PEMBAHASAN
1. Pengertian Interferensi
Agar interferensi yang stabil dan berkelanjutan dari gelombang cahaya dapat diamati, dua
kondisi berikut harus dipenuhi:
a. Sumber harus bisa mempertahankan suatu beda fasa yang tetap (mereka disebut
sumber koheren).
b. Sumber harus monokromatik dan menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang
yang sama.
2. Koherensi
Seandainya ada dua sumber-sumber identik dari cahaya monokromatik
menghasilkan gelombang-gelombang yang amplitudonya sama, panjang
gelombangnya sama, ditambah lagi keduanya memilki fasa yang sama secara
permanen dan kedua sumber tersebut bergetar bersama. Dua sumber monokromatik
yang mempunyai frekuensinya sama dengan sebarang hubungan beda fasa, 𝜙, konstan
yang tertentu (tidaak harus sefasa) terhadap waktu itulah yang dikatakan koheren. Jika
syrat ini dipenuhi, maka akan diperoleh pola garis interferensi yang baik dan stabil.
Jika dua buah sumber gelombang cahaya beda fasa yang akan tiba di titik P
berubah-ubah terhadap waktu secara acak (pada suatu saat mungkin dipenuhi syarat
saling menghapuskan, tetapi pada saat berikutnya dapat terjadi penguatan). Sifat beda
fase yang berubah-ubah secara acak ini terjadi pada setiap titik-titik pada layar,
sehingga hasil yang nampak adalah terang yang meratapada layar. Dalam keadaan ini
kedua sumber tersebut dikatan inkoheren (tidak koheren).
Dan untuk berkas-berkas yang tidak koheren atau inkoheren intensitasnya dapat
diperoleh dengan:
Masing-masing amplitudo dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang
sebanding dengan intensitas masing-masing berkas, baru kemudian
Intensitas masing-masing dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.
3. Jenis-jenis koherensi
Radasi laser ditandai oleh order tingkat tinggi dari medan cahaya dibanding sumber –
sumber lain. Dengan kata lain, ia memiliki tingkat koherensi yang tinggi. Koherensi
tingkat tinggi dari pancaran laser memungkinkan untuk melaksanakan pemusatan
special luarbiasa dari daya cahaya, misalnya W dalam ruang dengan dimensi
linear hanya µm. Radiasi yang demikian tinggi intensitasnya dapat memotong logam,
menghasilkan lasmikro, mengebor lubang mikroskopis lewat Kristal intan dan
sebagainya.
Cahaya yang keluar dari sumber cahaya konvensional merupakan campur-baur
gelombang – gelombang kecil terpisah dengan memperkuat atom atau memperlemah
satu sama lain dengan cara acak ; permukaan gelombang yang dihasilkan dengan
demikian berubah dari titik ketitik dan berubah dari waktu ke waktu. Jadi, ada dua
konsep koherensi yang tidak tergantung satu sama lain, yaitu koherensi temporal dan
koherensi special.
a. Koherensi Temporal
Jenis koherensi ini dimaksudkan adalah korelasi antara medan disuatu titik
dan medan pada titik yang sama pada saat berikutnya ; yakni hubungan antara E
(x,y,z,t1) dan E ( x,y,z,t2). Jika beda fase antara dua medan tetap selama periode
yang diamati, yang berkisar antara beberapa mikrodetik, gelombang tersebut kita
namakan memiliki koherensi temporal. Jika beda fase berubah beberapa kali dan
secara tidak teratur selama periode pengamatan yang singkat, gelombang
dikatakan tidak – koheren.
Monocromaticity
Kita menyimpulkan koherensi temporal adalah indikasi
monochromaticity sumber merupakan sumber benar-benar koheren.
Tingkat mono Kromatisitas dari sumber diberikan oleh.Ketika rasio,
gelombang cahaya monokromatik idealnya Kemurnian garis spektrum.
b. Koherensi Spasial
Dua medan pada dua tiik berbeda pada permukaan gelombang dari suatu
gelombang elektromagnetis dikatakan koheren spasial jika mereka
mempertahankan beda fase tetap selama waktu t. Bahkan hal ini mungkin jika dua
berkas tersebut secara sendiri – sendiri tidak koheren temporal ( menurut waktu ),
karena setiap perubahan fase dan salah satu berkas diikuti oleh perubahan fase
yang sama dalam berkas yang lain. Dengan sumber cahaya biasa hal ini hanya
mungkin jika dua berkas telah dihasilkan dalam bagian yang sama dari sumber.
Dalam percobaan ini Young menggunakan satu sumber sebagai asal dua
sumber yang membeda. Cahaya dari sumber S melewati celah A dan kemudian
melewati dua lubang kecil yang dibuat dalam layar B. Hubungan fase antara pulsa
– pulsa berurutan tetap dan frinji interferensi dihasilkan pada layar C. Kita harus
teliti agar celah A sangat kecil dibandingkan dengan ukuran frinji. Jika tidak, frinji
yang dihasilkan oleh bagian – bagian yang berbeda dari celah akan tumpang –
tindih dan memberikan penerangan yang rata. Hal ini tidak akan terjadi jika
gangguan – gangguan pada titik – titik berbeda sepanjang berkas terkolerasi, yakni
jika ada koherensi spasial.
Sepanjang interval waktu yang lebih pendek dari pada waktu satu
gelombang, satu paket gelombang, gelombang akan muncul sebagai sinusoidal
murni (gambar 5.3). waktu rata rata dimana terjadi pancaran sinusoidal ideal
dinamakan waktu koherensi Tc. panjang yang bersangkutan Lc = cTc dimana c
kecepatan cahaya dinamakan panjang koherensi sesudah waktu Tc , tidak korelasi
antara fase dari gelombang.
Kurangnya koherensi cahaya yang berasal dari sumber-sumber biasa
seperti menjalarnya kawat pijar, disebabkan oleh tidak dapatnya atom-atom
memancarkan cahaya secara kooperatif. Dan pada tahun 1960 telah berhasil dibuat
sumber cahaya tampak yang atom-atomnya dapat berlaku kooperatif, sekeluaran
cahayanya sangatlah monokromatik, kuat dan sangat terkumpul. Alat ini di sebut
dengan laser (light amplification through stimulated emission of radiation).
4. Pengertian Interferometer
Interferometer adalah suatu perangkat untuk pengukuran yang memanfaatkan
gejala inteferensi. Pada umumnya prinsip dasar interferometer yang memanfaatkan
sifat koherensi. interferometer dikelompokan menjadi pembelah muka gelombang
(wavefront spliting) dan pembelah amplitudo (amplitude splitting).
5. Jenis – jenis Interferometer
a. Interferometer Pembelah Muka Gelombang
Pada interferometer pembelah muka gelombang, dua gelombang yang koheren
diperoleh dari sumber yang sama dengan intensitas yang tetap. Contoh dari
interferometer ini adalah percobaan dua celah dari Young, biprisma Fresnel, dan
cermin ganda (double mirror).
Percobaan Young
Interferensi gelombang dari dua sumber pertama kali didemonstrasikan
oleh Thomas Young pada tahun 1801. Skema eksperimen Young ditunjukkan
pada gambar 2. Cahaya monokromatik dilewatkan pada suatu celah sempit S
pada penghalang pertama, tiba pada penghalang kedua mempunyai dua celah
sejajar S1 dan S2. S1 dan S2 berfungsi sebagai suatu pasangansumber cahaya
koheren dan menghasilkan pada layar suatu pola interferensi yang terdiri dari
frinji terang dan gelap.
𝐼 ≈ |𝐸|2
𝐼 ≈ 𝐸0 2[𝑒 𝑖(𝑘.𝑟1 −𝜔𝑡+𝜑1 ) + 𝑒 𝑖(𝑘.𝑟2 −𝜔𝑡+𝜑2) ][𝑒 −𝑖(𝑘.𝑟1 −𝜔𝑡+𝜑1 ) + 𝑒 −𝑖(𝑘.𝑟2 −𝜔𝑡+𝜑2 ) ]
)) ))
𝐼 ≈ 𝐸0 2[1 + 𝑒 −𝑖(𝑘(𝑟2 −𝑟1)+(𝜑2 −𝜑1 + 𝑒 𝑖(𝑘(𝑟2 −𝑟1)−(𝜑2 −𝜑1 + 1]
)) ))
𝐼 ≈ 𝐸0 2[2 + 𝑒 −𝑖(𝑘(𝑟2 −𝑟1)−(𝜑2 −𝜑1 + 𝑒 𝑖((𝑟2 −𝑟1)𝑘+(𝜑2 −𝜑1 + 1]
dengan
𝜙 = 𝑘. ∆𝑟 + ∆𝜑
𝑘.∆𝑟 ∆𝜑
𝐼 = 4. 𝐼0. 𝑐𝑜𝑠 2 ( + ) (5.6a)
2 2
Untuk kasus kedua sumber fasenya sama, jadi ∆𝜑 = 0, maka persamaan (5.6a)
akan menjadi:
𝑘. ∆𝑟
𝐼 = 4. 𝐼0. 𝑐𝑜𝑠 2 ( )
2
𝑦
Dari gambar ∆𝑟 = 𝑑𝑠𝑖𝑛𝜃. 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝜃 ≪ 𝑚𝑎𝑘𝑎 sin 𝜃 ≡ tan 𝜃 = 𝑙
2𝜋
Mengingat 𝑘 = maka
𝜆
𝜋.𝑑.𝑦
𝐼 = 4. 𝐼0. 𝑐𝑜𝑠 2 ( ) (5.6b)
𝜆.𝐿
𝜋.𝑑.𝑦
= 𝜋. 𝑛 (5.7)
𝜆.𝐿
𝜋.𝑑.𝑦 2.𝑛+1
=( )𝜋 (5.8)
𝜆.𝐿 2
Jarak dua intensitas maksimum ( atau dua intensitas minimum) yang berurutan
adalah:
𝜆.𝐿
∆𝑦 = (5.9)
𝑑
𝜆.𝐿
∆𝑦 = (5.10)
2𝑑
𝜆.(𝑅+𝐿)
∆𝑦 = (5.11)
2𝑅𝛿
𝛿+𝛼
𝑛= 𝛼
(5.12)
Sehingga persamaan (5.11) menjadi:
𝜆 (𝑅+𝐿)
∆𝑦 = 2 𝑅 𝛼 (𝑛−1) (5.13)
Interferometer Michelson
Interferometer Michelson adalah suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengukur panjang gelombang. Prinsip kerja dari interferometer
Michelson ditunjukkan pada gambar 7. Gelombang cahaya dari sumber S
jatuh pada cermin pemantul sebagian C. Oleh cermin C, cahaya ini sebagian
dipantulkan ke M1, dan sebagian lagi diteruskan ke M2, masing-masing
dengan intesitas yang sama.
Prisma P berfungsi untuk menyamakan lintasan optik apabila M1 dan
M2 berjarak sama dari C, dan disebut dengan kompensator. Cermin M1 dapat
digeser-geser untuk merubah perbedaan lintasan antara kedua sinar. Jadi pada
interferometer ini, sumber sekundernya adalah berupa berkas sinar dari cermin
M1 dan berkas sinar dari bayangan M2 oleh bidang cermin pemantul sebagian
C (yakni M2’).
Berkas sinar dari M1 dan dari M2 ini menuju layar dan berinterferensi.
Bila jarak antara M1 dan M2’ dinyatakan dengan d, maka beda fasenya adalah
2kd. Dengan merubah-rubah jarak d, yakni dengan menggeser-geser C1
mendekati atau menjauhi C2’, maka pola interferensi lingkaran gelap-terang
pada layar akan berubah-rubah pula.
2 𝑘 𝑑 = 2 𝑛𝜋 (5.14)
2 𝑘 𝑑 = 2 (𝑛 + 1)𝜋 (5.15)
∆𝑟 = 𝑟1′ − 𝑟1 = 𝑟1′ = 𝑟2
∆𝑟 = (𝑟1 + 2d) − 𝑟1
∆𝑟 = 2d → 𝑟1′ = 𝑟1 + 2d
𝐸2 = 𝐸0 𝑒 𝑖(𝑘𝑟2 −𝜔𝑡)
𝐼 ≈ |𝐸|2
𝐼 ≈ 𝐸0 2[𝑒 𝑖(𝑘(𝑟1 +2𝑑)−𝜔𝑡) + 𝑒 𝑖(𝑘𝑟2 −𝜔𝑡) ][𝑒 −𝑖(𝑘(𝑟1 +2𝑑)−𝜔𝑡) + 𝑒 −𝑖(𝑘𝑟2 −𝜔𝑡) ]
𝐼 = 2𝐼0 [1 + cos(2𝑘𝑑)]
𝐼 = 2𝐼0 [1 + 2 cos(2𝑘𝑑) − 1]
2𝜋
𝑘𝑑 = 𝑛𝜋 → 𝑑 = 𝑛𝜋
𝜆
𝜆 2𝑑
𝑑=𝑛 →𝜆=
2 𝑛
2𝑛+1
𝑘𝑑 = [ ]𝜋 dimana 𝑛 = 0, ±1, ±2,
2
2𝑛 + 1 4𝑑
𝑑=[ ]𝜆 → 𝜆 =
4 2𝑛 + 1
1 sin2 ( 𝜃)
∆𝑟 = 2𝑑[cos(𝜃) − ] (5.18)
cos(𝜃)
∆𝑟 = 2 𝑑 cos(𝜃) (5.19)
𝜑 = 𝑘 ∆𝑟 (5.20)
𝜑 = 2𝑘 𝑑 cos(𝜃) (5.21)
1
𝑆∞ =
1 − 𝑟 2 𝑒 𝑖𝑘𝜑
𝑇2
𝐸= 𝐸0 (5.22c)
1−𝑅 2 𝑒 𝑖𝜑
𝐸2 𝑇4
𝐼 ≈ |1−𝑟02 𝑒 𝑖𝑘𝜑|2 (5.23)
𝐼 𝑡2
𝐼 ≈ |1−𝑟02 𝑒 𝑖𝑘𝜑|2 (5.24)
= 1 − 𝑟 2 (𝑒 −𝑖𝜑 + 𝑒 𝑖𝜑 + 𝑟 4
= 1 − 2𝑟 2 cos 𝜑 + 𝑟 4
= 1 − 2𝑟 2 + 𝑟 4 + 2𝑟 2 − 2𝑟 2 cos 𝜑
Karena reflektansi R = r2
Maka |1 − 𝑟 2 𝑒 𝑖𝑘𝜑 |2 = (1 − 𝑅)2 + 2𝑅(1 − cos 𝜑)
𝜑
Karena cos 𝜑 = (1 − 2𝑠𝑖𝑛2 2 ), maka diperoleh:
𝜑
|1 − 𝑟 2 𝑒 𝑖𝑘𝜑 |2 = (1 − 𝑅)2 + (4 𝑅 𝑠𝑖𝑛2 )
2
4𝑅 𝜑
|1 − 𝑟 2 𝑒 𝑖𝑘𝜑 |2 = (1 − 𝑅)2 (1 + (1−𝑅)2 𝑠𝑖𝑛2 2 ) (5.25b)
𝐸02 𝑇 4 𝐼0 𝑡 4
𝐼≈ 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝐼 = 4𝑅 𝜑 (5.26)
|1−𝑟 2 𝑒 𝑖𝜑 |2 (1−𝑅)2 (1+ 𝑠𝑖𝑛2 )
(1−𝑅)2 2
Dimana
4𝑅
𝐹=
(1 − 𝑅)2
𝐼0 𝑡 4
𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 =
(1 − 𝑅)2
∆𝜑 -1
Sehingga 𝐼 = 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠 (1 + 𝐹𝑠𝑖𝑛2 )
2
∆𝜑 -1
Fungsi dari (1 + 𝐹𝑠𝑖𝑛2 ) disebut dengan fungsi airy, yang nilai
2
perubahannya terhadap 𝜑 bergantung pada parameter kehalusan F. fungsi airy ini
merupakan factor yang menentukan pada pola interferensi Febry-perot.
6. Pengertian Difraksi
Difraksi merupakan gejala pembelokan cahaya bila mengenai suatu celah
sempit. Semakin sempit celah yang dilalui cahaya, semakin dapat menghasilkan
perubahan arah penjalaran cahaya yang semakin lebar.
Penghalang ini hanya meneruskan sebagian kecil dari gelombang yang dapat
melalui lubang celah dapat terus, yang lainnya berhenti atau kembali.
Gambar 6.1
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan panjang celah. Di
luar bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah dipersempit,
maka bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah bayangan
geometmetrisnya.
Oleh karena itu, ia tetap menyatakan bahwa cahaya berjalan lurus. Frensel
(1788-1827) secara tepat menggunakan teori Huygens yang disebut prinsip Huygens
frensel, Berunyi :
“ Setiap titik muka gelombang di celah merupakan sumber cahaya titik dari
gelombang bola, sehingga muka gelombang neto pada titik-titik diluar celah adalah
hasil superposisi gelombang bola yang bersumber dari titik muka gelombang muka
dicelah”.
Difraksi terbagi menjadi dua jenis yaitu difraksi frounhofer dan fresnel.
7. Jenis-jenis difraksi
Pada gambar dibawah menunjukkan gejala difraksi dari suatu gelombang datar yang
menjalar melalui suatu celah. Maka menurut prinsip Huygens-Fresnel, titik A dan B
pada tepi celah, merupakan sumber sekunder dengan fase yang sama. Efek difraksi ini
diamati pada satu titik P pada arah Q terhadap sumbuh celah.
apabila titik P tidak begitu jauh dari celah, atau sumber gelombang dating tidak begitu
jauh dari celah, sehingga gelombang dating tidak dapat dianggap sebagai gelombang
datar, maka peristiwa ini disebut dengan difraksi Fresnel. Dan sebaliknya, bila sumber
gelombang dating dari titik P cukup jauh dari celah, maka peristiwa ini disebut
dengan difraksi Fraunhofer.
a. Difraksi Fresnel
Bila suatu berkas cahaya sejajar dijatuhkan pada suatu celah sempit,
ternyata setelah melalui celah berkas tersebut melebar lagi. Pada Gambar 14
diperlihatkan berkas cahaya sejajar yang jatuh pada celah A, setelah lewat celah A
berkas jatuh pada layar L1 lebih lebar dari berkas cahaya sebelum melewati celah
A. Demikian pula berkas yang lewat celah B setelah jatuh pada layar L2 menjadi
lebih lebar dari berkas yang melewati celah A (Subrata, 2002).
A B
L1 L2
Gejala ini disebut pelenturan cahaya atau difraksi. Difraksi fresnel adalah
jarak sumber-celah dan celah-layar lebih besar dari lebar celah atau sinar datang
tidak sejajar / sumber gelombang dekat (djoenaedi, 2008).Eksperimen
menunjukkan bahwa makin sempit celah, maka makin melebar berkas cahaya
yang lewat. Gejala difraksi ini hanya dapat dijelaskan dengan cahaya sebagai
gelombang dengan menggunakan prinsip Huygens (Adison, 2002).
b. Difraksi Frounhofer
Difraksi Frounhofer merupakan difraksi cahaya dimana jarak sumber-celah
dan celah-layar jauh lebih besar dari lebar celah (djoenaedi, 2008).
𝑵
𝒌𝒂 [𝟐𝒊𝒔𝒊𝒏(𝒌𝒂
𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝑺𝑵 = 𝒆 𝒊
𝟐
(𝑵−𝟏) 𝐬𝐢𝐧 𝜽
( 𝟐
𝒌𝒂
[𝟐𝒊𝒔𝒊𝒏( 𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝑵
𝒌𝒂
𝒊 (𝑵−𝟏) 𝐬𝐢𝐧 𝜽
𝒔𝒊𝒏(𝒌𝒂 𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝜽)
𝑺𝑵 = 𝒆 𝟐 [ ]
𝒌𝒂
𝒔𝒊𝒏( 𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝜽)
maka persamaan berubah menjadi
𝒌𝒂 𝑵
𝒊 (𝑵−𝟏) 𝐬𝐢𝐧 𝜽 [𝒔𝒊𝒏(𝒌𝒂 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
−𝒊𝝎𝒕 𝟐
𝑬 = 𝑬𝟎 𝒆 [𝒆 𝟐 [ 𝒌𝒂 ]
[𝒔𝒊𝒏( 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝟐
𝟏 𝟏
[𝒔𝒊𝒏( 𝒌𝒂𝑵 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝑬 = 𝑬𝟎 𝒆−𝒊𝝎𝒕+𝟐𝒊𝒌𝒂(𝑵−𝟏) 𝐬𝐢𝐧 𝜽 [ 𝟐
𝟏 ] (7.4)
[𝒔𝒊𝒏( 𝒌𝒂 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝟐
Misalnya (𝑁 − 1)𝑎 = 𝑏
Kemudian bila jumlah sempit N diperbanyak sehingga menuju tak hingga,
maka
(𝑁 − 1)𝑎 ≅ 𝑁𝑎 = 𝑏
(𝑁 − 1)𝑎 = 𝑏
𝟏 𝟏
[𝒔𝒊𝒏( 𝒌𝒃 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝑬 = 𝑬𝟎 𝒆−𝒊𝝎𝒕+𝟐𝒊𝒌𝒃 𝐬𝐢𝐧 𝜽 [ 𝟐
𝟏 ]𝑵
[𝑵 𝒔𝒊𝒏( 𝒌𝒂 𝐬𝐢𝐧 𝜽)]
𝟐
1 1
Karena sin(2 𝑘𝑎 sin 𝜃) ≈ 2 𝑘𝑎 sin 𝜃
1 [sin(𝑘𝑟)]
Misal 𝑟 = 2 𝑏 sin 𝜃 maka persamaan menjadi 𝐸 = 𝐸0 𝑒 −𝑖𝜔𝑡+𝑖𝑘𝑟 [ ]𝑁
𝑘𝑟
1 𝐬𝐢𝐧 𝜷
Jika 𝛽 = 𝑘𝑟 = 2 𝑘𝑏 sin 𝜃 maka 𝑬 = 𝑬𝟎 𝒆−𝒊(𝝎𝒕−𝜷) [ ]𝑵 (7.5)
𝜷
sin 𝛽 2 2
Intensitas gelombang dititik P : 𝐼 = 𝐼0 [ ] 𝑁 (7.6)
𝛽
𝜆
Dengan persamaan: sin(𝜃) = 1,22 𝐷
𝑟0 𝑅⃗⃗
𝑟⃗ = ⃗⃗⃗⃗.
2𝐸
𝑑𝐸 = 𝜋𝑅02 𝑒 −𝑖(𝑘𝑅 cos 𝜑 sin 𝜃−𝜔𝑡) 𝑅𝑑𝑅𝑑 𝜃 (7.8)
𝑑𝑠 = 𝑅𝑑𝑅𝑑𝜃
Misalkan
𝜌 = 𝑘𝑅 sin 𝜃
𝜌
𝑅=
𝑘 sin 𝜃
𝑑𝜌 = 𝑘 sin 𝜃𝑑𝑟
𝑑𝜌 𝜌𝑑𝜌
𝑑𝑅 = 𝑅𝑑𝑅 =
𝑘 sin 𝜃 (𝑘 sin 𝜃)2
𝑑 2𝜋
2𝐸0 1
𝐸 = 2 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫[∫ 𝑒 𝑖𝜌 cos 𝜑 𝑑𝜑]𝑅𝑑𝑅
𝑅 2𝜋
0 0
𝑘𝑑 sin 𝜃 2𝜋
2𝐸0 1 𝜌𝑑𝜌
𝐸 = 2 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫ [∫ 𝑒 𝑖𝜌 cos 𝜑 𝑑𝜑 ]
𝑅 2𝜋 (𝑘 sin 𝜃)2
0 0
𝑘𝑑 sin 𝜃 2𝜋
2𝐸0 1 1
𝐸 = 2 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫ [∫ 𝑒 𝑖𝜌 cos 𝜑 𝑑𝜑]𝜌𝑑𝜌
𝑅 2𝜋 (𝑘 sin 𝜃)2
0 0
𝑘𝑑 sin 𝜃
2𝐸0 1
𝐸 = 2 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫ 𝜌𝐽0 (𝜌)𝑑𝜌
𝑅 (𝑘 sin 𝜃)2
0
𝜌(𝑑) = 𝑘𝑑 sin 𝜃
2𝜋
1
𝐽1 (𝜌) = ∫ 𝑒 𝑖(𝜑+𝜌 cos 𝜑) 𝑑𝜑
2𝜋
0
𝑘𝑑 sin 𝜃
2𝐸0 1
𝐸 = 2 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫ 𝜌𝐽0 (𝜌)𝑑𝜌
𝑅 (𝑘 sin 𝜃)2
0
𝑘𝑑 sin 𝜃
1
𝑢 = 𝑅𝑘 sin 𝜃 𝐸 = 2𝐸0 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 ∫ 𝐽0 (𝜌)𝜌𝑑𝜌
(𝑅𝑘 sin 𝜃)2
0
𝑢(𝑑) 𝑘𝑑 sin 𝜃
1 −𝑖𝜔𝑡
𝐽(𝑢) = ∫ 𝐽0 (𝑢)𝑑𝜌 𝐸 = 2𝐸0 𝑒 ∫ 𝐽0 (𝜌)𝑢𝑑𝑝
(𝑢)2
0 0
𝐽(𝑢) 1
𝐸 = 2𝐸0 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝐸 = 2𝐸0 𝑒 −𝑖𝜔𝑡 𝐽(𝑢)
𝑢 𝑢
2𝐽(𝑢) 2
𝐼 = 𝐼0 [ ]
𝑢