Anda di halaman 1dari 37

RANGKUMAN FISIKA

Stephen Wirana
XI MIPA 2

A. MATERI GELOMBANG CAHAYA

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elektromagnetik yang kasat mata dengan


panjang gelombang sekitar 380–750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.Selain itu,
cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi tersebut merupakan sifat yang
ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket
cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indra penglihatan
sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang
penting pada fisika modern.
Gelombang merupakan getaran yang merambat, sementara cahaya merupakan energi
radiasi yang berbentuk gelombang elektromagnetik. Jadi, Gelombang cahaya merupakan
gelombang yang terdiri dari medan listrik dan medan magnetik yang berosilasi dengan sangat
cepat, yaitu pada orde 1014 Hertz. Medan listrik dan medan magnetik tersebut akan merambat
seperti gelombang  dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Apabila cahaya matahari dilewatkan melalui prisma, maka selain dibiaskan ketika
meninggalkan prisma, ternyata cahaya juga diuraikan menjadi komponen-komponen warna
(dispersi), sementara komoponen warna disebut spektrum cahaya.

Sinar yang dapat diuraikan atas beberapa komponen warna disebut sinar polikromatik
Sinar yang tidak dapat diuraikan lagi atas komponen warnanya disebut sinar
monokromatik.
Dalam ruang hampa, semua warna cahaya (spektrum cahaya) mempunyai cepat rambat
sama, yaitu 3 × 108 m/s. Tetapi, panjang dan frekuensi gelombang berbeda.

λm : Panjang gelombang cahaya merah (m)


λu : Panjang gelombang cahaya ungu (m)
fm : Frekuensi cahaya merah (Hz)
fu : Frekuensi cahaya ungu (Hz)

Apabila cahaya merambat pada medium yang indeks biasnya berbeda, frekuensinya akan tetap,
sedangkan panjang gelombang dan kecepatannya berubah.
n1 dan n2 = Indeks bias medium
v1 dan v2 = Cepat rambat gelombang cahaya (m/s)
λ1 dan λ2 = Panjang gelombang cahaya (m)

Cahaya memiliki sifat-sifat :


1. Merambat menurut garis lurus
2. Memiliki energi
3. Dapat dilihat
4. Dipancarkan dalam bentuk radiasi
5. Memiliki arah rambat yang tegak lurus arah getarnya
6. Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, dipraksi, dan polarisasi
Gejala fisis cahaya ketika menganai suatu bahan :
a. Refleksi yaitu pemantulan, contoh dari refleksi ketika kita dapat melihat benda yang berada di
sekitar kita karena benda itu dapat memantulkan cahaya.
b. Refraksi yaitu pembiasan, contoh dari refraksi ketika sendok dimasukkan ke dalam gelas
berair akan terlihat patah.
c. Interferensi yaitu perpaduan cahaya, contoh dari interferesnsi ketika cahaya yang melewati
suatu prisma kaca terurai menjadi warna-warna pelangi
d. Dispersi yaitu penguraian, contoh dari dispersi ketika pembentukan pelangi.
e. Polarisasi yaitu pengkutuban, contoh dari polarisasi adalah Warna Biru langit akibat
fenomena polarisasi karena hamburan.
f. Difraksi yaitu pembelokkan, contoh dari difraksi cahaya yang melewati sela jari-jari yang kita
rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon.
INTERFRENSI CAHAYA
Interfrensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya yang koheren (adanya
koordinasi). Cahaya dikatan koheren apabila frekuensi dan amplitudo kedua gelombang sama
dan beda fasenya tetap.

Interferensi Celah Ganda atau Percobaan Thomas Young

Interferensi Celah Ganda atau Percobaan Thomas


Young, yaitu perpaduan antara dua gelombang cahaya
yang koheren melalui dua celah sempit.

Apabila sumber cahaya yang digunakan bersifat


monokromatik, maka hasil interferensinya garis terang
(interferensi maksimum) dan garis gelap (interferensi minimum).

A. Interferensi maksimum

λ : Panjang gelombang cahaya (m)


d : Jarak antar celah (m)
L : Jarak celah ke layar (m)
p : Jarak garis terang ke pusat (m)
m : Orde garis terang (0,1,2,3,4,..)

Beda fase pada celah ganda dapat ditentukan dengan :

B. Interferensi minimum
λ : Panjang gelombang cahaya (m)
d : Jarak antar celah ganda (m)
L : Jarak celah ke layar (m)
p : Jarak garis gelap ke pusat (m)
m : Orde garis gelap (0,1,2,3,4,..)

Jarak antara garis terang dan garis gelap yang berurutan memenuhi persamaan :
∆p : Jarak antara garis terang dan garis gelap yang berurutan (m)
DIFRAKSI CAHAYA
Difraksi cahaya adalah gejala pembelokan arah cahaya yang terjadi ketika cahaya
melewati celah yang sempit.

Difraksi Celah Tunggal

(a) Cahaya monokromatis yang melewati celah sempit akan menghasilkan pola terang/gelap;
(b) Interferensi minimum terjadi jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 memiliki beda lintasan
sebesar d/2 sin θ dan beda fase kedua gelombang sebesar ½ panjang gelombang.

A. Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika :

d sin θ = m λ
d : lebar celah (m)
λ : Panjang gelombang cahaya (m)
L : Jarak celah ke layar (m)
θ : Sudut deviasi
m : orde garis gelap (1,2,3,..)

B. Interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika :

d sin θ = (2m – 1)1/2 λ


d : lebar celah (m)
λ : Panjang gelombang cahaya (m)
L : Jarak celah ke layar (m)
θ : Sudut deviasi
m : orde garis terang (1,2,3,..)

Kisi Difraksi
POLARISASI CAHAYA
Polarisasi Cahaya

Polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian cahaya pada salah satu bidang
getarnya. Polarisasi cahaya hanya terjadi pada gelombang transversal.

Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan

Apabila sinar datang pada cermin datar dengan sudut datang, sinar yang dipantulkan
sudah tepolarisasi linear. Prinsip polarisasi karena pemantulan sudah dimanfaatkan
pada kaca mata pelindung dari matahari

Polarisasi Cahaya Karena Pembiasan Ganda

Polarisasi cahaya karena pembiasan ganda terjadi pada kristal yang mempunyai dua
nilai indeks bias. Pembiasan ini terjadi pada kristal, seperti mika, kalsit, dan kristal gula.

a. Sinar istimewa (extra ordinary) tidak mengikuti hukum snellius.


b. Sinar biasa (ordinary) mengikuti hukum snellius.

Polarisasi karena Hamburan


Hamburan didefinisikan sebagai suatu peristiwa penyerapan dan pemancaran kembali
suatu gelombang cahaya oleh partikel. Fenomena yang menerapkan prinsip ini antara lain
warna biru pada langit dan warna merah yang terlihat ketika Matahari terbenam.

Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi bergantung pada panjang gelombang ( λ ).


Untuk partikel- artikel dengan panjang gelombang yang jauh dari panjang gelombang cahaya,
misalnya molekul udara, hal itu tidak menjadi rintangan yang terlalu besar bagi λ yang panjang
dibandingkan dengan λ yang pendek. Penghamburan yang terjadi berkurang menurut .

Penghamburan cahaya oleh atmosfer bumi.

Matahari memberikan sinar putih yang dihamburkan oleh molekul udara ketika memasuki
atmosfer bumi. Sinar biru dihamburkan lebih banyak daripada warna lain, sehingga langit
tampak berwarna biru. Ketika Matahari terbenam, berada di kerendahan langit, cahaya dari
akhir spektrum biru dihamburkan. Matahari terlihat berwarna kemerahan karena warna dari
akhir spektrum lewat ke mata kita, tetapi warna biru lolos. Proses penghamburan yang terjadi
menjelaskan polarisasi cahaya langit.
DISPERSI CAHAYA
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya putih (polikromatik) menjadi komponen-
komponennya karena pembiasan. Komponen- komponen warna yang terbentuk yaitu merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan deviasi
untuk setiap panjang gelombang, yang disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing
gelombang pada saat melewati medium pembias.
Pembiasan Cahaya pada Prisma
Prisma adalah benda bening (transparan) terbuat dari gelas yang dibatasi oleh dua
bidang permukaan yang membentuk sudut
tertentu yang berfungsi menguraikan (sebagai
pembias) sinar yang mengenainya.
Permukaan ini disebut bidang pembias, dan
sudut yang dibentuk oleh kedua bidang
pembias disebut sudut pembias ( β ).

Cahaya yang melalui prisma akan


mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat
memasuki prisma dan meninggalkan prisma.
Jika sinar datang mula- mula dan sinar bias
Dispersi sinar putih oleh prisma.
akhir diperpanjang, maka keduanya akan
berpotongan di suatu titik dan membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi
( δ ) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang
meniggalkan bidang pembias atau pemantul.

 Pada segiempat ABCE berlaku hubungan:

β + ∠ABC = 180o

 Pada segitiga ABC berlaku hubungan:

r1 + i2 + ∠ABC = 180o

 sehingga diperoleh hubungan:

β + ∠ABC = r1 + i2 + ∠ABC


β = r1 + 2 Sudut deviasi pada pembiasan prisma.
(1.0)
Dengan:
β = sudut pembias prisma
i2 = sudut datang pada permukaan 2
r1 = sudut bias pada permukaan 1
Pada segitiga ACD, ∠ADC + ∠CAD + ∠ACD = 180o dengan ∠CAD = i1 – r1 dan ∠ACD = r2 – i2,
sehingga berlaku hubungan:

∠ADC + (i1 – r1 ) + (r2 – i2) = 180o

∠ADC = 180o + (r1 + i2) – (i1 + r2)

Jadi, sudut deviasi ( δ ) adalah:

δ = 180o – ∠ADC
   = 180o – [180o + (r1 + i2) – (i1 + r2 )]
   = (i1 + r2 ) – (r1 + i 2)

Diketahui β = r1 + i2 (persamaan (1.0)), maka besar sudut deviasi yang terjadi pada prisma
adalah:

δ = (i1 + r2 ) – β
(1.1)
dengan:
δ = sudut deviasi
i1 = sudut datang mula-mula
r2 = sudut bias kedua
β = sudut pembias

Sudut deviasi berharga minimum ( δ = 0) jika sudut datang pertama (i 1 ) sama dengan sudut
bias kedua (r2 ). Secara matematis dapat dituliskan syarat terjadinya deviasi minimum ( δ m )
adalah i1 = r2 dan r1 = i2, sehingga persamaan (1.0) dapat dituliskan kembali dalam bentuk:
δm = (i1 + i1 ) – β
     = 2i1 – β

(1.2)
Selain itu, deviasi minimum juga bisa terjadi jika r1 = i2 , maka dari persaman (1.0) diperoleh:
β = r1 + r1 = 2r1
(1.3)
Bila dihubungkan dengan Hukum Snellius diperoleh:

n1 .sin i1 = n2 .sin r1

Masukkan i1 dari persamaan (1.2) dan r 1 dari persamaan (1.3) sehingga:


(1.4)

Untuk sudut pembias yang kecil (β < 15 ):
(1.5)
Jika n1 = udara, maka n1 = 1, sehingga persamaan di atas menjadi:
δm = (n2 - 1 )β

dengan:
n1 = indeks bias medium
n2 = indeks bias prisma
β = sudut pembias (puncak) prisma
δm = sudut deviasi minimum

Sudut Dispersi
Sudut dispersi merupakan sudut yang dibentuk antara deviasi sinar satu dengan sinar lain
pada peristiwa dispersi (penguraian cahaya). Sudut ini merupakan selisih deviasi antara sinar-
sinar yang bersangkutan.

Jika sinar-sinar polikromatik diarahkan pada


prisma, maka akan terjadi penguraian warna
(sinar monokromatik) yang masing- masing
sinar mempunyai deviasi tertentu.
Selisih sudut deviasi antara dua sinar adalah
sudut dispersi, φ . Sebagai contoh, pada
Gambar diatas dapat dinyatakan:
Dispersi sinar merah terhadap sinar ungu.
deviasi sinar merah δm = (nm − 1)β
deviasi sinar ungu δu = (nu − 1)β

Dengan demikian, dispersi sinar merah terhadap ungu sebesar:

φ=δu−δm
(1.6)
  = (n u – 1) β – (n m – 1) β

φ = (n u – n m ) β
(1.7)
dengan:
φ = sudut dispersi
nu = indeks bias warna ungu
nm = indeks bias warna merah
β = sudut pembias prisma
REFLEKSI CAHAYA
Refleksi (atau pemantulan) adalah perubahan arah rambat cahaya ke arah sisi
(medium) asalnya, setelah menumbuk antarmuka dua medium.

Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar


Cermin datar merupakan cermin yang permukaan pemantulnya datar (rata) dan salah satu
permukaannya dilapisi logam (biasanya perak). Dalam kehidupan sehari-hari, contoh cermin
datar adalah cermin yang biasa kita gunakan untuk berhias.

Bayangan pada cermin datar memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


a. Merupakan bayangan maya.
b. Tegak seperti bendanya.
c. Sama besar dengan bendanya.
d. Menghadap terbalik dengan bendanya.
e. Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin.

Pemanulan Cahaya pada Cermin Cekung


Cermin cekung adalah cermin yang permukaan pemantulnya melengkung kedalam. Cermin
cekung bersifat mengumpulkan sinar pantul atau konvergen.

Tiga sinar istimewa pada cermin cekung, yaitu :


a. Sinar datang sejajar sumbu
utama cermin akan dipantulkan
melalui titik fokus (f).

c. Sinar datang melalui titik pusat


kelengkungan (M) akan
dipantulkan kembali melalui titik
b. Sinar datang melalui titik fokus pusat kelengkungan tersebut.
akan dipantlkan sejajar sumbu
utama.

Bayangan benda yang terbentuk oleh


cermin cekung memiliki sifat yang
berbeda-beda tergantung letak benda
terhadap cermin cekung.
Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung
Cermin cembung merupakan jenis cermin lengkung yang permukaan pemantulnya
melengkung keluar. Cermin cembung disebut juga cermin divergen, karena cermin cembung
bersifat menyebarkan cahaya yang mengenainya.

Tiga sinar istimewa pada cermin cembung, yaitu :

a. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus
cermin (f)
b. Sinar datang menuju titik fokus (f) dipantulkan sejajar sumbu utama.
c. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin (M) dipantulkan kembali seakan-
akan datang dari titik pusat kelengkungan tersebut.

Bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung selalu bersifat maya, tegak, dan
diperkecil.

 Perhitungan pada Cermin Lengkung (cekung atau cembung)


Secara matematis, hubungan antara jarak benda ke cermin (s) jarak bayangan (s’), dan jarak
fokus (f) atau jari-jari kelengkunagan (R) dapat ditulis sebagai berikut :

            
Keterangan :
s = jarak benda ke lensa (m),
s’ = jarak bayangan ke lensa (m), dan
f = jarak fokus lensa (m).

( ! ) Penting
Nilai f untuk cermin cekung bernilai positif (+) dan apabila dalam perhitungan diperoleh s’ yang
bernilai negatif (-), maka bayangan yang terbentuk terletak dibelakang cermin.

REFREKSI CAHAYA
Refreksi (Pembiasan) adalah cahaya yang melalui bidang batas antara dua medium,
akan mengalami perubahan arah rambat atau pembelokan.

Peristiwa perubahan arah rambat cahaya dapat pada batas dua medium tersebut pada
dasarnya disebabkan adanya perbedaan kecepatan merambat cahaya pada satu medium
dengan medium yang lain. Peristiwa inilah yang disebut sebagai pembiasan cahaya

 Hukum Snellius tentang Pembiasan


1. Sinar datang, garis normal dan sinar bias
terletak pada satu bidang datar.
2. Perbandingan sinus sudut dating dengan sinue
sudut bias selalu konstan. Nilai konstanta
dinamakan indeks bias(n)

Secara matematika hokum Snelius yang ke dua dapat ditulis sbb:

Dimana :
n1 dan n2  : Indeks bias medium 1 dan 2
v1 dan v2 : Kecepatan merambat cahayadalam medium 1 dan 2

 Pemantulan Sempurna
Pada sudut kecil boleh dikatakan semua sinar dibiaskan .Ketika sudut bias mencapai 90,
seluruh sinar dipantulkan oleh bidang batas. Sudut 90 disebut juga sudut kritis atau sudut batas
Pemantulan sempurna hanya dapat terjadi jika cahaya datang dari
zat yang mempunyai kerapatan lebih besar ke zat yang mempunyai
kerapatan lebih kecil. Jika menyatakan sudut kritis dan nm
menyatakan indeks bias medium, maka :

1. Lensa Cembung
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya tebal tapi bagian tepinya tipis.
Lensa cembung disebut juga sebagai lensa positif dan bersifat mengumpulkan cahaya
(konvergen). Lensa cembung dibedakan menjadi tiga, yaitu lensa cembung-cembung
(bikonveks), lensa cembung-datar (plankonveks), dan cekung-cembung (konkaf konveks).

Sama seperti pada cermin, pada lensa


juga terdapat sinar-sinar istimewa
Squad. Sinar-sinar istimewa yang ada
pada lensa cembung adalah:

a. Sinar yang datang sejajar sumbu


utama akan dibiaskan melalui titik
fokus.

b. Sinar yang datang melalui titik


fokus akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.

c. Sinar yang datang melalui titik pusat


optik lensa tidak akan
dibiaskan, tetapi akan diteruskan.

Pada lensa cembung, sifat bayangan yang terbentuk ada dua yaitu:

Semua bayangan maya yang dibentuk lensa cembung selalu tegak terhadap bendanya dan


semua bayangan nyata yang dibentuk lensa cembung pasti terbalik terhadap bendanya.

Berdasarkan sifat bayangannya, itulah kenapa terdapat lensa cembung di dalam teropong
bumi. Fungsinya adalah untuk membalikkan bayangan yang dibuat oleh lensa objektif (lensa
objektif menghasilkan bayangan terbalik, yang kemudian dibalik lagi oleh lensa cembung).
Setelah bayangannya menjadi tegak, lensa okuler memperbesar objek yang akan dilihat.

2. Lensa Cekung
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya tipis tapi bagian tepinya tebal.
Lensa cekung disebut sebagai lensa negatif dan bersifat menyebarkan cahaya
(divergen). Lensa cekung juga dibedakan menjadi tiga bentuk Squad, yaitu lensa cekung
rangkap atau cekung-cekung (bikonkaf), lensa cekung-datar (plankonkaf), dan lensa cekung-
cembung (konveks konkaf).
Untuk melukis bayangan pada lensa
cekung juga diperlukan sinar-sinar
istimewa. Ada tiga sinar
istimewa yang dibentuk oleh lensa
cekung yaitu:
a. Sinar yang datang sejajar sumbu
utama akan dibiaskan seolah-olah
berasal dari titik fokus,
b. Sinar yang datang melalui titik
fokus akan dibiaskan sejajar
dengan sumbu utama, dan
c. Sinar yang datang melalui titik
pusat optik lensa, tidak akan
dibiaskan tetapi diteruskan.

Pada lensa cekung, sifat bayangan yang dihasilkan hanya ada satu, yaitu: Maya, tegak dan
diperkecil

B. MATERI ALAT OPTIK


Alat optik adalah alat yang memanfaatkan sifat cahaya, hukum pemantulan dan hukum
pembiasan cahaya untuk membentuk bayangan suatu benda. Alat optik merupakan alat
yang berupa prisma, lensa dan cermin sebagai bagian utamanya. Dalam komponen alat
optik bisa terdiri atas sebuah lensa, beberapa lensa, ataupun kombinasi antara lensa,
cermin, dan prisma.

MACAM MACAM ALAT OPTIK


1. MATA
Mata merupakan alat optik alamiah, ciptaan
Tuhan yang sangat berharga. Mata merupakan indra
penglihatan dan merupakan organ yang dapat
menangkap perubahan dan perbedaan cahaya.
Organ ini bekerja dengan cara menerima,
memfokuskan, dan menstransmisikan cahaya melalui
lensa untuk menghasilkan bayangan objek yang
dilihatnya. Struktur anatomi mata diperlihatkan pada
gambar berikut.

Bagian Mata Fungsi


Lensa mata Memfokuskan agar cahaya atau bayangan yang masuk jatuh di retina
mata.
Pupil Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bola mata.
Kornea Menerima rangsangan cahaya dan meneruskannya sampai ke mata
bagian dalam.
Sklera Melindungi bola mata terhadap ganguan luar yang bersifat mekanis
(ex. benturan) serta berfungsi untuk menjaga bentuk bola mata.
Koroid Memelihara retina dan mencegah terjadinya pemantulan cahaya di
dalam ruang internal mata dengan cara menyerap cahaya yang tidak
diperlukan.
Retina Menerima cahaya dan tempat jatuhnya bayangan benda.
Saraf optik Meneruskan informasi bayangan benda yang diterima retina menuju
otak.
Otot siliari Mengatur kelengkungan lensa mata. Pengaturan kelengkungan ini
diperlukan agar bayangan benda jatuh tepat di retina.
Astigmatisma
/Silindris
adalah cacat mata
dimana
kelengkungan lensa
mata tidak rata
sehingga berkas
sinar yang mengenai
mata tidak dapat
berkumpul dengan
sempurna. Penderita
astigmatisma kurang
bisa membedakan
garis tegak dengan
garis datar secara bersama-sama. Penderita astigmatisma bisa dibantu dengan kaca mata
berlensa silinder.
2. KAMERA
Kamera adalah alat yang digunakan
untuk menghasilkan bayangan fotografi pada
film negatif. Selain digunakan untuk
mengambil (capturing) gambar, kamera
canggih dewasa ini juga dapat digunakan
untuk merekam (recording) suatu kejadian
atau aktivitas tertentu, seperti orang berjalan,
menari, tertawa, dan sebagainya. Kamera
bekerja seperti mata kita. Komponen-
komponen dasar penyusun kamera hampir
sama dengan mata kita. Bagian-bagian
kamera diperlihatan pada gambar berikut.

Fungsi dari bagian-bagian kamera tersebut adalah sebagai berikut.

Bagian Fungsi
Kamera
Lensa Mengatur agar cahaya yang masuk dapat diterima dengan baik oleh
cembung film.
Diafragma Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke kamera.
Pelat film Sebagai tempat bayangan dan menghasilkan gambar negatif, yaitu
gambar yang berwarna tidak sama dengan aslinya, tembus cahaya.
Prisma Membelokkan cahaya sehingga dapat berputar mengelilingi bagian
dalam kamera agar fotografer dapat melihat gambar aktual yang akan
diambilnya melalui lensa kamera.
Shutter Memungkinkan lewatnya cahaya melalui lensa dalam waktu yang
singkat.
Aperture Mengatur besar-kecilnya diafragma.

Contoh Soal: Kamera


Jarak fokus lensa sebuah kamera adalah 50 mm. Kamera tersebut diatur untuk memfokuskan
bayangan benda pada jauh tak terhingga. Berapa jauh lensa kamera harus digeser agar dapat
memfokuskan bayangan benda yang terletak pada jarak 2,5 m?

Jawab:
Ketika digunakan untuk memfokuskan benda yang letaknya jauh di tak terhingga, bayangan
benda tersebut akan tepat berada di titik fokus lensa. Dengan kata lain, s' = f = 50 mm. Ketika
jarak benda ke lensa, s = 2,5 m = 2.500 mm, bayangannya adalah sebagai berikut.

1/s + 1/s’ = 1/f

1/2.500 + 1/s’ = 1/50

1/s’ = 1/50 – 1/2.500

1/s’ = 50 – 1/2.500

1/s’ = 49/2.500
s' = 2.500/49

s’ = 51,02 mm

Dengan demikian, lensa harus digeser sejauh 51,02 mm – 50 mm = 1,02 mm.

3. LUP (KACA PEMBESAR)


Lup atau kaca pembesar (atau sebagian
orang menyebutnya suryakanta) adalah lensa
cembung yang difungsikan untuk melihat benda-benda
kecil sehingga tampak lebih jelas dan besar.
Sebagaimana yang kalian ketahui, lensa cembung
memiliki kemampuan untuk membentuk bayangan
maya yang diperbesar jika benda terletak di antara titik
fokus dan lensa. Bentuk lup diperlihatkan pada gambar
di bawah ini.

Untuk lup, benda selalu diletakkan dalam ruang I


sehingga bayangan akan terletak di ruang (IV). Bayangan yang terletak di ruang (IV) bersifat
maya dan tegak (coba baca: 5 macam sifat bayangan pada lensa cembung dan cara
menentukannya) sehingga jarak bayangan yang dibentuk lup selalu negatif (s’bertanda negatif).

Rumus perbesaran lup bergantung pada keadaan mata kita saat menggunakannya, yaitu
apakah mata dalam keadaan berakomodasi atau tidak. Untuk itu ada tiga jenis rumus
perbesaran anguler lup yaitu sebagai berikut.

Perbesaran Anguler Lup untuk Mata Berakomodasi Maksimum

Perbesaran anguler lup untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan sebagai berikut.

sn +
M =
f 1
Keterangan:

M = perbesaran anguler untuk mata berakomodasi maksimum

sn = jarak baca normal (titik dekat mata normal = 25 cm)

f = jarak fokus lup

Perbesaran Anguler Lup untuk Mata Tidak Berakomodasi

Perbesaran anguler lup untuk mata tidak berakomodasi dirumuskan sebagai berikut.

sn
M =
f
Keterangan:

M = perbesaran anguler untuk mata berakomodasi maksimum

sn = jarak baca normal (titik dekat mata normal = 25 cm)


f = jarak fokus lup

Perbesaran Anguler Lup untuk Mata Berakomodasi pada Jarak Tertentu

Perbesaran anguler lup untuk mata berakomodasi pada jarak tertentu dirumuskan sebagai
berikut.

1 1
M = sn +
f x
Keterangan:

M = perbesaran anguler untuk mata berakomodasi maksimum

sn = jarak baca normal (titik dekat mata normal = 25 cm)

f = jarak fokus lup

x = jarak mata berakomodasi

Contoh Soal: Lup

Seorang siswa melihat sebuah benda kecil dengan menggunakan lup yang berjarak fokus 10
cm. Jika benda diletakkan di titik fokus lup, tentukan perbesaran lup.

Penyelesaian:

Diketahui:

f = 10 cm

s = 10 cm (karena benda diletakkan di titik fokus lup)

Ditanyakan: M

Jawab:

Jika benda diletakkan di titik fokus lensa, maka pengamat mengamati dengan mata tidak
berakomodasi. Jadi, perbesarannya dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut.

M = sn/f

M = 25/10

M = 2,5 kali

Jadi, perbesaran bayangannya adalah 2,5 kali.


4. MIKROSKOP
Mikroskop adalah alat optik yang
terdiri atas susunan beberapa lensa
pembesar yang digunakan untuk melihat
benda, jasad renik, mikroorganisme, atau
bagian tubuh makhluk hidup yang
berukuran sangat kecil yang tidak dapat
dilihat menggunakan mata telanjang.
Bagian-bagian mikroskop diperlihatkan
seperti pada gambar berikut ini.
Fungsi dari bagian-bagian mikroskop
tersebut yakni sebagai berikut.

Bagian Fungsi
Kamera
Lensa objektif Memperbesar bayangan preparat atau objek.
Revolver Tempat memasang lensa objektif.
Lensa okuler Memperbesar bayangan dari lensa objektif.
Tubus okuler Menghubungkan lensa okuler, revolver, dan lensa objektif.
Sumber Memancarkan cahaya ke arah kondensor.
cahaya
Diafragma Mengatur banyak sedikitnya cahaya.
Kondensor Memusatkan cahaya pada preparat yang diamati.
Kaki Menopang badan mikroskop.
mikroskop
Penyangga Menghubungkan dasar dan pegangan mikroskop.
Lengan Tempat memegang mikroskop.
mikroskop
Meja benda Meletakkan preparat yang akan diamati dengan mikroskop.
Penjepit Mengunci letak preparat agar tidak mudah bergeser.
Makrometer Menggerak lensa naik turun secara cepat.
Mikrometer Menggerakkan lensa naik turun secara perlahan.

Jarak antara lensa objektif dan lensa okuler menentukan panjang pendeknya sebuah
mikroskop. Panjang mikroskop atau jarak antara lensa objektif dan lensa okuler sama
dengan jarak bayangan objektif ke lensa objektif ditambah jarak bayangan objektif tadi
ke lensa okuler atau secara matematis dituliskan sebagai berikut.
d = s’ob + sok
Keterangan:

d = panjang mikroskop
s’ob = jarak bayangan lensa objektif ke lensa objektif
s’ok = jarak bayangan objektif ke lens okuler
Perbesaran total yang dihasilkan mikroskop merupakan perkalian antara perbesaran
yang dihasilkan oleh lensa objektif dan perbesaran sudut yang dihasilkan oleh lensa
okuler. Secara matematis, perbesaran total yang dihasilkan mikroskop ditulis sebagai
berikut.
M = Mob × Mok
Keterangan:
M = perbesaran total yang dihasilkan mikroskop
Mob = perbesaran yang dihasilkan lensa objektif
Mok = perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler

Perbesaran yang dihasilkan oleh lensa objektif memenuhi persamaan berikut.


s'ob
Mob =
sob
Sedangkan perbesaran sudut yang dihasilkan lensa okuler mirip dengan perbesaran
sudut lup, yakni untuk pengamatan tanpa akomodasi
sn
Mok =
fok
Dan untuk pengamatan dengan mata berakomodasi maksimum, perbesaran sudut yang
dihasilkan oleh lensa okuler adalah sebagai berikut.
sn +
Mok =
fok 1
Dengan fok = panjang fokus lensa okuler

Contoh Soal: Mikroskop


Sebuah mikroskop menggunakan lensa objektif dan lensa okuler yang masing-masing
dengan fokus 1 cm dan 2 cm. Bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif berada
pada jarak 15 cm dari lensa okuler. Tentukan perbesaran total dan panjang mikroskop
jika:
■ Mata berakomodasi maksimum
■ Mata tidak berakomodasi
Penyelesaian:
Diketahui:
fob = 1 cm
fok = 2 cm
s’ob = 15 cm
Ditanyakan: M dan D untuk mata berakomodasi maksimum dan mata tidak
berakomodasi.

Jawab:
■ Untuk mata berakomodasi maksimum
Sebelum dapat menentukan perbesaran dan panjang mikroskop, ada tiga komponen
yang harus kita hitung terlebih dahlu, yakni jarak benda dari lensa objektif (sob),
perbesaran lensa objektif (mob) dan perbesaran lensa okuler (mok).
● Jarak benda dari lensa objektif dicari dengan persamaan:
1 1 1
+ =
sob s'ob fob
1 1 1
= −
sob fob s'ob
1 1 1
= −
sob 1 15
1 15 – 1
=
sob 15
1 14
+
sob 15
sob = 15/14 cm
● Perbesaran oleh lensa objektif dicari dengan persamaan:

s’ob
mob =
sob
15
mob = 15
/14
mob = 14 kali
● Perbesaran pada lensa okuler dicari dengan persamaan berikut.

sn +
mok =
fob 1
25 +
mok =
2 1
mob = 12,5 + 1 = 13,5 kali
● Perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum adalah sebagai berikut.
M = mob × mok
M = 14 × 13,5
M = 189 kali
Jadi, perbesaran mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum adalah 189 kali.

● Panjang mikroskop dihitung dengan persamaan:


D = s’ob + sok
sok dicari dengan persamaan berikut.

1 1 1
+ =
sok s'ok fok
1 1 1
+ =
sok −sn fok
1 1 1
= +
sok fok sn
1 1 1
= +
sok 2 25
1 25 + 2
=
sok 50
1 27
=
sok 50
50
sok =
27
sok = 1,85 cm
Jadi, panjang mikroskop untuk mata berakomodasi maksimum adalah:
D = 15 + 1,85 = 12,85 cm
Dengan demikian, panjang mikroskop untuk pengamatan mata berakomodasi
maksimum adalah 16,85 cm.
■ Untuk mata tidak berakomodasi
Pada mikroskop, besar perbesaran objektif selalu sama, baik untuk penggunaan mata
berakomodasi maupun tidak. Oleh karena itu, kita hanya perlu mencari nilai perbesaran
lensa okulernya saja sebelum dapat menentukan perbesaran total mikroskop.
● Perbesaran oleh lensa okuler dihitung dengan persamaan berikut.
sn
mok =
fob
25
mok =
2
mok = 12,5 kali
● Perbesaran total mikroskop dicari dengan persamaan:
M = mob × mok
M = 14 × 12,5
M = 175 kali
Jadi, perbesaran mikroskop untuk mata tidak berakomodasi adalah 175 kali.
● Panjang mikroskop dicari dengan persamaan berikut.
D = s’ob + sok
Untuk mata tidak berakomodasi, sok = fok sehingga:
D = s’ob + fok
D = 15 + 2
D = 17 cm
Jadi, panjang mikroskop untuk mata tidak berakomodasi adalah 17 cm.

5. TEROPONG
A. Teropong Pantul
Teropong pantul merupakan teropong yang menggunakan prinsip pemantulan cahaya
objek oleh sebuah cermin cekung atau lebih tergantung model/desainnya yang fungsinya sama
dengan lensa objektif. Teropong ini tersusun atas cermin cekung, cermin datar, dan lensa
okuler. Dengan penggabungan tersebut, terkadang beberapa model teropong ini dikenal juga
dengan teropong katropis atau penggabungan dari refraktor dan reflektor (Baca juga: macam-
macam teropong). Terlepas dari itu, istilah teropong pantul tetaplah teropong yang
memanfaatkan pemantulan cahaya menggunakan cermin datar ataupun cermin cekung.

Adapun bagian-bagian penting dari teropong reflektor ini yaitu:

1. Cermin cekung. Berfungsi sebagai penangkap cahaya.


2. Cermin datar. Cermin datar memantulkan cahaya yang berasal dari cermin cekung
(sebagai lensa objektif).
3. Lensa okuler. Sebagai bagian untuk mengamati suatu objek.
Jika pada teropong bias (refraktor) kedua lensa terletak di kedua ujung tabung dari teropong,
lain halnya dengan teropong pantul (reflektor).  Pada teropong pantul, cermin cekung yang
berperan sebagai objektif terletak pada bagian belakang tabung sehingga bagian depan
teropong tampak kosong dan terbuka.

B. Teropong Bias
Disusun oleh beberap lensaDisebut teropong bias karena sebagai lensa obyektif
membiaskan

1) Teropong Bintang

Teropong bintang adalah teropong yang


digunakan untuk melihat atau mengamati bintang
(benda langit yang memancarkan cahaya sendiri). Nama
lain teropong bintang adalah teropong astronomi. Selain
bintang, teropong ini juga dapat digunakan untuk
mengamati benda-benda angkasa lain seperti komet,
asteroid, planet, dan sebagainya.
Teropong bintang terdiri dari lensa objektif dan lensa
okuler. Kedunya menggunakan lensa positif (lensa cembung). Seperti halnya pada
mikroskop, penggunaan teropong bintang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan mata berakomodasi maksimum dan mata tanpa akomodasi. Oleh karena itu,
terdapat dua jenis rumus perbesaran dan panjang teropong, yaitu sebagai berikut.
Rumus Teropong Bintang untuk Mata Berakomodasi Maksimum
Perbesaran teropong bintang untuk mata berakomodasi maksimum dirumuskan
sebagai berikut.
fob
M =
sok
Keterangan:
M = perbesaran teropong
sok = jarak benda lensa okuler
fob = jarak fokus lensa objektif
Sedangkan panjang teropong bintang untuk penggunaan mata berakomodasi
maksimum dirumuskan sebagai berikut.
d = s’ob + sok
d = fob + sok
Keterangan:
d = panjang teropong
s’ob = jarak bayangan lensa objektif
sok = jarak benda lensa okuler
fob = jarak fokus lensa objektif

Rumus Teropong Bintang untuk Mata Tidak Berakomodasi


Perbesaran teropong bintang untuk mata tidak berakomodasi dirumuskan sebagai
berikut.
fob
M =
fok
Keterangan:
M = perbesaran total teropong
fob = jarak fokus lensa objektif teropong
fok = jarak fokus lensa okuler teropong
Sedangkan panjang teropong bintang untuk penggunaan mata tidak berakomodasi
dirumuskan sebagai berikut.
d = fob + fok
Keterangan:
d = panjang teropong
fob = jarak fokus lensa objektif
fok = jarak fokus lensa okuler

Contoh Soal: Teropong Bintang


Sebuah teropong bintang memiliki perbesaran 40 kali saat digunakan dengan mata tak
berakomodasi. Jika panjang teropong saat itu sebesar 20,5 cm maka tentukanlah titik
fokus lensa objektif dan okulernya.
Penyelesaian:
DIketahui:
M = 40x
d = 20,5 cm
Ditanyakan: fob dan fok

Jawab :
Pada saat tak berakomodasi, perbesarannya memenuhi persamaan berikut.

fob
M =
fok
fob
40 =
fok
Berarti fob = 40fok
Dan panjang teropong sebesar:
d = fob + fok = 20,5
⇒ fob + fok = 20,5
⇒ 40fok + fok = 20,5
⇒ 41fok = 20,5
⇒ fok = 20,5/41
⇒ fok = 0,5
dengan demikian fob adalah sebagai berikut.
fob = 40fok
⇒ fob = 40(0,5)
⇒ fob = 20
Jadi, titik fokus lensa objektifnya adalah 20 cm sedangkan titik fokus lensa okulernya
adalah 0,5 cm.

2) Teropong Bumi (Medan)


Teropong Bumi atau teropong medan
adalah teropong yang digunakan untuk mengamati
benda-benda yang jauh di permukaan bumi.
Teropong jenis ini biasa digunakan oleh orang-orang
di laut, seperti nahkoda kapal, angkatan laut, bahkan
para bajak laut zaman dahulu. Selain digunakan di
lautan, teropong Bumi juga dapat digunakan di
wilayah daratan. Misalkan para tentara menggunakan
teropong ini untuk memantau keadaan di perbukitan.
Teropong Bumi menggunakan tiga buah lensa positif sekaligus. Ketiga lensa tersebut
berfungsi sebagai lensa objektif, lensa okuler dan lensa pembalik. Lensa pembalik
berfungsi untuk membalik bayangan akhir yang dibentuk lensa okuler, sehingga
dihasilkan bayangan yang sama tegak dengan benda aslinya. Lensa pembalik
diletakkan di antara lensa objektif dan lensa okuler.
Seperti halnya teropong bintang, rumus perbesaran dan panjang teropong Bumi juga
dibedakan untuk penggunaan dengan mata berakomodasi maksimum dan mata tidak
berakomodasi.
Rumus Teropong Bumi untuk Mata Berakomodasi Maksimum
Perbesaran teropong bumi untuk penggunaan dengan mata berakomodasi maksimum
dirumuskan sebagai berikut.
fob
M =
sok
Keterangan:
M = perbesaran teropong
sok = jarak benda lensa okuler
fob = jarak fokus lensa objektif
Sedangkan panjang teropong bumi untuk penggunaan dengan mata berakomodasi
maksimum adalah sebagai berikut.

d = fob + 4fp + sok

Keterangan:
d = panjang teropong
fob = jarak fokus lensa objektif
fp = jarak fokus lensa pembalik
sok = jarak benda pada lensa okuler

Rumus Teropong Bumi untuk Mata Tidak Berakomodasi


Perbesaran teropong bumi untuk penggunaan dengan mata tidak berakomodasi
dirumuskan sebagai berikut.
fob
M =
fok
Keterangan:
M = perbesaran total teropong
fob = jarak fokus lensa objektif teropong
fok = jarak fokus lensa okuler teropong
Dan panjang teropong bumi untuk pengamatan dengan mata tidak berakomodasi
dirumuskan sebagai berikut.

d = fob + 4fp + fok

Keterangan:
d = panjang teropong
fob = jarak fokus lensa objektif
fp = jarak fokus lensa pembalik
fok = jarak fokus lensa okuler

Contoh Soal: Teropong Bumi


Sebuah teropong Bumi dengan jarak fokus lensa objektif, pembalik dan okuler berturut-
turut 80 cm, 5 cm dan 20 cm. Teropong ini digunakan untuk melihat benda jauh oleh
orang bermata normal dengan berakomodasi maksimum. Tentukanlah perbesaran
sudut dan panjang tubusnya.
Penyelesaian:
Diketahui:
fob = 80 cm
fp = 5 cm
fok = 20 cm
s’ok = titik dekat mata normal = -25 cm
Ditanyakan: M dan d
Jawab:
Karena mata berakomodasi maksimum, maka perbesaran sudut teropong Bumi dapat
kita cari menggunakan persamaan berikut.
fob
M =
sok
Oleh karena jarak benda pada lensa okuler (sok) belum diketahui, maka kita tentukan
dahulu menggunakan persamaan yang berlaku pada lensa yaitu sebagai berikut.

1 1 1
+ =
sok s'ok fok
1 1 1
+ - =
sok 20
25
1 1 1
= +
sok 20 25
1 5+4
=
sok 100
1 9
=
sok 100
100 = 11,1
sok =
9 cm
Dengan demikian, perbesaran sudutnya adalah:
M = fob
sok
80
M = = 7,2 kali
11,1
Dan panjang tubus teropong dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan
berikut.
d = fob + 4fp + sok
⇒ d = 80 cm + 4(5) cm + 11,1 cm
⇒ d = 80 cm + 20 cm + 11,1 cm = 111,1 cm
Jadi, perbesaran sudut dan panjang teropong Bumi tersebut adalah 7,2 kali dan 111,1
cm.

3) Teropong Prisma (Binokuler)


Teropong prisma disebut juga teropong
binokuler. Fungsi teropong ini sama dengan teropong
Bumi. Jika pada teropong Bumi dilengkapi dengan
lensa pembalik, sedangkan teleskop prisma
dilengkapi dengan prisma siku-siku. Fungsi prisma ini
untuk membalikkan bayangan. Penggunaan prisma
dimaksudkan agar teleskop ini tidak terlalu panjang
dan praktis digunakan.
Teleskop prisma ditunjukkan pada gambar di atas. Setiap teleskop prisma biasanya
dilengkapi dengan informasi nomor seperti 7 × 50 atau 20 × 30. Angka pertama
menunjukkan perbesaran dan angka kedua menunjukkan diameter lensa objektif dalam
milimeter (mm).

4) Teropong Panggung
Teropong panggung disebut juga teropong Galileo
adalah bentuk modifikasi dari teropong Bumi. Jika pada
teropong bumi terdiri atas tiga buah lensa sekaligus dengan
salah satu lensa berfungsi sebagai lensa pembalik, maka
pada teropong panggung hanya terdiri atas dua lensa, yaitu
lensa cembung (positif) dan lensa cekung (negatif).
Karena teropong panggung merupakan bentuk modifikasi dari teropong Bumi, maka
fungsi teropong panggung sama dengan teropong Bumi, yaitu untuk mengamati objek-
objek yang sangat jauh di permukaan Bumi. Teropong panggung terdiri dari dua buah
lensa. Lensa objektif berupa lensa cembung, akan tetapi lensa okulernya menggunakan
lensa cekung.
Perbesaran dan panjang teropong panggung juga dibedakan berdasarkan penggunaan
dengan mata berakomodasi maksimum atau tanpa akomodasi. Berikut ini penjelasan
rumus perbesaran dan panjang teropong  panggung untuk dua kondisi mata tersebut.
Rumus Teropong Panggung untuk Mata Berakomodasi Maksimum
Perbesaran teropong panggung untuk pengamatan dengan mata berakomodasi
maksimum dirumuskan sebagai berikut.
fob
M =
sok
Keterangan:
M = perbesaran anguler teropong
sok = jarak benda lensa okuler
fob = jarak fokus lensa objektif
Sedangkan panjang teropong panggung untuk penggunaan dengan mata
berakomodasi maksimum dirumuskan sebagai berikut.
d = fob + sok
Keterangan:
d = panjang teropong
sok = jarak benda lensa okuler
fob = jarak fokus lensa objektif
Rumus Teropong Panggung untuk Mata Tidak Berakomodasi
Perbesaran teropong panggung untuk penggunaan dengan mata tanpa akomodasi
dirumuskan sebagai berikut.
fob
M =
fok
Keterangan:
M = perbesaran anguler teropong
fob = jarak fokus lensa objektif teropong
fok = jarak fokus lensa okuler teropong
Dan panjang teropong panggung untuk pengamatan dengan mata tidak berakomodasi
dirumuskan sebagai berikut.
d = fob + fok
Keterangan:
d = panjang teropong
fob = jarak fokus lensa objektif
fok = jarak fokus lensa okuler

Contoh Soal: Teropong Panggung


Sebuah teropong panggung dipakai untuk melihat bintang yang menghasilkan
perbesaran 6 kali. Jarak lensa objektif dan okulernya 30 cm. Teropong tersebut
digunakan dengan mata tak berakomodasi. Tentukanlah jarak fokus lensa okulernya.
Penyelesaian:
Diketahui:
M = 6 kali
d = 30 cm
ditanyakan: fok … ?
Jawab:
Misalkan fok = −a (lensa cekung), maka perbesaran teropong adalah sebagai berikut.
fob
M =
fok

fob
6 =
fok
fob = 6|fok|
fob = 6|−a |
fob = 6a
Perbesaran anguler teropong untuk penggunaan mata tak berakomodasi dinyatakan
dengan rumus berikut.
d = fob + fok
lalu subtitusikan permisalah fob dan fok ke dalam rumus tersebut, sehingga diperoleh:
d = 6a + (−a)
30 = 5a
a = 30/5
a = 6 cm → fok = −6 cm
Dengan demikian, jarak fokus lensa okulernya adalah 6 cm.

LATIHAN SOAL DAN PEMBAHASAN


Nomor 1 (UN 2013)
Perhatikan gambar dibawah.

Percobaan interferensi Young, dua celah dengan jarak 1mm, L = 1 m dan panjang gelombang
yang digunakan 5.000 Ǻ, maka jarak terang orde kedua dari pusat adalah...A. 0,75 mm
B. 1,00 mm
C. 1,25 mm
D. 1,75 mm
E. 2,50 mm

Pembahasan
Pada interferensi celah ganda berlaku:

p = 10 . 10-4 mm . 1000 = 1,00 mm

Jawaban: B
Nomor 2 (UN 2013)
Gambar disamping merupakan sketsa lintasan sinar pada peristiwa interferensi celah ganda S1
dan S2.

Titik A dan titik B adalah dua garis gelap berurutan dan panjang gelombang yang digunakan
6000 Ǻ (1 Ǻ = 10-10 m. Jarak antar kedua celah adalah...
A. 0,015 mm
B. 0,2 mm
C. 1,5 mm
D. 1,6 mm
E. 1,8 mm

Pembahasan
Jarak dua gelap berurutan berlaku:

d = 1,5 mm
Jawaban: C

Nomor 3 (UN 2012)


Seberkas sinar monokromatis dengan panjang gelombang 5000 Ǻ (1 Ǻ = 10-10 m) melewati
celah tunggal menghasilkan pola difraksi orde terang pertama seperti pada gambar.

Lebah celahnya sebesar...


A. 0,001 mm
B. 0,004 mm
C. 0,012 mm
D. 0,017 mm
E. 0,019 mm

Pembahasan:
Pada difraksi celah tunggal berlaku:
d sin Ɵ = n λ
d sin 30 = 1 . 5 . 10-4 mm
d . 1/2 = 5 . 10-4 mm
d = 0,001 mm
Jawaban: A

Nomor 4
Diketahui jarak dua celah ke layar 1,5 m dan panjang gelombang yang digunakan 4 . 10-7 m.
Jarak antara terang pusat dan terang ketiga 0,6 cm. Jarak antar dua celah adalah...
A. 3 . 10-5 m
B.   4,5 . 10-5 m
C.   1,5 . 10-4 m
D.  2 . 10-4 m
E.   3 . 10-4 m

Pembahasan
Untuk menghitung jarak antar 2 celah gunakan:

d = 3 . 10-4 m
Jawaban: E

Nomor 5
Gambar dibawah memperlihatkan difraksi celah ganda.

Seberkas cahaya dengan panjang gelombang 6000 Ǻ di datangkan pada celah ganda yang
jarak antar celahnya 0,06 mm. Jarak antar pita terang P adalah...
A. 8 mm
B. 6 mm
C. 4 mm
D. 2 mm
E. 1 mm
Pembahasan
Untuk menentukan jarak antar pita terang.

p = 8 . 10-3 m = 8 mm
Jawaban: A

Nomor 6
Perhatikan gambar dibawah.Percobaan interferensi Young, dua celah dengan jarak 1 mm, L =
1m, dan panjang gelombang yang digunakan 5000 Ǻ. Maka jarak terang orde ke dua dari pusat
adalah...
A. 0,75 mm
B. 1,00 mm
C. 1,25 mm
D. 1,75 mm
E. 2,50 mm

Pembahasan
Menentukan jarak terang orde kedua dari pusat adalah:

p = 10-3 m = 1 mm
Jawaban: B

Nomor 7
Gambar berikut merupakan percobaan interferensi celah ganda.

Jika garis terang kedua dari pusat pola interferensi 3 mm, maka gelombang cahaya yang
digunakan adalah...
A. 6 . 10-7 m
B. 8 . 10-7 m
C. 18 . 10-7 m
D.20 . 10-7 m
E. 34 . 10-7 m

Pembahasan
Untuk menentukan panjang gelombang cahaya yang digunakan:
λ = 0,6 . 10-6 m
Jawaban: A

Nomor 8
Sebuah kisi memiliki 12.500 garis/cm. Seberkas sinar monokromatis datang tegak lurus pada
kisi. Bila spektrum orde pertama membentuk sudut 300 dengan garis normal pada kisi, maka
panjang gelombang sinar tersebut adalah...
A. 4 . 10-7 Ǻ
B.  4 . 10-5 Ǻ
C.  4 . 10-3 Ǻ
D. 4 . 103 Ǻ
E.  4 . 105 Ǻ

Pembahasan
Untuk menentukan panjang gelombang pada kisi gunakan:
1/N sin θ = n . λ
1/12.500 . 1/2 = 1 λ
λ = 1/25.000 = 4 . 10-5 cm = 4 . 10-7 m = 4000 angstrom
Jawaban: D

Nomor 9
Sebuah kisi difraksi dengan konstanta kisi 500 garis/cm digunakan untuk mendifraksikan
cahaya pada layar yang berjarak 1 m dari kisi. Jika jarak antara dua garis terang yang berurutan
2,4 cm, maka panjang gelombang yang digunakan adalah...
A. 400 nm
B. 450 nm
C. 480 nm
D. 560 nm
E. 600 nm

Pembahasan
Menentukan panjang gelombang jika jarak dua pita terang berurutan:

λ = 4,8 . 10-5 cm = 4,8 . 10-7 m (ingat 1 nm = 10-9 m)


λ = 480 nm
Jawaban: C

Nomor 10
Sebuah kisi mempunyai konstanta kisi 4 . 105 /m. Terang orde kedua didifraksikan pada sudut
370 (tan 370 = ¾) terhadap normal. Panjang gelombang cahaya yang digunakan adalah...
A. 5,6 . 10-7 m
B.  6,5 . 10-7 m
C.  7,5 . 10-7 m
D. 7,8 . 10-7 m
E.  8,0 . 10-7 m

Pembahasan
Untuk menghitung panjang gelombang cahaya jika sudut deviasi diketahui:
1/N sin θ = n . λ
1/4 . 10-5 . 0,6 = 2 . λ
λ = 0,75 . 10-6 m = 7,5 . 10-7 m
Jawaban: C

Anda mungkin juga menyukai