Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
limpahan rahmatNYAlah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
 Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "GELOMBANG
CAHAYA", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajari proses Interferensi dan Difraksi.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT.memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

                                                                                                                           Hormat Kami,

                                                                                                                 Kelompok1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................2

B. Tujuan......................................................................................................................2

C. Metode Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4

A. Penjelasan Polarisasi Gelombang cahaya.........................................................8

B. Disfraksi dan Interfrensi Cahaya...................................................................14

C. Contoh Soal.....................................................................................................16

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................................................................................17

Saran................................................................................................................17

                                                                    

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang
gelombang sekitar 380–750 nm.
Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
mata maupun yang tidak.
Selain itu, cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.Kedua definisi tersebut merupakan
sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-
partikel".Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna.Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern.
Terdapat 2 jenis cahaya, yaitu :

Ø  Cahaya Monokromatik
Cahaya yanghanya terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang.
Contoh cahaya merah dan ungu

Ø  Cahaya polikromatik
Cahaya yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang.
Contoh cahaya putih

v  Sifat-sifat Cahaya

1.      Cahaya merambat lurus


Banyak dimanfaatkan pada lampu kendaraan bermotor dan lampu senter.

2.      Cahaya dapat menembus benda bening


Cahaya yang masuk kedalam rumah karna menembus jendela, tetapi apabila cahaya mengenai
kertas, karton, triplek, kayu dan tembok hanya dapat membentuk bayangan.
3.      Cahaya dapat di pantulkan
Contohnya saat bercermin bayangan akan terlihat karna cahaya yang dipantulkan tubuh kita.
Pemantulan cahaya ad 2.

·         Baur
Cahaya yang jatuh pada permukaan kasar sehingga tidak beraturan.
Contohnya peristiwa pemantula cahaya kepermukaan bumi, dimana permukaan bumi memiliki
permukaan yang kasar yang menyebabkan cahaya ke dalam ruangan dirumah.
·         Teratur
Cahaya yang jatuh pada permukaan yang licin sehingga teratur.
Contohnya pemantulan pada cermin.
4.      Cahaya dapat dibiaskan
Contoh dasar sungai yang terlihat lebih dangkal.
5.      Cahaya dapat di uraikan
Contohnya peristiwa terbentuknya pelangi

B.      TUJUAN
Menyelesaikan tugas materi Cahaya

1
BAB II
PEMBAHASAN

Gelombang Cahaya
Dalam kehidupan sehari-hari sering Anda mengamati pelangi. Apa yang Anda ketahui tentang
pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari tetap
bersinar? Apakah cahaya merupakan suatu gelombang?
Terhadap permasalahan-permasalahan tersebut, kita sering berpikir bahwa pelangi adalah warna-
warni cahaya yang nampak indah. Pelangi muncul pada saat musim hujan karena pelangi hanya
dihasilkan oleh air hujan. Cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik memiliki arah
rambat yang sama dengan gelombang bunyi, jadi termasuk gelombang longitudinal.
Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah
terkait dengan gelombang cahaya.

Polarisasi Cahaya
Polarisasi adalah peristwa terserapnya sebagian atau seluruh arah getar gelombang. Berbeda
dengan interferensi dan difraksi yang dapat terjadi baik pada gelombang transversal maupun
longitudinal, polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal. Untuk memahami peristiwa
ini, perhatikan gambar berikut.
Polarisasi gelombang hanya dapat terjadi pada gelombang transversal, tidak terjadi pada
gelombang longitudinal. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan peristiwa polarisasi,
perhatikan gelombang tali pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Gelombang tali yang terpolarisasi


Sebelum dilewatkan pada celah sempit vertical, tali bergetar dengan simpangan seperti spiral.
Setelah gelombang pada tali melewati celah, hanya arah getar vertical yang masih tersisa.
Adapun arah getar horizontal atu diserap oleh celah sempit itu. Gelombang yang keluar dari
celah tadi disebut gelombang polarisasi, lebih khusus disebut terpolarisasi linier.
Terpolarisasi artinya memiliki satu arah getar tertentu saja. Polarisasi yang hanya terjadi pada
satu arah disebut polarisasi linear.Apa yang terjadi jika celah sempit dipasang secara
horizontal? Apakah terjadi polarisasi linear?
Cahaya terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya tidak terpolarisasi, yaitu dengan menghilangkan
(memindahkan) semua arah getar dan melewatkan salah satu arah getar saja. Ada 4 cara untuk
melakukan hal ini, yaitu: 1) penyerapan selektif, 2)pemantulan, 3) pembiasan ganda, dan
4) hamburan.

Polarisasi dengan Penyerapan Selektif

Tehnik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan


polaroid. Polaroid akan meneruskan gelombang-gelombang yang arah getarnya sejajr dengan
sumbu transmisi dan menyerap gelombang-gelombang pada arah lainnya. Oleh karena tehnik
berdasarkan penyerapan arah getar, maka disebut polarisasi dengan penyerapan selektif. Suatu
polaroid ideal akan meneruskan semua komponen medan listrik E yang sejajar dengan sumbu
transmisi dan menyerap suatu medan listrik E yang tegak lurus pada sumbu transmisi.
Jika cahaya tidak terpolarisasi dilewatkan pada sebuah kristal, maka arah getaran yang keluar
dari kristal hanya terdiri atas satu arah disebut
2
cahaya terpolarisasi linier. Kristal yang dapat menyerap sebagian arah getar disebut dichroic.

Gambar 2.14. Kristal melewatkan cahaya


terpolarisasi linear dan menyerap arah lainnya.

Selanjutnya, pada Gambar 2.15 ditunjukkan susunan dua keping Polaroid. Keping Polaroid yang
pertama disebut polarisator, sedangkan keping polaroid yang kedua disebut analisator.

Gambar 2.15 (a) Polarisator dan analisator dipasang sejajar.


(b) Polarisator dan analisator dipasang bersilangan.

Jika seberkas cahaya dengan intensitas I0 dilewatkan pada sebuah polalisator ideal, intensitas
cahaya yang dilewatkan adalah 50% atau  . Akan tetapi, jika cahaya dilewatkan pada
polalisator dan analisator yang dipasang bersilangan, tidak ada intensitas cahaya yang melewati
analisator. Secara umum, intensitas yang dilewati analisator adalah

.....................................................2.19
Dengan I2 adalah intensitas cahaya yang lewat analisator. I0 adalah intensitas awal seblum
maasuk polalisator dan θ adalah sudut antara arah polarisasi polalisator dan arah polarisasi
analisator. Jika keduanya sejajar, θ = 0. jika keduanya saling bersilangan,  θ = 90°.

Contoh Soal Polarisasi dengan Penyerapan Selektif

Seberkas cahaya alamiah dilewatkan pada dua keping kaca polaroid yang arah polarisasi satu
sama lain membentuk sudut 60°. Jika intensitas cahaya alamiahnya 100 Wcm -2, tentukanlah
intensitas cahaya yang telah melewati cahaya polaroid itu.
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.19) diperoleh

3
Jadi, intensitas cahaya yang dilewatkan 12,5 Wcm-2.

Polarisasi pada Pemantulan dan Pembiasan

Jika seberkas pola cahaya alamiah dijatuhkan pada permukan bidang batas dua medium, maka
sebagian cahaya akan mengalami pembiasan dan sebagian lagi mengalami pemantulan. Sinar
bias dan sinar pantul akan terpolarisasi sebagian. Jika sudut sinar datang diubah-ubah, pada suatu
saat sinar bias dan sinar pantul membentuk sudut 90°. Pada keadaan ini, sudut sinar datang (i)
disebut sudut polarisasi (ip) karena sinar yang terpantul mengalami polarisasi sempurna atau
terpolarisasi linear. Menurut Hukum Snellius,
n1 sin ip = n2 sin r, dengan r + ip = 90 atau r = 90 – ip
selanjutnya dapat dituliskan
n1 sin ip = n2 sin (90 – ip)= n2 cos ip

...............................................2.20
Sudut ip disebut sudut polarisasi atau sudut Brewster, yaitu sudut datang pada sinar bias dan sinar
pantul membentuk sudut 90°.
Dalam sebuah kristal tertentu, cahaya alamiah yang masuk ke dalam kristal dapat mengalami
pembiasan ganda. Pembiasan ganda ini dapat terjadi karena kristal tersebut memiliki dua nilai
indeks bias. Perhatikan Gambar 23, tampak ada dua bagian sinar yang dibiaskan  yang hanya
mengandung E// dan yang lain hanya mengandung. Jadi, indeks bias serta laju E// dan 
adalahtidak sama.

Gambar 2.16. Polarisasi pada pembiasan ganda.

Polarisasi dengan Hamburan

Berkas cahaya yang melewati gas akan mengalami polarisasi sebagian karena partikel-partikel
gas dapat menyerap dan memancarkan kembali cahaya yang mengenainya. Penyerapan dan
pemancaran cahaya oleh partikel-partikel gas disebuthamburan. Oleh karena peristiwa hamburan
ini, langit pada siang hari tampak berwarna biru. Hal tersebut dikarenakan partikel-parikel udara
menyerap cahaya matahari dan memancarkan kembali (terutama) cahaya biru. Demikian pula,
pada pagi hari dan sore hari, partikel-partikel udara akan menghamburkan lebih banyak cahaya
merah (melalui kolom udara yang lebih panjang) sehingga pada pagi dan sore hari, cahaya
4
matahari tampak lebih banyak memancarkan cahaya merah. Sebaliknya, di bulan tidak ada yang
dapat menghamburkan cahaya matahari karena bulan tidak memiliki atmosfir. Oleh karena itu,
atmosfir bulan akan tampak gelap.

Penerapan Polarisasi
Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal Dsiplay (LCD). LCD
digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar kalkulator, hingga layar
televise. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair, berisi dua filter polarisasi yang saling
menyilang dan didukung oelh sebuah cermin. Biasanya polarisator yang saling menyilang
menghalangi semua cahaya yang melewatinya. Namun, diantar kedua filter itu terdapat lapisan
kristal cair. Selain energi listrik alat ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat
dengan membentuk sudut 900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus filter
(penyaring) bagian belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh cermin sehingga peraga
(layar) tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan menyatakan daerah-daerah kristal
cair. Ini mengubah posisi kristal cair tersebut sehingga kristal-kristal tidak lagi memutar cahaya

Dispersi Cahaya (Disperse Light Wave)


Gelombang dan sifat-sifatnya sebagian sudah dikenal pada waktu membahas getaran dan
gelombang. Pada bagian ini, kita akan membahas gelombang cahaya. Cahaya merupakan radiasi
gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi mata manusia. Cahaya selain memiliki sifat-
sifat gelombang secara umum misal dispersi, interferensi, difraksi, dan polarisasi, juga memiliki
sifat-sifat gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa.
Gejala dispersi cahaya adalah gejala peruraian cahaya putih (polikromatik) menjadi cahaya
berwarna-warni (monokromatik). Cahaya putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya
yang terdiri atas banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke prisma,
maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang
memiliki indeks bias yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias kaca setiap warna
cahaya. Perhatikan Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Dispersi cahaya pada prisma


Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut kemudian terurai menjadi
cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut
deviasi yang berbeda. Selisih antara sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut
dispersi. Besar sudut dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:

5
Φ  = δu  - δm  = (nu – nm)  β .......................................2.1
 Keterangan:
Φ = sudut dispersi
nu  = indeks bias sinar ungu
nm  = indeks bias sinar merah
δu  =  deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah

 Penerapan Dispersi:
Contoh peristiwa dispersi pada kehidupan sehari-hari adalah pelangi. Pelangi hanya dapat kita
lihat apbila kita membelakangi matahari dan hujan terjadi di depan kita. Jika seberkas cahaya
matahari mengenai titik-titik air yang besar, maka sinar itu dibiaskan oleh bagian depan
permukaan air. Pada saat sinar memasuki titik air, sebagian sinar akan dipantulkan oleh bagian
belakang permukaan air, kemudian mengenai permukaan depan, dan akhirnya dibiaskan oleh
permukaan depan. Karena dibiaskan, maka sinar ini pun diuraikan menjadi pektrum
matahari.Peristiwa inilah yang kita lihat di langit dan disebut pelangi. Bagan terjadinya proses
pelangi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses terjadi pelangi

Interferensi Cahaya
Pada bab 1(gelombang mekanik), Anda telah ketahui bahwa dua gelombang dapat melalui satu
titik yang sama tanpa saling mempengaruhi. Kedua gelombang gelombang itu memiliki efek
gabungan yang diperoleh dengan menjumlahkan simpangannya.Interferensi adalah paduan dua
gelombang atau lebih menjadi satu gelombang baru. Jika kedua gelombang yang terpadu sefase,
maka terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan). Gelombang resultan memiliki
amplitudo maksimum.
Jika kedua gelombang yang terpadu berlawanan fase, maka terjadi interferensi destruktif (saling
melemahkan). Gelombang resultan memiliki amplitudo nol. Setiap orang dengan menggunakan
sebuah baskom air dapat melihat bagaimana interferensi antara dua gelombang permukaan air
dapat menghasilkan pola-pola bervariasi yang dapat dilihat dengan jelas. Dua orang yang
bersenandung dengan nada-nada dasar yang frekuensinya berbeda sedikit akan mendengar
layangan (penguatan dan pelemahan bunyi) sebagai hasi interferensi  (akan dibahas pada Bab 3).

6
Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan dari berbagai macam
warna dari spektrum kasat mata. Di lain fihak, warna pada gelombang sabun, lapisan minyak,
warna bulu burung merah, dan burung kalibri bukan disebabkan oleh pembiasan. Hal ini terjadi
karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan oleh suatu lapisan tipis.
Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah
gelombang. Interferensi cahaya bisa terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung.
Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati. Interferensi cahaya
sulit diamati karena dua alasan:
(1)   Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.
(2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang fasenya sembarang
(random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat singkat.
Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada gelombang air atau gelombang
bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
(1)   Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus
memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang
sama.
(2)   Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.
Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.3.

 
Gambar 2.3. (a) tidak terjadi interferensi, (b) terjadi interferensi
Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya kohern sehingga dapat menghasilkan pola
interferensi adalah :
(1)    sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu
celah). Hal ini dilakukan oleh Thomas Young.
(2)    dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan saja.
Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan dan pembiasan (pada
interferensi lapisan tipis).
(3)    Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya kohern.

Percobaan Interferensi oleh Frenell dan Young


Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell  dan Thomas
Young menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah
sumber cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang kohoren dari hasil
pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh
cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2.
Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 2.4)

7
Gambar 2.4. Percobaan cermin Fresnell
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua penghalang,
yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua lubang kecil.
Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren yang
monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada layar tampak pola
garis-garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa cahaya dapat
berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah
tersebut.

Gambar 2.5. Percobaan dua celah oleh Young


Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis terang dan
garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua sumber cahaya
mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap
terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling melemahkan
atauinterferensi minimum. Jika kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, maka pada
tempat-tempat terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk
mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua celah, perhatikan
penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.
Pada Gambar 2.6, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar. Kemudian, berkas
cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga S1 dan S2 dapat
dipandang sebagai dua sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua
cahaya digambarkan menuju sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya (S-
2A – S1A) disebut beda lintasan.

........................................2.2

Gambar 2.6. Percobaan Interferensi Young

Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan S1S2 = d,


sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya ΔS = S2B. Berdasarkan segitiga S1S-

8
2B, diperoleh  , dengan d adalah jarak antara kedua celah.  Selanjutnya,

pada segitiga COA,   .

Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan   . Untuk θ kecil, berarti p/l kecil


atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya dari sumber S2 dan S1 akan
memenuhi persamaan berikut ini.

................................................2.3
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A sefase. Dua
gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan kelipatan bilangan cacah dari
panjang gelombang.
ΔS = mλ ............................................................2.4
Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi

.........................................................2.5
dengan d = jarak antara celah pada layar
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
l = jarak celah ke layar
λ = panjang gelombang cahaya
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)

Contoh Soal Interferensi

Cahaya monokromatis dengan panjang gelombang 5000 A melewati celah ganda yang terpisah
pada jarak 2 mm. Jika jarak celah layar 1 meter, tentukanlah jarak terang pusat dengan garis
terang orde ketiga pada layar.
Penyelesaian:
Diketahui: d = 2 mm; l = 1 meter = 1 ´ 103 mm; λ = 5000 A = 5 ´ 10-4 mm; m = 3

Jika kedua gelombang cahaya dari sumber S1 dan S2 yang sampai pada layar berlawanan fase
(berbeda sudut fase 180°),  maka pada layar akan terjadi interferensi minimum atau garis-garis
gelap. Untuk mendapatkan beda fase sebesar 180°, beda lintasan harus merupakan kelipatan
bilangan ganjil dari setengah panjang gelombang, yaitu

.......................................2.6

9
dengan m = 1, 2, 3, 4, …

Berdasarkan persamaan (2.6) dan (2.4) maka diperoleh interferensi minimum yang memnuhi
persamaan berikut.

=   (m- ½ )λ                       2.7

Interferensi pada Lapisan Tipis

Dalam keseharian Anda sering mengamati garis-garis berwarna yang tampak pada lapisan tipis
bensin atau oli yang tumpah di permukaan air saat matahari menyoroti permukaan oli tersebut.
Di samping itu, Anda tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga terjadi gelembung.
Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat warna-warni.
Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi cahaya pada lapisan tipis air
sabun. Interferensi ini terjadi pada sinar yang dipantulkan langsung dan sinar yang dipantulkan
setelah dibiaskan.

Interferensi antar gelombang yang dipantulkan oleh lapisan atas dan yang dipantulkan oleh
lapisan bawah ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7   Interferensi pada selaput tipis

Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar pantul ke-1 dan sinar
pantul ke-2 adalah
ΔS = S2 – S1 = n(AB + BC) – AD = n(2AB) – AD ...........................2.8
dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.
Jika tebal lapisan adalah d, diperoleh d = AB cos r sehingga AB = d/cos r dan AD = AC sin i,
dengan AC = 2d tan r.  Dengan demikian, persamaan (2.8) menjadi:

Sesuai dengan hukum Snellius, n  sin r = sin I, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r ..............................................2.9
Supaya terjadi interferensi maksimum, ΔS harus merupakan kelipatan dari panjang gelombang
(λ), tetapi karena sinar pantul di Bmengalami perubahan fase  , ΔS menjadi

10
..........................................2.10
Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi persamaan berikut.

=   2.11

dengan n = indeks bias lapisan tipis


d = tebal lapisan
r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
λ = panjang gelombang sinar

Contoh Soal Interferensi pada Lapisan Tipis 1

Tentukanlah tebal lapisan minimum yang dibutuhkan agar terjadi interferensi maksimum pada
sebuah lapisan tipis yang memiliki indeks bias 4/3 dengan menggunakan panjang gelombang
5.600.

Penyelesaian:
Interferensi maksimum pada lapissan tipis mmenuhi persamaan (2.11)

Supaya tebal lapisan minimum, m = 0 dan cos r = 1, maka diperoleh

Adapun untuk memperoleh interferensi minimum, selisih lintasan ΔS kedua sinar pantul harus
merupakan kelipatan    dan beda fase   sehingga akan diperoleh:
ΔS = 0, λ, 2λ  , 3λ, 4λ …= mλ
Interferensi minimum dalam arah pantul akan memenuhi persamaan
2nd cos r = mλ ....................................................2.12

Contoh Soal Interferensi pada Lapisan Tipis 2


Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan, jika terjadi interferensi minimum orde 2
pada lapisan di udara dengan ketebalan 103 nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.12) diperoleh
2nd cos r = mλ

11
2(1,5) (103 nm) (cos 60°) = 2λ

λ = 0,75 × 103 nm = 750 nm.


Jadi, panjang gelombang cahaya yang digunakan 750 nm.

Difraksi cahaya (Light Diffraction)

Pada pelajaran gerak gelombang, telah diperkenalkan pula bahwa gelombang permukaan air
yang melewati sebuah penghalang berupa sebuah celah sempit akan
mengalami lenturan (difraksi). Peristiwa yang sama terjadi jika cahaya dilewatkan pada sebuah
celah yang sempit sehingga gelombang cahaya itu akan mengalami difraksi. Selain disebabkan
oleh celah sempit, peristiwa difraksi juga dapat disebabkan oleh kisi. Kisi adalah sebuah
penghalang yang terdiri atas banyak celah sempit. Jumlah celah dalam kisi dapat mencapai
ribuan pada daerah selebar 1 cm. Kisi difraksi adfalah alat yang sangat berguna untuk
menganalisis sumber-sumber cahaya. Perhatikan Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Cahaya yang melewati celah sempit


Kita dapat melihat gejala difraksi ini dengan mudah pada cahaya yang melewati sela jari-jari
yang kita rapatkan kemudian kita arahkan pada sumber cahaya yang jauh, misalnya lampu neon.
Atau dengan melihat melalui kisi tenun kain yang terkena sinar lampu yang cukup jauh.

Difraksi Celah Tunggal


Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian Huygens. Menurut
Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang sehingga cahaya dari satu
bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian celah lainnya.
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi,
jika gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah panjang
gelombang. Perhatikan Gambar 2.9.

Gambar 2.9. interferensi celah tunggal

12
Berdasarkan Gambar 2.9 tersebut, diperoleh beda lintasan kedua gelombang (d sin θ)/2.
ΔS = (d sin θ)/2 dan ΔS = ½ λ, jadi d sin θ = λ
Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi minimumnya menjadi
ΔS = (d sin θ)/4 dan ΔS = ½ λ, jadi d sin θ = 2 λ.
Berdasarkan penurunan persamaan interferensi minimum tersebut, diperoleh persamaan sebagai
berikut.
d sin θ = mλ                                                       2.13
dengan: d = lebar celah
m = 1, 2, 3, . . .
Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, maka setiap cahaya yang melewati celah harus
sefase. Beda lintasan dari interferensi minimum tadi harus dikurangi dengan   sehingga beda
fase keduanya mejadi 360°. Persamaan interferensi maksimum dari pola difraksinya akan
menjadi :

..........................................2.14
Dengan (2m – 1) adalah bilangan ganjil, m = 1, 2, 3, …

Contoh Soal Difraksi Celah Tunggal

Untuk pola difraksi maksimum, tentukanlah beda celah minimum yang dibutuhkan pada difraksi
celah tunggal bila diinginkan sudut difraksinya 30°, dan panjang gelombang yang digunakan 500
nm.

Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan (2.14), diperoleh

d mencapai minimum jika m = 1

Jadi, lebar celah minimum 500 nm.

Difraksi pada Kisi

Jika semakin banyak celah pada kisi yang memiliki lebar sama, maka semakin tajam pola
difraksi dihasilkan pada layar. Misalkan, pada sebuah kisi, untuk setiap daerah selebar 1 cm
terdapat N = 5.000 celah. Artinya, kisi tersebut terdiri atas 5.000 celah per cm. dengan demikian,
jarak antar celah sama dengan tetapan kisi, yaitu

13
Pola difraksi maksimum pada layar akan tampak berupa garis-garis terang atau yang disebut
dengan interferensi maksimum yang dihasilkan oleh dua celah. Jika beda lintasan yang dilewati
cahaya datang dari dua celah yang berdekatan, maka interferensi maksimum terjadi ketika beda
lintasan tersebut bernilai 0, λ, 2λ, 3λ, …,. Pola difraksi maksimum pada kisi menjadi seperti
berikut.
d sinθ  = mλ  ......................................................2.15

dengan m = orde dari difraksi dan d = jarak antar celah atau tetapan kisi.
Demikian pula untuk mendapatkan pola difraksi minimumnya, yaitu garis-garis gelap. Bentuk
persamaannya sama dengan pola interferensi minimum dua celah yaitu:
d sinθ  = (m+ ½ )λ .............................................2.16

Jika pada difraksi digunakan cahaya putih atau cahaya polikromatik, pada layar akan tampak
spectrum warna, dengan terang pusat berupa warna putih.

Gambar 2.10.  Difraksi cahaya putih akan menghasilkan


pola berupa pita-pita spectrum

Cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami lenturan atau pembelokan paling
besar. Cahaya ungu mengalami lenturan terkecil karena panjang gelombang cahaya atau ungu
terkecil. Setiap orde difraksi menunjukkan spectrum warna.

Contoh Soal Difraksi pada Kisi

Sebuah kisi memiliki 10.000 celah per cm. Pada kisi dilewatkan cahaya tegaklurus dengan
panjang gelombang l. Garis terang difraksi maksimum orde pertama membentuk sudut
30o terhadap garis normal. Tentukanlah l.
Penyelesaian:

Diketahui:   =10-4 cm, sin 30o = ½, m=1.


Ditanya : l = ….?
Jawab:

14
Berdasarkan hubungan d sinq = ml, diperoleh:
(10-4 cm)(1/2) = (1) λ
Jadi, λ=0,5 × 10-4 cm = 5000 Å

Daya Urai Alat Optik

Alat-alat optic seperti Lup, teropong, dan milkroskop memiliki kemampuan untuk memperbesar
bayangan benda. Namun, perbesaran bayangan benda yang dihasilkan terbatas. Kemampuan
perbesaran alat-alat optic itu selain dibatasi oleh daya urai lensa juga dibatasi oleh pola difraksi
yang terbentuk pada bayangan benda itu.

 
Gambar 2.11. Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat

Pola difraksi yang dibentuk oleh sebuah celah bulat terdiri atas bintik terang pusat yang
dikelilingi oleh cincin-cincin terang dan gelap seperti pada Gambar 2.11. Pola tersebut dapat
dijelaskan dengan menggunakan Gambar 2.12.

Gambar 2.12. Daya urai suatu lensa

D=diameter lobang
l =jarak celah ke layar
dm=jari-jari lingkaran terang
θ = sudut deviasi

Pola difraksi dapat diperoleh dengan menggunakan sudut q yang menunjukkan ukuran sudut dari
setiap cincin yang dihasilkan dengan persamaan:

.................................................2.17

15
dengan λ merupakan panjang gelombang cahaya yang digunakan.
Untuk sudut-sudut kecil, maka diperoleh sinθ » tan θ = dm/λ dan sama dengan
sudutnya q sehingga dapat ditulis:

,   atau    2.18

Contoh Soal Daya Urai Alat Optik


Tentukanlah daya urai sebuah celah dengan diameter 1 mm dan jarak celah ke layar 2m, dengan
menggunakan cahaya yang panjang gelombangnya 580 nm.
Penyelesaian:
Diketahui:
D= 1mm, l =2m=2×103 mm; =580nm = 5,8 × 10-4 mm
Ditanya : dm =  …….?
Jawab:
dm  = 1,22 λl/D = 1,22(5,8×10-4  mm) (2×103mm)/1mm =1,4 mm.
Jadi, daya urai celah tersebut 1,4 mm.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang


gelombangsekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik

16
dengan panjang gelombangkasat mata maupun yang tidak. [2][3] Selain itu, cahaya adalah paket
partikel yang disebut foton.

   Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang
yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat
dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal)
atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal).
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.

  Gelombang cahaya merupakan gelombang elektromagnetik karena arah rambatnya merupakan


perpaduan dari medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus.Dengan kata lain,
gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang selalu terdiri dari medan listrik dan medan
magnet yang dalam perambatannya saling tegak lurus dan tidak membutuhkan medium. 

B.     Saran

Agar pembaca lebih bisa memahami, dan mengetahui gelombang cahaya, serta
pengapliakasiannya di berbagai bidang, terutama pada bidang teknologi, serta mengetahui sifat-
sifat gelombang cahaya, dan penerapannya di kehidupan

17

Anda mungkin juga menyukai