Nama Asisten :
1. Indri
Rekan Kerja :
1. Leotaher
2. Reinhart A.
Christofer Hairichi S.
1400510018
I.
Tujuan Praktikum :
II.
Untuk
Untuk
Untuk
Untuk
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang
datar dan berpotongan di satu titik. Sinar datang dari medium
kurang rapat (renggang) ke medium lebih rapat akan dibiaskan
2. Lensa Cekung
Sifat lensa cekung hampir sama dengan cermin cembung yaitu:
-
REFLEKSI GELOMBANG
Gelombang dapat berinteraksi. Salah satu interaksi gelombang
adalah
pemantulan
gelombang
atau
refleksi
gelombang.
Pemantulan gelombang biasanya terjadi ketika gelombang yang
sedang berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain menabrak
suatu penghalang. Contohnya gelombang pada air. Gelombang pada
air laut yang terpantul ketika menabrak karang atau sisi kapal,
gelombang air yang terpantul dari sisi kolam renang atau bak
mandi. Dan masih banyak contoh pemantulan yang bisa kita temui
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari contoh gelombang tersebut dapat dikatakan bahwa,
pemantulan (Refleksi) gelombang adalah peristiwa pengembalian
seluruh atau sebagian dari suatu gelombang jika gelombang
tersebut bertemu dengan bidang batas antara dua medium.
Ada beberapa fenomena dalam refleksi gelombang diantaranya:
1.
-
fokus
Gambar 2.5 Pemantulan Cermin Cekung Sifat pertama
2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu
utama
utama
Gambar 2.9 Pemantulan Cermin Cembung Sifat Kedua
3. Sinar datang menuju pusat kelengkungan dipantulkan melalui
titik yang sama
Alat Eksperimen :
Langkah Kerja :
Mengecek alat alat yang akan digunakan di laboratorium
Memasang alat - alat yang diperlukan
Dalam percobaan pertama, susun secara berurutan pada jalur
: laser, polarisator, dan layar. Nyalakan laser dan arahkan
hingga mengenai polarisator dan layar. Kemudian putar
polarisator hingga cahaya terlihat redup, putar dari 0 sampai
0. Lalu catat setiap sudut yang membuat cahaya meredup.
Percobaan kedua, susun secara berurutan pada jalur : laser,
polarisator pertama (sudut 0), polarisator kedua, dan layar.
Nyalakan laser dan arahkan sampai mengenai seluruh
komponen yang terpasang pada jalur. Kemudian putar
polarisator kedua hingga cahaya tidak terlihat. Lalu catat
setiap suduth yang membuat cahaya tidak terlihat.
Percobaan ketiga, susun secara berurutan pada jalur : laser,
polarisator pertama (sudut 0), polarisator kedua, polarisator
ketiga (sudut 90), layar. Kemudian nyalakan laser dan
arahkan hingga melewati setiap komponen pada jalur. Lalu
putar polarisator kedua hingga cahaya berada pada kondisi
optimal, catatlah setiap sudut yang membuat rambatan
cahaya optimal.
III.
sin
sin
n(literatur )
n relatif =
nn (literatur )
a1
(cm)
a2
(cm)
no
b1
(cm)
b2
(cm)
0,21
3,4
0,9
3,4
1,3
3,4
1,45
a3 (cm)
3,51283
4
1,61554
9
1,80277
6
2,08626
5
3,5
0,3
1,5
0,6
1,5
1,5
1,6
3,4
1,5
3,6
3,9
2,5
3,4
b3 (cm)
3,4064
79
3,5171
01
3,6400
55
3,7576
59
4,2201
9
b2
a2
a3
b1
b3
a1
Gambar 3.1.1.1.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-siku
Tabel 3.1.1.1 Nilai Indeks Bias
no
.
1
2
3
4
5
sin a
sin b
n2
nlitelatur
0,09
0,06
1,39
1,49
0,37
0,26
1,45
1,49
0,55
0,36
1,55
1,49
0,70
0,43
1,63
1,49
0,92
0,59
1,56
1,49
n
relatif
7%
3%
4%
10%
5%
Rata - rata
1,49
1,52
Standar Deviasi
6%
0,10
Prisma Trapesium
0.70
0.60
f(x) = 0.62x + 0.01
0.50
0.40
sin
0.30
0.20
0.10
-
0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
sin
n2 = 1,614726
sin
sin
n(literatur )
n relatif =
nn (literatur )
b2
no
a1
(cm)
a2
(cm)
1,4
0,3
1,4
0,51
1,4
0,9
1,4
1,5
1,4
2,7
a3 (cm)
1,4317
82
no
b1
(cm)
b2
(cm)
0,55
3,7
1,49
1,6643
32
2,0518
28
3,0413
81
0,9
3,7
1,6
3,7
2,15
3,7
2,9
3,7
b3 (cm)
3,7406
55
3,8078
87
4,0311
29
4,2793
11
4,7010
64
a2
a3
b1
b3
a1
Gambar 3.1.2.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-siku
Tabel 3.1.2.2 Nilai Indeks Bias
no
1
2
3
4
5
sin a
sin b
n2
nlitelatur
0,21
0,15
1,43
1,33
0,34
0,24
1,45
1,33
0,54
0,40
1,36
1,33
0,73
0,50
1,46
1,33
0,89
0,62
1,44
1,33
Rata - rata
1,43
Standar Deviasi
1,33
n
relatif
7%
9%
2%
9%
8%
7%
0,04
0.50
0.40
sin
0.30
0.20
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
sin
n2 = 1,39840582
sin
sin
n(literatur )
n relatif =
nn (literatur )
a1
(cm)
a2
(cm)
1,4
0,4
1,4
0,7
1,4
1,15
1,4
1,75
1,4
3,9
a3 (cm)
1,4560
22
1,5652
48
1,8117
67
2,2410
93
4,1436
7
no
b1
(cm)
b2
(cm)
0,8
4,5
1,4
4,5
2,2
4,5
2,8
4,5
3,9
4,5
b3 (cm)
4,5705
58
4,7127
49
5,0089
92
5,3
5,9548
3
b2
a2
a3
b1
b3
a1
Gambar 3.1.3.1 Sinar yang dibentuk sebagai segitiga siku-siku
Tabel 3.1.3.2 Nilai Indeks Bias
no
1
2
3
4
5
sin a
sin b
n2
nlitelatur
0,27
0,18
1,57
1,33
0,45
0,30
1,51
1,33
0,63
0,44
1,45
1,33
0,78
0,53
1,48
1,33
0,94
0,65
Rata - rata
1,44
1,33
n
relatif
18%
13%
9%
11%
8%
12%
1,49
Standar Deviasi
1,33
0,05
0.50
0.40
sin
0.30
0.20
0.10
0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
sin
n2 = 1,447807
3.2 Pemantulan Ganda (Multiple Reflection)
3.2.1 Pemantulan Ganda pada Medium Trapesium
Percobaan ini mencari besar indeks bias ketika cahaya yang
melewati balok akrilik trapesium. Maka untuk mencari besar indeks
bias digunakan rumus:
2 x d x sin x cos 2
n= (
) +sin 2
a
nliteratur
n relatif =
n literaturn
d = 3,3 cm
sin a
0,09
0,37
0,55
0,70
a (cm)
0,55
1,3
2,05
2,25
cos a
0,9963
47
0,9284
77
0,8320
5
0,7189
88
1,024634
896
1,789623
544
1,586088
404
1,622250
417
n
literatu
r
relatif
1,49
31%
1,49
20%
1,49
6%
1,49
9%
0,3846
15
0,7720
95
0,2404
68
10
0,92
Rata - rata
Standar Deviasi
0,952353
215
1,394990
095
0,379799
867
1,49
36%
1,49
21%
2 x d x sin x cos 2
n= (
) +sin 2
a
nliteratur
n relatif =
n literaturn
d = 5 cm
Tabel 3.2.2 Nilai Indeks Bias pada Tiga Polarisator
no
.
1
2
3
3.3
4
5
sin a
0,2747
21
0,4472
14
0,6347
39
0,7808
69
0,9411
95
a
2,2
3
3,6
4,1
4,8
Rata - rata
Standar Deviasi
cos a
0,9615
24
0,8944
27
0,7727
26
0,6246
95
0,3378
65
0,7182
47
0,2483
11
1,231713
775
1,406334
874
1,503046
112
1,423131
751
1,150975
244
1,343040
351
0,146035
342
n
literatu
r
relatif
1,33
7%
1,33
6%
1,33
13%
1,33
7%
1,33
13%
1,33
9%
Peman
tulan
r1 (m)
no
.
1
2
3
4
5
n
literat
ur
1,515
r0 (m)
f (m)
0,017
1,515
0,017
0,01
1,515
0,017
0,011
1,515
0,017
0,012
1,515
0,017
0,1309
71
0,1309
71
0,1309
71
0,1309
71
0,1309
71
0,1309
71
L (m)
0,034
0,046
8
0,060
3
0,072
2
0,087
7
0,007
5
0,009
RATA-RATA
r0 relatif
Pemantulan Sempurna
15%
15%
15%
15%
15%
15%
Gambar
3.3.1
Pola
f(x) = 0.08x + 0
0.01
0.01
R
0.01
0
0
0
0.03
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
3.5
Berikut ini adalah data hasil pengukuran pemantulan dari lensa konkaf. Untuk
mencari besar nilai indeks bias digunakan rumus :
R
n= +1
f
Keterangan :
-
n : indeks bias
R : Jari jari Lensa
f : fokus lensa
sin a
n
literat
ur
3,60
0,22
1,49
1,31
0,04
12%
1,30
3,60
0,36
1,49
1,27
0,04
14%
1,80
3,90
0,54
1,49
1,26
0,03
15%
2,20
4,20
0,69
1,49
1,24
0,03
17%
2,60
4,60
0,76
1,49
1,26
0,03
15%
no
.
0,90
R(m)
n
relatif
Rata-Rata
1,27
0,04
15%
IV.
Analisa Data
Pada percobaan pertama pengukuran sudut dilakukan dengan cara mengukur
panjang garis-garis sinar, kemudian menggunakan rumus pitagoras untuk mencari
kemiringan dari segitiga yang dibentuk. Lalu mencari nilai sin pada segitiga sehingga
dapat ditentukan besar sudut yang dihasilkan. Setelah itu, percobaan ini menggunakan
tiga buah medium berbahan akrilik yang berbeda bentuk, yaitu : trapesium, balok
akrilik besar dan kecil yang diisikan air. Jika dilihat secara kasar nilai sin a selalu
lebih besar dibandingkan sin b. Hal ini dikarenakan sudut sinar datang lebih besar
dibanding sudut pembiasan sinar. Pembiasan terjadi karena perbedaan kerapatan
medium. Karena medium yang digunakan lebih rapat dibandingkan udara
menyebabkan sinar terbias. Hasil nilai indeks bias yang didapatkan memiliki relatif
yang mendekati nilai indeks bias secara literatur(terori) maka nilai yang didapat sudah
dapat dikatakan benar. Dan nilai plot antara sin a terhadap sin b menunjukkan rumus
bahwa y=mx +c dimana y adalah sin b, x adalah sin a, dan m adalah satu dibagi n 2
(nilai indeks bias medium). Hasil yang didapat berdasarkan grafik juga mendekati
nilai indeks bias secara literatur yaitu 1,61 untuk trapesium, 1,39 untuk balok besar,
dan 1,44 untuk balok kecil.
Pada percobaan kedua menggunakan dua buah medium berbahan akrilik yang
berbeda bentuk, yaitu : trapesium dan balok akrilik besar yang diisikan air. Dalam
percobaan ini pengukuran jarak dari hasil pemantulan ganda dengan menggunakan
rumus :
2 x d x sin x cos 2
n= (
) +sin 2
a
Sistematika dari pemantulan ganda ini adalah ketika sinar masuk sebagai sinar datang
yang telah melewati lapisan pertama (akrilik) dan kemudian akan dipantulkan oleh
lapisan akrilik dalam bagian bawah dari medium tersebut. Jika dibandingkan dengan
percobaan pertama, hasil indeks bias yang didapatkan memiliki relatif yang lebih
besar dibandingkan dengan relatif indek bias pada percobaan pertama. Hal ini
dikarenakan mengabaikan medium air yang ada di dalam akrilik yang seharusnya
mempengaruhi pembiasan yang terjadi.
Pada percobaan ketiga, pembuktian mengenai tentang pemantulan sempurna
atau dapat dikatakan Total Internal Reflection. Dengan menggunakan medium
segitiga sama kaki dengan sudut 450 450 900. Ketika sinar masuk ke dalam
medium sinar tersebut lalu terpantul sisi pertama yang mengarahkan sinar ke sisi
sebelahnya dan kemudian dipantulkan lagi keluar tanpa perubahan sudut sinar yang
keluar, maka pemantulan tersebut dapat dikatakan sebagai pemantulan sempurna.
Pada percobaan keempat, setelah mencari data nilai dari jarak lensa ke layar
(L) dan diameter (r1), lalu nilai-nilai tersebut diplotkan menjadi sebuah grafik.
Sehingga menghasilkan persamaan garis liner yaitu y = 0,1298x + 0,017.
Persamaan ini dibandingkan dengan rumus : r =
r0
L+ r 0 . Berdasarkan persamaan
f
tersebut c bernilai sebagai konstanta dan c adalah jari-jari kelengkungan dari lensa
yang digunakan, nilai m(0,1298) pada persamaan adalah r0/f , kemudian dapat
diperoleh besar nilai fokus lensa dengan cara membagi r0 dengan m.
Pada percobaan kelima yaitu menentukan kelengkungan dan indek bias lensa. Lensa
yang digunakan tersebut memiliki indeks bias sebesar 1,49. Pada percobaan ini kita
dapat menggunakan nilai focus lensa yang didapat dari percobaan keempat sebesar
0,11471. Dari data awal diketahui nilai a dan sin , maka kita dapat mencari
a
kelengkungan lensa tersebut dengan menggunakan rumus R = sin . Sehingga di
peroleh rata-rata kelengkungan lensa tersebut sebesar 4 cm. Setelah itu untuk
memperoleh nilai n dari data tersebut dapat menggunakan rumus n =
R
+1 . Hasil n
f
yang diperoleh dari percobaan tersebut sebesar 1,31 dan jika dibandingkan dengan
literatur nilai tersebut memiliki kesalahan sebesar 12%.
Pada percobaan keenam yaitu teropog galileo, dapat menggunakan 2 buah lensa yaitu
plan konkav dan plan konveks. Ketika lensa tersebut disusun, sinar datang pertama
akan menyinari lensa cembung datar kemudian dilanjutkan dengan lensa cekung datar.
Pada percobaan ketika kedua lensa tersebut maka akan menghasilkan nilai focus yang
sama, namun jika kedua lensa renggang atau dikatakan memiliki jarak. Maka focus
yang dihasilkan akan berbeda. Dapat dilihat pada rumus L + f1 = f2 jika memiliki
jarak, dimana L sebagai jarak antara kedua lensa tersebut. Dan jika kedua lensa tidak
memiliki jarak, maka f1 = f2.
V.
Kesimpulan
VI.
Saran
Praktikum ini sebaiknya dilakukan pada ruangan yang tidak
terlalu terang agar memudahkan praktikan melihat sinar cahaya
yang sedang digunakan.
VII.
Referensi
Petunjuk Praktikum Fisika Dasar II Surya University