Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN CAHAYA
Cahaya adalah nama yang diberikan manusia pada radiasi yang dapat
dilihat

oleh

mata

berbentuk gelombang

manusia. Cahaya merupakan

elekromagnetik yang

kasat

mata

sejenis

energi

dengan

panjang

gelombang sekitar 380750 nm. Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi
elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.
Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi
tersebut merupakan sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga
disebut "dualisme gelombang-partikel". Jadi sebenarnya cahaya itu sendiri
merupakan salah satu bentuk energi. Energi ini bergerak bersama gelombang itu
sendiri.
Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang
dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya dalam
sebuah vakum adalah 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8
kilometer

per

jam (km/h)

atau

186.282.4

mil

per

detik (mil/s)

atau

670.616.629,38mil per jam (mil/h). Cahaya juga memiliki sifat sebagai partikel
yang biasa disebut foton. Karena itulah cahaya bisa juga dipandang sebagai
kumpulan banyak partikel yang tidak bermassa yang bergerak dengan kecepatan
310^8 m/s.

B. SIFAT SIFAT GELOMBANG CAHAYA


1. INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang
cahaya atau lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru.
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat
membangun

jika

beda fase kedua

gelombang

sama

sehingga

gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua


gelombang tersebut. Bersifat merusak jika beda fasenya adalah
180 derajat, sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.

Syarat Interferensi Cahaya :

a. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua


gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh
sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.
b. Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitudo yang hampir

sama.

a. Interferensi Celah Ganda Young


Hasil Percobaan Thomas Young (Seorang Ahli Fisika) yaitu
terdapat serangkaian garis yang terang seperti deret-deret
cahaya terang. Hasil percobaan tersebut adalah fenomena
interferensi gelombang cahaya. Akibat difraksi (pelenturan
cahaya saat gelombang melewati suatu celah permukaan yang
sempit), gelombang yang meninggalkan kedua celah tersebut
menyebar sama seperti permukaan air yang tenang lalu
dilemparkan batu memunculkan riak-riak gelombang yang
menyebar dari titik asal jatuh batu.

Jika berkas cahaya melalui S1 dan S2, maka celah tersebut


(S1 dan S2) akan berfungsi sebagai sumber cahaya baru dan

menyebarkan sinarnya ke segala arah. Apabila cahaya dari


celah S1 dan S2 berinterferensi, maka akan terbentuk suatu pola
interferensi. Pola interferensi tersebut dapat ditangkap pada
layar berupa pola garis terang dan gelap. Interferensi dapat
terjadi

karena

adanya

beda

lintasan

berkas

cahaya

dari S1 dan S2. Jika jarak antara kedua celah (d), jauh lebih
kecil daripada jarak celah terhadap layar, l (d << l ), maka beda
lintasan pada titik sembarang P adalah S2P S1P = d sin .
-

Interferensi Maksimum
Apabila dua gelombang bertemu, dan saling menguatkan, maka
akan terjadi interferensi maksimum dan terbentuk pola garis
terang. Pada celah ganda, interferensi ini akan terjadi apabila
kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu

apabila keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang


bersesuaian berada pada tempat yang sama selama osilasi pada
saat yang sama.

Jarak

garis

terang

ke-n

dari pusat terang dinyatakan dengan persamaan:


n. = d.sin ......................................................... (1)
Karena l >> d, maka sudut sangat kecil, sehingga berlaku
pendekatan sin = tan = p / l
Jadi, persamaan (1) dapat dituliskan menjadi:
n. = d (p / l) atau n. = pd / l , dengan :
p = jarak garis terang dari pusat terang
d = jarak kedua sumber
l = jarak layar ke sumber cahaya
= panjang gelombang
n = orde atau nomor terang (n = 0, 1, 2, ... .)

Interferensi Minimum
Interferensi minimum terjadi jika dua gelombang bertemu dan
saling menguatkan. Namun, jika dua gelombang tidak bertemu,
dan akan saling meniadakan maka terjadi interferensi
minimum, sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi
minimum pada celah ganda akan terjadi jika kedua gelombang
berbeda fase sebesar 1800, yaitu ketika beda lintasannya sama
dengan bilangan ganjil kali setengah panjang gelombang.
Rumus : d sin = ( m + 1/2 )
Dengan m = 1, 2, 3, . . .
Bilangan m disebut orde gelap. Tidak ada gelap ke nol.
Untuk m = 1 disebut gelap ke-1, dst. Mengingat sin =
tan = y , dengan demikian :
Rumus : y . d = ( m + 1/2 )
L

s = d sin
= y.d
L

= ( m + 1/2 )

Keterangan :
s = beda lintasan antara kedua gelombang (m)
= sudut fase (o)
y = jarak titik ke terang pusat (m)
d = jarak kedua celah (m)
L = jarak celah ke layar (m)
m = orde interferensi
= panjang gelombang cahaya (m)
b. Interferensi Lapisan Tipis

Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi oleh dua faktor,


yaitu panjang lintasan optik dan perubahan fase sinar pantul.

Dari Gambar 4, sinar AB merupakan sinar monokromatik yang


datang pada permukaan pelat tipis. Sebagian sinar AB
dipantulkan oleh permukaan bidang batas udara dan pelat
(sinar BE) dan sebagian lagi dibiaskan ke dalam medium pelat
(sinar BC). Sinar BC dipantulkan oleh permukaan bidang batas
pelat dan udara (sinar CD). Sinar CD dipantulkan oleh
permukaan atas dan sebagian lagi dibiaskan keluar film (sinar
DF). Sinar BE dan DF datang bersamaan di mata kita.Sinar
datang dengan sudut datang i pada lapisan tipis dengan
ketebalan d dan indeks bias n, sehingga sinar mengalami
pemantulan dan pembiasan dengan sudut bias r. Dengan
mempertimbangkan kedua faktor di atas, dapat ditentukan
syarat-syarat terjadinya interferensi berikut ini :
1. Syarat terjadinya interferensi maksimum (terang)

2n.d.cos r = (m 1/2) ; m = 1, 2, 3, .....

2. Syarat terjadinya interferensi minimum (gelap)

2n.d.cos r = m ; m = 0, 1, 2,

2. DIFRAKSI CAHAYA / PEMBELOKAN CAHAYA


Difraksi cahaya adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan
gelombang oleh celah sempit sebagai penghalang. Gelombang terdifraksi
selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan daerah
penguatan

dan

memperlihatkan

pelemahan.Tahun
bahwa

1665

Francesco

Grimaldi

cahaya tampak berbelok

dan memancar melebar

jika

melewati

celah

sempit. Ia menamakan

pembelokan itu difraksi.

a. Difraksi Cahaya Pada Celah Tunggal


Bila cahaya monokhromatik (satu warna) dijatuhkan pada
celah sempit, maka cahaya akan di belokan /dilenturkan.
Difraksi pada celah sempit, bila cahaya yang dijatuhkan
polikhromatik (cahaya putih\banyak warna), selain akan
mengalami peristiwa difraksi, juga akan terjadi peristiwa

interferensi, hasil interferensi menghasilkan pola warna


pelangi.
Gambar peristiwa difraksi pada celah tunggal,

Pada Gambar menunjukkan gelombang cahaya dengan


panjang gelombang didifraksikan oleh celah sempit dengan
lebar d. Pola gelap dan terang terbentuk ketika gelombang
cahaya mengalami interferensi.
Beda lintasan ke titik P adalah (d/2) sin, dengan adalah
sudut antara garis tegak lurus terhadap celah dan garis dari
pusat celah ke P. Apabila beda lintasan yang terjadi adalah 1/2
maka kedua cahaya (Gambar 2) akan saling memperlemah
dan menyebabkan terjadinya interferensi minimum sehingga
pada layar terbentuk pola gelap.
Jadi, pola gelap (difraksi minimum) terjadi jika:
d.sin = n. ; n = 1, 2, 3 .................................... (1)
Sementara itu, pola terang (difraksi maksimum) terjadi bila:

d.sin = (n- 1/2) ; n = 1, 2, 3 ........................... (2)

b. Difraksi Cahaya Celah Majemuk (Kisi Difraksi)


Kisi/celah banyak, sering digunakan dalam kehidupan seharihari terutama untuk dinding bangunan .Kisi difraksi merupakan
piranti untuk menghasilkan spektrum dengan menggunakan
difraksi dan interferensi, yang tersusun oleh celah sejajar dalam
jumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang sama (biasanya
dalam orde 1.000 per mm).

Hasil difraksi dan Interferensi, akan terlihat pola gelap dan


terang pada layar. Rumus Interferensi pada Celah banyak/kisi
difraksi kebalikan dari rumus interferensi pada celah tunggal.

Dengan menggunakan banyak celah, garis-garis terang dan


gelap yang dihasilkan pada layar menjadi lebih tajam. Bila
banyaknya garis (celah) per satuan panjang, misalnya cm
adalah N, maka tetapan kisi d adalah:
d = 1/N
Bila cahaya dilewatkan pada kisi dan diarahkan ke layar,
maka pada layar akan terjadi hal-hal berikut ini
1. Garis terang (maksimum), bila:
d.sin = n. ; n = 0, 1, 2, ....
2. Garis gelap (minimum), bila:
d.sin = (n - 1/2) ; n = 1, 2, 3, ....

3. POLARISASI CAHAYA
Polarisasi adalah peristiwa penyerapan arah bidang getar dari
gelombang. Gejala polarisasi hanya dapat dialami oleh gelombang
transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak mengalami
gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi
menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar.
Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar disebut
gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang yang memilki satu
arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi
pada tali yang dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah
dengan celah maka gelombang pada tali dapat melewati celah tersebut.

Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus celah maka
gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
a. Polarisasi Cahaya Karena Pemantulan
Berkas sinar alami (sinar yang belum terpolarisasi)
dijatuhkan dari medium udara, ke medium kaca (cermin datar).
Dengan sudut datang i = 57o, maka sinar yang dipantulkan sudah
terpolarisasi. Cahaya juga menjadi terpolarisasi akibat pemantulan
dari kaca jendela dan permukaan air.
Jika seberkas cahaya menuju ke bidang batas antara
dua medium maka sebagian cahaya akandipantulkan. Ada tiga
kemungkinan yang terjadi pada cahaya yang dipantulkan, yaitu :
1.Cahaya pantul tak terpolarisasi
2.Cahaya pantul terpolarisasi sebagian
3.Cahaya pantul terpolarisasi sempurna (seluruhnya)

b.

Polarisasi
Cahaya karena Pembiasan dan Pemantulan

Berkas

Sinar

alami

melalui

suatu

mediumkaca,akan

dipantulakan dan dibiaskan. Sinar perpolarisasi bila sudut pantul


dan sudut bias membentuk sudut 90. Tahun 1814 menunjukkan
bahwa

ketiga

kemungkinan

tersebut

bergantung

pada

sudut datang cahaya.


1.Cahaya tak terpolarisasi jika sudut datang 0 (searah garis
normal bidang batas) atau 90 ( searah bidang batas).
2.Cahaya pantul terpolarisasi sebagaian jika susdut datang di
antara 0 dan 90.
3.Cahaya pantul terpolarisasi sempurna jika sudut datang
cahaya mempunyai nilai tertentu (disebut sudut polarisasi atau
sudu trewster).

Hukum
Brewster :
Tan b =

n2
n1
Sudut polarisasi (b) disebut juga sudut brewster. Sudut brewster
bergantung pada indeks bias bahan dari kedua sisi pemantul. Jika
cahaya datang dari udara (n1 = 1) menuju ke bahan dengan indeks

bias n (n2 = n), maka persamaan brewster dapat di tulis menjadi :

Tan b =

n
1 .

c. Polarisasi Cahaya karena Pembiasan Ganda (Bias Kembar)


Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan cahaya
yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca
bersifat homogen, indeks biasnya hanya memiliki satu nilai.
Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu misalnya kalsit dan
kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya tidak seragam karena
bahan-bahan

itu

memiliki

dua

nilai

indeks

bias

(birefringence).Cahaya yang melalui bahan dengan indeks bias


ganda akan mengalami pembiasan dalam dua arah yang
berbeda. Sebagian berkas akan memenuhi hukum Snellius
(disebut berkas sinar biasa), sedangkan sebagian yang lain
tidak memenuhi hukum Snellius (disebut berkas sinar
istimewa).
d. Polarisasi Cahaya karena Absorbsi Selektif
Polarisasi dengan penyerapan selektif diperoleh dengan
memasangdua

buah

polaroid, yaitu

Polarisator

dan

Analisator.Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya


terpolarisasi,sedangkan Analisator untuk mengetahui apakah

cahaya sudah terpolarisasi atau belum, seperti pada gambar


berikut :

Cahaya alami yang tak terpolarisasi yang jatuh pada Polaroid


pertama (polarisator) memiliki intensitas I maka cahaya
terpolarisasi yang melewati polarisator I adalah Cahaya
dengan intensitas I ini kemudian datang pada analisator
dancahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas
I. Menurut Hukum Malus, hubungan antara I dan I adalah :

I = I Cos =

1
2 I Cos

Keterangan :
I : intensitas cahaya yang lewat analisator
I : intensitas cahaya yang lewat polarisator
I : intensitas awal sebelum masuk polarisator

: sudut antara analisator dan polarisator


Dari persamaan H u k u m M a l u sdapat disimpulkan :
-

Intensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu

polarisasi sejajar ( = 0 atau = 180).


Intensitas cahaya yang diteruskan = 0 (nol) (diserap
seluruhnya

oleh

analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus satu sama


lain atau = 90.
e. Polarisasi cahaya karena Hamburan
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikelpartikel medium akan menyerap dan memancarkan kembali
sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran kembali
cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai
fenomena hamburan.Pada peristiwa hamburan, cahaya yang
panjang gelombangnya lebih pendek cenderung mengalami
hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat
diamati pada warna biru yang ada di langit kita.

Sebelum sampai ke bumi, cahaya matahari telah melalui


partikel-partikel udara di atmosfer sehingga mengalami
hamburan oleh partikel-partikel di atmosfer itu. Oleh karena
cahaya biru memiliki panjang gelombang lebih pendek
daripada cahaya merah, maka cahaya itulah yang lebih banyak
dihamburkan dan warna itulah yang sampai ke mata kita.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa cahaya
merupakan sejenis energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang
biasa dilihat dengan mata sehingga dengan cahaya kita dapat melihat semua
benda yang dapat membiaskan cahaya, dengan cahaya kehidupan dapat
berlangsung lebih baik, dan dengan adanya cahayadan berbagai penelitian
tentang cahaya dapat kita temukan berbagai alat-alat yang dapat mempermudah
kita dalam melakukan berbagai kegiatan kseharian kita menjadi lebih mudah.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari medan magnet
dan medan listrik yang saling tegak lurus. Cahaya bias mengalami difraksi,
interferensi, pemantulan, pembiasan, dan polarisasi.

SARAN

Anda mungkin juga menyukai