INTERFERENSI
Memenuhi tugas mata kuliah:
Gelombang Optik
Dosen Pengampu :
Husni Cahyadi Kurniawan, S.Si, M.Si.
Disusun oleh :
1. Dessy Fitriana Sari (12211193009)
2. Sochifatul Chabibah (12211193046)
3. Nur Faizah Amilia (12211193073)
4. Bregi Berliana (12211193075)
5. Diana Choirinnisa (12211193076)
6. Devi Wulandari (12211193080)
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah "Gelombang dan Optik" dalam bentuk makalah dengan judul “Interferensi”. Sholawat
serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad,
SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul "Interferensi" ini, masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2
1.3 Tujuan Masalah………………………………………….2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1 Interferensi dan Koherensi ............................................... 3
2.2 Interferometer Pembelahan Muka Gelombang ................ 8
2.3 Interferometer Pembelahan Amplitudo.......................... 15
BAB III : PENUTUP ....................................................................... 22
3.1 Kesimpulan .................................................................... 22
3.2 Saran……………………………………………………25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan ilmu dasar dari perkembangan teknologi. Dari era Newton
(fisika klasik) hingga sekarang (fisika modern) telah banyak sumbangan ilmu fisika bagi
perkembangan teknologi. Apabila suatu bangsa bercita-cita untuk maju teknologinya, maka
penguasaan bidang ilmu fundamental seperti fisika hendaklah diperkuat. Guru seharusnya
membuat pembelajaran fisika di bangku sekolah lebih menarik. Salah satu materi fisika
yang diajarkan pada siswa SMA adalah interferensi celah ganda. Materi ini hendak
menjelaskan kepada siswa bahwa cahaya memiliki sifat gelombang.
Cahaya tampak menarik untuk dipelajari karena dapat dirasakan oleh mata manusia
secara langsung. Efek interferensi pada gelombang cahaya tampak tidak mudah untuk
diamati karena panjang gelombang mencapai sekitar 4×10-7 m sampai 7×10-7 m. Untuk
menentukan panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode
difraksi menggunakan kisi difraksi dan interferensi. Metode pengukuran panjang
gelombang cahaya dengan celah banyak untuk menghasilkan pengukuran panjang
gelombang dengan ralat yang lebih kecil dan diperoleh analisis pola-pola interferensi
cahaya tampak.
Metode lain untuk menentukan panjang gelombang adalah interferometer Fabry-
Perot. Selain itu, terdapat metode interferometer Michelson yang juga digunakan untuk
mengukur panjang koherensi laser. Interferometer Michelson pada awalnya digunakan
untuk mengukur panjang gelombang dari berkas cahaya. Pada perkembangannya
interferometer Michelson dapat digunakan untuk mengukur indeks bias, ketebalan bahan,
konsentrasi larutan. Pada prinsipnya, interferometer Michelson mampu mengukur
perubahan pengukuran dalam nilai yang kecil, akan tetapi dibatasi oleh perubahan orde
pola frinji pada interferensi yang terjadi.
Superposisi gelombang merupakan penjumlahan dua gelombang atau lebih yang
dapat melintasi ruang sama tanpa ada ketergantungan satu gelombang dengan yang lain.
Jika pada suatu tempat bertemu dua buah gelombang, maka resultan gelombang di tempat
tersebut sama dengan jumlah dari kedua gelombang tersebut. Peristiwa ini disebut sebagai
prinsip superposisi linier. Siswa sekolah menengah atau mahasiswa di perguruan tinggi
biasanya melakukan eksperimen interferensi cahaya mengenai percobaan Young untuk
melihat bahwa cahaya juga memiliki sifat gelombang.
1
Metode interferensi cahaya dapat digunakan untuk mengetahui besaran-besaran
lain, misalnya panjang gelombang sumber cahaya. Interferensi cahaya itu sendiri adalah
perpaduan dua atau lebih sumber cahaya sehingga menghasilkan keadaan yang lebih terang
(interferensi maksimum) dan keadaan yang gelap (interferensi minimum). Syarat terjadinya
interferensi cahaya adalah cahaya tersebut harus koheren yaitu keadaan dua sumber cahaya
atau lebih yang mempunyai frekuensi, amplitudo dan beda fase yang tetap (Halliday &
Resnick 2003).
Prinsip interferensi adalah jika dua gelombang yang merambat dalam arah yang
sama (hampir sama) dengan beda fase yang tetap konstan terhadap waktu, maka dapat
terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga energinya tidak didistribusikan secara merata,
tetapi pada titik-titik tertentu dicapai harga maksimum, dan pada titik-titik lain dicapai
harga minimum. Interferensi cahaya ini banyak digunakan untuk mengukur panjang
gelombang cahaya seperti yang dilakukan oleh Sugito (2005), Handayani (2014), dan
Tsalatsin & Masturi (2014). Sugito (2005) dan Handayani (2014) menggunakan kamera
untuk menangkap pola interferensi cahaya yang dihasilkan. Hasil tangkapan kamera hanya
dapat digunakan untuk mengukur jarak antar pola namun tidak dapat mengukur intensitas
pola interferensi yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan interferensi dan koherensi?
1.2.2 Apa yang terjadi di interferometer muka gelombang?
1.2.3 Apa uang dimaksud interferensi muka gelombang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Memahami pengertian dari interferensi dan koherensi.
1.3.2 Memahami pengertian interferometer muka gelombang.
1.3.3 Memahami pengertian interferensi muka gelombang
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Interferensi dan Koherensi
2.1.1 Interferensi
Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi
dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua
gelombang sama dengan nol, sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah
penjumlahan dari kedua gelombang tersebut.1 Bersifat membangun (interferensi
konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru yang
terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak
(interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan. Agar hasil interferensinya mempunyai pola yang teratur, kedua
gelombang cahaya harus koherensi.
Interferensi cahaya dapat terjadi apabila terdapat dua atau lebih berkas sinar yang
bergabung pada satu titik. Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka penampakan
interferensinya akan sulit untuk diamati. Interferensi akan terjadi apabila empat syarat di
bawah ini terpenuhi, yaitu:
a. Kedua gelombang cahaya haruslah koheren, dalam arti bahwa kedua
gelombang cahaya haruslah memiliki beda fase yang selalu tetap.
b. Kedua sinar atau cahaya yang dipancarkan haruslah yang memiliki
frekuensi yang sama.
c. Kedua gelombang cahaya haruslah memiliki amplitudo yang hampir sama.
d. Interferensi terjadi pada cahaya yang terpolarisasi linier atau polarisasi lain,
termasuk cahaya natural atau alami.2
Pada interferensi ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Interferensi Celah Ganda
Interferensi celah ganda juga disebut interferensi celah ganda Young.
Interferensi ini menghasilkan garis terang dan gelap bergantian dengan
jarak pisah yang seragam. Interferensi konstruktif atau garis terang terjadi
1
Sugita I Gede, M.Pd, dkk. Buku Pintar Belajar Fisika, (Sagufindo Kinakarya, 2018), hlm. 126
2
Ibid
3
jika pada kedua gelombang yang berinterferensi sefase. Fase sama terjadi
jika beda lintasan (Δs) antara kedua gelombang sama dengan 0, λ, 2λ, 3λ, ...
Untuk interferensi destruktif atau garis gelap, terjadi jika kedua
gelombang berlawanan fase atau memiliki beda lintasan (Δs) sama dengan
1/2λ, 1 1/2λ, 2 1/2λ, ...
4
λ = panjang gelombang (m)
n = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)
b. Interferensi Selaput Tipis
3
Indrarti, Nugroho Aris Prasetyo, Syifa Naila Hilmiyana. Buku Siswa Fisika Peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam, (Surakarta : Mediatama, 2016), hlm.
5
2.1.2 Koherensi
Teori koherensi adalah studi tentang korelasi yang ada di antara berbagai bagian
bidang cahaya. Koherensi temporal menunjukkan korelasi antara bidang offset dalam
waktu, E (r, f) dan E (r, t-r). Koherensi spasial berkaitan dengan korelasi antara bidang di
lokasi spasial yang berbeda, E (r, t) dan E (r + Ar, t). Karena osilasi cahaya terlalu cepat
untuk diselesaikan secara langsung, kita bisasanya perlu mempelajari koherensi optik
menggunakan terknik interferensi. Dalam teknik ini, cahaya dari waktu atau tempat yang
berbeda di bidang cahaya disatukan di titik deteksi. Jika kedua bidang memiliki tingkat
koherensi yang tinggi, keduanya secara konsisten mengganggu baik secara konstruktif dan
destruktif, sehingga sinyal rata-rata waktu tidak menunjukkan interferensi.4
Koherensi adalah salah satu sifat gelombang yang dapat menunjukkan interferensi,
yaitu gelombang tersebut selalu sama baik fase maupun arah penjalarannya. Koherensi
juga merupakan para meter yang dapat mengukur kualitas suatu interferensi (derajat
koherensi). Untuk menghasilkan frinji-frinji interferensi, sangat diperlukan syarat-syarat
agar gelombang gelombang yang berinterferensi tersebut tetap koheren selama periode
waktu tertentu. Jika salah satu gelombang berubah fasenya, friji akan berubah menurut
waktu. (Laud, 1988)
Laser merupakan salah satu contoh sumber tunggal dari radiasi tampak yang
koheren. Pada panjang gelombang yang lebih panjang mudah untuk menghasilkan
gelombang koheren. Cahaya kelaran laser mempunyai koherensi terhadap waktu dan ruang
sangat besar dibandingkan dengan sumber-sumber cahaya pada umumnya.
Barisan gelombang yang spektrumnya hampir terdiri dari satu frekuensi tapi
lebarnya berhingga atau dengan sedikit fluktuasi amplitudo dan fase biasanya disebut quasi
koheren. Panjang koherensi merupakan jarak sejauh mana gelombang dapat
berinterferensi. Panjang koherensi suatu gelombang tertentu, seperti laser atau sumber lain
dapat dijelaskan dari persamaan berikut:
𝑐
𝐿𝐶 = 𝑐 𝜏𝑐 = (1)
∆𝑣
4
Peatross Justin , Ware Michael, Physics of Light and Optics, 2015, Brigham Young University, hal 201.
6
memadai. Dalam penelitian ini, secara sederhana hendak diukur 𝐿𝑐 menggunakan
interferometer Michelson.
Pada interferometer Michelson, panjang koherensi sama dengan dua kali panjang
lintasan optis antara dua lengan pada interferometer Michelson, diukur pada saat
penampakan frinji sama dengan nol. Ketika movable mirror digerakkan, maka kedua
berkas laser yang melewati 𝐿1 dan 𝐿2 memiliki jarak lintasan yang berbeda. Sehingga beda
optik masing-masing berkas adalah 2 𝐿1 dan 2 𝐿2 . Jadi beda lintasan optisnya adalah
(Hecht, 1992):
𝐿𝑐 = 2𝐿2 − 2𝐿1 = 2 (𝐿2 − 𝐿1 ) (2)
Thomas Young adalah seseorang yang pertama kali telah mendesain suatu metoda
yang berguna untuk menghasilkan pola interferensi. Metoda yang diberikan adalah suatu
berkas sinar tipis yang jatuh pada celah dengan jarak celah yang rapat. Oleh karena celah-
celah ditempatkan pada viewing screen, sehingga akan tampak pola gelap terang yang
teratur. Percobaan Young merupakan satu-satunya percobaan yang memberikan petunjuk
5
Agustina Setyanigsih, dkk. Pengukuran Panjang Kohherensi Menggunakan Interferometer Michelson, Berkala
Fisika, Vol. 10, No. 4, Oktober 2007, hlm 169-170.
8
yang sangat penting pada waktu itu, karena percobaan ini menambah pembuktian dan
kepercayaan padaa sifat-sifat gelombang cahaya.
Celah-celah Young ini dapat digunakan sebagai interferometer yang sederhana.
Jika jarak celah diketahui, maka jarak maksimum dan minimum dapat digunakan untuk
menghitung panjang gelombang cahaya. Sebaliknya, jika panjang gelombag cahaya
diketahui, maka jarak antar celah dapat ditentukan dari pola interferensi.6
Untuk menghasilkan interferensi cahaya, Young menggunakan dua celah sempit
𝑆1 dan 𝑆2 berfungsi sebagai sumber cahaya koheren karena berasal dari satu sumber
cahaya, yaitu S.
∆S = 𝑆2 P - 𝑆1P
= d sin θ
a. Interferensi Maksimum/Konstruktif
Interferensi maksimum, akan menghasilkan garis terang pada layar. Pola ini
terjadi jika selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan nol atau kelipatan genap dari
setengah panjang gelombang, secara matematis ditulis :
1
d sin θ = (2n) 2 λ
6
Bambang Kustiyanto, Skripsi: “Pengukuran Perubahan Indeks Bias Gas Naftha Benzena Sebagai Fungsi
Tekanan Menggunakan Interferometer Twyman-Green” (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2001), hal.
12.
9
𝑃. 𝑑 1
= (2n) 2 λ
𝑙
b. Interferensi Minimum/Distruktif
Interferensi minimum akan menghasilkan garis gelap pada layar. Pola ini terjadi
jika selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan kelipatan ganjil dari setengah panjang
gelombang, secara matematis ditulis :
1
d sin θ = (2n – 1 ) 2 λ
𝑃. 𝑑 1
= (2n – 1 )2 λ
𝑙
Jarak antara garis terang dan garis gelap yang berdekatan kita misalkan ∆Y . Contoh :
Jarak antara dua garis terang atau dua garis gelap yang berdekatan kita misalkan ∆X
Contoh :
7
Nur Cahyo Hadi Sunaryo dkk, Buku Pintar Belajar Fisika (Jakarta: Sagufindo Kinarya, 2017 ), hal. 126-127.
10
yang diberikan melalui celah S dan kemudian melewati celah sempit 𝑆1 dan 𝑆2 menurut
prinsip Huygens, kemudian mengalami gangguan satu dengan yang lain untuk membentuk
pola interferensi yang simetris pada titik P. Celah S bertindak sebagai sumber yang biasa
untuk gangguan dua berkas. Kita dapat menganggap celah sempit ini sejajar dan
mengasumsikan bahwa gelombang gerak dari cahaya monokromatis akan terjadi pada
celah-celah tersebut.
Dengan 𝐼1 adalah intensitas berkas asal, 𝑟1dan 𝑟2 adalah jarak dari celah ke titik P,
dan ∅ adalah fase dua fungsi sinusoidal yaitu (2π/λ) (𝑟2 -𝑟1). Intensitas pola interferensi
bernilai maksimum, bila beda fasenya:
𝛿 = mπ (2)
Dengan m = integer.
Sedangkan intensitas bernilai minimum, bila beda fasenya:
(2𝑚+1)𝜋
𝛿= (3)
2
11
Dan untuk vektor listrik di P adalah:
2𝜋𝑟1 2𝜋𝑟2
𝜀𝑝 = 𝜀1 sin (ωt - ) + 𝜀2 sin (ωt - ) (6)
𝜆 𝜆
Kemudian, dari pola interferensi untuk intesitas maksimum dalam arah θ diberikan oleh:
𝑛𝜆
sin θ = (n = 0, 1, 2, …) (7)
𝑑
n adalah bilangan bulat dan disebut orde interferensi, D adalah jarak dari celah ke layar,
dan 𝑋𝑛 adalah posisi gelap/terang ke-n. Jarak antara dua maksimum (atau minimum) yang
berdekatan memberikan ruang linier S dari garis – garis lingkaran yaitu:
𝜆𝐷
S= (9)
𝑑
Ini menghasilkan suatu metoda yang langsung memperhitungkan panjang gelombang sinar
monokromatis.
Alat yang digunakan untuk memperlihatkan suatu pola interferensi secara langsung
dinamakan dengan interfererometer.8
8
Bambang Kustiyanto, Skripsi: “Pengukuran Perubahan Indeks Bias Gas Naftha Benzena Sebagai Fungsi
Tekanan Menggunakan Interferometer Twyman-Green” (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2001), hal.
14-16.
12
kemudian dibagi menjadi suatu berkas seacra langsung da satu atau lebih berkas akan
didifraksikan. Saat berkas yang ditransmisikan adalah periodik, maka garis-garis lingkaran
yang diperoleh dengan interferometer yang terdiri dari dua pemecahan berkas dalam
rangkaian. Garis-garis lingkaran tersebut diberi nama khusus garis-garis lingkaran moire
dan telah mereka gunakan dalam cabang baru yakni teknik metrologi.9 Terbentuknya pola
gelap terang pada peristiwa interferensi disebabkan karena perbedaan fase gelombang
yang terjadi. Interferensi maksimum (terang) terjadi jika kedua gelombang memiliki fase
yang sama atau selisih lintasannya sama dengan nol sehingga saling menguatkan (terang).
Interferensi minimum (gelap) terjadi jika beda fase kedua gelombang 180 derajat sehingga
kedua gelombang saling melemahkan (gelap). Pola interferensi tidak dapat diamati jika
sumber cahaya yang digunakan tidak koheren dan tidak monokromatis. Seperti dijelaskan
di atas, interferensi terjadi jika gelombang sefase, beda fase 180 derajat, atau selisih
lintasan nol.
Jika sumber cahaya tidak koheren, amplitudo, frekuensi, dan beda fase kedua
sumber cahaya akan jadi sangat acak (tidak ada pola tertentu lagi). Jika sumber tidak
monokromatis, akan terdapat banyak panjang gelombang yang berbeda-beda sesuai
dengan warna sinar polikromatis sehingga interferensi akan sulit/tidak dapat terlihat. Bila
cermin yang digunakan hanya satu maka tidak mungkin pola interferensi dapat terjadi. Jika
cermin Fresnel yang digunakan hanya satu, maka hanya akan ada satu sumber cahaya.
Sedangkan interferensi hanya dapat terjadi jika terdapat dua sumber cahaya.
Fresnel dan Arago membuat studi ekstensif tentang kondisi dimana interferensi
cahaya terpolarisasi terjadi dan kesimpulannya mereka merangkum beberapa hukum
diatas. Hukum Frensl-Argo adalah sebagai berikut :
a. Dua orthogonal P- state kohern tidak dapat mengganggu dalam arti bahwa 𝐼₁₂=0
dan tidak ada hasil pinggiran.
b. Dua P-state yang paralel dan koheren akan mengganggu dengan cara yang sama
seperti cahaya alami
c. Dua konstituen P-state orthogonal cahaya alami tidak dapat menganggu untuk
membentuk pola pinggiran yang mudah diamati bahkan jika diputar kearah
kesejajaran
9
Ibid hal 18-19
13
Cermin Fresnel terdiri dari dua bagian sehingga cahaya akan dipantulkan sebanyak
dua kali. Pada setiap pemantulan terjadi pergeseran fase sebesar +/- 180 derajat . Maka
dengan pemantulan sebanyak dua kali, terjadi perubahan fase sebanyak 360 derajat . Beda
fase optik menjadi (m + ½ + ½ ) atau λ=(m + 1) λm adalah konstanta. Fresnel dan Arago
membuat studi ekstensif tentang kondisi dimana interferensi cahaya terpolarisasi terjadi
dan kesimpulannya mereka merangkum beberapa hukum diatas. Hukum Frensl-Argo
adalah sebagai berikut :
a. Dua orthogonal P-state kohern tidak dapat mengganggu dalam arti bahwa 𝐼₁₂=0
dan tidak ada hasil pinggiran.
b. Dua P-state yang paralel dan koheren akan mengganggu dengan cara yang sama
seperti cahaya alami
c. Dua konstituen P-state orthogonal cahaya alami tidak dapat menganggu untuk
membentuk pola pinggiran yang mudah diamati bahkan jika diputar kearah
kesejajaran.10
Gelombang dari sumber tunggal S dibelah oleh biprisma menjadi dua berkas
koheren yang seolah-olah berasal dari dua sumber terpisah S1 dan S2. Dengan demikian
sistem ini secara efektif berfungsi seperti interferometer young. Separasi frinji dalam hal
𝐿
ini dinyatakan oleh rumus interferensi young (∆𝑦 = (𝑑))
𝑅+𝐿 (𝑅+𝐿)
∆𝑦 = ( )𝛾 = ( ) 𝛾, 𝑑 = 𝑅, 2𝛿 (1.1)
𝑑 2𝑅𝛿
Dengan bantuan rumus snellius dapat ditunjukkan bahwa deviasi minimum terjadi bila
(n≠ 1) :
𝛿 = (𝜃 i1+𝜃r1 ) – 𝛼
10
Hect, Eugene, OPTICS fourth edition,( Addison Wesley, United States of America, 2002), hlm. 391
14
Dengan
𝜃i1 = 𝜃 r2
𝛿 = 2𝜃 i1 – 𝛼
δ+α
𝜃i1 =
2
δ = (n − 1)𝑎 (1.4)
d = 2Δr
maka :
𝜆 (𝑅 + 𝐿)
∆𝑦 =
2𝑅𝛿
Karena 𝛿 yang minimum : 𝛿 = (𝑛 − 1)𝑎
Maka11 :
𝜆 (𝑅 + 𝐿)
∆𝑦 =
2𝑅(𝑛 − 1)𝑎
11
Aviyanti, Lina. JURNAL PENDIDIKAN FISIKA, bab7_IntDif_(Compatibility_mode).10/17/2020
15
eksperimen Michelson-Morley yang menghasilkan kesimpulan “negatif” tentang kehadiran
“ether”, interferometer ini juga sangat berguna dalam pengukuran indeks bias dan jarak.
GAMBAR 1
12
Fitriana, Nur Hanifah, dkk (2017) Pengaruh Suhu Terhadap perubahan Pola Interferensi Pada Fiber Optik.
16
Gambar diatas merupakan diagram skematik interferometer Michelson. Oleh
permukaan beam splitter (pembagi berkas) cahaya laser, sebagian dipantulkan ke kanan
dan sisanya ditransmisikan ke atas. Bagian yang dipantulkan kekanan oleh suatu cermin
datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali ke beam splitter yang kemudian menuju ke
screen (layar). Adapun yang di transmisikan ke atas cermin datar (cermin 2) juga akan
di pantulkan kembali ke beam splitter, kemudia bersatu dengan cahaya dan cermin 1
menuju layar, sehingga kedua sinar akan berinterferensi yang ditunjukkan dengan
adanya pola-pola cincin gelap-terang (frinji).
Pengukuranjarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakkan cermin pada
interferometer michelson dan menghitung frinji interferensi yang bergerak atau
berpindah, dengan acuan titik pusat. Sehingga diperoleh jarakpergeseran yang
berhubungan dengan perubahan frinji, sebesar:
∆𝑁
∆𝑑 =
2
Dimana
GAMBAR 2
13
Falah, Masrotul (2006) Analisis Interferensi Pada Interferensi Michelson Untuk Menentukan Panjang
Gelombang Sumber cahaya
17
Dari gambar diatas, sebuah interferometer Michelson menggunakan pemisah
balok 50:50 untuk membagi balok awal menjadi dua balok identik dan kemudian
menunda satu balok dengan balok lainnya sebelum menyatukan kembali. Pada
perbedaan jalur relatif d (bolak-balik menurut konverensi kami antara kedua lengan
sistem, caya dapat mengganggu secara konstruktif atau destruktif kearah detektor.
𝑑
Perbedaan jalur relatif d menyebabkan penundaan waktu 𝜏, yang ditentukan oleh 𝜏 = 𝑐
= 2𝐼0 [1 + cos(𝜔𝜏)]
𝑐𝜖0
Dimana 𝐼0≡ 𝐸0 ∙ 𝐸0 ∗ adalah intensitas dari satu sinar saja (ketika lengan
2
GAMBAR 3
𝐸 ∗ (𝑡 − 𝜏)]
𝑐𝜖0
= 𝐼(𝑡) + 𝐼(𝑡 − 𝜏) + 𝐸(𝑡) ∙ 𝐸 ∗ (𝑡 − 𝜏) + 𝐸(𝑡 − 𝜏) ∙ 𝐸 ∗ (𝑡)]
2
= 𝐼(𝑡) + 𝐼(𝑡 − 𝜏) + 𝑐𝜖0 𝑅𝑒{𝐸 ∗ (𝑡 − 𝜏)}
𝑐𝜖0
Sebagai pengingat fungsi 𝐼(𝑡) = 𝐸(𝑡) ∙ 𝐸 ∗ (𝑡)sesuai dengan intensitas sinar
2
14
Peatross Justin , Ware Michael, Physics of Light and Optics, 2015, Brigham Young University, hal 201-204
19
yang dapat mengubah jarak antara kedua cermin dengan pergeseran yang sangat kecil.
Pada interferometer Fabry Perot, cahaya dari sumber dilewatkan pada dua buah cermin
yang sejajar, kemudian berkas cahaya tersebut akan berinterferensi menghasilkan suatu
pola gelap terang (frinji) yang ditangkap oleh layar. Pola yang dihasilkan tergantung
pada beda fase antar gelombang, perbedaan fase gelombang ini tergantung pada
lintasan optis.
Dengan demikian interferometer Fabry Perot dapat dimanfaatkan untuk
mengukur panjang gelombang cahaya sumber yang digunakan. Selain itu
interferometer Fabry Perot juga dapat digunakan untuk mengukur indeks bias zat
transparan. Interferometer Fabry Perot dapat digunakan untuk mengukur panjang
gelombang laser.15
15
Aprilia Kristanti Agatha, “Pengukuran Panjang Gelombang Laser Menggunakan Interferometer Fabry Perot
Dengan FFT” (Sleman : Universitas Sanata Dharma, 2018) , Hal. 5
20
Berkas cahaya datang dengan sudut datang θ mengalami interferensi pantulan
ganda pada medium selebar d. Berkas kemudian diteruskan ke layar di P sehingga
terbentuk frinji lingkaran-lingkaran interferensi yang konsentris. Panjang gelombang
cahaya yang tidak diketahui bisa diukur dengan cara menghitung jumlah frinji yang
hilang karena pergeseran jarak cemin dan mengukur pergeseran tersebut. Bila
pergeseran jarak adalah ∆d, maka persamaan untuk mencari panjang gelombang dengan
θ yang sangat kecil mendekati 0, adalah :
2 ∆𝑑
𝜆= (1)
∆𝑁
dengan ΔN adalah jumlah frinji yang hilang. Pada penelitian ini, hendak digunakan
rumus (1) untuk mengukur panjang gelombang laser dioda, dan dibandingkan hasilnya
dengan metode-metode sebelumnya.16
16
Dwi Santoto, Heri Sugito, K. Sofjan Firdausi, “Studi Interferometer Fabry Perot Untuk Pengukuran Panjang Gelombang
Cahaya”. Berkala fisika. Vol 10. No.4, Oktober 2007, hal 179-181
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interferensi adalah interaksi antar gelombang di dalam suatu daerah. Interferensi dapat
bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama
dengan nol, sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua
gelombang tersebut. Bersifat membangun (interferensi konstruktif) jika beda fase kedua
gelombang sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua
gelombang tersebut. Bersifat merusak (interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°,
sehingga kedua gelombang saling menghilangkan.
Interferensi celah ganda atau interferensi celah ganda Young. Interferensi ini
menghasilkan garis terang dan gelap bergantian dengan jarak pisah yang seragam. Interferensi
konstruktif atau garis terang terjadi jika pada kedua gelombang yang berinterferensi sefase.
Selanjutnya untuk Interferensi dapat terjadi pada lapisan tipis seperti lapisan sabun dan lapisan
minyak. Jika seberkas cahaya mengenai lapisan tipis sabun atau minyak, sebagian berkas
cahaya dipantulkan dan sebagian lagi dibiaskan kemudian dipantulkan lagi. Gabungan berkas
pantulan langsung dan berkas pantulan setelah dibiaskan ini membentuk pola interferensi.
Teori koherensi adalah studi tentang korelasi yang ada di antara berbagai bagian bidang
cahaya. Koherensi adalah salah satu sifat gelombang yang dapat menunjukkan interferensi,
yaitu gelombang tersebut selalu sama baik fase maupun arah penjalarannya. Koherensi juga
merupakan para meter yang dapat mengukur kualitas suatu interferensi (derajat koherensi).
Laser merupakan salah satu contoh sumber tunggal dari radiasi tampak yang koheren. Panjang
koherensi merupakan jarak sejauh mana gelombang dapat berinterferensi. Ada dua konsep
koherensi yang tidak bergantung satu sama lain yaitu koherensi ruang (spatial coherence) dan
koherensi waktu (temporal coherence).
Pada tahun 1800, Thomas Young melakukan percobaan untuk gelombang cahaya.
Untuk menghasilkan interferensi cahaya, Young menggunakan dua celah sempit 𝑆1 dan 𝑆2
berfungsi sebagai sumber cahaya koheren karena berasal dari satu sumber cahaya, yaitu S.
Selisih lintasan cahaya sumber 𝑆1 dan 𝑆2 adalah ∆S.
∆S = 𝑆2 P - 𝑆1P
= d sin θ
22
Interferensi maksimum, akan menghasilkan garis terang pada layar. Pola ini terjadi
jika selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan nol atau kelipatan genap dari setengah panjang
gelombang, secara matematis ditulis :
Interferensi minimum akan menghasilkan garis gelap pada layar. Pola ini terjadi jika
selisih lintasan sumber (∆S) sama dengan kelipatan ganjil dari setengah panjang gelombang,
secara matematis ditulis :
Jarak antara garis terang dan garis gelap yang berdekatan kita misalkan ∆Y
Contoh :
- Jarak terang pusat kegaris gelap ke – 1
- Jarak terang 1 kegaris gelap 2
Maka berlaku :
𝑙. 𝜆
∆Y = 2𝑑
Jarak antara dua garis terang atau dua garis gelap yang berdekatan kita misalkan ∆X
Contoh :
- Jarak antara terang 1 dengan terang 2
- Jarak antara gelap 1 dengan gelap 2
Maka berlaku :
𝑙. 𝜆
∆X = 𝑑
23
pemantulan sebanyak dua kali, terjadi perubahan fase sebanyak 360 derajat . Beda fase optik
menjadi (m + ½ + ½ ) atau λ=(m + 1) λm adalah konstanta. Fresnel dan Arago membuat studi
ekstensif tentang kondisi dimana interferensi cahaya terpolarisasi terjadi dan kesimpulannya
mereka merangkum beberapa hukum diatas.
Gelombang dari sumber tunggal S dibelah oleh biprisma menjadi dua berkas koheren
yang seolah-olah berasal dari dua sumber terpisah S1 dan S2. Dengan demikian sistem ini secara
efektif berfungsi seperti interferometer young. Separasi frinji dalam hal ini dinyatakan oleh
𝐿
rumus interferensi young (∆𝑦 = (𝑑))
𝑅+𝐿 (𝑅+𝐿)
∆𝑦 = ( )𝛾 = ( ) 𝛾, 𝑑 = 𝑅, 2𝛿
𝑑 2𝑅𝛿
Diturunkan melalui beberapa proses dan melalui persamaan hukum snelius akan
ditemukan sudut deviasi minimum. Karena 𝛿 yang minimum : 𝛿 = (𝑛 − 1)𝑎
Maka
𝜆 (𝑅 + 𝐿)
∆𝑦 =
2𝑅(𝑛 − 1)𝑎
Interferometer Michelson adalah salah satu instrumen pengukuran yang memiliki peran
besar dalam perkembangan fisika modern. Interferometer Michelson merupakan seperangkat
peralatan yang memanfaatkan gejala interferensi cahaya. Interferensi cahaya sendiri
merupakan perpaduan antara dua gelombang cahaya. Interferensi cahaya ini akan
menghasilkan pola gelap dan terang. Jika kedua gelombang tersebut memiliki fase yang sama
maka akan terjadi interferensi konstruktif (saling menguatkan) sehingga nantinya akan akan
terbentuk pola terang, sedangkan jika kedua gelombang tidak mempunyai fase yang sama maka
akan terjadi interferensi destruktif (saling melemahkan) sehingga tebentuk pola gelap. Prinsip
interferometer adalah kenyatan bahwa beda lintasan optik (d) akan membentuk suatu frinji.
Jarak yang diperoleh dari pergeseran yang berhubungan dengan perubahan frinji sebesar ∆𝑑 =
∆𝑁
2
24
satu cermin terhubung dengan plat penggerak, yang bisa merubah jarak antara kedua cermin
dengan pergeseran yang sangat kecil. Pola interferensi yang terbentuk lebih jelas dan tajam
disbanding interferometer yang lain.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui lebih banyak tentang
interferensi dan jenis-jenisnya. Pengertian dan penjelasan diatas tidak hanya sebagai wacana
saja melainkan adanya praktik nyata yang dilakukan siswa (mahasiswa) dan didampingi
langsung oleh guru (dosen). Serta dalam penerapannya sebaiknya materi fisika dilakukan
secara menarik. Pembaca diharapkan dalam mempelajari interferensi gelombang cahaya dapat
membaca berbagai sumber lain untuk referensi, baik buku maupun jurnal ilmiah. Sehingga
informasi atau ilmu yang didapatkan dapat bertambah dan diajarkan ke orang lain. Serta dapat
memaknai dan memanfaatkan informasi yang diperoleh tentang interferensi dengan kehidupan
sehari-hari.
25
DAFTAR PUSTAKA
26