Anda di halaman 1dari 18

OPTIK FISIS

INTERFERENSI, DIFRAKSI, DAN POLARISASI


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Gelombang Optik

Dosen Pengampu :
Faninda Novika Pertiwi, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Sonia Azizah (207180059)
Umi Nur Kholifah Hidayah (207180060)
Uswatun Khasanah (207180061)
Vera Febriyana (207180062)
TIPA B

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Optik Fisis (Interferensi, Difraksi, dan
Polarisasi)”. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga
zaman terang benderang yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya di hari kiamat.

Atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhirnya, tidak
ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik kami harapkan untuk peningkatan kualitas makalah ini dan makalah
lainnya pada waktu yang akan datang.

Ponorogo, 8 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Interferensi .................................................................................................... 2
B. Difraksi.......................................................................................................... 6
C. Polarisasi ....................................................................................................... 9
D. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari .......................................... 13
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ...15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Optik merupakan bagian atau cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang
karakter atau sifat-sifat dari cahaya dan interaksinya dengan materi. Dalam ilmu
fisika dikenal 2 katagori optik yaitu optik gelombang dan optik geometri. Dalam
optik gelombang, sifat-sifat cahaya akan dianalisis dan diasumsikan sebagai
gelombang speris dan menjelaskan interaksi dengan objek yang mempunyai ukuran
sama dengan panjang gelombang. Sedangkan dalam optik geometri, pergerakan
atau perpindahan cahaya dipandang sebagai suatu garis lurus dan menjelaskan
interaksi dengan objek yang ukurannya lebih besar dari panjang gelombang. Sifat-
sifat gelombang dari cahaya dipelajari dalam Optik Fisis (Physical Optics) atau
optik gelombang (Wave Optics). Sifat-sifat yang sering dimanfaatkan dalam optik
gelombang, antara lain Interferensi, Difraksi, dan Polarisasi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan interferensi?
2. Apa yang dimaksud dengan difraksi?
3. Apa yang dimaksud dengan polarisasi?
4. Bagaimana contoh aplikasi optik fisis dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan interferensi
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan difraksi
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan polarisasi
4. Mengetahui contoh aplikasi optik fisis dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interferensi
Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya. Agar
interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu
harus bersifat koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua
gelombang tersebut memiliki amplitudo, frekuensi yang sama dan pada fasenya
tetap. Ada dua hasil interferensi cahaya yang dapat teramati dengan jelas jika kedua
gelombang tersebut berinterferensi. Apabila kedua gelombang cahaya
berinterferensi saling memperkuat (konstruktif) maka akan menghasilkan garis
terang yang teramati pada layar. Apabila kedua gelombang cahaya berinterferensi
memperlemah (destruktif) maka akan menghasilkan garis gelap yang teramati
pada layar.
1. Interferensi Cahaya pada Celah Ganda
Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada
dasarnya adalah sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua
gelombang cahaya yang koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang
cahaya yang koheren dengan menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua
belah celah sempit yang berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari
celah tersebut merupakan cahaya yang koheren. Sebaliknya, Fresnel
mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan memantulkan cahaya
dari suatu sumber arah dua buah cermin yang datar disusun hampir membentuk
sudut 180°, sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya. Sinar yang
dipantulkan oleh cermin 1 dan cermin 2 dapat dianggap sebagai dua gelombang
cahaya yang koheren.

Gambar 1. Interferensi celah ganda percobaan young

2
Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan cahaya tersebut
diletakkan layar pada jarak L maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap
dan terang. Garis terang merupakan hasil interferensi yang saling memperkuat
sedangkan garis gelap adalah hasil dari interferensi cahaya yang saling
melemahkan. Hasil interferensi tegantung pada selisih jarak atau lintasan
cahaya dan celah ke layar. Akan tergaris terang jika selisih lintasan merupakan

kelipatan bilangan genap kali 𝝀 atau ( ) atau kelipatan bilangan bulat

kali 𝝀 atau ( ). Sebaliknya, akan terjadi garis gelap jika selisih lintasannya

merupakan kelipatan dengan bilangan ganjil kali 𝝀 atau (( ) ).

Misalnya jarak antar dua celah d, jarak layar ke celah L, di titik O pada
layar akan terjadi garis terang yang disebut garis terang pusat, karena jarak S O
dan S₂O adalah sama sehingga gelombang cahaya sampai O akan terjadi
interferensi maksimum atau minimum. Di titik P yang berjarak p dari terang
pusat akan terjadi interferensi maksimum atau minimum tergantung dengan
selisih lintasan S₂P- P.

Gambar 2. Interferensi celah ganda


Di P terjadi interferensi maksimum jika :
S₂P- P= d = n𝝀
Perhatikan segitiga ₂ dan segitiga POR, untuk nilai 𝝷 berlaku :

= tg 𝝷

Sehingga = n 𝝀 atau p =

Di p akan terjadi interferensi minimum / garis gelap jika :

= (2n-1) 𝝀

3
Dengan :
d = jarak antara 2 celah (m)
p = jarak gelap ke terang ousat (m)
L = jarak celah ke layar (m)
𝝀 = panjang gelombang cahaya (m)
n = orde interferensi (n=1, 2,3 ......)
2. Interferensi pada Selaput Tipis
Dalam kehidupan sehari hari sering kita melihat adanya warna-warna
pelangi yang terjadi pada gelembung air sabun atau adanya lapisan minyak di
permukaan air jika terkena cahaya matahari. Hal ini menunjukkan adanya
interferensi cahaya matahari pada selaput tipis pada air sabun atau selaput tipis
minyak di atas permukaan air. Interferensi cahaya terjadi dari cahaya yang
dipantulkan oleh lapisan permukaan atas dan bawah dari selaput tipis tersebut.

Gambar 3. Sinar monokromatik jatuh pada selaput tipis


Gambar tersebut melukiskan seberkas sinar monokromatik jatuh pada
selaput tipis setebal D pada lapisan atas selaput cahaya dipantulkan (menempuh
lintasan AE) dan sebagian dibiaskan yang kemudian dipantulkan lagi oleh
lapisan bawah menempuh lintasan ABC. Antara sinar yang menempuh lintasan
AE dan ABC akan saling berinterferensi dititik P tergantung pada selisih jarak
lintasan optik. Di titik P akan terjadi interferensi maksimum atau garis terang
apabila :
( ) 𝝀

Dan terjadi garis gelap atau interferensi minimum jika :


( ) 𝝀

4
Dengan :
n = indeks bias lapisan tipis
d = tebal lapisan
r = sudut bias sinar
𝝀 = panjang gelombang sinar
m = orde interferensi
3. Cincin Newton
Cincin newton merupakan pola interferensi pada selaput tipis udara yang
berupa lingkaran garis gelap dan terang yang sepusat. Cincin newton terletak
antara permukaan optik. Cincin newton terjadi pada selaput tipis udara antara
kaca plan paralel dan lensa plan konveks yang disinari cahaya sejajar
monokromatik secara tegak lurus dari atau kaca plan paralel. Cincin newton ini
terjadi kaerena interferensi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan cembung
lensa dengan sinar yang menembus lapisan udara, yang kemudian dipantulkan
oleh permukaan bagian atas kaca plan paralel.

Gambar 4. Kaca plan paralel


Apabila r menyatakan jari-jari, R jari-jari kelengkungan permukaan
lensa, n merupakan orde lingkaran, dan 𝝀 menyatakan panjang gelombang
cahaya yang digunakan, maka hubungan antara jari-jari orde interferensi dengan
panjang gelombang cahaya yang digunakan dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
=( ) 𝝀

5
B. Difraksi
Difraksi merupakan peristiwa pembelokan gelombang di sekitar sudut yang
terjadi saat sebagian muka gelombang melewati sebuah rintangan. Menurut E.
Hechts difraksi merupakan deviasi dari perambatan cahaya atau pembelokan arah
rambat cahaya. Difraksi merupakan suatu fenomena gelombang yang terjadi,
sebagai respon gelombang terhadap halangan yang berada pada arah rambatnya.
Pada gelombang cahaya, difraksi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
respon cahaya dengan sinar yang melengkung mengitari halangan kecil pada arah
rambatnya, dan radiasi gelombang yang menyebar keluar dari sebuah celah kecil.
Fenomena difraksi pertama kali dijelaskan oleh Francesco Maria Grimaldi
pada tahun 1665 dengan nama Latin Diffringere berarti to break inti piecies sifat
gelombang yang dapat terurai menjadi potongan-potongan gelombang. Potongan
potongan gelombang ini dapat bergabung kembali dalam suatu revolusi optik.
1. Difraksi Celah Tunggal
Pada difraksi celah tunggal, apabila celah lebih lebar daripada
gelombang cahaya, maka akan terjadi efek seperti interferensi pada celah. Hal
ini dapat dijelaskan dengan menganggap bahwa celah bertindak sebagai sumber
dari banyak titik yang terpisah secara merata. Difraksi mengacu pada
penyimpangan (deviasi) dari perambatan garis lurus yang terjadi ketika suatu
gelombang bergerak melewati suatu penghalang parsial. Ini biasanya sesuai
dengan penyebaran gelombang pada tepi-tepi lubang dan penghalang. Bentuk
paling sederhana dari difraksi cahaya adalah difraksi franhofer dan difraksi far-
field (Desmond,1999).
Bila cahaya monokromatik (satu warna) dijatuhkan pada celah sempit,
maka cahaya akan di belokan atau dilenturkan. Dengan syarat pita terang utama
O akan menjadi lebih lebar ketika celah dipersempit. Jika lebar celah sama
dengan panjang gelombang (λ) maka minimum pertama akan terjadi pada sudut
θ = 90°. Seberkas cahaya dilewatkan pada celah sempit, cahaya yang keluar di
belakang celah akan menjalar dengan arah tertentu. Disini terlihat bahwa
cahaya selain diteruskan juga dibelokkan.
Difraksi pada celah tunggal akan menghasilkan pola garis gelap dan
terang pada layar. Celah tunggal dapat dianggap terdiri atas beberapa celah

6
sempit yang dibatasi titik-titik dan setiap celah itu merupakan sumber cahaya
sehingga satu sama lainnya dapat berinterferensi.

Gambar 5. Analisis pola terang/gelap pada difraksi celah tunggal

(a) Cahaya monokromatis yang melewati celah sempit akan menghasilkan pola
terang/gelap; (b) Interferensi minimum terjadi jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan
4 memiliki beda lintasan sebesar d/2 sin θ dan beda fase kedua gelombang
sebesar ½ panjang gelombang.

Jika celah dibagi empat bagian, didapat garis gelap ketika :

Hal serupa dengan itu, jika telah dibagi enam bagian, didapat enam garis ketika :

Secara umum dapat dinyatakan bahwa pita gelap ke-4 terjadi jika :

Keterangan :
d: lebar celah
: sudut simpang (deviasi)
k: 1, 2, 3, ...
Untuk k = 0 atau θ = 0 terjadi maksimum utama (pita terang tengah).
Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, beda lintasan dari interferensi

7
minimum harus dikurang. Oleh karena kedua cahaya sefase, beda fase keduanya
menjadi 360°. Dua gelombang dengan beda fase 1 atau beda sudut 360° disebut
juga sefase. Persamaan interferensi maksimum dari pola difraksinya akan
menjadi :

( )

( )

Dengan (2k-1) adalah bilangan ganjil, k=1, 2, 3,...


2. Difraksi Kisi
Kisi adalah sebuah susunan dari sejumlah besar celah sejajar yang lebar
dan jarak antar celahnya sama. Kisi dapat dibuat dengan menggunakan sebuah
ujung intan untuk menggoreskan banyak alur yang berjarak sama (presisi tinggi)
pada sebuah kaca atau permukaan logam. Jika seberkas cahaya monokromatis
dilewatkan pada kisi, pola difraksi yang dihasilkan pada layar berupa garis
terang dan garis gelap secara bergantian. Pola difraksi yang dihasilkan oleh kisi
jauh lebih tajam dibandingkan dengan interferensi celah ganda. Semakin banyak
celah pada sebuah kisi yang memiliki lebar yang sama, semakin tajam pola
difraksi yang dihasilkan pada layar.

Gambar 6. Skema percobaan difraksi pada kisi


Interferensi maksimum terjadi bila beda lintasan cahaya datang dari dua
celah yang berdekatan sebesar kelipatan bilangan bulat dari panjang gelombang.
Δs = d sin θ dan Δs = λ, 2λ, 3λ, ...

8
Sehingga interferensi maksimum yang terjadi pada kisi difraksi dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

Dengan :
d = jarak antar celah atau tetapan kisi
N = jumlah garis per satuan panjang
λ = panjang gelombang
m = orde dari difraksi = 1, 2, 3, . . .
m = 1 untuk pita terang ke–1
m = 2 untuk pita terang ke-2, dst

C. Polarisasi
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang berarti cahaya juga
termasuk gelombang transversal yang mengalami gejala polarisasi. Polarisasi
cahaya diartikan sebagai pengkutuban daripada arah getar dari gelombang
transversal yang tidak terjadi pada gelombang longitudinal. Polarisasi juga diartikan
sebagai peristiwa terserapnya sebagian arah getar cahaya oleh suatu medium atau
zat optik.
Berkas cahaya yang berasal dari sebuah sumber cahaya mempunyai arah getar
yang bermacam-macam, cahaya ini disebut sebagai cahaya alami. Cahaya alami
mempunyai berbagai arah getar yang dapat diuraikan menjadi dua arah, yaitu
vertikal dan horizontal. Bila cahaya alami ini dikenakan pada permukaan
pemantulan, permukaan pemantulan mempunyai kecenderungan untuk
memantulkan sinar-sinar yang arah getarnya sejajar dengan cermin. Sampai pada
suatu sudut datang tertentu, hanya satu arah getar saja yang dipantulkan yaitu arah
getar yang sejajar bidang cermin. Sudut ini disebut sebagai sudut polarisasi dan
sinar yang mempunyai satu arah getar saja disebut sinar polarisasi atau cahaya
terpolarisasi linier.

9
Gambar 7. Cahaya yang terpolarisasi
Cahaya terpolarisasi dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu :
1. Polarisasi Karena Pemantulan (Reflection)
Cahaya yang datang dengan sudut tertentu akan mengalami polarisasi.
Sudut datang yang menyebabkan cahaya terpolarisasi disebut Sudut Datang
Polarisasi (ip). Cahaya yang datang pada cermin datar dengan sudut datang (ip)
570 akan mengalami polarisasi linier.

Gambar 8. Polarisasi cahaya karena pemantulan

2. Polarisasi Karena Pemantulan dan Pembiasan (Reflection and Refraction)


Cahaya alami akan terpolarisasi bila mengalami pemantulan. Tetapi
tidak setiap pemantulan menghasilkan cahaya terpolarisasi. Suatu berkas
cahaya alami sejajar mengalami pemantulan, bila sinar pantul membentuk
0
sudut 90 terhadap sinar biasnya maka sinar pantul akan terpolarisasi.

Gambar 9. Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan

10
Pada peristiwa pembiasan dan pemantulan berlaku sinar pantul dan
sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 900), sehingga berlaku :
ip + r = 900 sehingga r = 900 – ip

n12 =

Dengan sin r = sin (900 - ip) = cos ip, maka diperoleh :

n12 = sehingga menjadi dengan n12 =

Persamaan ini ditemukan oleh David Brewster (1781-1868) dan dikenal


dengan Hukum Brawster yang menyatakan : “Besarnya indeks bias medium
sama dengan tangen dari sudut datang polarisasi.”
Keterangan : n1 = indeks bias sinar datang (medium 1)
n2 = indeks bias sinar membias (medium 2)
3. Polarisasi Karena Pembiasan Ganda (Double Refraction)
Cahaya yang datang pada zat tertentu dapat mengalami pembiasan
kembar dimana sebagian cahaya diteruskan dan sebagian cahaya dibiaskan
sesuai dengan hukum Snellius. Cahaya yang dibiaskan disebut disebut cahaya
biasa (ordinary) dan cahaya yang diteruskan disebut cahaya luar biasa (extra
ordinary) karena tidak mengikuti hukum Snellius. Contoh pembiasan ganda ini
terjadi pada kristal kalsit (CaCO3) dan kristal es.

Gambar 10. Polarisasi pada pembiasan ganda


4. Polarisasi Karena Penyerapan Selektif
Polarisasi dengan penyerapan selektif diperoleh dengan memasang dua
buah polaroid yaitu polarisator dan analisator. Polarisator berfungsi untuk
menghasilkan cahaya terpolarisasi linier dari cahaya tak terpolarisasi.
Polarisator memiliki sumbu polarisasi vertikal, sehingga semua getaran
horizontal diserap dan semua komponen getaran vertikal dilewatkan. Jadi,
cahaya yang diteruskan polarisator adalah cahaya terpolarisasi vertikal.

11
Gambar 11. Polarisasi pada penyerapan selektif
Sedangkan analisator berfungsi mengubah arah polarisasi dan mengatur
besar intensitas cahaya yang akan diteruskan ke pengamat. Di sini analisator
memutar arah polarisasi dengan sudut berlawanan arah jarum jam. Jika kuat
medan listrik cahaya terpolarisasi vertikal sebelum analisator adalah E, maka
kuat medan listrik cahaya terpolarisasi yang keluar dari analisator adalah E cos
.
Jika intensitas cahaya mula-mula adalah Ip maka intensitas cahaya
terpolarisasi yang diteruskan oleh polarisator haruslah memiliki intensitas I1
dimana I1 = . Cahaya dengan intensitas I1, kemudian datang pada analisator

dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 sehingga
hubungan antara I1 dan I2 dapat dinyatakan oleh :

Dengan adalah sudut antara sumbu analisator dengan sumbu


polarisator. Persamaan tersebut dikenal dengan Hukum Malus yang ditemukan
oleh Etienne Louis Malus (1809). Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan
bahwa inensitas cahaya yang diteruskan maksimum jika kedua sumbu polarisasi
sejajar ( atau ) dan intensitas cahaya yang diteruskan = 0
(diserap seluruhnya oleh analisator) jika kedua sumbu polarisasi tegak lurus
satu sama lain.
5. Polarisasi Karena Hamburan
Cahaya matahari yang datang dari angkasa memasuki udara akan
mengalami penyerapan oleh materi-materi di udara sehingga tidak semua
intensitas cahaya tersebut sampai ke bumi. Berkurangnya intensitas ini

12
menyebabkan terjadinya polarisasi cahaya tersebut. Polarisasi cahaya terjadi
secara parsial dari langit (sky). Polarisasi disebabkan oleh hamburan molekul-
molekul udara yang ada pada atmosfer.
Warna biru dilangit disebabkan oleh adanya hamburan cahaya matahari
dari molekul-molekul atmosfer. Hamburan ini, yang dikenal sebagai hamburan
Rayleigh yang lebih efektif terjadi pada panjang gelombang pendek.
Hamburan Rayleigh merupakan hamburan elastis dari cahaya matahari
(gelombang elektromagnetik) ketika cahaya matahari tersebut melewati partikel
atau molekul yang mana panjang gelombang cahaya lebih panjang dari pada
panjang gelombang partikel yang dilewatinya.

Gambar 12. Polarisasi karena hamburan

D. Contoh Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari


1. Interferensi : lapisan film di kacamata dan kaca film, pancaran warna pada
bintik-bintik embun di dedaunan atau rerumputan yang dikenai sinar matahari,
warna yang timbul pada lapisan tipis minyak tanah yang tumpah di atas air atau
gelembung sabun yang mendapat sinar matahari.
2. Difraksi : warna-warni permukaan compact disk, spektroskop, sinar cahaya
matahari di atmosfer, hologram, pelangi dan laser.
3. Polarisasi : kacamata anti silau (glare) yang dilapisi oleh lapisan polaroid, filter
pada fotografi, filter polaroid pada LCD, kaca mobil, warna biru pada langit di
siang hari dan warna merah pada langit di sore hari.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Optik merupakan bagian atau cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang
karakter atau sifat-sifat dari cahaya dan interaksinya dengan materi. Sifat-sifat yang
sering dimanfaatkan dalam optik fisis antara lain Interferensi, Difraksi, dan
Polarisasi. Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya.
Agar interferensi cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang
cahaya itu harus bersifat koheren. Difraksi merupakan peristiwa pembelokan
gelombang di sekitar sudut yang terjadi saat sebagian muka gelombang melewati
sebuah rintangan. Difraksi ada dua, yaitu difraksi celah tunggal dan difraksi kisi.
Polarisasi cahaya diartikan sebagai pengkutuban daripada arah getar dari
gelombang transversal yang tidak terjadi pada gelombang longitudinal. Polarisasi
juga diartikan sebagai peristiwa terserapnya sebagian arah getar cahaya oleh suatu
medium atau zat optik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amirul Wahib, RF., dkk. Difraksi Celah Tunggal. Semarang: Departemen Fisika
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.
Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Halliday, D, dan Resnick, R. 1999. FISIKA (terjemahan Pantur Silaban dan Erwin
Sucipto). Jilid 2. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung: PT Setia Purna Inves.
Suharyanto, Karyono dan Palupi, Dwi Satya. 2009. FISIKA Jilid 3. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistiawarni, Wanudya. 2016. Modul Optika Fisis. Semarang: UIN Walisongo
Semarang.
Tim Penyusun. ____. Buku Pintar Belajar Fisika. Jakarta: Sagufindo Kinarya.
Yuliara, I Made. 2016. Modul Polarisasi. Bali: Universitas Udayana.

15

Anda mungkin juga menyukai