Cahaya adalah salah satu energi yang memiliki gelombang elektromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380 sampai 750 nm. Gelombang cahaya tidak
membutuhkan medium untuk merambat, itulah sebabnya cahaya tetap dapat merambat
meskipun dalam ruang yang hampa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cahaya adalah sesuatu yang bersinar dan terang seperti lampu atau matahari yang
memungkinkan mata kita menangkap bayangan benda-benda di sekitar. Isaac Newton pernah
mengungkapkan dalam Hypothesis of Light tahun 1675 bahwa cahaya terdiri dari partikel-
partikel halus yang memancar ke semua arah dari titik sumbernya. Sumber cahaya adalah
benda yang bisa menghasilkan cahaya. Berdasarkan sumbernya cahaya kemudian dibagi
menjadi dua, yakni cahaya yang berasal dari benda itu sendiri dan cahaya yang memancar dari
benda lain akibat pantulan cahaya dari permukaan benda tersebut. Menurut Encyclopaedia
Britannica (2015), cahaya adalah radiasi elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata.
SIFAT-SIFAT CAHAYA
Cahaya dapat dihasilkan dari benda yang dapat menghasilkan cahaya, yaitu sumber
cahaya. Sumber cahaya terdiri dari sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan.
Pembiasan cahaya dijelaskan secara rinci melalui Hukum Snellius atau juga dikenal
sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan.
Hukum Snellius ini pertama kali ditemukan oleh matematikawan asal Belanda bernama
Willebrord Snellius.
Hukum Snellius menjelaskan hubungan antara sudut datang dengan sudut bias yang ada
pada cahaya ketika melalui dua medium yang memiliki perbedaan kerapatan optik.
Hukum Snellius juga disebut Hukum Descartes karena pada 1937, ilmuwan asal Prancis
Rene Descartes juga memaparkan fenomena tersebut melalui tulisan tulisan Discourse
on Method.
Dalam tulisan itu dijelaskan bahwa cahaya mempunyai kecepatan yang tinggi ketika
melewati medium yang lebih rapat karena pada dasarnya cahaya adalah gelombang
yang muncul karena plenum yang terganggu, substansi berkelanjutan yang akhirnya
membentuk dunia.
Rumus dari Hukum Snellius yaitu:
n1 sin θ1 = n2 sin θ2
Keterangan:
• Pemantulan Teratur
Macam pemantulan teratur bisa terjadi atau muncul jika berkas cahaya mengarah atau
mengenai bidang pantul yang datar serta teratur. Pemantulan cahaya yang terjadi pada
permukaan yang rata adalah pemantulan yang sesuai dengan konsep datangnya cahaya dan
pantulan cahaya, pemantulan cahaya pada cermin datar bersifat sempurna dan teratur.
• Pemantulan Baur
Munculnya pemantulan baur jika berkas cahaya mengenai bidang pantul dengan permukaan
yang tidak datar. Cahaya yang memantul memang terlihat tidak teratur dan terarah, namun
sesuai dengan garis-garis pantulnya yang muncul. Cahaya tetap memantul sesuai dengan
konsep pemantulan cahaya, dalam hal ini yang membedakan hanyalah bidang pantulnya saja.
Pemantulan baur tercipta karena bidang berada dalam kondisi yang tidak teratur, meskipun
konsep pemantulan yang muncul tetap sama. Sehingga contoh pemantulan cahaya dalam hal
ini mempunyai sudut sama di antara sinar yang datang dan sinar pantul. Terdapat dua jenis hal
yang perlu dipahami dengan benar dari pemantulan cahaya ini, seperti berikut.
• Munculnya pemantulan teratur terjadi hanya bila bidang pantul yang dipantuli
cahaya memiliki permukaan datar, seperti pada cermin misalnya.
• Munculnya pemantulan baur dikarenakan permukaan bidang yang dipantuli cahaya
tidak rata, seperti pada cermin yang kotor atau retak seperti akan pecah.
Pemantulan cahaya pada cermin cekung, seperti pada alat-alat yang memanfaatkan
proses biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu utama kendaraan bermotor dan lampu
senter. Perlu diketahui beberapa sifat dari bayangan cermin cekung, karena sangat bergantung
dengan letak dan posisi benda terhadap cermin tersebut. Berikut ini beberapa sifat dari
bayangannya.
• Jika benda diletakkan mendekati cermin cekung, akan muncul sifat bayangan yang
terbentuk dengan tegak, besar dan semu atau maya.
• Jika benda dijauhkan dari cermin cekung, maka sifat yang muncul dari bayangan
adalah nyata asli dan bisa juga terbalik.
Terdapat sebuah pengelompokkan pada cermin cekung yang melihat posisi benda masing-
masing ruang, di antaranya seperti benda ruang pertama berisi maya, tegak dan diperbesar.
Ruang dua isinya nyata, terbalik dan diperbesar, ruang tiga berisi nyata terbalik dan diperkecil.
Dan terakhir adalah ruang tepat di pusat kelengkungan yang isinya nyata, terbalik dan sama
besar.
Pemantulan cahaya pada cermin cembung, salah satu cermin dengan permukaan bidang pantul
yang lengkungannya mengarah ke luar. Pemantulan cahaya pada cermin cekung sangat mudah
ditemui, yakni pada spion kendaraan bermotor. Hal itu dimanfaatkan sebagai penglihat
bayangan yang lebih lebar dari sudut pandangan.
Sama dengan cermin cekung, cermin cembung juga memiliki beberapa sifat dari bayangan
yang dihasilkannya. Terdapat dua sifat yang dimiliki cermin cembung, di antaranya hasil
bayangan pada cermin cembung sifatnya bayangan maya dan tegak. Dan yang kedua, ukuran
bayangan lebih kecil dari ukuran benda sesungguhnya atau sifatnya diperkecil, berikut sifat
sinar pantulannya.
• Sinar datang sejajar dengan sumbu utama, sehingga akan dipantulkan seolah-olah
dari fokus yang ada.
• Sinar datang yang arahnya menuju R, kemudian dipantulkan kembali dari R sesuai
dengan kedatangannya.
• Sinar yang datang akan menuju ke titik fokus utama, kemudian dipantulkan secara
sejajar dengan sumbu utama.
RUMUS PEMANTULAN CAHAYA
n = (3600/α)-1
n = banyak jumlah bayangan (buah)
α = sudut antara dua cermin (derajat)
• Rumus Pemantulan Cahaya
θi = θr
Ii sin θi = Ir sin θr
θi = sudut datang (derajat)
θr = sudut pantul (derajat)
Ii = sinar datang
Ir = sinar pantul
• Rumus Indeks Bias
n1 sin θi = n2 sin θr
n1 dan n2 = indek bias
Contoh Soal Pemantulan Cahaya
• Pak Bambang menyinari kaca tebal dengan sudut 60 derajat terhadap garis
normal, jika cepat rambat cahaya yang terdapat di dalam cahaya adalah 2 × 108
m/s, tentukan indeks bias kaca.
Pembahasan
Diketahui:
θi = 60 derajat
V2 = 2 × 108 m/s
V1 = 3 × 108 m/s
n1= 1
Penyelesaian:
n = c/v
n = 3 × 108/2 × 108
n = 1.5
Jadi indek bias kaca tebal adalah 1.5
• Tentukan Sudut Biasnya
θi = 60 derajat
V2 = 2 × 108 m/s
V1 = 3 × 108 m/s
n1= 1
Penyelesaian:
n1 sin θi = n2 sin θr
1 sin 60 = 1.5 sin θr
sin θr = 0.866/1.5
sin θr = 0.577
θr = 35.26 derajat
Jadi sudut pantul sinar tersebut adalah 35.26 derajat
Faktor pertama, posisi matahari harus berada di atas garis horizon. Cahaya matahari tidak boleh
dihalangi awan, pegunungan, atau hal lainnya. Kemudian, posisi matahari juga harus sedikit
lebih rendah. Apabila kita berada di posisi yang sama dengan garis horizon, matahari perlu
berada di sudut 42 derajat agar pelangi bisa tampak dari tempat kita berdiri.
Hal yang perlu kamu ingat, munculnya pelangi selalu di sisi langit yang berlawanan dengan
matahari. Sehingga, ketika kamu melihat pelangi, posisi matahari akan berada di belakangmu.
Oleh sebab itu lah, udara di sisi langit yang berlawanan dengan kamu harus mengandung
banyak butiran air, misalnya setelah hujan.
Pelangi memang tidak hanya terjadi setelah hujan, melainkan juga bisa terbentuk asal
memenuhi syarat. Misalnya, percikan air ke udara di air terjun atau di pantai dekat tebing. Pada
posisi itu kamu mungkin bisa melihat pelangi.