Anda di halaman 1dari 28

Makalah Optik 2015

2015
MODUL 6
INTERFERENSI
Makalah Optik

Interferensi
Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat


memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan interferensi.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta didik dapat:

1. Mendeskripsikan definisi dari interferensi cahaya.


2. Mendeskripsikan syarat-syarat interferensi cahaya.
3. Disusun
Mendeskripsikan konsep Oleh
koherensi.mahasiswa Fisika D’14
4. Mendeskripsikan jenis-jenis interferensi cahaya.
5. Universitas
Mendeskripsikan intensitas inteferensiNegeri
cahaya. Surabya
6. Interferometer Michelson.
7. Mendeskripsikan konsep kombinasi interferensi dan difraksi cahaya.
Ambarwati Terraningtyas NIM.14030224010
Dinanti Pratiwi Putri NIM.14030224012
Dyah Ayu Laraswati NIM.14030224005
Daftar Isi M Hadziqunnuha Ahfa NIM.14030224040
Nur Azizah Imamah NIM.140302240043
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi Pembimbing :
I. Tujuan Pembalajaran Woro setyarsih S.Pd M.Si
…………………………………………………………… 1
II. Pendahuluan
………….………………………………………………………… 2
III. Interferensi
A. Pengertian Interferensi Cahaya
………………………………………..…… 2
B. Syarat terjadinya Interferensi Cahaya
………………………………….…… 4

FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 1
1/1/2015
Daftar Isi

I. Pendahuluan ......................................................................................................3
II. Interferensi ........................................................................................................4
1. Pengertian Interferensi Cahaya................................................................4
2. Syarat terjadi Interferensi Cahaya ..........................................................4
3. Koherensi .................................................................................................... 6
III. Jenis-jenis Interferensi Cahaya ....................................................................... 6
1. Interferensi Cahaya Dua Sumber............................................................. 9
2. InterferensiCahaya dari FilmTipis ..........................................................18
3. Kombinasi Interferensi dan Difraksi
IV. Penutup .............................................................................................................19
1. Kesimpulan .................................................................................................19
2. Tes Formatif ...............................................................................................21
3. Kunci Jawaban ...........................................................................................25
V. Daftar Pustaka ..................................................................................................28

2
Pendahuluan

Sebuah noda minyak hitam yang pada jalanan beraspal dapat terlihat indah
setelah hujan, ketika minyak itu merefleksikan warna-warna pelangi.Refleksi
warna-warna itu dapat juga dilihat dari permukaan gelelmbung sabun dan
compact disc (CD).Pemandangan yang sudah biasa kita lihat ini memberikan
sebuah petunjuk kepada kita bahwa ada aspek-aspek cahaya yang belum kita
selidiki.
Dalam pembahasan kita mengenai lensa, cermin, dan instrumen optis kita
menggunakan model optika geometrik, dimana kita menyatakan cahaya sebagai
sinar-sinar, yakni garis-garis lurus yang dibelokkan pada permukaan yang
merefleksikan cahaya atau yang merefraksikan cahay.Tetapi banyak aspek
perilaku cahaya tidak dapt dipahami berdasarkan sinar.Kita telah mempelajari
bahwa secara fundamental, cahaya adalah sebuah gelombang, dan dalam beberapa
hal kita harus meninjau sifat-sifat gelombangnya secara eksplisit. Jika dua atau
lebih gelombang cahay yang frekuensinnya sama tumpang tindih di sebauh titik,
maka efek totalnya bergantung pada fasa-fasa gelombang tersebut dan dan juga
bergantung pada amplitudo-amplitudonya. Pola cahaya yang dihasilkan adalah
sebuah resultan dari sifat gelombang dari cahaya dan tidak dapat dipahami
berdasarkan sinar.Efek otomatis yang bergantung pada sifat gelombang dari cahay
dikelompokkan di bawah topic optika fisis.
Dalam modul ini kita akan meninjau fenomena interferensi yang terjadi
bila dua gelombang bergabung. Warna-warna yang terlihat dalam film minyak
dan gelembung sabun adalah akibat interferensi di antara cahaya yang
direfleksikan dari permukaan depan dan permukaan belakang sebuah film minyak
yang tipis atau larutan sabun. Efek yang terjadi bila banyak sumber gelombang
yang hadir dinamakan fenomena difraksi.

3
INTERFERENSI
A. PENGERTIAN INTERFERENSI CAHAYA
Interferensi merupakan perpeduan dua gelombang atau lebih yang
memiliki beda fase konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
(interferensi konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut.Bersifat merusak (interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°,
sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.

Gambar: Interferensi Gambar: InterferenSI bersifat


bersifat membangun merusak

Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua gelombang


cahaya harus koheren, yaitu memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta
selisih fase tetap. Young melakukan percobaan, dimana celah sempit akan
menghasilkan sumber cahaya baru yang memiliki beda fasa sama atau konstan
sehingga disebut koheren.

B. SYARAT TERJADI INTERFERENSI CAHAYA


Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang
elektromagnetik.Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih
berkas sinar yang bergabung pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas
sinar, maka penampakan interferensinya akan sulit untuk diamati.
Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fasa yang selalu tetap.
2. Kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang
sama.
3. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir sama.
4. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain,
termasuk cahaya natural/alami.

C. KOHERENSI

4
Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang
gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara
permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber
monokromatik yang mempunyai frekuensinya sama dengan sebarang hubungan
beda fasa, 𝜙, konstan yang tertentu (tidaak harus sefasa) terhadap waktu itulah
yang dikatakan koheren. Jika syrat ini dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis
interferensi yang baik dan stabil.
Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik
P berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi
syarat saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan).
Sifat beda fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik
pada layar, sehingga hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar.
Dalam keadaan ini kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).

Gambar: Dua sumber gelombang koheren

Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa


seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom
memancarkan cahaya secara kooperatif.Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat
sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran
cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul.Alat ini di sebut
dengan laser (light amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masinggelombang secara vektor dengan
memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitudoresultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan.

5
Gambar: Gelombang Koheren

Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya


dapat diperoleh dengan:
1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang
sebanding dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.

Gambar: Gelombang Inkoheren

Langkah-langkah di atas, sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk


sumber cahaya yang tidak saling bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik
selalu lebih besar daripada intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber
di titik tersebut.

D. JENIS-JENIS INTERFERENSI CAHAYA


1. Interferensi Cahaya Dua Sumber (Percobaan Thomas Young 1801)
Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam
arah yang sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap
waktu, maka dapat terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak
didistribusikan secara merata dalam ruang, tetapi pada titik tertentu dicapai haraga
maksimum, dan pada titik-titik lain merupakan harga minimum.
Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang
cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang sangat
penting ini.

Gambar: Pola interferensi percobaan Young


Young melewatkan cahaya matahari melalui lubang kecil a pada layar
S1.Sinar yang keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh pada lubang kecil

6
b dan c pada layar S2.Di sinipun terjadi peristiwa difraksi dan gelombang yang
telah melewati layar S2 menyebar dan saling tumpang tindih.
Persyratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang) jelas
tidak terpenuhi di sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang geometris,
tetapi bertindak sebagai sumber gelombang Huygens yang menyebar.Namun
dalam hal ini kita gunakan optika gelombang.

Gambar: Efek interferensi Young

Gambar kita memperhatikan gambar di atas dengan seksama, maka akan


tampak adanya penghapusan (perusakan) gelombang, dan diantaranya juga saling
memperkuat. Jika sebuah layar dipasang dalam daerah kedua gelombang ini maka
diharapkan diperoleh pola terang dan gelap silih berganti pada layar tersebut.
Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang gelombang,
percobaan Young dapat dianalisa secara kuantitatif seperti pada gambar di bawah
ini.

𝑟2

𝑟1

Gambar: Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang

Pada gambar di atasdengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik


sembarang pada layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari celah
sempit S2. Tariklah garis S2 ke B sehingga panjang garis AS1 dan ABsama. Jika
jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak kedua layar(𝑎) maka S1B hampir
tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti bahwa sudut S2S1B hampir sama
dengan sudut 𝐴𝜃𝑃0 . Dengan demikian hal ini mengatakan bahwa r1 dan r2 sejajar.
Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang
gelombang yang termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar di titik A

7
diperoleh maksimum, maka S1B = dsinθ haruslah kelipatan bulat dari panjang
gelombang.
𝑆1 𝐵 = 𝑚𝜆 denganm = 0, 1, 2, …

menjadi
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚𝜆 denganm = 0, 1, 2, … …(1)

dengan d = jarak kedua celah (m)


m = orde (0, 1, 2, 3, dst)
λ = panjang gelombang (m)
θ = sudut

Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di bawah


titik O. Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O) dinyatakan dengan
harga m=0.
Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = dsinθ harus merupakan
kelipatan ½ bulat dari panjang gelombang, yaitu
𝑑 sin 𝜃 = (𝑚 + 1⁄2)𝜆denganm = 0, 1, 2, … …(2)
Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah
urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah
pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas.
Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p).Dalam hal ini
p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut.
𝑦𝑚 = 𝑎 tan 𝜃𝑚′ …(3)
Dalam eksperimen seperti ini, jarak 𝑦𝑚 seringkali jauh lebih kecil dari
jarak 𝑎 dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka 𝜃𝑚 adalah sangat kecil, tan 𝜃𝑚
hampir sama dengan sin 𝜃𝑚′ dan
𝑦𝑚 = 𝑎 sin 𝜃𝑚′ …(4)
𝑚𝜆
Jika kita ketahui bahwa sin 𝜃 = , maka
𝑑

𝜆𝑎
𝑦𝑚 = 𝑚 …(5)
𝑑

Kita dapat mengukur 𝑎 dan d, serta posisi 𝑦𝑚 dari pita-pita terang itu,
sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang
gelombang (λ).

Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan
persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu.
Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola-
pola interferensinya, begitu sebaliknya.

Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja.Dan persamaan ini hanya
dapat digunakan jika jarak 𝑎dari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada
pemisahan celah d dan jika 𝑎 jauh lebih besar dari jarak 𝑦𝑚 dari pusat pola
interferensi ke pita terang ke-𝑚.

8
2. Interferensi Cahaya dari Film Tipis
Kita pasti sering melihat sebuah pemandangan warna-warna pada gelembung
sabun. Peristiwa ini merupakan peristiwa dimana gelombang cahaya direfleksikan
dari permukaan-permukaan yang berlawanan dari film tipis seperti itu, dan
interferensi konstruktif diantara kedua gelombang yang direfleksikan itu (panjang
lintasan yang berbeda) terjadi di tempat berbeda untuk panjang gelombang (λ)
yang berbeda pulamengakibatkan adanya perbedaan fasa di antara kedua
gelombang tersebut.Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari
adalahgabungan dari berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Dilain
fihak, warna pada gelombang sabun, bukan disebabkan olehpembiasan. Hal ini
terjadi karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan
oleh suatu lapisan tipis. Adanyagejala interferensi ini bukti yang paling
menyakinkan bahwa cahaya itu adalah gelombang.

Gambar: Interferensi sinar refleksi pada film tipis

Gambar: Pita-pita warna yang terlihat


pada gelembung sabun

Peristiwa seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas menunjukkan


cahaya yang menyinari permukaan atas dari sebuah film tipis yang mempunyai
ketebalan𝑡 sebagian direfleksikan di permukaan bagian atas. Cahaya yang
ditransmisikan melalui permukaan atas, sebagian didirefleksikan di pemukaan
bagian bawah. Kedua gelombang yang direfleksikan itu nantinya akan berkumpul
di titik P yang berada di retina mata. Kedua gelombang tersebut kemudian dapat
berinterferensi secara konstruktif maupun destruktif (tergantung dari fasa yang
dimiliki kedua gelombang tersebut).Warna-warna yang berbeda pada pita warna

9
menunjukkan panjang gelombang yang berbeda-beda, sehingga untuk beberapa
warna dapat mengalami interferensi konstruktif dan sebagian lagi mengalami
interferensi destruktif.
Kemudian kita lihat peristiwa cahaya monokromatik yang direfleksikan
dari dua permukaan yang hampir paralel yang masuk dalam arah yang hampir
normal. Situasinya sama seperti pada interferensi akibat refleksi cahaya yang
menyinari film tipis. Bedanya situasi ini memiliki ketebalan film yang tidak
homogeny.Selisih lintasan di antara kedua gelombang tersebut, persis dua kali
tebal 𝑡 dari lapisan udara di setiap titik. Pada titik dimana 2𝑡 adalah kelipatan
bulat dari panjang gelombang, maka kita akan melihat interferensi konstruktif dan
sebuah pola terang. Pada titik-titik dimana 2𝑡 adalah kelipatan setengan bilangan
bulat dari panjang gelombang, kita berharap akan melihat interferensi destruktif
dan sebuah pola gelap. Dan di sepanjang garis dimana pelat-pelat itu bersentuhan,
secara praktis tidak ada selisih lintasan dan kita berharap akan mendapatkan
sebuah pola terang. Jika hal-hal tersebut tidak kita temukan (menyimpang dari
yang di teorikan) maka itu menunjukkan bahwa salah satu dari gelombang yang
direfleksikan itu telah mengalami pergeseran fasasetengah siklus selama
refleksinya meskipun panjjang gelombangnya tetap sama.
Menurut Maxwell pergeseran fasa tersebut dapat di perkirakan dengan
persamaannya menurut sifat elektromagnetik dari cahaya. Misal sebuah
gelombang cahaya dengan amplitudo medan listrik 𝐸𝑖 merambat dalam sebuah
amaterian optik yang lain dengan indeks refraksi 𝑛𝑏 . Amplitudo 𝐸𝑟 dari
gelombang yang direfleksikan dari antarmuka itu sebanding dengan amplitudo 𝐸 i
dari gelombang yang masuk dan diberikan oleh:
𝑛 −𝑛
𝐸𝑟 = 𝑛𝑎 +𝑛𝑏 𝐸𝑖 (arah masuk normal) …(6)
𝑎 𝑏
Hasil ini memperlihatkan bahwa amplitudo yang masuk dan di refleksikan
mempunyai tanda sama bila 𝑛𝑎 lebih besar dari 𝑛𝑏 dan berlawanan tanda bila 𝑛𝑏
lebih besar dari 𝑛𝑎 .
𝑛𝑎 >𝑛𝑏

Gambar di samping ini


menunjukkan bila 𝑛𝑎 >𝑛𝑏 , cahaya
merambat lebih lambat dalam
medium pertama dibanding
dalam medium kedua.
Dalam kasus ini, 𝐸𝑟 dan
𝐸𝑖 mempunyai tanda sama, dan
Gambar: Gelombang cahaya saat 𝑛𝑎 >𝑛𝑏 pergeseran fasa dari gelombang
Sumber: Buku Fisika Universitas
yang direfleksikan relative terhadap gelombang yang masuk adalah sama dengan
nol. Hal ini analog dengan refleksi sebuah gelombang mekanik transfersal pada
sebuah tali yang berat di sebuah titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke
sebuah tali yang lebih ringan atau sebuah cincin yang dapat bergerak secara
vertical tanpa gesekan.
Gambar di 𝑛samping ini
𝑎 =𝑛𝑏
menjelaskan bila 𝑛𝑎 =𝑛𝑏 ,
amplitudo 𝐸𝑟 dari gelombang
yang direfleksikan itu adalah

10
Gambar: Gelombang cahaya saat 𝑛𝑎 = 𝑛𝑏 ,
Sumber: Buku Fisika Universitas
nol. Gelombang cahaya yang masuk tidak dapat “melihat”
antarmuka itu dan tidak ada gelombang yang direfleksikan.

𝑛𝑎 <𝑛𝑏

Gambar: Gelombang cahaya saat 𝑛𝑎 <𝑛𝑏

Sedangkan gambar di atas menunjukkan bahwa 𝑛𝑎 <𝑛𝑏 , cahaya merambat


lebih lambat dalam material kedua daripada dalam material pertama. Dalam kasus
ini, 𝐸𝑟 dan 𝐸𝑖 mempunyai tanda yang berlawanan, dan pergeseran fasa dari
gelombang yang direfleksikan itu relatif terhadap gelombang yang masuk adalah
π rad (180° atau setengah siklus). Ini analog dengan refleksi (dengan inversi)
sebuah gelombang mekanik transfersal pada sebuah tali yang ringan di sebuah
titik di mana tali itu di sambungkan erat-erat ke sebuah tali yang lebih berat atau
sebuah penopang tegak.
Gelombang-gelombang tyang direfleksikan dari garis persenuthan tidak
tidak mempunyai selisih lintasan untuk memberikan pergeseran fasa tambahan
dan gerlombang-gelombang itu berinterferensi secara destruktif.
Pembahasan di atas dapat kita simpulakn secara matematis. Jika film
tersebut mempunyai tebal 𝑡, cahaya masuk dalam arah normal dan dengan
panjang gelombang λ dalam film tersebut, jika tidak ada satupun dari gelombang-
gelombang itu atau jika kedua gelombang yang direfleksikan dari kedua
permukaan itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, maka
syarat untuk interferensi konstruktif adalah:
2𝑡 = 𝑚𝜆 (Refleksi destruktif dari film tipis,
…(7)
(dengan𝑚 = 0, 1, 2, …) tidak ada pergeseran fasa relatif)

Akan tetapi, bila satu dari kedua gelombang itu mempunyai pergeseran fasa
refleksi sebesar setengah siklus, persamaan ini adalah syarat untuk interferensi
destruktif.
Demikian juga jika tidak satupun dari gelombang-gelombang atau jika
keduanya mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka syarat untuk
interferensi destruktif dalam gelombbang-gelombang yang direfleksikan itu
adalah:
1
2𝑡 = (𝑚 + 2) 𝜆 …(8)
(dengan𝑚 = 0, 1, 2, …) (refleksi konstruktif dari film tipis,
tidak ada pergeseran fasa relatif siklus)

11
Akan tetapi jika satu gelombang mempunyai pergeseran fasa setengah siklus,
maka inilah syarat untuk interferensis konstruktif.

Cincin Newton
Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa yang
bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata.Sebuah film udara dibetuk di
antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu dengan cahaya
monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin interferensi yang berbentuk
lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah kanan.

Gambar: Film Udara antara Sebuah Lensa


Cembung dengan Permukaan Rata Gambar: Potret Cincin Newton

Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat
pola itu terlihat berwarna hitam.
Kita dapat menggnakan pita interferensi untuk membandingkan
permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya bersentuhan dan
dengan mengamati pita-pita interferensi.Gambar di sebelah kanan merupakan
potret yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop.Garis-garis
bentuk itu adalah pita-pita interferensi Newton, setiap pitanya menunjukkan
sebuah jarak tambahan di antara bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang
gelombang (½ λ). Pada 10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan
itu adalah lima panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. ini
belum dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika diasah
secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang.
Permukaan cermin premier dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble di asah sampai
ketelitian yang lebih baik dari pada seper limapuluh panjang gelombang (1/50
λ).Tapi sayang sekali, terleskop tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak
benar, yang menciptakan salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah
teleskop optis.
Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah:
𝑛𝑟𝑡 2 = (2𝑚 − 1)½𝜆𝑅dengan𝑚 = 1, 2, 3 … …(9)
Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah:
𝑛𝑟𝑔 2 = (2𝑚)½𝜆𝑅dengan𝑚 = 0, 1, 2 … …(10)
dengan
n = indeks bias udara = 1

12
m = orde interferensi (1, 2, 3, … dst)
R = jari-jari lengkungan lensa Plan Konveks
𝑟𝑡 /𝑟𝑔 = jari-jari lingkaran terang/ gelap ke-m
Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada :
𝜆𝑅 ½
𝑟 = [(𝑚 − ½) ]
𝑛
Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada :

𝜆𝑅 ½
𝑟 = [𝑚 ]
𝑛

Lapisan Nonreflektif dan Lapisan Reflektif


Lapisan non reflektif untuk permukaan lensa memanfaatkan interferensi
film tipis.Sebuah lapisan tipis atau film yang material tembus cahayanya keras,
dengan indeks refraksi yang lebih kecil daripada indeks refraksi dari kaca di
letakkan di atas permukaan lensa tersebut.
Dalam kedua refleksi, cahaya direfleksikan dari sebuah medium yang
indeks refraksinya lebih besar daripada indeks refraksi di mana cahaya itu
berjalan., sehingga perubahan fasa yang sama terjadi dalam kedua refleksi. Jika
tebalnya film tersebut adalah seperempat dari panjang gelombang dalam film
tersebut (cahaya dianggap masuk dari arah normal), maka selisih lintasan total
adalah setengah panjang gelombang. Cahaya yang direfleksikan dari permukaan
pertama akan berbeda fasa dengan cahaya yang direfleksikan dari permukaan
kedua sebesar setengah siklus, dan terdapat interferensi destruktif.
Ketebalan lapisan nonreflektif itu dapat mencapai sebesar seperempat
panjang gelombang hanya untuk satu panjang gelombang tertentu.Ini biasanya
dipilih dalam bagian kuning-hijau tengah dari spectrum, dimana tangkapan mata
paling peka. Maka akan lebib banyak refleksi pada panjang gelombang yang lebih
panjang (merah) dan pada panjang gelombang yang lebih pendek (biru), dan
cahaya yang direfleksikan mempunyai warna ungu.
Jika material yang tebalnya seperempat panjnag gelombang dengan indeks
refraksi yang lebih besar daripada indeks refraksi kaca ditempatkan di atas kaca,
maka reflektivitasnya akan bertambah besar, dan material yang ditempatkan itu di
sebut lapisan reflektif. Dengan menggunakan lapisan ganda, akan dimungkinkan
mencapai hampir 100% transmisi atau refleksi untuk panjang gelombang tertentu.
Beberapa pemakaian praktis dari pelapisan ini adalah untuk pemisahan warna
dalam kamera televise berwarna dan untuk reactor kalor inframerah dalam
proyektor gambar hidup, sel surya, dan kelep astronot.

3. Interferensi dalam Waktu


Fenomena interferensi yang telah dibahas sejauh ini melibatkan
superposisi dari dua gelombang atau lebih, yang frekuensinya sama. Oleh karena
itu amplitudo osilasi dar elemen medium berubah sesuai posisi elemen dalam
ruang, yang kita sebut fenomena tersebut sebagai interferensi spasial.
Sekarang kita akan mengamati jenis interferensi jenis lainnya. Interferensi
ini dibentuk dari superposisi dua gelombang yang memiliki frekuensi yang sedikit

13
berbeda.Ketika dua buah gelombang diamati pada titik superposisi, keduanya
keluar dan masuk fase secara periodik.Artinya terdapat perubahan temporal
(waktu) antara interferensi destruktif dan konstruktif.Maka dari itu, kita katakana
ini sebagai interferensi dalam waktuatau interferensi temporal. Sebagai contoh,
jika dua garputala dengan frekuensi yang sedikit berbeda dipukulkan, kita akan
mendengar suara amplitudo yang berubah secara periodik. Fenomena ini disebut
detakan.
Detakan adalah fariasi berkala dalam aamplitudo pada titik tertentu
akibat dari superposisi dua gelombang yang berfrekuensi sedikit berbeda.
Jumlah amplitudo maksimum yang dapat didengar perdetik, atau frekuensi
detak, sama denga selisih dari frekuensi di antara kedua sumber. Ktika frekuensi
detaknya melampaui nilai ini, detak-detak berpadu secara halus dan tidak dapat
dibedakan dengan suara yang membentuknya.
Perhatikan dua gelombang suara dengan maplitudo yang sama, yang
merambat melalui sebuah medium dengan frekuensi yang sedikit berbeda, 𝑓1 dan
𝑓2 .
𝑦1 = 𝐴 cos 𝜔1 𝑡 = 𝐴 cos 2𝜋𝑓1 𝑡 …(11)
𝑦2 = 𝐴 cos 𝜔2 𝑡 = 𝐴 cos 2𝜋𝑓2 𝑡 …(12)

Dengan menggunakan prinsip superposisi, kita dapatkan fungsi gelombang


resultan pada titik ini:
𝑦 = 𝑦1 + 𝑦2 = 𝐴(cos 2𝜋𝑓1 𝑡 + cos 2𝜋𝑓2 𝑡) …(13)
Identitas trigonometri
𝑎−𝑏 𝑎+𝑏
cos 𝑎 + cos 𝑏 = 2 cos ( ) cos ( )
2 2

Kemungkinan kita untuk menuliskan pernyataan untuk 𝑦 sebagai


𝑓 −𝑓 𝑓 +𝑓
𝑦 = |2𝐴 cos 2𝜋 ( 1 2 2 ) 𝑡| cos ( 1 2 2 ) 𝑡 …(14)
Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang
pendengar yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama
𝑓 +𝑓
dengan frekuensi rata-rata ( 1 2 2 ) dan amplitudo yang besarnya dinyatakan dalam
tanda kurung siku:
𝑓 −𝑓
𝐴𝑟𝑒𝑠𝑢𝑙𝑡𝑎𝑛 = 2𝐴 cos 2𝜋 ( 1 2 2 ) 𝑡 …(15)

Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah
seiring waktu.
Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara
resultannya terdeteksi setiap kali
𝑓1 − 𝑓2
cos 2𝜋 ( ) 𝑡 = ±1
2

Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang
resultan. Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika
𝑓 −𝑓
( 1 2 2 ), maka jumlah detak perdetik, atau frekuensi detak 𝑓𝑑𝑒𝑡𝑎𝑘 , adalah dua kali
lipat nilai ini, artinya

14
𝑓𝑑𝑒𝑡𝑎𝑘 = |𝑓1 − 𝑓2 | …(16)

E. INTENSITAS POLA INTERFERENSI


Dalam sebuah pola interferensi terdapat posisi intensitas maksimum dan
posisi intensitas minimum. Untuk mencari intensitas sembarang titik pada pola
itu, kita harus menggabungkan kedua medan yang berubah secara sinusoidal di
sebuah titik 𝑃 dalam pola radiasi tersebut, dengan memperhitungkan selisih fasa
dari kedua gelombang itu di titik 𝑃, yang dihasilkan dari selisih lintasan. Maka
intensitas itu sebanding dengan kuadrat amplitudo medan listrik resultan.
Untuk menghitung intensita itu, kita akan menganggap bahwa kedua
fungsi sinusoidal tersebut mempunyai amplitudo 𝐸 yang sama dan bahwa medan
𝐸⃗ terletak sepanjang garis yang sama. Ini menganggap bahwa sumber-sumber itu
identik dan ini mengabaika selisih amplitudo yang kecil yyang disebabkan oleh
panjang lintasan yang tak sama (amplitudonya berkurang seiring dengan jarak
yang semakin bertambah dari sumber itu). Jika kedua sumber itu sefasa, maka
glombang-gelombang yang tiba di 𝑃 berbeda fasa sejumlah yang sebanding
dengan selisih lintasannya, (𝑟2 − 𝑟1 ). Jika sudut fasa antara gelombang-
gelombang yang tiba ini adalah 𝜙, maka kita dapat menggunakan pernytaan
berikut untuk kedua medan listrik yang disuperposisikan di 𝑃.
𝐸1 (𝑡) = 𝐸 cos(𝜔𝑡 + 𝜙)
𝐸2 (𝑡) = 𝐸 cos 𝜔𝑡

Superposisi dari kedua medan itu di 𝑃 adalah sebuah fungsi sinusoidal


dengan suatu amplitudo𝐸𝑃 yang bergantung pada 𝐸 dan selisih fasa 𝜙. Pertama
kita akan mengerjakan pencarian amplitude 𝐸𝑝 jika 𝐸 dan 𝜙 diketahui. Kemudian
kita akan mencari internsitas 𝐼 dari gelombang resultan itu, yang sebanding
dengan 𝐸𝑃 2 .

Amplitudo dalam Interferensi Dua Sumber


Untuk menambahkan kedua fungsi sinusoidal itu dengan sebuah selisih
fasa, kita menggunakan representasi fasor yang sama seperti yang kita gunakan
untuk gerak harmonik sederhana dan untuk tegangan dan arus dalam rangkaian
bolak-balik. Setiap fungsi sinusoidal dinyatakan oleh sebuah vektor yang berotasi
(fasor) yang proyeksinya pada sumbu horizontal pada sebarang saat menyatakan
nilai sesaat fungsi sinusoidal itu.
Diagram fasor menunjukkan bahwa 𝐸1 adalah komponen horizontal dari
fasor untuk gelombang dari sumber 𝑆1, dan 𝐸2 adalah komponen horizontal dari
fasor untuk gelombang dari sumber 𝑆2 . Kedua fasor mempunyai besar 𝐸 yang
sama, tetapi fasa 𝐸1 mendahului fasa 𝐸2 sebesar sudut 𝜙. Kedua fasor berotasi
dalam arah yang berlawanandengan arah jarum jam dengan kecepatan sudut 𝜔
yang konstan, dan jumlah dari proyeksi-proyeksi pada sumbu horizontal itu pada
sebarang waktu memberikan nilai sesaat dari medan 𝐸 total di titk 𝑃. Jadi
besarnya amplitudo 𝐸𝑃 dari gelombang sinusoidal resultan di 𝑃 ditunjukkan
dengan besar fasor merah gelap dalam diagram itu (𝐸𝑃 ).Itulah jumlah vektor dari
kedua fasor lainnya. Untuk mencari 𝐸𝑃 , kita menggunakan hukum kosinus dan
identitas tirgonometri cos(𝜋 − 𝜙) = −cos 𝜙.

15
𝐸𝑃 2 = 𝐸 2 + 𝐸 2 − 2𝐸 2 cos(𝜋 − 𝜙)
𝐸𝑃 2 = 𝐸 2 + 𝐸 2 − 2𝐸 2 cos(𝜙) …(17)

Kemudian dengan menggunakan 1 + cos 𝜙 = 2 cos 2 (𝜙/2), kita mendapatkan

𝐸𝑃 2 = 2𝐸 2 (1 + cos 𝜙) = 4𝐸 2 cos2 (𝜙/2)

𝐸𝑃 = 2𝐸|cos(𝜙/2)| amplitudo dalam …(18)


interferensi dua sumber

Bila kedua gelombang itu sefasa, 𝜙 = 0dan 𝐸𝑃 = 2𝐸. Bila kedua


gelombang itu berbeda fasa secara eksak sebesar setangah siklus, 𝜙 = 𝜋 rad =
180°, cos(𝜙/2) = cos 𝜋/2 = 0, dan 𝐸𝑃 = 0, jadi superposisi dari dua gelombang
sinusoidal dengan frekuensi yang sama dan amplitudo yang sama tetapi dengan
sebuah selisih fasa akan menghasilkan sebuah gelombang sinusoidal yang
frekuensinya sama dan sebuah amplitude di antara nol dan dua kali amplitude
individu, yang bergantung pada selisih fasa.

Intensitas dalam Interferensi Dua Sumber


Intensitas, 𝐼 dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk ekuivalen berikut.
𝐸𝑃 2 1 𝜖0 1
𝐼 = 𝑆𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = = √ 𝐸𝑃 2 = 𝜖0 𝑐𝐸𝑃 2
2𝜇0 𝑐 2 𝜇0 2
Persamaan di atas menunjukkan bahwa 𝐼 sebanding dengan 𝐸𝑃 2 . Jika
perrsamaan amplitudo interfeerensi untuk dua sumber disubstitusikan ke dalam
persamaan di atas, maka akan diperoleh:
1
𝐼 = 2 𝜖0 𝑐𝐸𝑃 2 = 2𝜖0 𝑐𝐸 2 = cos 2 (𝜙/2) …(19)

Itu berarti intensitas maksimum 𝐼0 , yang terjadi pada titik-titik di mana


selisih fasa sama dengan nol (𝜙 = 0), adalah

𝐼0 = 2𝜖0 𝑐𝐸 2 …(20)

Jika intensitas maksimum 𝐼0 adalah empat kali (bukan dua kali) besarnya
1
intensitas 2 𝜖0 𝑐𝐸 2 dari setiap sumber individu.
Dengan mensubstitusikan pernyataan untuk 𝐼0 ke dalam persamaan 18,
kita dapat mendapatkan intensitas 𝐼 di sebarang titik secara sangat sederhana
dalam intensitas maksimum 𝐼0 .

𝐼 = 𝐼0 cos2 (𝜙/2) …(21)


Intensitas dalam interferensi dua sumber

Jika kita rata-ratakan ini pada semua selisih fasa yang mungkin, maka
1
hasilnya adalah 𝐼0 ⁄2 = 𝜖0 𝑐𝐸 2 (rata-rata dari cos 2 (𝜙/2)adalah 2). Ini hanyalah
dua kali intensitas dari setiap sumber individu, seperti yang seharusnya
diharapkan. Keluaran energi total dari kedua sumber itu tidak diubah oleh efek
interferensi, tetapi energi itu didistribusikan kembali. Untuk beberapa sudut fasa,

16
intensitas itu adalah empat kali besarnya intensitas untuk sebuah sumber individu,
tetapi untuk sudut fasa lainnya intensitas itu adalah nol. Sehingga intensitas itu
menjadi seimbang.

Selisih Fasa dan Selisih Lintasan


Selanjutnya kita harus mencari selisih fasa 𝜙 di antara kedua medan di
titik 𝑃 dikaitkan dengan geometri situasi itu. Kita mengetahui bahwa 𝜙 sebanding
dengan selisih panjang lintasan dari kedua sumber itu ke titik 𝑃. Bila selisih
lintasan merupakan satu panjang gelombang, maka selisih fasa itu adalah satu
siklus, dan 𝜙 = 2𝜋 𝑟𝑎𝑑 = 360°. Bila selisih lintasan adalah 𝜆/2, maka 𝜙 =
𝜋 𝑟𝑎𝑑 = 180°, dst. Rasio selisih fasa 𝜙 dengan 2π sama \ dengan rasio selisih
lintasan (𝑟2 − 𝑟1 ) terhadap λ.

𝜋 (𝑟 −𝑟 )
= 2𝜆 1 …(22)
2𝜋
Jadi sebuah selisih lintasan (𝑟2 − 𝑟1 ) menyebabkan sebuah selisih fasa
ditunjukkan oleh
2𝜋
𝜙= (𝑟2 − 𝑟1 ) = 𝑘(𝑟2 − 𝑟1 ) Selisih fasa yang dikaitkan …(23)
𝜆
2𝜋 dengan selisih lintasan
dimana𝑘 = adalah bilangan gelombang
𝜆

jika material dalam ruang di antara sumber dan 𝑃 adalah sesuatu selain dari ruang
hampa, aka kita harus menggunakan panjang gelombang dalam material
𝜆
persamaan di atas. Jika material itu mempunyai indeks refraksi 𝑛, maka 𝜆 = 𝑛0
dan 𝑘 = 𝑛𝑘0 , di mana 𝜆0 dan 𝑘0 berturut-turut adalah panjang gelombang dan
bilangan gelombang dalam ruang hampa.
Jika titik 𝑃 itu jauh sekali dari sumber dibandingkan dengan pemisahan
sumber-sumber 𝑑, maka selisih lintasan itu diberikan oleh persamaan
(𝑟2 − 𝑟1 ) = 𝑑 sin 𝜃
Dengan menggabungkan ini dengan persamaan selisih fasa yang dikaitkan
dengan selisih lintasan akan didapatkan:
2𝜋𝑑
𝜙 = 𝑘(𝑟2 − 𝑟1 ) = 𝑘𝑑 sin 𝜃 = 𝜆 sin 𝜃 …(24)
Bila kita mensubstitusikan ini ke dalam persamaan intensitas dalam
interferensi dua sumber, akan didapatkan:
2𝜋𝑑
𝐼 = 𝐼0 cos2 (1⁄2 𝑘𝑑 sin 𝜃) = 𝐼0 cos2 ( sin Intensitas
𝜃) yang
𝜆 jauhdari dua
sumber …(25)
Arah intensitas maksimum terjadi bila kosinus itu mempunyai nilai +1, yakni bila
𝜋𝑑
sin 𝜃 = 𝑚𝜋 (dengan𝑚 =+0, +1, +2, …)
𝜆

atau
d sin 𝜃 = 𝑚𝜆
Pada interferensi dengan yang ditimbulakan oleh dua celah denga menggunakan
layar yang ditempatkan dengan jarak 𝑎 dari celah-celah itu. Posisi pada layar itu
dijelaskan dengan koordinat 𝑦, dimana biasanya 𝑦 ≪ 𝑎. Dalam kasus tersebut,

17
sin 𝜃 secaar aproksimasi sama dengan 𝑦/𝑎, dan intensitas di sebarang titik pada
layar itu sebagai fungsi dari 𝑦.

𝑘𝑑𝑦 𝜋𝑑𝑦
𝐼 = 𝐼0 cos2 ( 2𝑎 ) = 𝐼0 cos2 ( 𝜆𝑎 ) Intensitas dalam …(26)
interferensi dua celah

F. KOMBINASI INTERFERENSI DAN DIFRAKSI

Pembahasan tentang interferensi dua celah yangterdahulu didasarkan pada


anggapan bahwa lebar celah. Akibatnya interferensi maksimum yang didapat
mempunyai bentuk yang rata.
Pada kenyataannya jika lebar celah tidak kecil, makaakan terjadi difraksi
pada masing-masing celah. Akibatnya pola intensitas maksimum yang didapat
tidak lagi rata.
Pola intensitas interferensi dua celah (yang celahnyamempunyai lebar
tertentu) dapat diperoleh denganmengalikan fungsi intensitas hasil interferensi dan
fungsi intensitas hasil difraksi. Fungsi intensitas interferensi dua celah yang jarak
antar celahnya d adalah

𝜋𝑑
𝐼𝑖𝑛𝑡 = (cos( 𝑠𝑖𝑛𝜃))2
𝜆

Fungsi intensitas difraksi celah tunggal yang lebarnya aadalah


𝜋𝑑
𝑠𝑖𝑛2 ( 𝜆 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝐼𝑑𝑖𝑓 [ 𝜋𝑑 ]
( 𝜆 𝑠𝑖𝑛𝜃)2

Sehingga pola intensitas interferensi dua celah yangmasing-masing celah lebarnya


a dan jarak antar celah dadalah

𝐼 = (𝐼𝑖𝑛𝑡 )(𝐼𝑑𝑖𝑓 )

𝜋𝑑
𝜋𝑑 𝑠𝑖𝑛2 ( 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝐼= [𝑐𝑜𝑠 2 ( 𝜆 𝑠𝑖𝑛𝜃) ( 𝜋𝑑 𝜆 2 )] …(28)
( 𝑠𝑖𝑛𝜃)
𝜆

Ada orde interferensi yang hilang, yaitu yang bertepatan dengan minimum yang
dihasilkan pola difraksi

Kesimpulan

18
 Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih
gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
 Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
 Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
(1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh
sebab itu kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
 Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara
dua gelombang atau dau sumber gelombang.
 Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang lintasan dari
kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah θ dan jarak antara
sumber-sumber adalah 𝑑 maka
𝑑 sin 𝜃 = 𝑚𝜆dengan𝑚 = 0, ±1, ±2 …
 Interferensi destruktid terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu adalah
kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang.
1
𝑑 sin 𝜃 = (𝑚 + 2) 𝜆dengan𝑚 = 0, ±1, ±2 …
Bila θ sangat kecil, maka posisi 𝑦𝑚 dari pita terang ke-𝑚 pada sebuah layar
yang diletakkan sejauh 𝑅 dari sumber-sumber itu diberikan oleh
𝑚𝜆
𝑦𝑚 = 𝑅
𝑑
 Interferensi terbagi menjadi beberapa jeis, diantaranya nterfernsi dua sumber
(eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
 Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih fasa
𝜙 ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan 𝐸𝑃 adalah
𝜙
𝐸𝑃 = 2𝐸 |cos 2 |
2
Dan internsitasnya adalah
𝜙
𝐼 = 𝐼0 cos 2
2
Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih
fasa dari gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang
lintasan (𝑟2 − 𝑟1 ) oleh
2𝜋
𝜙= (𝑟 − 𝑟1 ) = 𝑘(𝑟2 − 𝑟1 )
𝜆 2
 Bila cahaya direfleksiakn dari kedua sisi dari sebuah film tipis yang tebalnya 𝑡
dan tidak terjadi pergeseran fasa pada kedua permukaan, maka interferensi
konstruktif antara gelombang-gelombang yang direfleksikan terjadi bila
2𝑡 = 𝑚𝜆dengan𝑚 = 0, 1, 2, …
 Interferometer Michelson menggunakan sebuah sumber monokromatik dan
dapat digunakan untuk pengukuran panjang gelombang dengan ketepatan

19
yang tinggi. Tujuan awalnya dalah untuk mendeteksi gerak bumi relatif
terhadap eter hipotemik, yakni yang dianggap sebagai medium untuk
gelombang elektromagnetik.

Tes Formatif

a. Pilihan Ganda
1. Percobaan Thomas Young, celah ganda berjarak 5 mm. Dibelakang celah
yang jaraknya 2 m ditempatkan layar , celah disinari dengan cahaya
dengan panjang gelombang 600 nm., maka jarak pola terang ke 3 dari
pusat terang adalah…
a. 72 mm
b. 7,2 mm
c. 0,72 mm

20
d. 0,072 mm
e. 0,0072 mm
2. Tentukanlah panjang gelombang sinar yang digunakan, jika terjadi
interferensi minimum orde 2 pada lapisan di udara dengan ketebalan
103 nm, sudut bias 60°, dan indeks bias lapisan 1,5.
a. 600 x 10-9 m
b. 650x 10-9 m
c. 700x 10-9 m
d. 750x 10-9 m
e. 850 x 10-9 m
3. Cahaya monokromatik dari sumber cahaya yang jauh datang pada sebuah
celah tunggal yang lebarnya 0,8 mm dan jarak pusat terang ke gelap kedua
adalah 1,80 mm dan panjang gelombang cahaya 4800 A maka jarak celah
ke layar adalah…
a. 2 m
b. 1,5 m
c. 0,75 m
d. 0,5 m
e. 0,02 m
4. Untuk menentukan panjang gelombang sinar monokromatik digunakan
percobaan Young. Berikut data-datanya: jarak antar kedua celah 0,3 mm,
jarak celah ke layar 50 cm, dan jarak antara garis gelap kedua dan garis
gelap ketiga pada layar 1 mm. Panjang gelombang sinar monokromatik
tersebut adalah...
a. 350 x 10-9 m
b. 400 x 10-9 m
c. 480 x 10-9 m
d. 540 x 10-9 m
e. 600x 10-9 m
5. Pada percobaan Young, jika jarak antara kedua celahnya dijadikan dua kali
semula, maka jarak antara dua garis gelap yang berurutan menjadi…kali
semula.
a. 0,05
b. 0,25
c. 0,5
d. 2
e. 4
6. Cahaya dengan panjang gelombang 5 x 10-7 m datang pada celah kembar
Young yang jaraknya 2 x 10-1 mm. Pola yang terjadi ditangkap pada layar
yang berada di layar yang berada 1 meter dari celah kembar. Jarak antara
dua buah garis terang adalah…cm
a. 0,05
b. 0,10
c. 0,15
d. 0,25
e. 2,50
7. Suatu gelembung sabun tampak berwarna merah ketika disinari cahaya
putih tegak lurus terhadap permukaannya. Bila indeks bias gelembung

21
sama dengan indeks bias air (4/3) dan panjang gelombang yang digunakan
680 nm, berapakah ketebalan minimum gelembung sabun?
a. 146 x 10-9 m
b. 129 x 10-9 m
c. 229 x 10-10 m
d. 112 x 10-10 m
e. 106 x 10-10 m
8. Lapisan tipis minyak yang ada diatas permukaan air tampak berwarna
warni bila terkena sinar matahari merupakan peristiwa...
a. Interferensi
b. Difraksi
c. Polarisasi
d. Refkasi
e. Dispersi
9. Berapakah diameter garis gelap keempat dari sebuah percobaan cincin
Newton yang menggunakan gelombang cahaya 4000 Å dan jari-jari lensa
plankonveks yang di antaranya terdapat kaca berisi udara dengan indeks
bias 1 adalah 0,4 meter.
a. 6,4 x 10-3 m
b. 2,0 x 10-3 m
c. 8,0 x 10-4 m
d. 6,4 x 10-4 m
e. 4,8 x 10-4 m
10. Seberkas cahaya melewati celah tunggal yang sempit, menghasilkan
interferensi minimum orde ketiga dengan sudut deviasi 300. Jika cahaya
yang digunakan mempunyai panjang gelombang 6000 Å, maka tentukan
lebar celahnya.
a. 1,05 x 10-6 m
b. 3,0 x 10-6 m
c. 3,9 x 10-5 m
d. 4,2 x 10-6 m
e. 5,4 x 10-5 m
11. Dua celah dengan jarak 0,2 mm disinari oleh seberkas sinar yang tegak
lurus. Garis terang ketiga terletak 7,5 mm dari garis terang ke nol pada
layar yang jaraknya satu meter dari celah. Panjang gelombang sinar yang
digunakan adalah…
a. 5,0 x 10-3 mm
b. 2,5 x 10-3 mm
c. 5,0 x 10-4 mm
d. 2,5 x 10-4 mm
e. 1,5 x 10-4 mm
12. Sebuah percobaan cincin Newton menghasilkan jari-jari garis terang ke-2
sebesar 2 mm. Berapakah panjng gelombang cahaya yang digunakan jika
daerah di antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks
bias 1. Jari-jari lensa plankonveks yang digunakan sebesar 2 m.
a. 0,67 x 10-6 m
b. 0,50 x 10-6 m
c. 2,00 x10-6 m

22
d. 0,50 x 10-5 m
e. 4,00 x 10-5 m
13. Cahaya dengan panjang gelombang 680 nm jatuh tegak lurus pada dua
buah pelat tipis yang diantaranya terdapat batas udara dengan indeks bias
1. Berapa jumlah garis-garis gelap yang terjadi.
a. 103
b. 141
c. 232
d. 250
e. 300
14. Sebuah material lapisan lensa yang lazim digunakan adalah magnesium
florida MgF2, dengan n=1,38. Berapakah panjang gelombang yang
melewati lapisan nonreflektif untuk cahaya yang panjang gelombangnya
550 nm?
a. 18,6 x 10-8 m
b. 201,6 x 10-9 m
c. 23,8 x 10-8 m
d. 288,8 x 10-8 m
e. 398,6 x 10-9 m
15. Sebuah interferometer Michelson digunakan dengan cahaya yang panjang
gelombangnya 605,78 nm. Jika pengamat memandang pola interferensi
tersebut melalui sebuah terleskop dengan dengan lensa mata rambut
bersilang, berapa banyak pita yang melewati rambut bersilang itu bila
cermin M2 bergerank persis sejauh 1 cm ?
a. 33015
b. 27255
c. 23785
d. 19455
e. 15315

b. Uraian
1. Dalam sebuah eksperimen interferensi dua celah, celah-celah terpisah
dengan jarak 0,2 mm, dan layarnya berjarak 0,1 m. pita terangn ketiga
(dengan tidak menghitung pita terang pusat yang lurus kedepan dari celah-
celah itu) didapatkan tergeser 7,5 mm dari pita tengah. Carilah panjnag
gelombang cahaya yang digunakan.
2. Misalkan duapelat kaca adalah dua slide mikroskop yang mempunyai
panjang 10 cm. Di ujung yang satu, kedua pelat itu dipisahkan oleh
sepotong kertas yang tebalnya 0,020 mm. Berapakah jarak antara dari pita
interfefrensi yang terlihat oleh refleksi?
3. Pada titik paling dekat dengan pangamat gelembung sabuntampak kuning
(λ = 575 nm), jika gelembung sabun dianggap mempunyai indeks bias (n =
1,45) berapakah tebal dar gelembnung sabun tersebut? (yang terlihat
adalah interferensi pada orde 1)
4. Diameter cincin gelap ke-3 dari sebuah percobaan cincin Newton adalah 3
mm. Jika jari-jari lensa plankonveks yang digunakan adalah 1,5 m.
berapakah panjang gelombang cahaya yang digunakan jika daerah di
antara lensa plankonveks ada kaca berisi udara dengan indeks bias 1.

23
5. Misal dua buah antenna radio yang identik yang terpisah sejauh 10 m dan
frekuensi gelombang-gelombang yang diradiasikan itu dinaikkan menjadi
𝑓 = 60 MHz. Intensitas pada 700 m dalam arah 𝑥 posistif (yang
bersesuaian dengan θ = 0 adalah 𝐼0 = 0,020 W/m2 . Berapakah intensitas
dalam arah θ = 4,0° ?.

Kunci Tes Formatif


a. Pilihan Ganda
1. C (0,72 mm)
2. D (750 x 10-9 m)
3. B (1,5 m)
4. E (600 x 10-9 m)
5. C (0,5)
6. D (0,25)
7. B (129 x 10-9 m)
8. A (Interferensi)
9. C (8,0 x 10-4 m)
10. D (4,2 x 10-6 m)
11. C (5,0 x 10-4 m)
12. A (0,67 x 10-6 m)
13. B (141)
14. E (398,6 x 10-9 m)
15. A (33015)

b. Essay
1. Diketahui:
𝑚= 3
𝑅 = 1,0 𝑚
𝑑 = 0, 20 𝑚𝑚
𝑦3 = 7,5 𝑚𝑚
Ditanya: λ = …. ?
Jawab:
𝑦𝑚 𝑑
𝜆=
𝑚𝑅
(7,5 × 10−3 m)(0,20 × 10−5 m)
𝜆=
(3)(1,0m)
−9
𝜆 = 500 × 10 = 500 nm

24
2. Kita hanya akan meninjau interferensi di antara cahaya yang direfleksikan
dari permukaan sebelah bawah dari lapisan udara. Dan pita yang terbentuk
adalah pita garis gelap yang mempunyai syarat
2𝑡 = 𝑚𝜆0 dengan𝑚 = 0, 1, 2, ….
Dari segitiga-segitiga yang sama dan sebangun ketebalan 𝑡 dari lapisan
udara di setiap titik-titik sebanding dengan jarak 𝑥 dari garis persentuhan:
𝑡 ℎ
= 𝑙 jadi kita bisa dapatkan
𝑥
2𝑥ℎ
= 𝑚𝜆0 .
𝑙
Ditanya: 𝑥 = ⋯ ?
Jawab:
2𝑥ℎ
= 𝑚𝜆0 .
𝑙
𝑙𝜆0 (0,10 m)(500 × 10−9 m)
𝑥 =𝑚 =𝑚
2ℎ 2(0,020 × 10−3 m)
𝑥 = 𝑚(1,25 mm)
Jadi pita gelap yang berurutan, yang bersesuaian dengan nilai bilangan
bulat 𝑚 yang bersangkutan, terpisah sejauh 1,25 mm

3. Diketahui:
𝜆 = 575 𝑛𝑚 = 575 × 10−9
𝑛 = 1,45
𝑚=1
Ditanya: d= ....?

Jawab:
2𝑛𝑑 = (𝑚 + ½)𝜆
2𝑛𝑑 = ½𝜆
(2)(1,45)𝑑 = ½(575 × 10−9 )
575 × 10−9 𝑚
𝑑=
4(1,45)
𝑑 = 99,13 × 10−9 𝑚 = 99,13 𝑛𝑚

4. Diketahui:
𝑚=3
−3
𝑑=3 𝑚𝑚=3 × 10 m
𝑅=1,5𝑚
𝑛=1
Ditanya: Berapakah panjang gelombang yang cahaya yang digunakan?
Jawab:
𝑛𝑟 2
𝑚𝜆𝑢 =
𝑅
3 2
1 (2 × 10−3 ) 𝑚
3𝜆𝑢 =
1,5𝑚

25
3
(4 × 10−6 ) 𝑚
𝜆𝑢 =
1,5𝑚
3
(4 × 10−6 ) 𝑚
𝜆𝑢 =
3⁄2 𝑚
𝜆𝑢 = 0,5 × 10−6 𝑚

5. Diketahui:
𝑓= 6 MHz = 6 x 106 Hz
𝑑= 10 m
𝐼0 = 0,020 W/m2

Ditanya: a. 𝐼 dalam arah θ = 4,0° ?


b. dalam arah manakah di dekat θ=0 intensitas sebesar 𝐼0 /2?
c. dalam arah manakah intensitas adalah nol?
Jawab:
𝑐 3,0 × 108 m/s
𝜆= = = 5,0 m
𝑓 60 × 106 s−1
Jarak antara di antara sumber-sumber itu adalah d = 10 m = 2λ, dan
𝜋𝑑
𝐼 = 𝐼0 cos2 ( sin 𝜃)
𝜆
𝜋(10𝑚)
𝐼 = (0,020 W/m2 ) cos 2 [ sin𝜃]
(5,0𝑚)
𝐼 = (0,020 W/m2 ) cos 2 ((2𝜋 rad) sin 𝜃)
Bila θ = 4,0°.
𝐼 = (0,020 W/m2 ) cos2 ((2𝜋 rad) sin 4,0°)
𝐼 = 0,016 W/m2
Ini adalah kira-kira 82% dari intensitas pada θ = 0

26
Daftar pustaka

- Resnick, Robert dan Halliday, David. 1994. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
- Sarojo, Ganiati Aby. 2010. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba Tekhnika
- Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba Teknika
- Young, Hugh D dan Freedman, Roger A. 2003. Fisika Universitas. Jakarta:
Erlangga
- http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198211
2-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf
- http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/
- http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-
CAHAYA.pdf
- http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=3
9&Itemid=88
- http://blog.uad.ac.id/dianretnowati/2011/12/05/interferensi-cahaya/
- http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-
CAHAYA.pdf
- http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.pdf
- http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.pdf
- http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=4
0&Itemid=89
- http://fisikon.com/kelas3/index.php?option=com_content&view=article&id=4
2:interferensi-pada-lapisan-tipis-&catid=6:gelombang-cahaya&Itemid=92
- http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.pdf
- http://nenysmadda.ucoz.org/news/cincin_newton/2010-09-03-16
- http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Newton
- http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-
CAHAYA.pdf

27
- http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-
CAHAYA.pdf
- http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.pdf
- http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-
CAHAYA.pdf
- http://id.wikipedia.org/wiki/Interferometer_Michelson
- http://staff.blog.ui.ac.id/supriyanto.p/2009/01/28/pengembangan-
interferometer-michelson/
- http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDatabyId/9
128/9128.pdf
- http://www.scribd.com/doc/81916056/Analisis-Pola-Interferensi-Pada-
Interferometer-Michelson-Untuk-Menentukan-Panjang-Gelombang-Sumber-
Cahaya
- http://www.phys.itb.ac.id/~khbasar/arsip/FI1201/Interferensidandifraksi.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai