Dosen Pengampu :
OLEH :
ISMAWATI ( 2013021001 )
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Interferensi dan Polarisasi Gelombang ” tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd. pada Program
Studi Pendidikan Fisika mata kuliah Gelombang dan Optik Dasar di Universitas Pendidikan
Ganesha. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang “Interferensi danPolarisasi Gelombang “
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd.
selaku dosen di mata kuliah Gelombang dan Optik Dasar. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pertanyaan yang muncul adalah apa yang dimaksud dengan cahaya? Bagaimana dan
kenapa cahaya dapat dipantulkan? Ternyata cahaya adalah suatu gelombang tranversal, dan
mungkin jawaban pertanyaan terakhir adalah menyangkut sifat dari cahaya itu sendiri, yaitu
mengalami pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), interfensi, pelenturan (difraksi), dan
polarisasi.
Muncul pertanyaan lagi, apa bukti dari semua sifat cahaya tersebut? Dalam pembahasan kali
ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi bila dua gelombang bergabung.
Warna-warna yang terlihat dalam film minyak dan gelembung sabun adalah akibat
interferensi di antara cahaya yang direfleksikan dari permukaan depan dan permukaan
belakang sebuah film minyak yang tipis atau larutan sabun. Efek yang terjadi bila banyak
sumber gelombang yang hadir dinamakan fenomena difraksi. Bukti dari sifat polarisasi
misalnya, jika kita keluar pada siang hari kita akan merasa silau oleh terik
matahari. Itu tidak akan terjadi jika kita memakai kacamata hitam karena gelombang dari
sinar matahari tersebut akan terserap oleh kacamata hitam. Disini penulis akan mengkaji
lebih jauh tentang salah satu sifat cahaya tersebut, yakni interferensi dan polarisasi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Interferensi
PEMBAHASAN
Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua gelombang cahaya harus
koheren, yaitu memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta selisih fase tetap. Young
melakukan percobaan, dimana celah sempit akan menghasilkan sumber cahaya baru yang
memiliki beda fasa sama atau konstan sehingga disebut koheren.
Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya
haruslah memilikibeda fasa yang selalu tetap.
2. Kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang sama.
Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam arah yang sama
(hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap waktu, maka dapat terjadi
keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak didistribusikan secara merata dalam
ruang, tetapi pada titik tertentu dicapai haraga maksimum, dan pada titik-titik lain merupakan
harga minimum. Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang
cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang sangat penting ini.
Young melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil a pada layar S1.Sinar yang keluar
melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil. b dan c pada layar S2.Di sinipun
terjadi peristiwa difraksi dan gelombang yang telah melewati layar S2 menyebar dan saling
tumpang tindih.
Persyaratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang) jelas tidak terpenuhi di
sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang geometris, tetapi bertindak sebagai sumber
gelombang Huygens yang menyebar.Namun dalam hal ini kita gunakan optika gelombang.
Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang gelombang, percobaan Young
dapat dianalisa secara kuantitatif seperti pada gambar di bawah ini.
r2
r1
Pada gambar di atas dengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik sembarang pada
layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari celah sempit S2. Tariklah garis S2 ke B
sehingga panjang garis AS1 dan AB sama. Jika jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak
kedua layar(a) maka S1B hampir tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti bahwa sudut
S2S1B hampir sama dengan sudut Aθ P0 . Dengan demikian hal ini mengatakan bahwa r 1 dan
r2 sejajar.
Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang gelombang yang
termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar di titik A diperoleh maksimum, maka
S1B = dsinθ haruslah kelipatan bulat dari panjang gelombang.
S1 B=mλ dengan m = 0, 1, 2, …
menjadi
d sin θ=mλ denganm = 0, 1, 2, … …(1)
Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di bawah titik O.
Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O) dinyatakan dengan harga m=0.
Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = dsinθ harus merupakan kelipatan ½ bulat
dari panjang gelombang, yaitu
1
( )
d sin θ= m+ λ denganm = 0, 1, 2, …
2
…(2)
Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah urutan pita terang
dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah pita terang yang bersesuaian
dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas.
Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p).Dalam hal ini p kita
umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut.
y m =a tan θm ' …(3)
Dalam eksperimen seperti ini, jarak y m seringkali jauh lebih kecil dari jarak a dari
celah-celah itu kelayar tersebut. Maka θm adalah sangat kecil, tanθ m hampir sama dengan
sin θm ' dan
y m =a sin θm ' …(4)
mλ
Jika kita ketahui bahwa sin θ= , maka
d
λa
y m =m …(5)
d
Kita dapat mengukur a dan d, serta posisi y m dari pita-pita terang itu, sehingga
eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang gelombang (λ).
Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan persamaan
di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu. Semakin berdekatan
celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola-pola interferensinya, begitu
sebaliknya.
Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja.Dan persamaan ini hanya dapat
digunakan jika jarak adari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada pemisahan celah d
dan jika a jauh lebih besar dari jarak y m dari pusat pola interferensi ke pita terang ke-m.
Peristiwa seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas menunjukkan cahaya yang
menyinari permukaan atas dari sebuah film tipis yang mempunyai ketebalant sebagian
direfleksikan di permukaan bagian atas. Cahaya yang ditransmisikan melalui permukaan
atas, sebagian didirefleksikan di pemukaan bagian bawah. Kedua gelombang yang
direfleksikan itu nantinya akan berkumpul di titik P yang berada di retina mata. Kedua
gelombang tersebut kemudian dapat berinterferensi secara konstruktif maupun destruktif
(tergantung dari fasa yang dimiliki kedua gelombang tersebut).Warna-warna yang berbeda
pada pita warna menunjukkan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga untuk
beberapa warna dapat mengalami interferensi konstruktif dan sebagian lagi mengalami
interferensi destruktif.
Kemudian kita lihat peristiwa cahaya monokromatik yang direfleksikan dari dua
permukaan yang hampir paralel yang masuk dalam arah yang hampir normal. Situasinya
sama seperti pada interferensi akibat refleksi cahaya yang menyinari film tipis. Bedanya
situasi ini memiliki ketebalan film yang tidak homogeny.Selisih lintasan di antara kedua
gelombang tersebut, persis dua kali tebal t dari lapisan udara di setiap titik. Pada titik dimana
2 t adalah kelipatan bulat dari panjang gelombang, maka kita akan melihat interferensi
konstruktif dan sebuah pola terang. Pada titik-titik dimana 2 t adalah kelipatan setengan
bilangan bulat dari panjang gelombang, kita berharap akan melihat interferensi destruktif dan
sebuah pola gelap. Dan di sepanjang garis dimana pelat-pelat itu bersentuhan, secara praktis
tidak ada selisih lintasan dan kita berharap akan mendapatkan sebuah pola terang. Jika hal-hal
tersebut tidak kita temukan (menyimpang dari yang di teorikan) maka itu menunjukkan
bahwa salah satu dari gelombang yang direfleksikan itu telah mengalami pergeseran
fasasetengah siklus selama refleksinya meskipun panjjang gelombangnya tetap sama.
Menurut Maxwell pergeseran fasa tersebut dapat di perkirakan dengan persamaannya
menurut sifat elektromagnetik dari cahaya. Misal sebuah gelombang cahaya dengan
amplitudo medan listrik Ei merambat dalam sebuah amaterian optik yang lain dengan indeks
refraksi n b. Amplitudo Er dari gelombang yang direfleksikan dari antarmuka itu sebanding
dengan amplitudo E i dari gelombang yang masuk dan diberikan oleh:
n −n
Er = a b Ei (arah masuk normal) …(6)
na +n b
Hasil ini memperlihatkan bahwa amplitudo yang masuk dan di refleksikan mempunyai tanda
sama bila n a lebih besar dari n b dan berlawanan tanda bila n b lebih besar dari n a.
n a>n b
Gambar diatas ini menunjukkan bila n a>n b, cahaya merambat lebih lambat dalam
medium pertama dibanding dalam medium kedua.
Dalam kasus ini, Er dan Ei mempunyai tanda sama, dan pergeseran fasa dari gelombang yang
direfleksikan relative terhadap gelombang yang masuk adalah sama dengan nol. Hal ini
analog dengan refleksi sebuah gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang berat di
sebuah titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih ringan atau
sebuah cincin yang dapat bergerak secara vertical tanpa gesekan.
Gambar: Gelombang cahaya saat n a>n b
n a=n b
Gambar diatas ini menjelaskan bila n_a=n_b, amplitudo E_r dari gelombang yang
direfleksikan itu adalah nol. Gelombang cahaya yang masuk tidak dapat “melihat”
antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang direfleksikan.
n a<n b
Akan tetapi, bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar
setengah siklus, persamaan ini adalah syarat untuk interferensi destruktif.
Demikian juga jika tidak satupun dari gelombang-gelombang atau jika keduanya
mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka syarat untuk interferensi destruktif dalam
gelombbang-gelombang yang direfleksikan itu adalah:
1
( )
2 t= m+ λ
2 (refleksi konstruktif dari film tipis,
…(8)
(denganm=¿ 0, 1, 2, …) tidak ada pergeseran fasa relatif
siklus)
Akan tetapi jika satu gelombang mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka inilah
syarat untuk interferensis konstruktif.
Dengan menggunakan prinsip superposisi, kita dapatkan fungsi gelombang resultan pada titik
ini:
y= y1 + y 2= A ¿ …(13)
Identitas trigonometri
a−b a+b
cos a+cos b=2 cos( ) ( )
2
cos
2
Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang pendengar
yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama dengan frekuensi rata-
f +f
( )
rata 1 2 dan amplitudo yang besarnya dinyatakan dalam tanda kurung siku:
2
f −f
( )
Ares ultan=2 A cos 2 π 1 2 t
2
…(15)
Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah seiring waktu.
Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara resultannya
terdeteksi setiap kali
f −f
( )
cos 2 π 1 2 t=± 1
2
Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang resultan.
f −f
( )
Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika 1 2 , maka jumlah
2
f
detak perdetik, atau frekuensi detak detak , adalah dua kali lipat nilai ini, artinya
f detak =|f 1−f 2| …(16)
Suatu gelombang terpolarisasi linier bila getaran dari gelombang tersebut selalu terjadi dalam
satu arah saja. Arah ini disebut arah polarisasi. Untuk mengamati polarisasi ini, marilah
kita ikat seutas tali pada titik O di dinding, kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu
ujung A ke sebuah celah, seperti pada gambar. Pasang celah dalam posisi vertikal,
kemudian getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal yang merambat dari
A dapat menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal,
kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada gelombang
diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya
digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, ternyata, gelombang dapat
menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama dengan arah posisi celah,
yaitu arah vertical
Peristiwa tersebut menunjukkan terjadinya polarisasi pada gelombang tali yang
melewati sebuah celah sempit, dengan arah polarisasi gelombang sesuai arah celahnya.
Polarisasi dapat diartikan sebagai penyearah gerak getaran gelombang. Jika gelombang
bergetar ke segala arah, seperti pada gambar setelah melewati sebuah celah, arah
getaran gelombang menjadi satu arah getar saja, yang disebut dengan gelombang
terpolarisasi linear.Jadi, hanya gelombang-gelombang yang memiliki arah getaran
tegaklurus dengan arah rambatannya saja yang disebut sebagai gelombang transversal,
yang dapat mengalami polarisasi. Oleh karena cahaya atau gelombang elektromagnet
termasuk gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Dari hasil di atas dapat
di simpulkan bahwa Polarisasi adalah suatu peristiwa perubahan arah getar gelombang pada
cahaya yang acak menjadi satu arah getar. Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang
getar dari gelombang.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambatkan medan listrik dan medan
magnet berposisi tegak lurus satu sama lain dan bergetar tegak lurus terhadap arah rambatan.
Gelombang cahaya memiliki panjang gelombang dengan frekuensi tertentu yang nilainya
dapat di bedakan dalam spektrum elektromagnetiknya. Cahaya juga termasuk gelombang
transvesal yang berarti cahaya merambat tegaklurus terhadap arah rambatannya. 9Foster,
1997).
Berikut ini beberapa teori tentang pengertian cahaya :
Teori Korpuskuler(Newton)
Cahaya adalah korpuskel-korpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus
dengan kecepatan besar.
Teori Undulasi (Huygen)
Cahaya adalah gelombang yang berasal dari sumber yang bergetar, merambat dalam
medium yang dinamakan eter.
Teori Gelombang Elektromagnetik (Maxwell)
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik berasal dari medan listrik dan medan
magnet bergerak dengan kecepatan dalam ruang vacum sebesar c.
2. Polarisasi Melingkar
Jika vektor medan listriknya berputar pada lingkaran, maka cahaya dikatakan terpolarisasi
melingkar. Polarisasi cahaya melingkar terdiri dari dua gelombang bidang
elektromagnetik yang tegak lurus, dengan amplitudo sama dan beda fase 90°. Jika ujung
vektor medan listrik pada gelombang yang menjalar berputar searah jarum jam, maka
disebut polarisasi melingkar arah kanan. Sebaliknya jika berlawanan arah jarum jam,
disebut polarisasi melingkar arah kiri. Polarisasi melingkar ini ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
3. Polarisasi Ellips
Hasil superposisi yang memberikan vektor medan listrik yang ujungnya berputar pada sebuah
ellips. Cahaya yang dipolarisasikan ellips terdiri dari dua gelombang yang tegak lurus,
dengan amplitudo tidak sama dan beda fase 90°. Gelombang dengan polarisasi melingkar dan
ellips dapat diuraikan menjadi dua gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi ellips
ini ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Pada kondisi kristal tertentu, sinar biasa dan sinar luar biasa melalui jalan
yang sama, tapi dengan kecepatan yang berbeda. Setelah keluar dari kristal, kedua
sinar akan berselisih fase, yang akan menghasilkan sinar terpolarisasi, yang
bentuknya tergantung dari beda fase. Untuk beda fasenya: π/2 , 3π/2, atau
kelipatan ganjil dari π/2, getarn yang dihasilkan akan berupa lingkaran. Untuk
selisih beda fasenya : 0 , π , 2π, 3π , atau setiap kelipatan bulat dari π, getaran
yang dihasilkan akan linier.Untuk semua selisih fase lainnya, getaran yang
dihasilkan akan berupa ellips.
1. PolarisasikarenaPemantulan
Cara sederhana untuk mendapatkan cahaya yang terpolarisasai adalah dengan pemantulan
cahaya berikut :
Sinar A dipantulkan oleh cermin P1 dan sinar yang terpantul dipantulkan lagi oleh cermin P2.
Ternyata apabila cermin P2 diputar terhadap poros cermin P1 dan P2 kelipatan 90° ternyata
cahaya terpantul B berintensitas nol.
2. Polarisasikarenapenyerapan (Dikroisma)
Sifat kristal pembias kembar, dimana salah satu komponen terpolarisasi diserap lebih kuat
dari pada komponen yang lainnya. Contohnya kristal turmalin gambar C. Sinar biasa terdiri
atas komponen tegak lurus bidang gambar(warna merah) dan komponen sejajar bidang
gambar. I= I max cos2 θ Amplitudo komponen sejajar setelah masuk bahan formalin menjadi
lebih kecil(diserap) sedang, komponen sejajar tetap besarnya.
Sebagaian kristal non kubik(misal: kuarsa, turmalin, kalsit) bersifat non isotrop artinya :
kecepatan cahaya tidak sama ke semua arah. Dalam bahan yang demikian laju cahaya
tergantung pada arah rambatan. Cahaya yang masuk dalam bahan tersebut terbagi menjadi
dua berkas yaitu berkas cahaya biasa(ordiner) dan berkas cahaya luar biasa(extra ordiner).
Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium sama ke semua arah.
Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium tidak sama kesemua arah.
- Sumbu Optik
Suatu arah pada kristal, dimana sinar biasa dan sinar luar biasa merambat dengan kecepatan
yang sama.
4. PolarisasikarenaAbsorbi
Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang
cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati
polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati
polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena
absorbsi selektif. Polaroid banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk
pelindung pada kacamata dari sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk
kamera.
Hamburan cahaya : fenomena penyerapan cahaya dan pemancarannya kembali oleh suatu
medium atau benda. Cahaya datang pada medium penghambur(cahaya datang tak
terpolarisasi) dalam arah sumbu Z: cahaya yang dihamburkan pada arah sumbu X.
Dipolarisasi pada arah sumbu Y, sedangkan cahaya yang dihamburkan pada arah sumbu Y
dipolarisasi pada arah X.
Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal Dsiplay (LCD).
LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar kalkulator, hingga
layar televise. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair, berisi dua filter polarisasi yang
saling menyilang dan didukung oleh sebuah cermin. Biasanya polarisator yang saling
menyilang menghalangi semua cahaya yang melewatinya. Namun, diantarkedua filter
ituterdapatlapisankristalcair.
Selain energi listrik alat ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan
membentuk sudut 900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus filter
(penyaring) bagian belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh cermin sehingga
peraga (layar) tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan menyatakan daerah-
daerah kristal cair.