Anda di halaman 1dari 22

GELOMBANG DAN OPTIK

“ INTERFERENSI “

KELOMPOK 3 :

1. DEVI RAHMADANI ( 19033016 )

2. FAHRUL JUANDA ( 19033022 )

3. INDAH ANNISA ( 19033028 )

4. NOPI OKTAVYA ( 19033047 )

DOSEN PENGAMPU:

Dr. HAMDI, M.Si.

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “ Interferensi “.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Hamdi, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Gelombang dan
Optik yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang,1 november 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Interferensi dan koherensi....................................................................................................2
2.2 Interferometer pembelahan muka gelombang.......................................................................4
BAB II
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah

Seperti yang telah kita pelajari bahwa pembahasan gelombang sangat lah
penting dalam fisika. Gelombang banyak sekali digunakan baik itu karena
kaitannya dengan cabang keilmuan fisika lainnya ataupun kegunaannya dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Maka dari itu, mempelajari dan memahami
berbagai konsep mengenai gelombang ini sangat dianjurkan bagi orang-orang
yang ingin mendalami bidang fisika.
Selain gelombang, kajian fisika yang juga sangat menarik untuk dipelajari
adalah pembahasan mengenai optik. Banyak ilmuan yang sangat tertarik dengan
pembahasan optik dan mengembangkan berbagai teori dan temuan baru yang
berkaitan dengan optik. Hanya saja, banyak orang-orang yang belum menyadari
bahwa gelombang sangat erat kaitannya dengan optik. Keduanya memiliki
hubungan saling keterkaitan yang sangat sulit dipisahkan. Karena optik membahas
mengenai cahaya yang merupakan salah satu jenis gelombang. Maka dari itu
sebelum memahami lebih dalam mengenai materi optik maka terlebih dahulu
harus memahami prinsip-prinsip gelombang. Kebanyakan orang-orang yang
memepelajari optik memisahkan materi dengan pembahasan gelombang. Padahal
keduanya merupakan sesuatu yang sangat dekat.
Salah satu pembahasan optik yang sangat kental dengan pembahasan
gelombang yaitu peristiwa difraksi dan interferensi. Kedua materi ini
mengemukakan dengan jelas bagaimana sebuah gelombang dalam kaca mata
optik. Maka dari itu menjadi sangat penting bagi kami untuk membahas berbagai
hal tentang hal tersebut. Hanya saja pembahasan kami kali ini dibatasi hanya
membehas mengenai interferensi saja.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan interferensi dan koherensi?
2.    Apa yang dimaksud dengan interferometer pembelahan muka gelombang?
C.      Tujuan
1.    Dapat memahami apa yang dimaksud dengan interferensi dan koherensi
2.    Dapat memahami apa yang dimaksud dengan interferometerpembelahan
muka gelombang
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN INTERFERENSI


Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang atau lebih yang
memiliki beda fase konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
(interferensi konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang
tersebut.Bersifat merusak (interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°,
sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.

Gambar: Interferensi Gambar: InterferenSI bersifat


bersifat membangun merusak

Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua gelombang


cahaya harus koheren, yaitu memiliki frekuensi dan amplitudo yang sama serta
selisih fase tetap. Young melakukan percobaan, dimana celah sempit akan
menghasilkan sumber cahaya baru yang memiliki beda fasa sama atau konstan
sehingga disebut koheren.

SYARAT TERJADI INTERFERENSI CAHAYA


Cahaya merupakan gelombang, yaitu lebih spesifiknya gelombang
elektromagnetik.Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih
berkas sinar yang bergabung pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas
sinar, maka penampakan interferensinya akan sulit untuk diamati.
Interferensi akan terjadi apabila dua syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fasa yang selalu tetap.
2. Kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki frekuensi yang
sama.
3. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir sama.
4. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain,
termasuk cahaya natural/alami.
KOHERENSI
Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang
gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara
permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber
monokromatik yang mempunyai frekuensinya sama dengan sebarang hubungan
beda fasa, ϕ, konstan yang tertentu (tidaak harus sefasa) terhadap waktu itulah
yang dikatakan koheren. Jika syrat ini dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis
interferensi yang baik dan stabil.
Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik
P berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi
syarat saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan).
Sifat beda fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik
pada layar, sehingga hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar.
Dalam keadaan ini kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).

Gambar: Dua
sumber
gelombang koheren
Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa
seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom
memancarkan cahaya secara kooperatif.Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat
sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran
cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul.Alat ini di sebut
dengan laser (light amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masinggelombang secara vektor dengan
memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitudoresultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan.

Gambar: Gelombang Koheren

Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya


dapat diperoleh dengan:
1. Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang
sebanding dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian
2. Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.

Gambar: Gelombang
Inkoheren

Langkah- langkah di atas,


sesuai dengan hasil pengamatan bahwa untuk sumber cahaya yang tidak saling
bergantungan, intensitas resultan pada setiap titik selalu lebih besar daripada
intensitas yang dihasilkan oleh masing-masing sumber di titik tersebut.
JENIS-JENIS INTERFERENSI
1. Interferensi Cahaya Dua Sumber (Percobaan Thomas Young 1801)
Jika dua gelombang mekanis berfrekuensi sama yang merambat dalam
arah yang sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap
waktu, maka dapat terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak
didistribusikan secara merata dalam ruang, tetapi pada titik tertentu dicapai haraga
maksimum, dan pada titik-titik lain merupakan harga minimum.
Melalui percobaannya Young berhasil memeperoleh panjang gelombang
cahaya dan ini merupakan hasil pengukuran pertama bagi besaran yang sangat
penting ini.

Gambar: Pola interferensi


percobaan Young
Young melewatkan
cahaya matahari melalui lubang
kecil a pada layar S1.Sinar yang keluar melebar karena adanya difraksi dan jatuh
pada lubang kecil b dan c pada layar S2.Di sinipun terjadi peristiwa difraksi dan
gelombang yang telah melewati layar S2 menyebar dan saling tumpang tindih.
Persyratan optika geometri, bahwa a >> λ (a adalah diameter lubang) jelas
tidak terpenuhi di sini. Lubang tidak memberikan bayang-bayang geometris,
tetapi bertindak sebagai sumber gelombang Huygens yang menyebar.Namun
dalam hal ini kita gunakan optika gelombang.

Gambar: Efek interferensi


Young

Gambar kita

memperhatikan gambar di atas dengan seksama, maka akan tampak adanya


penghapusan (perusakan) gelombang, dan diantaranya juga saling memperkuat.
Jika sebuah layar dipasang dalam daerah kedua gelombang ini maka diharapkan
diperoleh pola terang dan gelap silih berganti pada layar tersebut.
Misalkan cahaya yang datang hanya berasal dari satu panjang gelombang,
percobaan Young dapat dianalisa secara kuantitatif seperti pada gambar di bawah
ini.

r2

r1

Gambar: Interferensi Young berasal dari satu panjang gelombang

Pada gambar di atasdengan S sebagai sumber sinar, A adalah titik


sembarang pada layar yang berjarak r1 dari celah sempit S2 dan r2 dari celah
sempit S2. Tariklah garis S2 ke B sehingga panjang garis AS1 dan ABsama. Jika
jarak celah d jauh lebih kecil daripada jarak kedua layar(a) maka S1B hampir
tegak lurus kepada r1 dan r2. Hal ini berarti bahwa sudut S 2S1B hampir sama
dengan sudut Aθ P0 . Dengan demikian hal ini mengatakan bahwa r1 dan r2 sejajar.
Keadaan interferensi di titik A di tentukan oleh banyaknya panjang
gelombang yang termuat dalam segmen S1B (beda lintasan/ r2-r1). Agar di titik A
diperoleh maksimum, maka S1B = dsinθ haruslah kelipatan bulat dari panjang
gelombang.
S1 B=mλ denganm = 0, 1, 2, …

menjadi
d sin θ=mλ denganm = 0, 1, 2, … …(1)

dengan d = jarak kedua celah (m)


m = orde (0, 1, 2, 3, dst)
λ = panjang gelombang (m)
θ = sudut

Letak maksimum di atas titik O simetris dengan letak maksimum di bawah


titik O. Sedangkan maksimum di titik pusat O (sentral O) dinyatakan dengan
harga m=0.
Untuk keadaan minimum di titik A, S1B = dsinθ harus merupakan
kelipatan ½ bulat dari panjang gelombang, yaitu

( 12 ) λdenganm = 0, 1, 2, …
d sin θ= m+ …(2)

Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah
urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah
pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas.
Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p).Dalam hal ini
p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut.
y m =a tan θm ' …(3)
Dalam eksperimen seperti ini, jarak y m seringkali jauh lebih kecil dari
jarak a dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka θm adalah sangat kecil, tanθ m
hampir sama dengan sin θm ' dan
y m =a sin θm ' …(4)


Jika kita ketahui bahwa sin θ= , maka
d

λa
y m =m …(5)
d

Kita dapat mengukur a dan d, serta posisi y m dari pita-pita terang itu,
sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang
gelombang (λ).

Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan
persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu.
Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola-
pola interferensinya, begitu sebaliknya.

Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja.Dan persamaan ini hanya
dapat digunakan jika jarak adari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada
pemisahan celah d dan jika a jauh lebih besar dari jarak y m dari pusat pola
interferensi ke pita terang ke-m.

Cincin Newton
Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa yang
bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata.Sebuah film udara dibetuk di
antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu dengan cahaya
monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin interferensi yang berbentuk
lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah kanan.

Gambar: Film Udara antara Sebuah Lensa


Cembung dengan Permukaan Rata Gambar: Potret Cincin Newton

Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat
pola itu terlihat berwarna hitam.
Kita dapat menggnakan pita interferensi untuk membandingkan
permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya bersentuhan dan
dengan mengamati pita-pita interferensi.Gambar di sebelah kanan merupakan
potret yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop.Garis-garis
bentuk itu adalah pita-pita interferensi Newton, setiap pitanya menunjukkan
sebuah jarak tambahan di antara bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang
gelombang (½ λ). Pada 10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan
itu adalah lima panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. ini
belum dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika diasah
secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang.
Permukaan cermin premier dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble di asah sampai
ketelitian yang lebih baik dari pada seper limapuluh panjang gelombang (1/50
λ).Tapi sayang sekali, terleskop tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak
benar, yang menciptakan salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah
teleskop optis.
Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah:
n r t 2=( 2 m−1 ) ½ λRdenganm=1 , 2 ,3 … …(9)
Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah:
n r g2=(2 m)½ λRdenganm=0 ,1 , 2… …(10)
dengan
n = indeks bias udara = 1
m = orde interferensi (1, 2, 3, … dst)
R = jari-jari lengkungan lensa Plan Konveks
r t /r g = jari-jari lingkaran terang/ gelap ke-m
Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada :
½
λR
[
r = ( m− ½ )
n ]
Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada :

½
λR
[ ]
r= m
n

2. Interferensi dalam Waktu


Fenomena interferensi yang telah dibahas sejauh ini melibatkan
superposisi dari dua gelombang atau lebih, yang frekuensinya sama. Oleh karena
itu amplitudo osilasi dar elemen medium berubah sesuai posisi elemen dalam
ruang, yang kita sebut fenomena tersebut sebagai interferensi spasial.
Sekarang kita akan mengamati jenis interferensi jenis lainnya. Interferensi
ini dibentuk dari superposisi dua gelombang yang memiliki frekuensi yang sedikit
berbeda.Ketika dua buah gelombang diamati pada titik superposisi, keduanya
keluar dan masuk fase secara periodik.Artinya terdapat perubahan temporal
(waktu) antara interferensi destruktif dan konstruktif.Maka dari itu, kita katakana
ini sebagai interferensi dalam waktuatau interferensi temporal. Sebagai contoh,
jika dua garputala dengan frekuensi yang sedikit berbeda dipukulkan, kita akan
mendengar suara amplitudo yang berubah secara periodik. Fenomena ini disebut
detakan.
Detakan adalah fariasi berkala dalam aamplitudo pada titik tertentu
akibat dari superposisi dua gelombang yang berfrekuensi sedikit berbeda.
Jumlah amplitudo maksimum yang dapat didengar perdetik, atau frekuensi
detak, sama denga selisih dari frekuensi di antara kedua sumber. Ktika frekuensi
detaknya melampaui nilai ini, detak-detak berpadu secara halus dan tidak dapat
dibedakan dengan suara yang membentuknya.
Perhatikan dua gelombang suara dengan maplitudo yang sama, yang
merambat melalui sebuah medium dengan frekuensi yang sedikit berbeda, f 1dan
f 2.
y 1= A cos ω1 t= A cos 2 π f 1 t …(11)
y 2= A cos ω2 t= A cos 2 π f 2 t …(12)

Dengan menggunakan prinsip superposisi, kita dapatkan fungsi gelombang


resultan pada titik ini:
y= y1 + y 2= A ¿ …(13)
Identitas trigonometri

cos a+cos b=2 cos ( a −2 b ) cos( a+b2 )

Kemungkinan kita untuk menuliskan pernyataan untuk y sebagai

|
y= 2 A cos 2 π ( f −2 f ) t|cos ( f +2 f )t
1 2 1 2
…(14)
Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang
pendengar yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama

dengan frekuensi rata-rata ( f +2 f ) dan amplitudo yang besarnya dinyatakan


1 2

dalam tanda kurung siku:

Aresultan =2 A cos 2 π ( f −2 f ) t
1 2
…(15)

Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah
seiring waktu.
Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara
resultannya terdeteksi setiap kali

cos 2 π ( f −2 f )t=± 1
1 2

Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang
resultan. Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika

( f −2 f ), maka jumlah detak perdetik, atau frekuensi detak f


1 2
detak , adalah dua kali

lipat nilai ini, artinya


f detak =|f 1 − f 2| …(16)

2.2 Interferometer
Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer
pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada
pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di
bagi menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang
koheren, dan ketika jatuh di layar akan membentuk pola interferensi yang
berwujud frinji gelap terang berselang-seling. Pola terang terjadi apabila
gelombanggelombang dari kedua berkas sinar sefase sewaktu tiba di layar.
Sebaliknya pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang dari
kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar pola
interferensi nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang
waktu yang berarti beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah
harus tidak berubah-ubah dan hal ini hanya mungkin apabila kedua
gelombang tersebut koheren, yaitu identik bentuknya (Soedojo, 2001).
Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang cahaya
jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan
diteruskan dan sebagian lainnya akan dipantulkan. Kedua gelombang
tersebut tentu saja mempunyai amplitudo yang lebih kecil dari gelombang
sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi. Jika dua
gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah layar maka akan
dihasilkan pola interferensi (Hecht, 1992).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih
gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
2. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
3. Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
(1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh
sebab itu kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
4. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara
dua gelombang atau dau sumber gelombang.
5. Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang lintasan dari
kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah θ dan jarak antara
sumber-sumber adalah d maka
d sin θ=mλdenganm=0 ,± 1 ,± 2 …
6. Interferensi destruktid terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu adalah
kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang.

( 12 ) λdenganm=0 ,± 1 ,± 2 …
d sin θ= m+

Bila θ sangat kecil, maka posisi y m dari pita terang ke-m pada sebuah layar
yang diletakkan sejauh R dari sumber-sumber itu diberikan oleh

y m =R
d
7. Interferensi terbagi menjadi beberapa jeis, diantaranya nterfernsi dua sumber
(eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
8. Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih
fasa ϕ ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan E P adalah

| ϕ2 |
E P=2 E cos 2

Dan internsitasnya adalah


ϕ
I =I 0 cos 2
2
Bila dua sumber memancarkan gelombang-gelombang sefasa, maka selisih
fasa dari gelombang yang tiba di titik P dikaitkan dengan selisih panjang
lintasan ( r 2 −r 1 ) oleh

ϕ= ( r − r ) =k ( r 2 −r 1 )
λ 2 1
9. Bila cahaya direfleksiakn dari kedua sisi dari sebuah film tipis yang tebalnya
t dan tidak terjadi pergeseran fasa pada kedua permukaan, maka interferensi
konstruktif antara gelombang-gelombang yang direfleksikan terjadi bila
2 t=mλdenganm=0 ,1 , 2, …
10. Interferometer Michelson menggunakan sebuah sumber monokromatik dan
dapat digunakan untuk pengukuran panjang gelombang dengan ketepatan
yang tinggi. Tujuan awalnya dalah untuk mendeteksi gerak bumi relatif
terhadap eter hipotemik, yakni yang dianggap sebagai medium untuk
gelombang elektromagnetik.

CONTOH SOAL
1. Misalkan dua pelat kaca adalah dua slide mikroskop yang mempunyai
panjang 10 cm. Di ujung yang satu, kedua pelat itu dipisahkan oleh
sepotong kertas yang tebalnya 0,020 mm. Berapakah jarak antara dari pita
interfefrensi yang terlihat oleh refleksi?
Jawab:
Kita hanya akan meninjau interferensi di antara cahaya yang direfleksikan
dari permukaan sebelah bawah dari lapisan udara. Dan pita yang terbentuk
adalah pita garis gelap yang mempunyai syarat
2 t=m λ 0denganm=0 ,1 , 2, … .
Dari segitiga-segitiga yang sama dan sebangun ketebalan t dari lapisan
udara di setiap titik-titik sebanding dengan jarak x dari garis persentuhan:
t ℎ
= jadi kita bisa dapatkan
x l
2 xℎ
=m λ0 .
l
Ditanya: x=… ?
Jawab:
2 xℎ lλ ( 0,10 m ) ( 500 ×10− 9 m )
=m λ0 .x=m 0 =m x=m ( 1,25 mm )
l 2ℎ 2 ( 0,020 ×10− 3 m )
Jadi pita gelap yang berurutan, yang bersesuaian dengan
nilai bilangan bulat m yang bersangkutan, terpisah sejauh
1,25 mm

2. Pada titik paling dekat dengan pangamat gelembung sabuntampak kuning


(λ = 575 nm), jika gelembung sabun dianggap mempunyai indeks bias (n =
1,45) berapakah tebal dar gelembnung sabun tersebut? (yang terlihat
adalah interferensi pada orde 1)
Jawab:
Diketahui:

λ=575 nm=575 ×10− 9n=1,45m=1


Ditanya: d= ....?

Jawab:
575 ×10− 9 m
−9
2 nd=( m+½ ) λ2 nd=½ λ ( 2 ) ( 1,45 ) d=½ ( 575 ×10 )d=
4 (1,45 )
d=99,13× 10− 9 m=99,13nm
.
3. Misal dua buah antenna radio yang identik yang terpisah sejauh 10 m dan
frekuensi gelombang-gelombang yang diradiasikan itu dinaikkan menjadi
f =60 MHz. Intensitas pada 700 m dalam arah x posistif (yang bersesuaian
dengan θ = 0 adalah I 0=0,020 W /m2. Berapakah intensitas dalam arah θ =
4,0° ?.
Jawab:

Diketahui:
f = 6 MHz = 6 x 106 Hz
d= 10 m
I 0=0,020 W /m 2

Ditanya: a. I dalam arah θ = 4,0° ?


b. dalam arah manakah di dekat θ=0 intensitas sebesar I 0 /2?
c. dalam arah manakah intensitas adalah nol?
Jawab:
c 3,0 ×108 m/s
λ= = =5,0 m
f 60 × 106 s− 1
Jarak antara di antara sumber-sumber itu adalah d = 10 m = 2λ, dan

πd 2 π ( 10 m )
I =I 0 cos 2 ( λ ) 2
sin θ I =( 0,020 W /m ) cos
[(5,0 m )
sin θ
]
I =( 0,020 W /m2 ) cos 2 ( ( 2 π rad ) sin θ )
Bila θ = 4,0°.

I =( 0,020 W /m2 ) cos 2 ( ( 2 π rad ) sin 4,0 ° ) I =0,016 W /m2


Ini adalah kira-kira 82% dari intensitas pada θ = 0
DAFTAR PUSTAKA

Resnick, Robert dan Halliday, David. 1994. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
Sarojo, Ganiati Aby. 2010. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba
Tekhnika
Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba TeknikaYoung, Hugh D dan
Freedman, Roger A. 2003. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198
2112-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf
http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
INTERFERENSI-CAHAYA.pdf

Anda mungkin juga menyukai