KATA PENGANTAR. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB 1. PENDAHULUAN 3
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. 4
1.2. RUMUSAN MASALAH.. 4
1.3. HIPOTESIS 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
BAB III. METODE PERCOBAAN.. 16
3.1. VARIABEL PERCOBAAN. 16
1. Variabel manipulas 16
2. Varibael Respon.. 16
3. Variabel control. 16
3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 17
3.3. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN. 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.. 19
4.1. HASIL PERCOBAAN 19
4.2. PEMBAHASAN.. 22
BAB V. KESIMPULAN. 24
DAFTAR PUSTAKA. 25
LAMPIRAN 26
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karenaberkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.Dalam Laporan ini kami membahas Penjelasan Interferensi
Gelombang,
Dr. Muh. Tawil , selaku dosen mata kuliah gelombang dan optik
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bila Cahaya melintas dari suatu sumber melalui sebuah celah pada layar,
dan cahaya yang keluar dari celah tersebut digunakan untuk menerangi dua celah
bersebelahan pada layar kedua. Bila cahaya diteruskan dari kedua celah tersebut
dan jatuh pada layar ketiga, maka akan terbentuk sederet pita interferensi yang
sejajar. Ini sebagai fenomena interferensi.
Celah sempit tersebut disebut dengan kisi difraksi. Kisi difraksi adalah
kepingan kaca yang digores sejajar dan berjumlah sangat banyak dan memiliki
jarak yang sama (biasanya dalam ordo 1000 per mm). Cahaya terdifraksi, setelah
diteruskan melalui kaca atau dipantulkan oleh spekulum, menghasilkan cahaya
maksimum pada
= 0 dan berkurang sampai minimum
(intensitas = nol) pada sudut .
Kemudian difraksi cahaya terjadi pula pada cahaya yang melalui banyak
celah sempit, dengan jarak celah sama. Celah sempit yang demikian disebu
dengan kisi difraksi. Semakin banyak celah, semakin tajam pola difraksi yang
3
dihasilkan pada layar. Untuk memahami lebih lanjut mengenai difraksi dan
interfernsi, maka dibuatlah laporan yang berjudul
l Interferensi dan Difraksi.
laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat melulusi mata kuliah
fisika dasar serta sebagai bahan acuan presentasi.
1.4 Hipotesis
1. Apa terdapat pengaruh variable control dan respon serta manipulasi?
4
BAB II
LANDASAN TEORI
ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang. Interferensi dapat
bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua
kecil saja dari air yang ditransmisikan. Pola gelombang dari air yang
5
dengan prinsip Huygens. Karena air terus menerus mengalir maka gelombang-
disebabkan oleh adanya beda lintasan antar gelombang sehingga beda fase
yang lebih besar dan pola muka gelombang minimum, perhatikan dengan seksama
Gambar 1.1.
tersebut kemudiandipecah menjadi dua atau lebih dan diset sedemikian rupa
dibelokkan.
Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda
menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol.
difraksi merupakan gejala penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang
6
cahaya ketika melalui suatu celah sempit dibandingkan dengan ukuran panjang
celah sempit maka ketika dua gelombang atau lebih tersebut bertemu atau berpadu
sama) dan dengan panjang gelombangnya diketahui juga, maka dapat ditentukan
jarak yang sangat pendek serta sifat medium optiknya akan mudah teramati.
kontak mekanik sehingga tidak membebani obyek yang diukur. Disamping itu
7
Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada
gelombang air atau gelombang bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat
berikut ini:
gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab
Gambar 1.2.
1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah
8
2) Dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan
pemantulan saja. Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada
3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya
kohern.
S1 dan S2 yang kohoren dari hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis
yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang
menggunakan dua penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang
kedua dilengkapi dengan dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young
9
sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada layar tampak pola garis-
garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa
cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase
garis-garis terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang
terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan
atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya
kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat
terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk
mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua celah,
kilauan warna dari bulu burung, bila pada air yang tenang kemudian kita
memasukkan jari kita maka akan terbentuk muka gelombang berupa lingkaran-
10
lingkaran dengan tempat gangguan sebagai pusatnya. Gejala yang ditimbulkannya
yaitu:
ini terjadi jika selisih lintasan sumber (S) sama dengan nol atau kelipatan
memiliki fase yang sama (sefase). Dua gelombang memiliki fase yang
sama apabila selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali
d sin = m. ; m = 0, 1, 2, 3.......
dan seterusnya. Karena 1>d, maka sudut sangat kecil. Jadi, dapat
Pd=m
11
Interferensi minimum, menghasilkan garis gelap pola layar. Pola
ini terjadi jika selisih lintasan sumber (S) sama dengan kelipatan ganjil
Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua
celah tersebut. Berkas cahaya dari S1 dan S2 yang sampai pada layar terlihat
dapat menimbulkan fase antara dua berkas cahaya tersebut berbeda. Interferensi
akan saling menguatkan jika berkas cahaya sefase dan saling melemahkan jika
berlawanan fase berarti berbeda sudut fase = , 3, 5, ... . Syarat ini dapat
Keterangan :
Untuk sudut kecil ( 12o) akan berlaku: sin tg berarti selisih lintasannya
lpdd=sin
12
Kalian tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga terjadi
lapisan tipis air sabun. Interferensi ini terjadi pada sinar yang dipantulkan
Keterangan :
m = 0, 1, 2,3, 4,......
Pada Gambar 1.5, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar.
monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua cahaya digambarkan menuju
sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya (S2A S1A) disebut
beda lintasan.
.................................(1.1)
13
Gambar 1.5. Percobaan Interferensi Young
Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan
S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya S =
berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya
..........................................(1.2)
Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A
sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan
S = m............................................................................(1.3)
..................................................................................(1.4)
Dengan:
14
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A
15
BAB III
METODE PERCOBAAN
16
Apabila suatu variabel secara sengaja dimanipulasi dalam suatu situasi
maka variabel itu disebut variabel manipulasi. Variabel manipulasi merupakan
faktor yang menjadi sebab atau terjadinya perubahan variabel lain (yaitu variabel
respon). Variabel manipulasi disebut juga variabel bebas karena variabel ini
secara bebas dapat mempengaruhi variabel lain.
b. Variabel Respon
Variabel yang berubah sebagai hasil atau akibat dari perubahan variable
bebasatau pemanipulasian disebut variabel respon. Perubahan pada faktor ini
karena dipengaruhi oleh variabel manipulasi. Karena perubahan itu sebagai
tanggapan dari faktor lain (variabel manipulasi) maka disebut variabel respon
(variabel terikat).
c. Variabel Kontrol
Disamping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi suatu hasil eksperimen. Padahal yang kita inginkan dalam
penelitian adalah dapat mengatakan bahwa variabel manipulas itu adalah satu-
satunya variabel yang berpengaruh pada variabel respon. Oleh karena
itu, peneliti harus yakin bahwa faktor lain yang dapatberpengaruh harus di cegah
agar tidak mempengaruhi variabel respon kecuali variable manipulasi.
Variabel yang dapat mempengaruhi hasil ekseprimen, tetapi dijaga agar
tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan
dengan pengontrolan variabel seperti itu baru dapat disebut prosedur eksperimen
yang benar.Dengan demikian kita dapat mendefinisikan variabel kontrol adalah
variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil eksperimen.
17
5. Setelah itu perhatikan gelombangnya apakah mengalami interferensi
konstruktif atau deskruktif.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diketahui:
INPUT DATA
Silahkan Memasukkan Data
Variabel Nilai Satuan
Amplitudo1= 50 (cm)
Amplitudo2= 30 (cm)
Frekuensi1= 3 (Hertz)
Frekuensi2= 3 (Hertz)
Kappa1= 1 (1/cm)
Kappa2= 1 (1/cm)
Bilangan= 1
19
Interferensi Dua Gelombang
70
50
30
Ytot (cm)
10
-10
0 2 4 6 8 10
-30
-50
-70
Posisi (cm)
Gelombang 1
71
70.8
70.6
70.4
70.2
0 200 400 600 800 1000
Fase(rad)
Intensitas Dua
20
y1=50*Sin(1*0,5-2*180*20*2,8)
y2=30*Sin(1*0,5-2*180*40*2,8)
Ytot= Y1+Y2
= (A1*Sin(1*x-2*phi*f1*t) ) + (A2*Sin(kappa2*x-2*phi*f2*t)
= 50*Sin(1*0,5-2*180*20*0,1) + 30*Sin(1*0,5-2*180*40*0,1)
= 50*Sin 720 +30*Sin 1440
Interferensi Gelombang
200
Interferensi (cm)
100
0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
-100
-200
Fase (rad)
Gelombang 1
Gelombang 2
21
Intensitas Difraksi
Gelombang6000Dengan N
Celah
5000
Intensitas (watt/cm^2)
4000
3000
2000
1000
0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
Fase(rad)
Intensita
y1=A*Cos(kappa1*x-omega*t+3*fase)
y2=A*Cos(kappa*x-omega*t+2*fase)
y3=A*Cos(kappa*x-omega*t+fase)
maka,
y1=27*Cos(1*1-2*11,1+3*60) =27*Cos(1*1-202,2)
y2=27*Cos(1*2 -3*11,1+2*60)= 27*Cos(1*2-153,3)
y3=27*Cos(2*3-5*11,1+60)= 27*Cos(2*3-115.5)
20
10
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90-10 0 90 180 270 360 450 540
-20
-30
-40
-50
Fase(derajat)
22
I/Io= (AR)^2
Dalam hal ini : AR merupakan amplitudo gelombang, N adalah banyaknya celah,
dan fase gelombang,
Maka,
AR=2*19*Cos(90/2) = 38 Cos 45= 26,8700
I/Io= (26,87)^2= 53,74
4.2. PEMBAHASAN
Dua gelombang atau lebih dapat mengalami INTERFERENSI. Ada dua
macam interferensi yaitu:
1. Interferensi konstruktif (saling menguatkan) dan
2. Interferensi destruktif (saling melemahkan)
Pada hasil percobaan didapatkan bahwa pada posisi 3,5 dengan gelombang 1 :
49.9489244 dan gelombang 2 yaitu : 29.96935464 maka interferensinya
konstruktif : 79.91827903 dengan fase 1 : 140, fase 2 :280 dan intensitas :
70.6374154 . dan ada posisi 6.5 dengan gelombang 1 : -49.76790889 dan
gelombang 2 yaitu : -29.86075433 maka interferensinya deskruktif : -
79.62865422 dengan fase 1 : 260, fase 2 :520.
Interferensi gelombang n celah ini terjadi pada sinar yang dipantulkan
Keterangan :
m = 0, 1, 2,3, 4,......
23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Interferensi adalah suatu perpaduan dari dua buah gelombang atau lebih
yang datang bersamaan.
Difraksi adalah pembelokan arah gelombang yang disebabkan oleh
adanya penghalang berupa celah.
Perbedaannya adalah interferensi merupakan superposisi dua buah
24
DAFTAR PUSTAKA
Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: HarcourtBrace
College Publisher.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1stEdition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1stEdition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, NewHampshire
03750.
25
LAMPIRAN
70
50
30
Ytot (cm)
10
-10 0 2 4 6 8 10
-30
-50
-70
Posisi (cm)
71.085
Intensitas (Watt/cm^2)
71.08
71.075
71.07
71.065
71.06
71.055
71.05
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Fase(rad)
26
Interferensi tiga celah
Interferensi Gelombang
200
Interferensi (cm)
100
0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
-100
-200
Fase (rad)
Gelombang 1 Gelombang 2
6000
5000
Intensitas (watt/cm^2)
4000
3000
2000
1000
0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
Fase(rad)
Intensitas Difraksi
27
Interferensi dengan N celah
Amplitudo Terhadap Fase
50
40
30
Amplitudo(cm)
20
10
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90-10 0 90 180 270 360 450 540
-20
-30
-40
-50
Fase(derajat)
1600
1400
Intensitas(watt/cm^2)
1200
1000
800
600
400
200
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360 450 540
Fase(derajat)
28