMUM

“INTERFERENSI DAN DIFRAKSI”

DISUSUN OLEH :
Nama : Nur Ihsanudin

NIM : 022300013
Prodi : Elektronika Instrumentasi
Rekan Kerja :
Noor Fatih Farahat Parvez (022300012)

Siti Azizah Lubis (022300014)

Dosen Pengampu : Teguh Handoyo, Phd.

PRODI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


SEMESTER GANJIL 2023/2024

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cahaya didefinisikan sebagai suatu energi yang berupa gelombang elektromagnetik
kasat mata dengan panjang gelombang antara 380-750 nm ( 1 nm = 1 × 10−9 m). Panjang
gelombang yang terlihat oleh manusia menempati pita yang sangat sempit, dari sekitar
700 nanometer (nm; sepersejuta meter) untuk cahaya merah hingga sekitar 400 nm untuk
cahaya ungu. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel
yang disebut foton. cahaya dapat bertindak sebagai gelombang elektromagnetik dan juga
sebagai partikel foton. Oleh karena itu bermunculan teori-teori tentang cahaya. Ada yang
beranggapan cahaya sebagai gelombang dan ada juga yang beranggapan cahaya sebagai
partikel. Perbedaan 2 pandangan tetang cahaya tersebut kemudian dikenal sebagai
“dualisme gelombang-partikel”.
Cahaya memiliki beberapa sifat, diantaranya adalah merambat lurus, dapat merambat
tanpa melalui medium, menembus benda bening, membentuk bayangan, dapat
dipantulkan (refleksi), dapat dibiaskan (refraksi), dapat diuraikan (diversi), dapat
mengalami interferensi, dapat mengalami difraksi dan cahaya memiliki energi.
Interferensi ialah perpaduan dua gelombang atau lebih menjadi satu gelombang baru.
Interferensi bisa terjadi apabila dua syarat terpenuhi yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya harus koheren, artinya bahwa kedua gelombang cahaya
harus mempunyai beda fase yang selalu tetap, oleh karena itu keduanya perlu
mempunyai frekuensi yang sama.
2. Gelombang cahaya harus mempunyai amplitudo yang hampir sama.
Contoh dalam fenomena ini yaitu cahaya yang terdapat pada kaset; air kolam
terlihatberwarna-warni.
Difraksi cahaya dapat didefinisikan sebagai pelenturan cahaya yaitu saat suatu
cahaya melalui celah maka cahaya dapat terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dan memiliki sifat seperti cahaya baru. Sifat-sifat difraksi pada cahaya ini
dapat dibuktikan dengan melihat pola interferensi yang terjadi pada layar saat dipasang
dibelakang celah. Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa difraksi dapat kita amati
ketika cahaya masuk ke rumah kita melalui celah pintu yang terbuka sedikit. Dari situ
akan terlihat beberapa bagian cahaya yang terpecah menjadi bagian lebih kecil
menghasilkan pola cahaya baru.
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses peristiwa difraksi?

2. Bagaimana proses peristiwa interferensi satu celah, celah ganda, dan celah banyak?

3. Bagaimana cara mengukur jarak pola gelap terang interferensi pada kisi difraksi?
1.3. Tujuan

1. Mengetahui proses peristiwa difraksi.

2. Mengetahui proses peristiwa interferensi satu celah, celah ganda, dan celah banyak.

3. Mengetahui cara mengukur jarak pola gelap terang interferensi pada kisi difraksi.

1.4. Manfaat

Dengan mempelajari materi intereferensi dan difraksi cahaya, kita dapat lebih
memahami sifat dari gelombang cahaya. Tentunya peristiwa interferensi dan difraksi
ada banyak disekitar kita seperti terjadinya pelangi, adanya pola gelap terang saat
cahaya melewati celah kecil, dll.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Cahaya
Cahaya didefinisikan sebagai suatu energi yang berupa gelombang
elektromagnetik kasat mata dengan panjang gelombang antara 380-750 nm ( 1 nm = 1
× 10-9 m). Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan
panjang gelombang kasat mata maupun tidak. Selain itu, cahaya adalah paket partikel
yang disebut foton. Dengan adanya cahaya, mata kita dapat menangkap beyangan
benda-benda yang ada disekitar kita.
Kita ketahui bahwa cahaya dapat bertindak sebagai gelombang elektromagnetik
dan juga sebagai partikel foton. Oleh karena itu bermunculan teori-teori tentang
cahaya. Ada yang beranggapan cahaya sebagai gelombang dan ada juga yang
beranggapan cahaya sebagai partikel. Perbedaan 2 pandangan tetang cahaya tersebut
kemudian dikenal sebagai “dualisme gelombang-partikel”.
Cahaya sebagai gelombang elektromagnetik memiliki bebrapa sifat diantaranya
cahaya merambat lurus apabila melewati suatu medium perantara, cahaya dapat
merambat tanpa medium, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat
dipantulkan, cahaya dapat mengalami interferensi dan difraksi.
2.2. Difraksi Celah Tunggal
Saat sinar melewati celah, akan muncul fenomena yang tidak dapat dijelaksan
dengan prinsip optik geometris. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan prinsip
Huygens- Fresnel yang menjelaskan bahwa setiap titik-titik gangguan cahaya menjadi
sumber gelombang baru berbentuk bola.
Saat sinar melewati celah tunggal, akan terjadi difrakasi cahaya. Ketika melewati
celah, sinar yang jatuh ke layar dari arah berbeda akan sejajar satu sama lain. Sehingga,
dengan perhitungan matematika sederhana, gelombang muka dapat dilihat sebagai
gelombang datar. Ini yang disebut dengan difraksi Fraunhofer. Jika yang digunakan
adalah sumber cahaya titik, dan jarak antara sumber cahaya dengan layer mendekati
jarak celah, maka difraksi ini disebut difraksi Fresnel.
Gambar 1. Ilustrasi Difraksi Celah Tunggal

Gambar 2. Ilustrasi Terang Pusat dan Gelap Ke-m


Terdapat sebuah celah tunggal (lebar d), seperti pada Gambar 1 dan Gambar 2,
dengan jarak antara celah ke layar sebesar L. Celah dibagi menjadi dua bagian, panjang
tiap bagian adalah d/2. Jika cahaya datang dengan panjang gelombang λ dari bagian atas
A dan B, maka jarak antara kedua sumber cahaya adalah setengah lebar celah.
Cahaya monokromatis yang melewati celah sempit akan menghasilkan pola
terang/gelap seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Interferensi minimum yang
menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4
berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah panjang gelombang.
Gambar 3. Interferensi Cahaya Dari Celah Tunggal

Sehingga persamaan pita gelap dan pita terang dirumuskan sebagai berikut :
a) d sin θ = nλ n = ±1, ±2, … … n adalah garis ke- (1)
1
b) d sin θ = (m + 2)λ m = ±1, ±2, … … m adalah garis terang ke- (2)

c) d sin θ = 0 garis tengah pusat (3)


y
Karena  bernilai sangat kecil maka, sin θ ≈ tan θ = . Substitusikan nilai sin 
L

ke persamaan diatas, sehingga diperoleh jarak antara ujung garis dengan garis tengah
dari garis terang pusat (y) sebagai berikut :

a) y = n n = ±1, ±2, … … n adalah garis gelap ke- (4)
d
1 Lλ
b) y = (m + 2) d
m = ±1, ±2, … … m adalah garis terang ke- (5)

Berdasarkan Gambar 1, diketahui jarak antara garis terang pusat (D) dengan garis
gelap pertama di kedua sisi adalah :

D = 2ygaris gelap pertama = 2 (6)
d

Jarak antara garis terang lainnya atau antara dua garis gelap yang berdekatan adalah:
Lλ 1
∆y = ym+1 − ym = yn+1 − yn = = 2D (7)
d

Sehingga diperoleh :
a. Lebar garis terang pusat dua kali lebih besar dari garis terang lainnya
b. Lebar pita/garis terang berbanding lurus dengan panjang gelombang datang dan
jarak antara celah dengan layar
c. Lebar garis terang berbanding terbalik dengan lebar celah
2.3. Celah Ganda Young
Ketika seberkas sinar S0 melewati dua celah (S1 dan S2 ) sinar tersebut akan terurai
menjadi dua gelombang lingkaran yang berpusat di S1 dan S2 . Saat gelombang mencapai
layar, maka akan saling bertumpang tindih dan membentuk interferensi seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Ilustrasi Pola Interferensi Celah Ganda Young


Saat seberkas sinar melewati dua celah dan mencapai titik P pada layar, maka akan
dihasilkan jalur optik yang berbeda sehingga menimbulkan garis terang dan garis gelap.
Inteferensi konstruktif (garis terang) dan inteferensi destruktif (garis gelap) ditunjukkan
pada Gambar 5. Inteferensi konstruktif terjadi jika dua gelombang mencapai titik P dan
perbedaan jalur optiknya merupakan kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang.
Inteferensi destruktif terjadi jika dua gelombang mencapai titik P dan perbedaan jalur
optiknya merupakan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang

Gambar 5. Ilustrasi Interferensi Celah Ganda Young


Berdasarkan penjelasan diatas, rumus interferensi dan sudut azimuth  dapat
dituliskan menjadi:
a. Interferensi kontruktif (garis terang pusat)
∆= d sin θ = nλ n = ±1, ±2, … … (8)
b. Interferensi destruktif (garis gelap pusat)
λ
∆= d sin θ = m 2 m = ±1, ±3, ±5, … … (9)

Karena  bernilai sangat kecil maka, sin Î tan = Ï Z . Substitusikan nilai sin  ke
persamaan diatas. Nilai jarak antara garis terang pusat dengan ujung garis lain (y) dapat
dihitung dengan:
a. Interferensi kontruktif

y=n n = ±1, ±2, … … (10)
d

b. Interferensi destruktif

y=m m = ±1, ±3, ±5, … … (11)
d

c. Jarak antara dua garis gelap atau dua garis terang yang berdekatan

∆y = yn+1 − yn = ym+1 − ym = (12)
d

2.4. Difraksi Celah Banyak


Jika seberkas sinar melewati celah-celah yang lebar dan jaraknya sama serta sejajar
satu sama lain, maka akan terbentuk serangkaian garis-garis difraksi yang identik. Jika
jarak antar celah bernilai kecil, maka berkas sinar akan menumpuk dan menghalangi
satu sama lain. Garis terang inteferensi dapat diamati pada pola difraksi. Jika terdapat
banyak sekali celah, garis terang utama akan menjadi sangat tajam dan terang. Garis
terang kedua akan menjadi lemah dan tidak terlihat karena sinar fokus pada garis yang
paling terang dan tajam. Prinsip celah ganda dan celah banyak sangat mirip.
Perbedaaanya, pada celah banyak terjadi lebih banyak interferensi sehingga memiliki
garis terang tajam dengan jumlah yang lebih banyak.
Gambar 6. Ilustrasi Difraksi Celah Banyak

Pada percobaan celah ganda, jika jarak antar celah d dan perbedaan jalur optik dari
celah ke layar adalah kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang, maka akan
menghasilkan inteferensi konstruktif. Jika perbedaan jalur optik nilainya merupakan
kelipatan ganjil dari dari setengah panjang gelombang, maka akan terjadi inteferensi
destruktif. Namun pada celah banyak, sinar dari celah yang berdekatan akan saling
menghilangkan akibat inteferensi destruktif. Tanpa adanya inteferensi, yang akan
datang lebih lemah ketika melewati celah dan mencapai layar. Oleh karena itu, pola
inteferensi celah banyak akan menampilkan pola seperti pada Gambar 7, karena
terdapat beberapa banyak posisi garis gelap tidak diperhitungkan, hanya fokus pada
garis terang.

Gambar 7. Pola Interferensi kisi Difraksi dengan N=4


Kondisi interferensi konstruktif dari garis nterang utama dirumuskan dengan :
𝑦
∆= 𝑚𝝀 = 𝑑 sin 𝜃 = 𝑑 𝐿 𝑚 = ±0, ±1, ±2, … … (13)

Sehingga :
𝐿𝜆
𝑦𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎 = 𝑚 𝑚 = ±0, ±1, ±2, … … (14)
𝑑

Dimana :
d = jarak antara pusat celah yang berdekatan.
 = sudut antara sinar datang dari garis interferensi utama m dengan garis penghubung
garis terang pusat.
y = jarak antara garis interfernsi utama m dengan garis terang pusat.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Dalam praktikum ini, praktikan menggunakan alat dan bahan berupa laser
semikonduktor 632 nm, dudukan laser, set celah dengan pemutar, penghubung, rel
alumunium, dudukan layar, layar dengan pemegang, penggaris, dan meteran.
3.2. Langkah Kerja
3.2.1. Difraksi Celah Tunggal
Pada percoban difraksi celah tunggal, atur celah pemutar ke celah I,
kemudian catat nilai lebar celah (d). pastikan posisi laser sejajar sehingga cahaya
laser bisa melewati celah dengan akurat dan pola terbentuk dengan jelas pada
layar. Atur jarak layar dengan celah (L) hingga lebar celah dapat diukur dengan
mudah dan catat pada tabel. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri
garis terang. Ukur dan catat lebar celah garis terang pusat/utama. Ukur dan catat
jarak antara garis gelap pertama dan kedua pada kedua sisi, dan garis terang
pusat. Jangan lupa catat hasil pengukuran pada tabel laporan sementara. Ulangi
percobaan dengan lebar celah yang berbeda.
3.2.2. Difraksi Celah Ganda
Pada percoban difraksi celah tunggal, atur celah pemutar ke celah II,
kemudian catat nilai lebar celah (d). pastikan posisi laser sejajar sehingga cahaya
laser bisa melewati celah dengan akurat dan pola terbentuk dengan jelas pada
layar. Atur jarak layar dengan celah (L) hingga lebar celah dapat diukur dengan
mudah dan catat pada tabel. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri
garis terang. Ukur dan catat lebar celah garis terang pusat/utama. Ukur dan catat
jarak antara garis gelap pertama dan kedua pada kedua sisi, dan garis terang
pusat. Jangan lupa catat hasil pengukuran pada tabel laporan sementara. Ulangi
percobaan dengan celah ganda lainnya dengan lebar celah yang berbeda.
3.2.3. Difraksi Celah Banyak
Pada percoban difraksi celah tunggal, atur celah pemutar ke celah III,
kemudian catat nilai lebar celah (d). pastikan posisi laser sejajar sehingga cahaya
laser bisa melewati celah dengan akurat dan pola terbentuk dengan jelas pada
layar. Atur jarak
layar dengan celah (L) hingga lebar celah dapat diukur dengan mudah dan catat
pada tabel. Cari garis terang utama yang merupakan pusat simetri garis terang.
Ukur dan catat lebar celah garis terang pusat/utama. Ukur dan catat jarak antara
garis gelap pertama dan kedua pada kedua sisi, dan garis terang pusat. Jangan
lupa catat hasil pengukuran pada tabel laporan sementara. Ulangi percobaan
dengan celah banyak lainnya dengan lebar celah yang berbeda.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data dan Perhitungan


4.1.1. Percobaan Celah Tuggal
Setelah dilakukan percobaan diperoleh data sebagai berikut, untuk mencari
nilai y teori digunakan Persamaan (4) dan (6).
Tabel 1. Data Percobaan Difraksi Tunggal d=0,1 mm
a. Celah tunggal : Satuan : mm
Lebar celah, d = 0,1mm Panjang Gelombang Laser,
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m 𝝀=632 nm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 3,5 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 3,6 𝑐𝑚 2,7%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 2 cm Lλ
y=n
d
284 × 6,32 × 10−5 11,1%
= 1×
0,01
= 1,8 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 4 cm 3,6 𝑐𝑚 11,1%
Kanan : Garis gelap pertama 2 cm 1,8 𝑐𝑚 11,1%
Kanan : Garis gelap kedua 4 cm 3,6 𝑐𝑚 11,1%

Tabel 2. Data Percbaan Difraksi Celah Tunggal d= 0,2 mm


b. Celah tunggal : Satuan : mm
Lebar celah, d = 0,2mm Panjang Gelombang Laser,
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m 𝝀=632 nm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 2 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 1,8 𝑐𝑚 11,1%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 1 cm Lλ
y=n
d
284 × 6,32 × 10−5 11,1%
= 1×
0,02
= 0,9 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 2 cm 1,8 𝑐𝑚 11,1%
Kanan : Garis gelap pertama 1 cm 0,9 𝑐𝑚 11,1%
Kanan : Garis gelap kedua 2 cm 1,8 𝑐𝑚 11,1%

Tabel 3. Data Percobaan Difraksi celah Tunggal d= 0,05


c. Celah tunggal : Satuan : mm
Lebar celah, d = 0,05mm Panjang Gelombang Laser,
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m 𝝀=632 nm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 8 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 7 𝑐𝑚 14,2%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 5 cm Lλ
y=n
d
284 × 6,32 × 10−5 42,9%
= 1×
0,005
= 3,5 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 10 cm 7 𝑐𝑚 42,9%
Kanan : Garis gelap pertama 5 cm 3,5 𝑐𝑚 42,9%
Kanan : Garis gelap kedua 10 cm 7 𝑐𝑚 42,9%

4.1.2. Percobaan Celah Ganda Young


Tabel 4. Data Percobaan Difraksi Celah Ganda d=0,25 mm
a. Celah ganda : Satuan : mm
Lebar celah, a = 0,05 mm Panjang Gelombang Laser,
𝝀=632 nm
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m Jarak antar celah, d = 0,25 mm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 0,5 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 1,4 𝑐𝑚 64,3%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 0,4 cm 𝐿𝜆
𝑦=𝑛
𝑑
284 × 6,32 × 10−5 42,85%
= 1×
0.025
= 0,7 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 1,2 cm 1,4 𝑐𝑚 14,3%
Kanan : Garis gelap pertama 0,4 cm 0,7 𝑐𝑚 42,85%
Kanan : Garis gelap kedua 1,2 cm 1,4 𝑐𝑚 14,3%
Tabel 5. Data Percobaan Difraksi Celah Ganda d=0,5 mm
b. Celah ganda : Satuan : mm
Lebar celah, a = 0,04 mm Panjang Gelombang Laser,
𝝀=632 nm
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m Jarak antar celah, d = 0,5 mm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 0,3 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 0,72 𝑐𝑚 58,3%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 0,3 cm 𝐿𝜆
𝑦=𝑛
𝑑
284 × 6,32 × 10−5 16,6%
= 1×
0.05
= 0,36 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 0,7 cm 0,72 𝑐𝑚 2,7%
Kanan : Garis gelap pertama 0,3 cm 0,36 𝑐𝑚 16,6%
Kanan : Garis gelap kedua 0,7 cm 0,72 𝑐𝑚 2,7%

4.1.3. Percobaan Difraksi Celah Banyak

Tabel 6. Data Percobaan Difraksi Tiga Celah


a. Tiga celah : Satuan : mm
Lebar celah, a = 0,04 mm Panjang Gelombang Laser,
𝝀=632 nm
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m Jarak antar celah, d = 0,2 mm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 0,5 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 1,8 𝑐𝑚 72,2%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 0,5 cm 𝐿𝜆
𝑦=𝑛
𝑑
284 × 6,32 × 10−5 44,4%
= 1×
0.02
= 0,9 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 1,3 cm 1,8 𝑐𝑚 27,7%
Kanan : Garis gelap pertama 0,5 cm 0,9 𝑐𝑚 44,4%
Kanan : Garis gelap kedua 1,3 cm 1,8 𝑐𝑚 27,7%

Tabel 7. Data Percobaan Difraksi Lima Celah


a. Lima celah : Satuan : mm
Lebar celah, a = 0,04 mm Panjang Gelombang Laser,
𝝀=632 nm
Jarak antara layar dan celah, L = 2,84 m Jarak antar celah, d = 0,2 mm
Area Nilai y Nilai y Teori Error (%)
percobaan
Lebar garis terang pusat 0,4 cm 𝐿𝜆
𝐷=2 = 1,8 𝑐𝑚 77,7%
𝑑
Kiri : Garis gelap pertama 0,5 cm 𝐿𝜆
𝑦=𝑛
𝑑
284 × 6,32 × 10−5 44,4%
= 1×
0.02
= 0,9 𝑐𝑚
Kiri : Garis gelap kedua 1,3 cm 1,8 𝑐𝑚 27,7%
Kanan : Garis gelap pertama 0,5 cm 0,9 𝑐𝑚 44,4%
Kanan : Garis gelap kedua 1,3 cm 1,8𝑐𝑚 27,7%

4.2. Pembahasan
4.2.1. Percobaan Difraksi
Percoban yang dilakukan kali ini adalah membuktikan salah satu sifat
gelombang cahaya yaitu cahaya dapat mengalami interferensi dan difraksi.
Setelah dilakukan percobaan kisi difraksi dengan lebar celah dan jarak antar
celah yang berbeda-beda,, diperoleh data pada Tabel 1. – 7. Dari data yang
diperoleh menunjukan jarak pola gelap dengan garis tengah pusat memenuhi
𝐿𝜆 𝐿𝜆
persamaan 𝑦 = 𝑛 𝑑 . Lebar daris tengah pusat memenuhi persamaan 𝐷 = 2 𝑑 .

Pola garis terang yang terbentuk merupakan hasil interferensi kontruktif atau
gelombang bertemu, masing-masing memiliki perpindahan ke arah yang sama.
Hasilnya gelombang saling menguatkan, membentuk gelombang resultan
dengan amplitudo lebih tinggi dari amplitudo dari setiap getaran gelombang
yang bergabung untuk menghasilkan pola garis terang., sedangkan pola garis
gelap yang terbentuk merupakan hasil interferensi destruktif atau gelombang
yang sama memiliki perpindahan di arah yang berlawanan, gelombang resultan
yang dihasilkan memiliki amplitudo yang lebih rendah dan saling meniadakan
sehingga terbentuk pola garis gelap. Pola garis gelap di kanan dan kiri yang se-
ordo jaraknya sama terhadap garis terang pusat.
Pada percobaan kali ini dapat diambil kesimpulan beberapa faktor yang
mempengaruhi jarak pola gelap-terang yang terbentuk. Faktor ysng pertama
adalah banyaknya celah, semakin banyak celah/ kisi difraksi yang digunakan
maka jarak pola gelap-terang akan semakin dekat. Faktor berikutya adalah lebar
celah, semakin lebar kisi difraksi jarak pola gelap terang semakin kecil/dekat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Difraksi cahaya dapat didefinisikan sebagai pelenturan cahaya yaitu saat suatu
cahaya melalui celah maka cahaya dapat terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dan memiliki sifat seperti cahaya baru.
2. Interferensi kontruktif terjadi saat gelombang bertemu dan masing-masing
gelombang memiliki perpindahan ke arah yang sama. Hasilnya gelombang saling
menguatkan, membentuk gelombang resultan dengan amplitudo lebih tinggi dari
amplitudo dari setiap getaran gelombang yang bergabung untuk menghasilkan pola
garis terang.
3. Interferensi destruktif terjadi saat gelombang yang sama memiliki perpindahan ke
arah yang berlawanan sehingga gelombang resultan yang dihasilkan memiliki
amplitudo yang lebih rendah dan saling meniadakan sehingga terbentuk pola garis
gelap.
4. Banyaknya celah mempengaruhi jarak pola gelap-terang yang terbentuk, semakin
banyak celah/ kisi difraksi yang digunakan maka jarak pola gelap-terang akan
semakin dekat.
5. Lebar celah mempengaruhi jarak pola gelap-terang yang terbentuk, semakin lebar
kisi difraksi jarak pola gelap terang semakin kecil/dekat.
5.2. Saran
1. Praktikan harus mempelajari materi praktikum sebelum praktikum dilaksanakan.
2. Praktikan harus mengikuti semua langkah kerja yang dianjurkan agar tidak terjadi
kesalahan yang seharusnya tidak ada.
3. Praktikan harus memastikan sinar laser melewati kisi drifaksi dengan benar.
4. Praktikan harus teliti dalam mengukur pola garis gelap dan terang yang terbentuk.
5. Praktikan harus teliti dalam perhitungan data percobaan yag diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari dkk. (2023). Petunjuk Praktikum Fisika Umum. Interferensi dan Difraksi
Cahaya,125-135.
IPA, Materi. (2022). Pengertian Cahaya, Sifat, Rumus, Teori, dan Contohnya. 1 Februari 2022.
Gurusains.com. Diakses pada 1 Desember 2023, dari √ Pengertian Cahaya, Sifat,
Rumus, Teori, dan Contohnya | Guru Sains
Blog MIPA, Supervisor. (2017). Cahaya: Pengertian, Jenis, 10 Sifat, Fungsi dan Contohnya
Lengkap Beserta Gambar. 28 September 2017. Fisikaabc.com. Diakses pada 3 Desember
2023, dari Cahaya: Pengertian, Jenis, 10 Sifat, Fungsi dan Contohnya Lengkap Beserta
Gambar | FISIKABC
Budisma. (2023). Perbedaan Interferensi Konstruktif dan Destruktif. 24 Januari 2023
Budisma.net. Diakses pada 15 Desember 2023, dari Perbedaan Interferensi Konstruktif
dan Destruktif – budisma.net
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai