“ INTERFERENSI “
KELOMPOK 3 :
DOSEN PENGAMPU:
JURUSAN FISIKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “ Interferensi “.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Hamdi, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Gelombang dan
Optik yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Interferensi dan koherensi....................................................................................................2
2.2 Interferometer pembelahan muka gelombang.......................................................................4
BAB II
PENUTUP.....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita pelajari bahwa pembahasan gelombang sangat lah
penting dalam fisika. Gelombang banyak sekali digunakan baik itu karena
kaitannya dengan cabang keilmuan fisika lainnya ataupun kegunaannya dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Maka dari itu, mempelajari dan memahami
berbagai konsep mengenai gelombang ini sangat dianjurkan bagi orang-orang
yang ingin mendalami bidang fisika.
Selain gelombang, kajian fisika yang juga sangat menarik untuk dipelajari
adalah pembahasan mengenai optik. Banyak ilmuan yang sangat tertarik dengan
pembahasan optik dan mengembangkan berbagai teori dan temuan baru yang
berkaitan dengan optik. Hanya saja, banyak orang-orang yang belum menyadari
bahwa gelombang sangat erat kaitannya dengan optik. Keduanya memiliki
hubungan saling keterkaitan yang sangat sulit dipisahkan. Karena optik membahas
mengenai cahaya yang merupakan salah satu jenis gelombang. Maka dari itu
sebelum memahami lebih dalam mengenai materi optik maka terlebih dahulu
harus memahami prinsip-prinsip gelombang. Kebanyakan orang-orang yang
memepelajari optik memisahkan materi dengan pembahasan gelombang. Padahal
keduanya merupakan sesuatu yang sangat dekat.
Salah satu pembahasan optik yang sangat kental dengan pembahasan
gelombang yaitu peristiwa difraksi dan interferensi. Kedua materi ini
mengemukakan dengan jelas bagaimana sebuah gelombang dalam kaca mata
optik. Maka dari itu menjadi sangat penting bagi kami untuk membahas berbagai
hal tentang hal tersebut. Hanya saja pembahasan kami kali ini dibatasi hanya
membehas mengenai interferensi saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interferensi dan koherensi?
2. Apa yang dimaksud dengan interferometer pembelahan muka gelombang?
C. Tujuan
1. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan interferensi dan koherensi
2. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan interferometerpembelahan
muka gelombang
BAB 2
PEMBAHASAN
Gambar: Dua
sumber
gelombang koheren
Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa
seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom
memancarkan cahaya secara kooperatif.Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat
sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran
cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul.Alat ini di sebut
dengan laser (light amplification through stimulated emission of radiation).
Intensitas berkas-berkas cahaya koheren dapat diperoleh dengan:
1. Menjumlahkan amplitudo masing-masinggelombang secara vektor dengan
memperhitungkan beda fasadi dalamnya.
2. Menguadratkan amplitudoresultannya, hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan.
Gambar: Gelombang
Inkoheren
Gambar kita
r2
r1
menjadi
d sin θ=mλ denganm = 0, 1, 2, … …(1)
( 12 ) λdenganm = 0, 1, 2, …
d sin θ= m+ …(2)
Sedangkan pola yang timbul pada layar akan terlihat sebagai sebuah
urutan pita terang dan pita gelap (pita interferensi). Pusat polanya adalah sebuah
pita terang yang bersesuaian dengan m=0 seperti yang dijelaskan di atas.
Untuk mengetahui jarak terang pusat dengan terang ke-m (p).Dalam hal ini
p kita umpamakan sebagai ym kita bisa menggunakan persamaan berikut.
y m =a tan θm ' …(3)
Dalam eksperimen seperti ini, jarak y m seringkali jauh lebih kecil dari
jarak a dari celah-celah itu kelayar tersebut. Maka θm adalah sangat kecil, tanθ m
hampir sama dengan sin θm ' dan
y m =a sin θm ' …(4)
mλ
Jika kita ketahui bahwa sin θ= , maka
d
λa
y m =m …(5)
d
Kita dapat mengukur a dan d, serta posisi y m dari pita-pita terang itu,
sehingga eksperimen ini menyediakan pengukuran langsung dari panjang
gelombang (λ).
Jarak antara pita-pita terang yang berdekatan dalam pola itu sesuai dengan
persamaan di atas, berbanding terbalik dengan jarak d di antara celah-celah itu.
Semakin berdekatan celah-celah tersebut, maka akan semakin tersebarlah pola-
pola interferensinya, begitu sebaliknya.
Persamaan ini hanya untuk sudut yang kecil saja.Dan persamaan ini hanya
dapat digunakan jika jarak adari celah-celah ke layar jauh lebih besar daripada
pemisahan celah d dan jika a jauh lebih besar dari jarak y m dari pusat pola
interferensi ke pita terang ke-m.
Cincin Newton
Gambar di bawah memperlihatkan permukaan cembung sebuah lensa yang
bersentuhan dengan sebuah pelat kaca yang rata.Sebuah film udara dibetuk di
antara kedua permukaan itu. Bila kita memandang susunan itu dengan cahaya
monokromatik, maka kita akan melihat cincin-cincin interferensi yang berbentuk
lingkaran. Seperti pada gambar di sebelah kanan.
Jika kita memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat
pola itu terlihat berwarna hitam.
Kita dapat menggnakan pita interferensi untuk membandingkan
permukaan dari dua bagian optis dengan menempatkan keduanya bersentuhan dan
dengan mengamati pita-pita interferensi.Gambar di sebelah kanan merupakan
potret yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop.Garis-garis
bentuk itu adalah pita-pita interferensi Newton, setiap pitanya menunjukkan
sebuah jarak tambahan di antara bahan contoh dan induk sebesar setengah panjang
gelombang (½ λ). Pada 10 garis pada noda pusat, jarak antara kedua permukaan
itu adalah lima panjang gelombang (5 λ), atau kira-kira sebesar 0,003 mm. ini
belum dapat dikatakan sangat baik, lensa dikatakan berkualitas tinggi jika diasah
secara rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang.
Permukaan cermin premier dari Teleskop Ruang Angkasa Hubble di asah sampai
ketelitian yang lebih baik dari pada seper limapuluh panjang gelombang (1/50
λ).Tapi sayang sekali, terleskop tersebut diasah dengan spesifikasi yang tidak
benar, yang menciptakan salah satu kesalahan yang paling teliti dalam sejarah
teleskop optis.
Dan interferensi maksimum/lingkaran terang adalah:
n r t 2=( 2 m−1 ) ½ λRdenganm=1 , 2 ,3 … …(9)
Sedangkan interferensi minimum/lingkaran gelap adalah:
n r g2=(2 m)½ λRdenganm=0 ,1 , 2… …(10)
dengan
n = indeks bias udara = 1
m = orde interferensi (1, 2, 3, … dst)
R = jari-jari lengkungan lensa Plan Konveks
r t /r g = jari-jari lingkaran terang/ gelap ke-m
Untuk jari-jari ke-m lingkaran terang diberikan pada :
½
λR
[
r = ( m− ½ )
n ]
Untuk jari-jari ke-m lingkaran gelap diberikan pada :
½
λR
[ ]
r= m
n
|
y= 2 A cos 2 π ( f −2 f ) t|cos ( f +2 f )t
1 2 1 2
…(14)
Dari persamaan di atas, kita lohat bahwa suara yang dihasilkan untuk seorang
pendengar yang berdiri pada titik maupun memiliki frekuensi efektif yang sama
Aresultan =2 A cos 2 π ( f −2 f ) t
1 2
…(15)
Artinya amplitudo dan oleh karena itu intensitas suara yang dihasilkan berubah
seiring waktu.
Perhatikan bahwa sebuah maksimum dalam amplitudo gelombang suara
resultannya terdeteksi setiap kali
cos 2 π ( f −2 f )t=± 1
1 2
Ini berarti terdapat dua maksima dalam masing-masing periode dari gelombang
resultan. Oleh karena itu amplitudonya berubah sesuai dengan frekuensi ketika
2.2 Interferometer
Interferometer dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferometer
pembagi muka gelombang dan interferometer pembagi amplitudo. Pada
pembagi muka gelombang, muka gelombang pada berkas cahaya pertama di
bagi menjadi dua, sehingga menghasilkan dua buah berkas sinar baru yang
koheren, dan ketika jatuh di layar akan membentuk pola interferensi yang
berwujud frinji gelap terang berselang-seling. Pola terang terjadi apabila
gelombanggelombang dari kedua berkas sinar sefase sewaktu tiba di layar.
Sebaliknya pola gelap terjadi apabila gelombang-gelombang dari
kedua berkas sinar berlawanan fase sewaktu tiba di layar. Agar pola
interferensi nyata, tempat garis-garis gelap terang itu harus tetap sepanjang
waktu yang berarti beda fase antara gelombang-gelombang dari kedua celah
harus tidak berubah-ubah dan hal ini hanya mungkin apabila kedua
gelombang tersebut koheren, yaitu identik bentuknya (Soedojo, 2001).
Untuk pembagi amplitudo, diumpamakan sebuah gelombang cahaya
jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis. Sebagian dari gelombang akan
diteruskan dan sebagian lainnya akan dipantulkan. Kedua gelombang
tersebut tentu saja mempunyai amplitudo yang lebih kecil dari gelombang
sebelumnya. Ini dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi. Jika dua
gelombang tersebut bisa disatukan kembali pada sebuah layar maka akan
dihasilkan pola interferensi (Hecht, 1992).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Interferensi (interference) merupakan perpaduan/interaksi dua atau lebih
gelombang yang bertemu pada satu titik di dalam ruangan yang dapat
menghasilkan suatu pola gelombang baru.
2. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang cahaya
atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah
masing-masing komponen radiasi gelombangnya.
3. Syarat-syarat terjadinya interferensi cahaya adalah
(1) Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memilikibeda fase yang selslu tetap. Oleh
sebab itu kedua sinar/ cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama.
(2) Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitude yang hampir sama.
4. Koherensi adalah sebuah hubungan fasa tertentu yang tidak berubah antara
dua gelombang atau dau sumber gelombang.
5. Interferensi konstruktif terjadi titik-titik dimana selisih panjang lintasan dari
kedua sumber adalah nol. Jika sudut interferensi adalah θ dan jarak antara
sumber-sumber adalah d maka
d sin θ=mλdenganm=0 ,± 1 ,± 2 …
6. Interferensi destruktid terjadi di titk-titik dimana selisih lintasan itu adalah
kelipatan setengah bilangan bulat dari panjang gelombang.
( 12 ) λdenganm=0 ,± 1 ,± 2 …
d sin θ= m+
Bila θ sangat kecil, maka posisi y m dari pita terang ke-m pada sebuah layar
yang diletakkan sejauh R dari sumber-sumber itu diberikan oleh
mλ
y m =R
d
7. Interferensi terbagi menjadi beberapa jeis, diantaranya nterfernsi dua sumber
(eksperimen Young), interferensi film tipis, dan interferensi dalam waktu.
8. Bila dua gelombang sinusoidal dengan amplitudo E yang sama dan selisih
fasa ϕ ditumpang-tindih, maka amplitudo resultan E P adalah
| ϕ2 |
E P=2 E cos 2
CONTOH SOAL
1. Misalkan dua pelat kaca adalah dua slide mikroskop yang mempunyai
panjang 10 cm. Di ujung yang satu, kedua pelat itu dipisahkan oleh
sepotong kertas yang tebalnya 0,020 mm. Berapakah jarak antara dari pita
interfefrensi yang terlihat oleh refleksi?
Jawab:
Kita hanya akan meninjau interferensi di antara cahaya yang direfleksikan
dari permukaan sebelah bawah dari lapisan udara. Dan pita yang terbentuk
adalah pita garis gelap yang mempunyai syarat
2 t=m λ 0denganm=0 ,1 , 2, … .
Dari segitiga-segitiga yang sama dan sebangun ketebalan t dari lapisan
udara di setiap titik-titik sebanding dengan jarak x dari garis persentuhan:
t ℎ
= jadi kita bisa dapatkan
x l
2 xℎ
=m λ0 .
l
Ditanya: x=… ?
Jawab:
2 xℎ lλ ( 0,10 m ) ( 500 ×10− 9 m )
=m λ0 .x=m 0 =m x=m ( 1,25 mm )
l 2ℎ 2 ( 0,020 ×10− 3 m )
Jadi pita gelap yang berurutan, yang bersesuaian dengan
nilai bilangan bulat m yang bersangkutan, terpisah sejauh
1,25 mm
Jawab:
575 ×10− 9 m
−9
2 nd=( m+½ ) λ2 nd=½ λ ( 2 ) ( 1,45 ) d=½ ( 575 ×10 )d=
4 (1,45 )
d=99,13× 10− 9 m=99,13nm
.
3. Misal dua buah antenna radio yang identik yang terpisah sejauh 10 m dan
frekuensi gelombang-gelombang yang diradiasikan itu dinaikkan menjadi
f =60 MHz. Intensitas pada 700 m dalam arah x posistif (yang bersesuaian
dengan θ = 0 adalah I 0=0,020 W /m2. Berapakah intensitas dalam arah θ =
4,0° ?.
Jawab:
Diketahui:
f = 6 MHz = 6 x 106 Hz
d= 10 m
I 0=0,020 W /m 2
πd 2 π ( 10 m )
I =I 0 cos 2 ( λ ) 2
sin θ I =( 0,020 W /m ) cos
[(5,0 m )
sin θ
]
I =( 0,020 W /m2 ) cos 2 ( ( 2 π rad ) sin θ )
Bila θ = 4,0°.
Resnick, Robert dan Halliday, David. 1994. Fisika Jilid 2 Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
Sarojo, Ganiati Aby. 2010. Gelombang dan Optik. Jakarta: Salemba
Tekhnika
Serway, Raymond A. dan Jewett, John W. 2009. Fisika untuk Sains dan
Teknik. Jakarta: Penerbit Salemba TeknikaYoung, Hugh D dan
Freedman, Roger A. 2003. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/19570807198
2112-WIENDARTUN/2-_Cahaya_Mklh.pdf
http://tienkartina.wordpress.com/2010/08/21/interferensi-cahaya/
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-
INTERFERENSI-CAHAYA.pdf