Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN III

GERAK DALAM DUA DIMENSI

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pertemuan ini mahasiswa akan dapat menyelesaikan persoalan gerak dalam dua
dimensi, khususnya gerak peluru dan gerak melingkar.

Pokok Bahasan
Gerak dalam dua dimensi

Sub Pokok Bahasan


1. Aljabar Vektor
2. Gerak Peluru
3. Gerak Melingkar
4. Gerak Relatif

3.1 Aljabar Vektor


3.1.1 Vektor dan Skalar

Jika sebuah partikel berpindah dari posisi P ke posisi Q, perpindahan dapat dinyatakan sebagai anak
panah dari P ke Q (lihat gambar 3-1). Jejak lintasan partikel itu sendiri tidak harus merupakan garis
lurus dari P ke Q. anak panah hanya mnggambarkan hasil gerak secara keseluruhan dan bukan
gerakan sesungguhnya. Garis putus-putus berliku dari P ke Q pada Gambar 3-1 menunjukkan
lintasan gerak dari partikel tersebut. Jadi lintasan gerak tidak sama dengan perpindahan.

Gambar 3.1. Perpindahan dan lintasan gerak suatu partikel. Anak panah menunjukkan perpindahan
sedangkan garis putus-putus berliku menunjukkan lintasan gerak.

Kalau kita membicarakan perpindahan, maka informasi yang harus kita punyai ada dua yaitu
seberapa besar perpindahan itu dan kemana arahnya. Karena itu perpindahan dicirikan dengan
panjang dan arahnya. Besaran-besaran yang memiliki sifat seperti pergeseran disebut besaran
vektor. Jadi secara umum, vektor adalah besaran yang dapat dinyatakan secara tepat oleh besar,
arah serta satuannya. perhitungan yang menyangkut besaran vektor bukanlah perhitungan aljabar
biasa. Contoh besaran vektor yang lain antara lain gaya, kecepatan, percepatan. Kalau kita
membicarakan lintasan gerak partikel tersebut maka yang relevan untuk dibicarakan adalah panjang
lintasan itu saja sedangkan arahnya tidak. Besaran yang dapat dinyatakan dengan tepat hanya oleh
sebuah bilangan dan satuannya saja disebut besaran skalar. Perhitungan yang menyangkut besaran
skalar dapat menggunakan aturan aljabar biasa. Contoh besaran skalar yang lain antara lain massa,
kecepatan, tekanan, dan waktu.

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 1


3.1.2 Penjumlahan Vektor Metoda Geometris

Jika seseorang bergerak lurus sejauh 20 m kemudian dari tempat yag baru ini bergerak lurus lagi
sejauh 30 m, maka panjang lintasan yang ditempuh adalah 50 m. Akan tetapi kalau dinyatakan
dimana posisi akhir orang tersebut, maka kita perlu memperhatikan arah-arah gerak orang tersebut.
Gambar 3.2 memperlihatkan situasi tersebut. Vektor a yang mewakili segmen gerak pertama sejauh
20 m dan vektor b mewakili segmen gerak yang kedua, sedangkan vektor c mewakili perpindahan
total dari gerak orang tersebut.

b
a

Gambar 3-2. Penjumlahan vektor-vektor a dan b secara geometrik, c = a + b

Dua vektor a dan b dapat dijumlahkan dengan meletakkan pangkal vektor b di ujung vektor a,
sedangkan hasilnya c = a + b adalah vektor yang pangkalnya di pangkal vektor a dan ujungnya di
ujung vektor b.

Dapat diperlihatkan secara geometrik bahwa penjumlahan vektor bersifat komutatif, yaitu a +b = b
+a seperti terlihat pada Gambar 3-3

b
a
a+b

b+a

a
b

Gambar 3-3. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a.

Operasi pengurangan vektor dapat dilakukan dengan mendefinisikan negatif dari suatu vektor.
Negatif dari vektor b adalah vektor b yaitu suatu vektor yang besarnya sama dengan besar vektor b
tapi arahnya berlawanan. Gambar 3-4 memperlihatkan pengurangan vektor secara geometris.

b -b

-b
a-b

a
a

Gambar 3-4. Pengurangan vektor. a b = a + (-b)

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 2


3.1.3 Perhitungan Penjumlahan Vektor dengan Metoda Jajaran Genjang

Dengan metoda jajaran genjang, dua vektor yang dijumlahkan, kedua titik pangkalnya diletakkan
pada satu titik kemudian dibuat jajaran genjang dengan pembangunnya adalah anak-anak panah
dari kedua vektor tersebut seperti digambarkan pada Gambar 3-5.

b
a

c=a+b

Gambar 3-5. Penjumlahan vektor dengan metoda jajaran genjang, c = a + b. Sudut merupakan
sudut antara vektor a dan vektor b.

Dari hubungan trigonometri didapatkan besar vektor c,

= 2 + 2 + 2cos (3-1)

3.1.4 Penguraian dan Penjumlahan Vektor Metoda Analitik

Metoda geometris dan perhitungannya dengan metoda jajaran genjang akan sulit diterapkan untuk
kasus penjumlahan lebih dari dua vektor apalagi dalam ruang tiga dimensi, metoda analitik dapat
menyelesaikan hal ini dengan baik.

Dalam kasus dua dimensi suatu vektor misalnya vektor a dapat diuraikan dalam dua dimensi menjadi
komponen-komponennya yaitu ax dan ay, seperti terlihat pada Gambar 3-6.

a
jay

iax

Gambar 3-6. Penguraian vektor a atas komponen-komponennya. Vektor-vektor i dan j adalah


vektor-vektor satuan, berturut-turut pada sumbu x dan y.

Dari gambar 3-6 di atas jelas terlihat:

= cos = sin = 2 +2 (3-2)

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 3


Marilah kita tinjau sekarang penjumlahan vektor secara analitis. Misalkan vektor r merupakan
penjumlahan dari dua buah vektor a dan b yang tidak terletak pada bidang x-y. dengan uraian
vektor-vektor a dan b akan kita dapatkan:

=+ = + = + (3-3)
dengan
= 2 +2 dan tan = (3-4)

Contoh: seorang pejalan kaki bergerak ke Barat sejauh 40m kemudian dia berbelok ke utara sejauh
30m. tentukan posisi akhir orang tersebut terhadap posisi awalnya.

Jawab:

r b

Kita bisa ambil arah barat-timur pada sumbu x (sumbu mendatar) sedangkan arah selatan-utara
pada sumbu x (sumbu tegak). Dengan demikian vektor a membentuk sudut , sedangkan vektor b
membentuk susut /2 terhadap sumbu x sehingga:

= cos = 40m sin = 0m



= cos = 0m sin = 30m
2 2
= + = 40m = + = 30m
Besar vektor r: = 2 + 2 = (40)2 + (30)2 m = 50m

Arah vektor r membentuk sudut dengan sumbu x:


30
= tan1 = tan1 40 = 127

Penguraian dan penjumlahan vektor secara analitik dapat dikembangkan untuk kasus tiga dimensi.
Aturan yang dipakai persis sama dengan kasus dua dimensi:

= + + = 2 +2 + 2 (3-5)
=+ = + = + = + (3-6)

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 4


3.1.5 Perkalian dengan Vektor

Ada tiga macam operasi perkalian dengan vektor yaitu

a. Perkalian antara vektor dengan skalar


b. Perkalian antara dua vektor dengan hasil skalar
c. Perkalian antara dua vektor dengan hasil vektor yang baru

Perkalian antar vektor a dengan skalar k dituliskan sebagai ka adalah sebagai sebuah vektor baru
yang besarnya k dikalikan dengan besar vektor a. hasilnya merupakan vektor yang searah dengan
vektor a jika k positif dan berlawanan dengan arah vektor a jika k negatif (Gambar 3-7). Beberapa
perumusan yang menggunakan bentuk ini antara lain hokum II Newton: F = ma, momentum linier:
p=mv.

2a -1.5a
a

Gambar 3-7. Perkalian antara sebuah vektor dengan sebuah bilangan (skalar)

Perkalian skalar adalah perkalian antara dua vektor yang menghasilkan besaran skalar. Perkalian
skalar antara vektor a dan vektor b didefinisikan sebagai:

= cos (3-7)
Dengan adalah sudut yang dibentuk kedua vektor tersebut. (Gambar 3-8)

bcos

acos
b

Gambar 3-8. Perkalian skalar = cos

Dari gambar 3-8 di atas jelas terlihat bahwa perkalian skalar bersifat komutatif yaitu: a b = b a.
Beberapa perumusan yang menggunakan bentuk ini antara lain: Kerja: W = F d ; Fluks magnetik:
=BA.

Perkalian vektor antara dua vektor a dan b dituliskan sebagai a b dan hasilnya adalah sebuah
vektor yang lain katakanlah vektor c. Besar vektor c didefinisikan sebagai:

= sin (3-8)
Dengan adalah sudut yang dibentuk kedua vektor tersebut. (Gambar 3-9)

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 5


=

Gambar 3-9. Perkalian vektor c = a b dan c = b a

Arah vektor c adalah tegak lurus vektor a maupun vektor b sesuai dengan aturan tangan kanan
yaitu sesuai dangan arah bergeraknya serup kanan yang diputar dari a ke b melalui sudut . Dengan
demikian perkalian vektor tidak bersifat komutatif, karena kalau sekrup tersebut diputar pada arah
yang berlawanan maka arah geraknya akan berlawanan dengan yang pertama tadi.

= ( ) (3-9)
Beberapa perumusan yang menggunakan bentuk ini antara lain: Torka: T = r F ;

Gaya magnetik: FB = qv B.

3.2 Pergeseran, Kecepatan dan Percepatan

Perumusan gerak lurus dapat diterapkan pada gerak pada dua dimensi. Vektor-vektor posisi r,
kecepatan v dan percepatan a saling berhubungan satu sama lain dan kita dapat menyatakannya
dalam komponen-komponennya dalam sistem koordinat kartesian, yaitu:

= + y


= = x + y


= = +

3.3 Gerak Peluru

Salah satu contoh yang popular dalam gerakdua dimensi ini adalah gerak peluru. Jika sebuah peluru
ditembakkan dengan sudut elevasi o, maka dia akan bergerak dalam lintasan lengkung. Jika gesekan
diabaikan dan percepatan gravitasi dianggap sama untuk semua ketinggian, maka lintasan ini akan
berupa parabola (Gambar 3-10). Ini adalah gerak dalam dua dimensi dengan percepatan tetap.

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 6


Gambar 3-10. Lintasan gerak peluru.

Pada gerak peluru yang ideal, percepatan adalah tetap yaitu sebesar g dan berarah ke bawah
sehingga komponen-komponen percepatan, kecepatan dan posisi sebagai fungsi dari waktu dapat
kita tuliskan sebagai berikut:

= 0 = (3-10)
= 0 = 0 cos 0 = 0 sin 0 (3-11)
1
= (0 cos 0 ) = (0 sin 0 ) 2 (3-12)
2

Contoh soal: nyatakan posisi dan waktu di posisi tertinggi dari suatu gerak peluru dalam v0, 0, dan g.

Jawab: di titik tertinggi vy = 0, sehingga dari persaman (3-11) didapatkan:

0 sin 0
0 = 0 sin 0 sehingga: =

Dengan memasukkan harga tp ke persamaan (3-12) didapatkan:

0 sin 0 02 sin 20
= (0 cos 0 ) ( )=
g 2g
2
0 sin 0 2
1 0 sin 0 02 sin2 0
= (0 sin 0 ) ( ) 2g =
g g2 2g

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 7


Contoh Soal

Seorang pemain bola menendang bola sehingga bola terpental dengan sudut 37 terhadap
horizontal dengan kelajuan awal 20m/s. anggaplah percepatan gravitasi besarnya 10 m/s2, tentukan
waktu dan posisi di titik tertinggi.

Jawab:

Dari contoh soal sebelumnya didapatkan


0 sin 0 (20m/s)(0.6)
= = = 1.2s
g 10m/s2

02 sin 20 (400m2 /s 2 )(2)(0.6)(0.8)


= = = 19.2m
2g 20m/s2

02 sin2 0 (400m2 /s 2 )(0.36)


= = = 7.2m
2g 20m/s 2

3.4 Gerak Melingkar Beraturan

Gerak melingkar beraturan adalah gerak terus menerus denagn kelauan tetap dengan lintasan
berupa lingkaran (Gambar 3-11)

VQ VP Q s
Q l
P
P (t)

0
r O ac r O

Gambar 3-11. Gerak melingkar beraturan. Vektor kecepatan besarnya tetap arahnya berubah terus.
Vektor percepatan selalu menuju ke pusat lingkaran.

Pada Gambar 3-11 terlihat bahwa pada gerak melingkar beraturan vektor kecepatan selalu berubah
arahnya tetapi besarnya tetap. Dengan kelajuan yang tetap maka sudut yang disapu tiap satuan
waktu juga besarnya tetap, sehingga kita dapat menuliskan:

() = 0 + (3-13)
Dengan adalah kecepatan sudut tetap yaitu perubahan sudut tiap satuan waktu.

Keterkaitan besaran sudut dengan besaran translasi dapat dinyatakan sebagai:


= = [() 0 ] (3-14)
Dengan s adalah panjang lintasan dari P ke Q

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 8


Dengan demikian komponen-komponen posisi pada saat t dapat ditentukan dari hubungan
trigonometri biasa yaitu:
() = cos(0 + ) (3-15)
() = sin(0 + ) (3-16)
Komponen-komponen kecepatan gerak dapat dituliskan sebagai:

()
() = = sin(0 + ) (3-17)

()
() = = cos(0 + ) (3-18)

Komponen-komponen percepatan gerak dapat dituliskan sebagai:

()
() = = 2 cos(0 + ) (3-19)

()
() = = 2 sin(0 + ) (3-20)

Hubungan-hubungan yang lain yang dapat diturunkan dari persamaan (3-15) sampai dengan
persamaan (3-20) adalah:
= 2 ; = 2 ; sehingga
= 2 (3-21)
Artinya bahwa arah percepatan radial selalu berlawanan dengan vektor posisi. Kemudian kita juga
mendapatkan bahwa kelajuan gerak adalah:
= (3-22)
Sehingga dari dua persamaan terakhir di atas didapatkan besar percepatan adalah:
2
= (3-23)

Contoh Soal: bulan berevolusi mengelilingi bumi dengan waktu 27.3 hari untuk tiap putaran penuh.
Jika dianggap orbitnya berbentuk lingkaran dengan jari-jari 239 ribu mil, berapakah percepatan
bulan ke arah bumi?

Jawab:

Jari-jari lingkaran gerak r = 239000 mil = 3.85108 m

Perioda gerak T = 27.3 hari = 2.36106 s.


2
Laju revolusi bulan: =
= 1020 m/s

2 (1020m/s)2
Percepatan sentripetal: =
= 3.85108 m
= 2.73 103 m/s2

3.5 Kecepatan dan Percepatan Relatif

Kalau kita cermati keadaan gerak beda-benda di alam semesta ini, nyatalah bahwa kita tidak pernah
dapat mendapatkan satu bendapun yang diam secara mutlak. Semuanya bergerak relative satu
terhadap yang lain. Kita sendiri berada di bumi yang berotas dan berevolusi mengelilingi matahari,
sementara matahri juga berada dalam gugus Bima Sakti yang juga bergerak terhadap gugus-gugus

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 9


bintang yang lain. Dengan demikian pengambilan kerangka acuan untuk suatu gerak tidak perlu unik.
Marilah kita tinjau begaimana jiika suatu gerak dimati oleh dua pengamat yang berada dalam
kerangka acuan yang berbeda.

y,y

S
S

A
rA =rA

O,O x,x
y y
B
ut r
r

rA ut
A rA

O O x,x

Gambar 3-12. Dua kerangka acuan S dan S. S bergerak ke kaan dengan kecepatan u relative
terhadap S.

Dari Gambar 3-12 jelas terlihat bahwa pengamat di kerang S mengamati perpindahan benda sebagai
vektor r, sementara pengamat di S mengamati perpindahan benda sebagai vektor r. hubungan
vektor-vektor perpindahan, kecepatan dan percepatan dalam kedua kerangka dapat dinyatakan
sebagai:

= + (3-24)

= = + = + (3-25)


= = + = + (3-26)

Jika u konstan, maka percepatan yang diamati kedua pengamat akan sama. In adlah cirri kerangka
yang intersial, dimana hokum-hukum fisika berbentuk sama dalam kerangka-kerangka intersial ini.

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 10


Contoh Soal: seseorang dapat mendayung dengan kelajuan 3 m/s di air yang tenang. Jika ia ingin
menyeberangi sebuah sungai dengan memakai perahu dayung, sementara kelajuan air sungai adalah
1 m/s, kearah manakah perahu harus didayung agar ia bisa sampai tepat di seberang sungai
tersebut. Berapakah kecepatannya terhadap pengamat di pinggir sungai?

Jawab:

Ambil kerangka di pinggir sungai sebagai kerangka diam S dan air sungai sebagai kerangka bergerak
S. Ambillah arus air sungai kea rah kanan, maka kecepatan S terhadap S adalah sebesar 1 m/s ke
kanan. Menurut S gerak perahu haruslah tegak lurus arah arus agar perahu bisa tepat sampai di
seberang. Maka arah perahu menurut pengamat S haruslah agak menyerong ke kiri (Lihat gambar di
bawai ini). Sesuai dengan persamaan (3-25) kita dapatkan:

v = v + u

dengan v = 3m/s dan u = 1m/s

v v

Dengan menggunakan trigonometri kita dapatkan:



= sin1 = 19.5

= cos = (3m/s)(0.94) = 2.83 m/s

---oo0oo---

Sidikrubadi Pramudito Gerak dalam Dua Dimensi III- 11

Anda mungkin juga menyukai