Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwa optika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
dunia kesehatan (ilmu biologi) maupun dalam ilmu fisika. Optika yang merupakan ilmu yang
mempelajajari tentang cahaya terdapat dua golongan, yaitu optika geometris dan optika fisis.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam ruang hampa. Dalam
berbagai hal cahaya lebih mudah ditinjau berdasarkan garis perambatannya, yaitu garis yang
tegak lurus muka gelombang. Garis rambatan gelombang cahaya disebut sinar cahaya atau
secara singkat disebut sinar. Setiap hari kita tak lepas dari cahaya, oleh karena itu, dalam
pembahasan ini mejelaskan tentang gelombang cahaya yaitu optika fisis terutama sifat-sifat
cahaya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimkasud dengan optika fisis?
2. Apa yang dimaksud dengan interferensi cahaya?
3. Apa yang dimaksud dengan difraksi cahaya?
4. Apa yang dimaksud dengan polarisasi cahaya?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dari guru mata pelajaran Fisika.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Optika Fisis.
3. Untuk mengerahui apa yang di maksud dengan Interferensi Cahaya.
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Difraksi Cahaya.
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Polarisasi Cahaya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Optika Fisis
Pendekatan cahaya sebagai sinar hanya menerangkan bagaimana arah dari sebuah
gelombang datar merambat di dalam sebuah serat namun tidak meninjau sifat lain dari
gelombang datar yaitu interferensi, dimana gelombang datar saling berinterferensi sepanjang
perambatan, sehingga hanya tipe-tipe gelombang datar tertentu saja yang dapat merambat
sepanjang serat. Maka diperlukan tinjauan optic fisis yaitu memandang cahaya sebagai
gelombang elektomagnetik yang disebut teori mode.
Teori mode selain digunakan untuk menerangkan tipe-tipe gelombang datar yang
dapat merambat sepanjang serat, juga untuk menerangkan sifat-sifat serat optic sepeti
disperse. Mode adalah “konfigurasi perambatan cahaya didalam serat optic yang memberikan
distribusi medan listrik dalam transverse yang stabil (tidak berubah sepanjang perambatan
cahaya dalam dalam arah sumbu) sehingga cahaya dapat dipandu di dalam serat optic”.
Teori mode memandang cahaya sebagai sebuah gelombang datar yang dinyatakan
dalam arah, amplitude dan panjang gelombang dari perambatannya. Gelombang datar adalah
sebuah gelombang yang pemukaannya (dimanapada permukaan ini fase-nya konstan, disebut
muka gelombang) adalah bidang datar tak berhingga tegak lurus dengan arah perambatan.
Hubungan panjang gelombang, kecepatan rambat dan frekuensi gelombang dalam suatu
medium.
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s)
f = frekuensi cahaya
n = indeks bias medium.

2
B. Interferensi Cahaya
1. Pengertian Interferensi
Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan. Di bagian
ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda fase tetap.
Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya berbeda
fase 180°. Sedangkan interferensi konstruktif(saling menguatkan) terjadi jika kedua
gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol. Interferensi destruktif maupun interferensi
konstruktif dapat diamati pada pola interferensi yang terjadi.
Pola interferensi dua cahaya diselidiki oleh Fresnel dan Young. Fresnel melakukan
percobaan interferensi dengan menggunakan rangkaian dua cermin datar untuk menghasilkan
dua sumber cahaya kohern dan sebuah sumber cahaya di depan cermin. Young menggunakan
celah ganda untuk menghasilkan dua sumber cahaya kohern.
Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini.
a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya
harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki
frekuensi yang sama.
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir sama.

2. Interferensi celah ganda (Young)


Pada eksperimen Young, dua sumber cahaya kohern diperoleh dari cahaya monokromatis
yang dilewatkan dua celah. Kedua berkas cahaya kohern itu akan bergabung membentuk
pola-pola interferensi.

3
Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2, maka celah tersebut (S1 dan S2) akan
berfungsi sebagai sumber cahaya baru dan menyebarkan sinarnya ke segala arah. Apabila
cahaya dari celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan terbentuk suatu pola interferensi.
Pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada layar berupa pola garis terang dan gelap.
Interferensi dapat terjadi karena adanya beda lintasan berkas cahaya dari S1 dan S2. Jika
jarak antara kedua celah (d), jauh lebih kecil daripada jarak celah terhadap layar, l (d
<< l ), maka beda lintasan pada titik sembarang P adalah S2P – S1P = d sin θ .

1) Interferensi Maksimum (gelap terang)

Apabila dua gelombang bertemu, dan saling menguatkan, maka akan terjadi
interferensi maksimum dan terbentuk pola garis terang. Pada celah ganda, interferensi ini
akan terjadi apabila kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu apabila
keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang bersesuaian berada pada tempat yang sama
selama osilasi pada saat yang sama.

𝑑𝑝
Rumus : =𝑚λ atau d sin θ = 𝑚 λ
𝑡

4
2) Interferensi Minimum (garis gelap)
Interferensi maksimum terjadi jika dua gelombang bertemu dan saling menguatkan.
Namun, jika dua gelombang tidak bertemu, dan akan saling meniadakan maka terjadi
interferensi minimum, sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi ini terjadi pada
dua gelombang yang tidak sefase.
𝑑𝑝 1 1
Rumus : = (𝑚 − 2) λ atau d sin θ = (𝑚 − 2)
𝑡

Keterangan :
d = jarak antar celah (m)
θ = sudut yang dibentuk berkas cahaya dengan garis mendatar
m = pola interferensi (orde), m = 0,1,2,3,…..
λ = panjang gelombang cahaya yang berinterferensi (m)
l = jarak celah ke layar (m)
p = jarak terang atau gelap pusat ke terang atau gelap ke-m (m)
𝑑𝑝
untuk sudut yang kecil (<12°) maka sin θ = tan θ sehingga d sin θ = =𝑚λ
𝑡

3. Interferensi pada lapisan tipis


Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan minyak. Jika
seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas cahaya
dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas
pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentul pola interferensi

Gambar Interferensi cahaya pada lapisan tipis

Seberkas cahaya jatuh ke permukaan tipis dengan sudut datang i. Sebagian berkas
langsung dipantulkan oleh permukaan lapisan tipis (sinar a), sedangkan sebagian lagi
dibiaskan dulu ke dalam lapisan tipis dengan sudut bias r dan selanjutnya dipantulkan
kembali ke udara (sinar b).

5
Sinar pantul yang terjadi akibat seberkas cahaya mengenai medium yang indeks biasnya
lebih tinggi akan mengalami pembalikan fase (fasenya berubah 180o), sedangkan sinar
pantul dari medium yang indeks biasnya lebih kecil tidak mengalami perubahan fase. Jadi,
sinar a mengalami perubahan fase 180o, sedangkan sinar b tidak mengalami perubahan
fase. Selisih lintasan antara a dan b adalah 2d cos r.
Oleh karena sinar b mengalami pembalikan fase, interferensi konstruktif akan terjadi jika
selisih lintasan kedua sinar sama dengan kelipatan bulat dari setengah panjang gelombang
(λ). Panjang gelombang yang dimaksud di sini adalah panjang gelombang cahayA pada
lapisan tipis, bukan panjang gelombang cahaya pada lapisan tipis dapat ditentukan dengan
rumus:
λ𝑂
λ=
𝑛
Jadi, interferensi konstruktif (pola terang) akan terjadi jika
2nd cos r = (m – ½ ) λ ; m = 1, 2, 3, …
dengan m = orde interferensi.
interferensi destruktif (pola gelap) terjadi jika
2nd cos r = m λ ; m = 0, 1, 2, 3, …
Keterangan :
n = indeks bias lapisan
d = tebal lapisan (m)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
m = 0,1,2,3,..
r = sudut bias

C. Difraksi Cahaya
Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah sempit. Pola
difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah
tunggal dan kisi difraksi.
1. Difraksi celah tunggal
Setiap titik pada celah tunggal dapat dianggap sebagai sumber gelombang sekunder. Selisih
antara kedua berkas yang terpisah sejauh d adalah d sin θ.

6
Gambar. Pola difraksi celah tunggal. Analogi dengan pola interferensi celah ganda
Young, pola terang difraksi celah tunggal diperoleh jika:
d sin θ = n λ, dengan n = 0, 1, 2, 3, …
dengan d adalah lebar celah.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n = 1, 2, 3, …

2. Difraksi pada kisi


Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah pada kisi
difraksi disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d. Jika dalam sebuah kisi
sepanjang 1 cm terdapat N celah konstanta kisinya adalah:

Pola terang oleh kisi difraksi diperoleh jika:


d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …
dengan d adalah konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.
Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …

7
Gambar . Skema difraksi oleh kisi.

Dalam optika dikenal difraksi Fresnel dan difraksi Fraunhofer. Difraksi Fresnel
terjadi jika gelombang cahaya melalui celah dan terdifraksi pada daerah yang relatif dekat,
menyebabkan setiap pola difraksi yang teramati berbeda-beda bentuk dan ukurannnya,
relatif terhadap jarak. Difraksi Fresnel juga disebut difraksi medan dekat.
Difraksi Fraunhofer terjadi jika gelombang medan melalui celah atau kisi,
menyebabkan perubahan hanya pada ukuran pola yang teramati pada daerah yang jauh.
Gelombang-gelombang cahaya yang keluar dari celah atau kisi pada difraksi Fraunhofer
hampir sejajar. Difraksi fraunhofer juga disebut difraksi medan jauh.

3. Daya Urai Optik


Jika kita memiliki dua benda titik yang terpisah pada jarak tertentu, bayangan kedua
benda bukanlah dua titik tetapi dua pola difraksi. Jika jarak pisah kedua benda titik terlalu
dekat maka pola difraksi kedua benda saling menindih.
Kriteria Rayleigh yang ditemukan Lord Rayleigh menyatakan bahwa dua benda titik yang
dapat dibedakan oleh alat optik, jika pusat pola difraksi benda titik pertama berimpit
dengan pita gelap (minimum) ke satu pola difraksi benda kedua.
Ukuran sudut pemisah agar dua benda titik masih dapat dipisahkan secara tepat
berdasarkan Kriteria Rayleigh disebut sudut resolusi minimum (θm)

8
D=diameter bukaan alat optik
l =jarak celah ke layar
dm=jari-jari lingkaran terang
θ = sudut resolusi
Pola difraksi dapat diperoleh dengan menggunakan sudut θ yang menunjukkan ukuran
sudut dari setiap cincin yang dihasilkan dengan persamaan:

dengan λ merupakan panjang gelombang cahaya yang digunakan.


Untuk sudut-sudut kecil, maka diperoleh θ≈sinθ ≈ tan θ = dm/l dan sama dengan
sudutnya θ sehingga dapat ditulis:

1,22 ∙ λ ∙ l
𝑑𝑚 =
𝐷

Keterangan :
𝑑𝑚 = daya urai lensa (m)
θ = sudut resolusi minimum (rad)
λ = panjang gelombang cahaya (m)
D = diameter alat optic (m)
l = jarak objek dengan lensa (m)
Angka 1,22 merupakan tetapan Airy

9
D. Polarisasi Cahaya
Sebagai gelombang transversal, cahaya dapat mengalami polarisasi. Polarisasi cahaya dapat
disebabkan oleh empat cara, yaitu refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan
(refraksi) ganda dan hamburan.
1. Polarisasi karena refleksi
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar
biasnya membentuk sudut 90°. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar
dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku ip + r =
90° atau r = 90° – ip. Dengan demikian, berlaku pula

Jadi, diperoleh persamaan

Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium tempat cahaya
terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi. Persamaan di
atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.

Gambar . Polarisasi karena refleksi

10
2. Polarisasi karena absorbsi selektif

Gambar . Skema polarisasi selektif menggunakan filter polaroid.

Hanya cahaya dengan orientasi sejajar sumbu polarisasi polaroid yang diteruskan.
Polarisasi jenis ini dapat terjadi dengan bantuan kristal polaroid. Bahan polaroid bersifat
meneruskan cahaya dengan arah getar tertentu dan menyerap cahaya dengan arah getar yang lain.
Cahaya yang diteruskan adalah cahaya yang arah getarnya sejajar dengan sumbu polarisasi
polaroid.

Gambar . Dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebut
analisator dengan sumbu transmisi membentuk sudut θ

Seberkas cahaya alami menuju ke polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal yaitu
hanya komponen medan listrik E yang sejajar sumbu transmisi. Selanjutnya cahaya terpolarisasi

11
menuju analisator. Di analisator, semua komponen E yang tegak lurus sumbu transmisi analisator
diserap, hanya komponen E yang sejajar sumbu analisator diteruskan. Sehingga kuat medan listrik
yang diteruskan analisator menjadi:

E2 = E cos θ

Jika cahaya alami tidak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki
intensitas I0, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator adalah:

I1 = ½ I0

Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian menuju analisator dan akan keluar dengan intensitas
menjadi:

I2 = I1 cos2θ = ½ I0 cos2θ

3. Polarisasi karena pembiasan ganda


Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya yang keluar akan sama ke
segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu
nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan kuarsa, kelajuan
cahaya di dalamnya tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias
(birefringence).
Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias ganda akan mengalami pembiasan
dalam dua arah yang berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain tidak memenuhi hukum Snellius (disebut
berkas sinar istimewa).
4. Polarisasi karena hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran
kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek
cenderung mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati
pada warna biru yang ada di langit kita.

12
Gambar . Warna biru langit akibat fenomena polarisasi karena hamburan

Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui partikel-partikel udara di atmosfer
sehingga mengalami hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena cahaya biru
memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih
banyak dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Optika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang konsep cahaya,
terutama mengkaji sifat-sifat cahaya. Optika terbagi atas dua bagian yaitu optika geometris
dan optika fisis. Optika fisis yaitu memandang cahaya sebagai gelombang elektomagnetik.
Sifat-sifat optika fisis antara lain inetrferensi cahaya, difraksi cahaya, dan polarisasi
cahaya. Interferensi cahaya terjadi jika dua (atau lebih) berkas cahaya kohern dipadukan.
Di bagian ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang cahaya kohern.
Difraksi adalah peristiwa pelenturan muka gelombang ketika melewati celah sempit. Pola
difraksi gelombang cahaya dapat diamati dengan eksperimen menggunakan difraksi celah
tunggal dan kisi difraksi. Dan Polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh empat cara, yaitu
refleksi (pemantulan), absorbsi (penyerapan), pembiasan (refraksi) ganda dan hamburan.

B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari cahaya, baik cahaya matahari, cahaya
bulan, cahaya lampu, maupun cahaya api. Oleh karena itu, mari kita mempelajari sifat-
sifat cahaya, karena cahaya sangatlah penting bagi makhluk hidup.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://www.nafiun.com/2014/06/pengertian-interferensi-cahaya-celah-ganda-minimum-
maksimum-lapisan-tipis-cincin-newton-sifat-gelombang-rumus-contoh-soal-jawaban.html

https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/d-interferensi-cahaya/

https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/c-difraksi-cahaya/

https://fisikamemangasyik.wordpress.com/fisika-3/optik-fisis/a-polarisasi-cahaya/

http://karya-wahyu-siswanto.blogspot.com/2014/04/makalah-optik.html?m=1

15

Anda mungkin juga menyukai