Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR KOGNITIF (PIAGET)

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. I. W. Suastra, M. Pd.
NPA. Hervina, S. Pd., M. Pd

DISUSUN OLEH :

LUISA NATALIA PINEM (2013021005)


PUTU RATNA INDAH PRATIWI ( 2013021014 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“TEORI BELAJAR KOGNITIF (PIAGET)” Makalah ini berisi deskripsi mengenai teori
belajar pemrosesan informasi menurut Piage. Penyusunan makalah ini merupakan upaya
memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah memberi
dukungan moral dan materiil dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya, apapun yang
penulis sajikan dalam makalah sederhana ini, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis sendiri, umumnya bagi siapa saja yang berkepentingan.

Disadari bahwa makalah ini dilihat dari materi dan tampilannya masih jauh dari
sempurna. Untuk itulah masukan-masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Semoga Yang Maha Kuasa
senantiasa memberikan petunjuk yang terbaik bagi kita semua.

Singaraja, 25 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jean Piaget lahir pada tanggal 1989 di Neuhatel, Swiss, Ayahnya adalah seorang
profesor dengan spesialis ahli sejarah abad pertengahan, ibunya adalah seorang yang dinamis,
inteligen dan takwa. Waktu mudanya Piaget sangat tertarik pada alam, ia suka mengamati
burung-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya ia sangat tertarik
pada pelajaran biologi di sekolah. Pada waktu umur 10 tahun ia sudah menerbitkan
karangannya yang pertama tentang burung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan
alam. Piaget juga mulai belajar tentang moluska dan menerbitkan seri karangannya tentang
moluska, karena karangan yang bagus, pada umur 15 tahun ia ditawari suatu kedudukan
sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alam di Geneva. Ia menolak tawaran
tersebut ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih dahulu. ( Paul Suparno, 2006:11).
Perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut sebagai
bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut mengamati bahwa Piaget selama masa
remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi, menurutnya ini dapat membuat
pikiran Piaget menjadi sempit. Oleh karena itu Cornut ingin mempengaruhi Piaget dengan
memperkenalkan filsafat. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada bidang epistimologi,
suatu cabang filsafat mempelajari soal pengetahuan, apa itu pengetahuan dan bagaimana itu
pengetahuan diperoleh. Piaget berkonsentrasi pada dua bidang itu: biologi dan filsafat
pengetahuan. Biologi lebih berkaitan dengan kehidupan sedangkan filsafat lebih pada
pengetahuan. Biologi menggunakan metode ilmiah, sedangkan filsafat menggunakan metode
spekulatif. Pada tahun 1916 Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di
universitas Neuchatel. Dua tahun kemudian, pada umur 21 tahun Piaget menyelesaikan
disertasi tentang moluska dan memperoleh doktor filsafat. (Paul Suparno, 2006:12).
Setelah mempelajari dan tertarik dengan ilmu biologi, lalu kemudian ia mengalihkan
fokusnya ke perkembangan intelektual (termasuk tahap perkembangan anaknya sendiri ) dan
mulai pengaruh besar pada konsep kognitif dalam perkembangan kepribadian. Piaget, ahli
biologi yang memperoleh nama sebagai psikolog anak karena mempelajari perkembangan
inteligensi, menghabiskan ribuan jam mengamati anak yang sedang bermain dan menanyakan
mereka tentang perilaku dan perasaannya. Ia tidak mengembangkan teori sosialisasi yang
komprehensif, tetapi memusatkan perhatian pada bagaimana anak belajar, berbicara, berfikir,
bernalar dan akhirnya membentuk pertimbangan moral. Bersama dengan istrinya yang
bernama Valentine Catenay yang menikah pada tahun 1923, ia awal mulanya meneliti
anaknya sendiri yang lahir pada tahun 1925, 1927 dan 1931 dan hasil pengamatan tersebut di
publikasikan dalam the origins of inteligence in children dan the construction of reality in the
child pada bab yang membahas tahap sensorimotor. (Loward S. Friedman & Miriam W.
Schhuctarc, 2006:259).
Dalam dekade hidup Piaget hingga akhirnya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan
ratusan artikel. Jean Piaget meninggal di Genewa pada tangggal 16 September 1980. Ia
adalah salah satu tokoh psikologi penting di abad ke-20. (Ladius Naisaban, 2006:324).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar kognitif menurut Piaget ?
2. Bagaimana fase-fase belajar menurut teori belajar kognitif Piaget ?
3. Bagaimana implikasi teori belajar kognitif Piaget dalam pembelajaran ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitif Piaget dalam
pembelajaran ?
5. Bagaimana aplikasi dan penerapan teori belajar kognitif Piaget dalam
pembelajaran fisika ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mendeskripsikan teori belajar kognitif Piaget
2. Untuk menjelaskan fase-fase belajar menurut teori belajar kognitif Piaget
3. Untuk menjelaskan implikasi teori belajar kognitif Piaget dalam pembelajaran
4. Untuk memaparkan kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitif Piaget
5. Untuk memaparkan aplikasi dan penerapan teori belajar kognitif Piaget
dalam pembelajaran fisika

1.4 Manfaat Penulisan


Secara umum manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca dan penulis terkait teori belajar kognitif Piaget. Selain itu manfaat dari
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kognitif Menurut Piaget


Piaget lebih menitik beratkan pembahasannya pada struktur kognitif. Ia meneliti dan
menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927 sampai 1980. Berbeda dengan
para ahli-ahli psikologi sebelumnya. Ia menyatakan bahwa cara berfikir anak bukan hanya
kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga
berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap perkembangan
intelektual individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan individu
mengamati ilmu pengetahuan. (Laura A. King:152). Piaget mengemukakan penjelasan
struktur kognitif tentang bagaimana anak mengembangkan konsep dunia di sekitar mereka. (
Loward s. Friedman and Miriam. W. Schustack. 2006: 59). Teori Piaget sering disebut
genetic epistimologi (epistimologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan
kemampuan intelektual, bahwa genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan
warisan biologis (keturunan). (B.R. Hergenhahn & Matthew H. Olson, 2010: 325).
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si
anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian yang
dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya
kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman,
skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di
akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur
kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus.
Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu
berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan
intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus
berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan
mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Interiorisasi menghasilkan perkembangan operasi yang membebaskan anak dari
kebutuhan untuk berhadapan langsung dengan lingkungan karena dalam hal ini anak sudah
mampu melakukan manipulasi simbolis. Perkembangan operasi (tindakan yang
diinteriorisasikan) memberi anak cara yang kompleks untuk menangani lingkungan, dan
oleh karenanya, anak mampu melakukan tindakan intelektual yang lebih kompleks. Karena
struktur kognitif anak lebih terartikulasikan. Demikian pula lingkungan fisik anak, jadi
dapat dikatakan bahwa struktur kognitif anak mengkonstruksi lingkungan fisik. ( B.R.
Hergenhahn and Matthew H. Olson, 2010:325).

2.2 Teori Belajar Menurut Piaget


Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif disebut dengan skemata atau struktur,
yaitu kumpulan dari skema-skema. Artinya seorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata. Skemata ini
berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Menurut Piaget, intelegensi terdiri dari tiga aspek yaitu:
1.       Struktur (structure)
Terbentuk dari hubungan fungsional anak antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan berpikir logis anak dalam berinteraksi dengan lingkungan
2.       Isi  (content)
Isi disebut juga dengan content, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin
pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapi.
3.        Fungsi (function)
Fungsi adalah cara yang digunakan organisme dalam mencapai kemajuan intelektual.

Menurut piaget perkembangan intelektual anak terdiri dari dua fungsi yaitu
1. Organisasi, yaitu kemampuan untuk mengorganisasi proses-proses fisik atau
proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan.
2. Adaptasi, yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya. Proses
terjadinya adaptasi  dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru
dilakukan dengan dua cara.
Menurut peaget (dalam Hudoyono,1988:45) Manusia berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental).
Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu
perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan
cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan
terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan
rangsangan yang datang, dan terus berkembang. Misalnya ketika seorang anak
diberitahu pengetahuan awal mengenai hewan contohnya seekor kucing,dimana
kucing itu memiliki kaki empat, berbulu dan berbunyi meong.
2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan
konsep awalnya, hanya menambah atau merinci ( Setelah mengetahui ciri-ciri dari
kucing,dan ketika anak itu bertemu dengan seekor kucing dia tau bahwa hewan itu
adalah kucing).Kecocokan skemata awal dengan apa yang dia jumpai itu disebut
asimilasi. Selanjutnya anak itu bertemu dengan hewan yang berkaki empat dan
berbulu, tetapi bunyinya “guk guk” tidak sama dengan bunyi kucing yang dia dengar
pertama kali,lalu dia merasa kebingungan. Disinilah terjadi disekuilibrasi yaitu
perbedaan antara skemata awal dengan sesuatu yang ditemui.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak
cocok lagi. Kemudian dia diberitahu bahwa hewan yang mirip dengan kucing,berkaki
empat ,berbulu dan berbunyi guk guk itu adalah seekor anjing. Setelah
dijelaskan,maka terjadi perubahan skemata anak yang disebut dengan akomodasi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang
dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses
perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium
melalui asimilasi dan akomodasi. Ketika anak bertemu lagi dengan hewan berkaki
empat, berbulu,dan bebunyi guk guk, dia tahu bahwa hewan tersebut adalah seekor
anjing bukan kucing. Inilah yang disebut dengan proses equilibrasi.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Menurut Piaget


Berdasarkan hasil penelitiannya, piaget menemukan empat tahapan perkembangan
kognitif yaitu:
1.       Tahap sensori motor (0-2 tahun)
            Merupakan gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung dari rangsangan
2.       Tahap pra operasi (2-7 tahun)
Tahap pra operasi terbagi atas dua yaitu pertama pemikiran prakonseptual (sekitar
usia 2-4 tahun Kedua periode pemikiran intuitif (sekitar usia 4-7 tahun).
3.       Tahap operasi konkrit (7-11 tahun)
      Pada tahap ini umumnya anak sudah berada di Sekolah Dasar, sehingga semistanya
guru sudah mengetahui benar kondisi anak pada tahap ini.
4.       Tahap operasi formal (usia 11 keatas)
          Periode operasi formal ini disebut juga periode operasi hipotetik-deduktif yang
merupakan tahap  tertinggi dari perkembangan intelektual.

PERKIRAAN
TAHAP CIRI KHUSUS
USIA
Sensori Motor 0 – 2 tahun Kecerdasan motorik (gerak) dunia (benda) yang ada
adalah yang tampak tidak ada bahasa pada tahap awal
Pre- 2 – 7 tahun Berpikir secara egosentris alasan-alasan didominasi
Ooperasional oleh persepsi lebih banyak intuisi daripada pemikiran
logis belum cepat melakukan konsentrasi
Konkret 7 – 11 atau 12 Dapat melakukan konservasi logika tentang kelas dan
Operasional tahun hubungan pengetahuan tentang angka berpikir terkait
dengan yang nyata
Formal 7 – 11 atau 12 Pemikiran yang sudah lengkap pemikiran yang
Operasional tahun 14 tahun atau proporsional kemampuan untuk mengatasi hipotesis
15 tahun perkembangan idealisme yang kuat

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


Piaget mengidentifikasi lima faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan
anak, yaitu:
1.       Kedewasaan atau kematangan
Proses perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan manifestasi fisik
lainnya mempengaruhi perkembangan kognitif.
2.       Pengalaman fisik
Interaksi dengan lingkungan fisik digunakan untuk mengabstrak berbagai sifat fisik dari
benda-benda
3.       Pengalaman logika-matematik
Interaksi dengan lingkungan dengan cara mengamati benda-benda disekililingnya atau
4.       Transmisi sosial
Interaksi dan kerja sama anak dengan orang lain atau dengan lingkungnya. Hal ini amat
penting bagi perkembangan mental anak.
5.       Penyetimbangan (Equilibrium)
Proses adanya kehilangan stabilitas di dalam struktur mental sebagai  akibat pengalaman dan
informasi baru dan kembali setimbang melalui proses asimilasi dan akomodasi.

2.5 Fase-Fase Belajar Menurut Piaget


Prinsip belajar piaget adalah kontruktivis yaitu pengajaran efektif yang menghendaki
guru agar mengetahui bagaimana para siswa memandang fenomena yang menjadi subjeks
pengajaran. Pengajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada, melalui
langkah-langkah intermediet dan berakhir degan gagasan yang telah mengalami modifikasi.
 Strategi yang digunakan adalah :
  1.       Fase deskriptif
Siklus belajar deskriptif menghendaki hanya pola-pola deskriptip (misalnya seriasi,
klasifikasi, konsurvasi).
2.       Fase Empiris Deduktif
Yaitu, para siswa menemukan dan memberikan suatu pola empiris dalam suatu konteks
khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin
tentang terjadinya pola itu.
3.         Fase Hipotesis-Deduktif
Yaitu dimulai dengan pernyataan berupa suatu pertanyaa
n sebab.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Belajar Kognitif Menurut Piage


 Kelebihan
1. Siswa mendapatkan bimbingan dari guru pada saat belajar.
2. Pembelajaraan berpusat pada otak.
3. Siswa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

 Kekurangan
1. Kemampuan fungsi kognisi dari setiap siswa dianggap sama.
2. Siswa tidak dapat menemukan gaya belajarnya sendiri.
3. Kuantitas kognisi lebih ditekankan daripada kualitas.
2.7 Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget dalam Pembelajaran
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-
baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.

2.8 Penerapan Teori Belajar Kognitif Menurut Piaget dalam Pembelajaran Fisika
Fisika sebagai salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk
mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat
serta penerapannya (Wospakrik, 1994 : 1). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan
bahwa fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam
dan interaksi yang ada di dalamnya. Ilmu fisika dapat membantu untuk menguak dan
memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya, 1997: 1).
Ketika seorang siswa mempunyai pengetahuan awal bahwa sebuah benda bisa
ditimbang beratnya. Dan kemudian siswa itu membaca buku bahwa yang ditimbang dari
sebuah benda itu adalah massanya. Lalu dia merasa kebingungan terhadap kedua konsep
tersebut. Saat disekolah dia diajar oleh gurunya ,dimana yang ditimbang dari sebuah benda
yaitu bukan beratnya melainkan massanya. Sehingga dia menjadi mengerti bahwa yang
ditimbang dari sebuah benda adalah massanya. Disinilah terjadi proses belajar kognitif
menurut Piaget.
Dalam pembelajaran fisika, guru hadir sebagai fasilitator bagi siswa dalam
mengkonstruksi pemahaman pengetahuannya. Belajar fisika dapat menjadi daya tarik siswa
jika penyajiannya melibatkan siswa secara aktif baik dari mental maupun fisik dan bersifat
nyata (kontekstual).
Siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget
dalam pembelajaran yaitu siswa hendaknya diberi peluang untuk berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak
dan orang dewasa. Perkembangan kognitif dimulai dari proses-proses berpikir secara
konkrit sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan logis. Piaget
meyakini bahwa anak-anak secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara
aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Sebagai
seorang pakar yang banyak melakukan penelitian tentang tingkat perkembangan
kemampuan kognitif manusia, Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan
kognitif manusia terdiri atas empat tahapan dimulai dari lahir hingga dewasa. Tahap dan
urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki tahap
tertentu tidak sama untuk setiap orang.

3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam oleh
para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa
pengetahuan tentang kognitif siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses
pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh
siswa merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai
pengetahuan siswa melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and Ruth Duskin Feldman, Psikologi
Perkembangan, Cet. I, Jakarta: Kencana, 2008, hal. 212
George Boeree, General Psychology: Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisi Emosi
dan Perilaku, (Terj. Helmi J. Fauzi), Cet. 1, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008, hal.
368
Paul Suparno, Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius, Cet I,
2006, hal.11 Fauziah Nasution, Psikologi Umum, Buku Panduan untuk Fakultas
Tarbiyah IAIN SU, 2011.
Al Rasyidin & Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan pembelajaran, Medan
:Perdana Publishing, 2011.
Abu Ahmad & Widodo Aupriyono, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Syaiful bahri Djamarah,, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2011.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003.

Anda mungkin juga menyukai