Anda di halaman 1dari 28

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. 1
DAFTAR ISI. 2
BAB 1. PENDAHULUAN 3
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. 4
1.2. RUMUSAN MASALAH.. 4
1.3. HIPOTESIS 4
BAB II. LANDASAN TEORI 5
BAB III. METODE PERCOBAAN.. 16
3.1. VARIABEL PERCOBAAN. 16
1. Variabel manipulas 16
2. Varibael Respon.. 16
3. Variabel control. 16
3.2. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 17
3.3. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN. 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.. 19
4.1. HASIL PERCOBAAN 19
4.2. PEMBAHASAN.. 22
BAB V. KESIMPULAN. 24
DAFTAR PUSTAKA. 25
LAMPIRAN 26
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karenaberkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan.Dalam Laporan ini kami membahas Penjelasan Interferensi
Gelombang,

Laporan ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman Penjelasan


Interferensi Gelombang, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan :

Dr. Muh. Tawil , selaku dosen mata kuliah gelombang dan optik

Teman-teman mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk laporan


ini.

Demikian laporan ini saya buat semoga bermanfaat.

Makassar, 3 april 2017


Penyusun,

Dwi hardiyanti Andriani


1316042008

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Gelombang elektromagnetik sama seperti gelombang mekanik, dapat


berinterfrensi satu sama lain. Kita dapat ketahui bahwa cahaya sebagai
gelombang, memperlihatkan gejala interfrensi gelombang-gelombang yang
mempunyai beda fase yang tetap.

Bila Cahaya melintas dari suatu sumber melalui sebuah celah pada layar,
dan cahaya yang keluar dari celah tersebut digunakan untuk menerangi dua celah
bersebelahan pada layar kedua. Bila cahaya diteruskan dari kedua celah tersebut
dan jatuh pada layar ketiga, maka akan terbentuk sederet pita interferensi yang
sejajar. Ini sebagai fenomena interferensi.

Sebagai gelombang, cahaya juga dapat melentur (berdifraksi), serta


interfrensi yang dibahas diatas merupakan hasil dari cahaya yang berdifraksi.
Difraksi adalah penyebaran atau pembelokan gelombang pada saat gelombang ini
melintas melalui bukaan atau mengelilingi ujung penghalang. Gelombang
terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan
daerah penguatan dan pelemahan. Difraksi juga berlangsung pada aliran
partikel.Dengan kata lain, Difraksi adalah peristiwa dimana berkas cahaya akan
dilenturkan pada saat melewati celah sempit. Difraksi juga menggambarkan suatu
deviasi dari cahaya dengan pola lurus ketika melewati lubang lensa atau
disekeliling benda. Menurut Huygens bahwa setiap bagian celah akan menjadi
suatu sumber gelombang (cahaya) biru.

Celah sempit tersebut disebut dengan kisi difraksi. Kisi difraksi adalah
kepingan kaca yang digores sejajar dan berjumlah sangat banyak dan memiliki
jarak yang sama (biasanya dalam ordo 1000 per mm). Cahaya terdifraksi, setelah
diteruskan melalui kaca atau dipantulkan oleh spekulum, menghasilkan cahaya
maksimum pada
= 0 dan berkurang sampai minimum
(intensitas = nol) pada sudut .

Untuk melewati pola difraksi cahaya, cahaya dilewatkan melalui suatu


celah tunggal dan mengamati cahaya yang diteruskan oleh celah pada suatu film.
Difraksi pada celah tunggal akan menghasilkan pola garis terang dan gelap pada
layar. Celah tunggal dapat dianggap terdiri atas beberapa celah sempit yang
dibatasi titik-titik dan setiap celah itu merupakan sumber cahaya sehingga satu
sama lainnya dapat berinterferensi.

Kemudian difraksi cahaya terjadi pula pada cahaya yang melalui banyak
celah sempit, dengan jarak celah sama. Celah sempit yang demikian disebu
dengan kisi difraksi. Semakin banyak celah, semakin tajam pola difraksi yang

3
dihasilkan pada layar. Untuk memahami lebih lanjut mengenai difraksi dan
interfernsi, maka dibuatlah laporan yang berjudul
l Interferensi dan Difraksi.

1.2 Maksud dan Tujuan

laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat melulusi mata kuliah
fisika dasar serta sebagai bahan acuan presentasi.

adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:

- Memberikan informasi mengenai interferensi dan difraksi

- Mengetahui perbedaan interferensi dan difraksi

1.3 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat pada makalah ini adalah sebagai


berikut:

-Apa yang dimakasud dengan interferensi dan difraksi?

-Apa perbedaan antara interferensi dan difraksi?

- bagaimana pengaruh variable control dan respon serta manipulasi

1.4 Hipotesis
1. Apa terdapat pengaruh variable control dan respon serta manipulasi?

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Interferensi

Interferensi terjadi jika dua (atau lebih) gelombang dipadukan. Di bagian

ini kita akan mempelajari interferensi antar dua gelombang. Interferensi dapat

bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua

gelombag sama sehingga gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan

dari kedua gelombang tersebut.

2.1.1 Interferensi gelombang air

Gambar 1.1Interferensi Gelombang Air

Gelombang air mula-mula datang dalam formasi yang bisa dikatakan

membentuk muka gelombang datar. Sebuah papan penghalang yang terdapat

celah kecil digunakanuntuk menahan gelombang air menyebabkan hanya sebagian

kecil saja dari air yang ditransmisikan. Pola gelombang dari air yang

ditransmisikan tersebut berbentuklingkaran, pola semacam ini dapat dipahami

5
dengan prinsip Huygens. Karena air terus menerus mengalir maka gelombang-

gelombang tersebut saling mengalamiinterferensi satu sama lain. Interferensi

disebabkan oleh adanya beda lintasan antar gelombang sehingga beda fase

gelombang-gelombang tersebut juga berbeda menghasilkan pola muka gelombang

yang lebih besar dan pola muka gelombang minimum, perhatikan dengan seksama

Gambar 1.1.

Pada peristiwa interferensi, untuk menghasilkan sumber yang koheren,

secara prinsip, selalu digunakan satu sumber gelombang dimana gelombang

tersebut kemudiandipecah menjadi dua atau lebih dan diset sedemikian rupa

sehingga lintasan antar gelombang-gelombang tersebutberbeda. Karena

gelombang pada umumnya merambatlurus, terutama gelombang elektromagnetik,

maka untuk menghasilkan beda lintasan arah rambat gelombang tersebut

dibelokkan.

2.1.2 Intereferensi gelombang cahaya

Dua berkas cahaya disebut kohern jika kedua cahaya itu memeiliki beda

fase tetap. Interferensi destruktif (saling melemahkan) terjadi jika kedua

gelombang cahaya berbeda fase 180o. Sedangkan interferensi konstruktif (saling

menguatkan) terjadi jika kedua gelombang cahaya sefase atau beda fasenya nol.

Interferensi destruktif maupun interferensi konstruktif dapat diamati pada pola

interferensi yang terjadi.

Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas

Young dalam tahun 1801. Dalam percobaannya Young menjelaskan bahwa

difraksi merupakan gejala penyebaran arah yang dialami oleh seberkas gelombang

6
cahaya ketika melalui suatu celah sempit dibandingkan dengan ukuran panjang

gelombangnya. Jika pada difraksi tersebut berkas gelombangnya melewati dua

celah sempit maka ketika dua gelombang atau lebih tersebut bertemu atau berpadu

dalam ruang maka medan-medan tersebut akan saling menambahkan dengan

mengikuti prinsip superposisi.

Dengan menggunakan sumber gelombang yang sama (sumber cahayanya

sama) dan dengan panjang gelombangnya diketahui juga, maka dapat ditentukan

jarak yang sangat pendek serta sifat medium optiknya akan mudah teramati.

Dengan ditemukannya sinar laser yang mempunyai sifat koheren, maka

Interferometer dapat menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri.

Interferometer dapat digunakan untuk mengukur getaran permukaan, simpangan,

kecepatan partikel, temperatur dan sebagainya. Pengukuran berlangsung tanpa

kontak mekanik sehingga tidak membebani obyek yang diukur. Disamping itu

kepekaannya sangat tinggi: simpangan dengan orde kurang dari panjang

gelombang cahaya dapat dideteksi dengan mudah.

Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit

diamati. Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:

1) Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.

2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang

fasenya sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya

dalam waktu sangat singkat.

7
Jadi, interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada

gelombang air atau gelombang bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat

berikut ini:

1) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua

gelombang cahaya harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab

itu keduanya harus memiliki frekuensi yang sama.

2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.

Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada

Gambar 1.2.

Gambar 1.2. (a) tidak terjadi interferensi, (b) terjadi interferensi

Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya kohern sehingga dapat

menghasilkan pola interferensi adalah :

1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah

tunggal (satu celah). Hal ini dilakukan oleh Thomas Young.

8
2) Dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan

pemantulan saja. Hal ini dilakukian oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada

pemantulan dan pembiasan (pada interferensi lapisan tipis).

3) Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya

kohern.

Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas

Young menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan

menggunakan sebuah sumber cahaya S, Fresnell memperoleh dua sumber cahaya

S1 dan S2 yang kohoren dari hasil pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis

yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan oleh cermin I dan cermin II yang

seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2. Sesungguhnya, S1 dan S2

merupakan bayangan oleh cermin I dan Cermin II (Gambar 1.3).

Gambar 1.3. Percobaan cermin Fresnell

Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young

menggunakan dua penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang

kedua dilengkapi dengan dua lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young

memperoleh dua sumber cahaya (sekunder) koheren yang monokromatis dari

9
sebuah sumber cahaya monokromatis (Gambar 2.5). Pada layar tampak pola garis-

garis terang dann gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa

cahaya dapat berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase

cahaya dari kedua celah tersebut.

Gambar 1.4. Percobaan dua celah oleh Young

Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah

garis-garis terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang

terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan

atau interferensi maksimum. Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya

mengalami interferensi yang saling melemahkan atau interferensi minimum. Jika

kedua sumber cahaya memiliki amplitudo yang sama, maka pada tempat-tempat

terjadinya interferensi minimum, akan terbentuk titik gelap sama sekali. Untuk

mengetahui lebih rinci tentang pola yang terbentuk dari interferensi dua celah,

perhatikan penurunan-penurunan interferensi dua celah berikut.

Contoh interferensi adalah pelangi yang terlihat dalam gelembung sabun,

kilauan warna dari bulu burung, bila pada air yang tenang kemudian kita

memasukkan jari kita maka akan terbentuk muka gelombang berupa lingkaran-

10
lingkaran dengan tempat gangguan sebagai pusatnya. Gejala yang ditimbulkannya

yaitu:

1. Garis Terang (interferensi maksimum / konstruktif)

Interfrensi maksimum menghasilkan garis terang pada layar. Pola

ini terjadi jika selisih lintasan sumber (S) sama dengan nol atau kelipatan

genap dari setengah panjang gelombang. Syarat Interferensi Maksimum

(Konstruktif). Seperti yang telah kita ketahui dari pembahasan gelombang

sebelumnya, interferensi maksimum terjadi jika kedua gelombang

memiliki fase yang sama (sefase). Dua gelombang memiliki fase yang

sama apabila selisih lintasannya sama dengan nol atau bilangan bulat kali

panjang gelombang (). Secara matematik dapat dituliskan persamaan:

d sin = m. ; m = 0, 1, 2, 3.......

Bilangan m disebut orde atau nomor terang. Untuk m = 0 disebut

maksimum orde ke nol (terang pusat), untuk m = 1 disebut terang ke-1,

dan seterusnya. Karena 1>d, maka sudut sangat kecil. Jadi, dapat

digunakan pendekatan sin sehingga persamaan tersebut menjadi:

Pd=m

Dengan p adalah jarak terang ke-n dari terang pusat.

2. Garisgelap (interferensi minimum / destruktif)

11
Interferensi minimum, menghasilkan garis gelap pola layar. Pola

ini terjadi jika selisih lintasan sumber (S) sama dengan kelipatan ganjil

dari setengah panjang gelombang.

2.1.2.1 Interferensi celah ganda

Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua

celah tersebut. Berkas cahaya dari S1 dan S2 yang sampai pada layar terlihat

berbeda lintasan sebesar S = d sin . Perbedaan panjang lintasan inilah yang

dapat menimbulkan fase antara dua berkas cahaya tersebut berbeda. Interferensi

akan saling menguatkan jika berkas cahaya sefase dan saling melemahkan jika

berlawanan fase. Sefase berarti berbeda sudut fase = 0, 2, 4,..... Sedangkan

berlawanan fase berarti berbeda sudut fase = , 3, 5, ... . Syarat ini dapat

dituliskan dengan beda lintasan seperti persamaan berikut:

Interferensi maksimum (garis terang) : d sin = n

Interferensi minimum (garis gelap) : d sin = (n 1 /2 )

Keterangan :

d = jarak antar celah (m),

= sudut yang dibentuk berkas cahaya dengan garis mendatar

n = pola interferensi (orde), garis terang n = 0, 1,2,3,....; garis gelap n = 1,2,3,....

= panjang gelombang cahaya yang berinterferensi (m )

Untuk sudut kecil ( 12o) akan berlaku: sin tg berarti selisih lintasannya

memenuhi hubungan berikut:

lpdd=sin

Interferensi pada Lapisan Tipis

12
Kalian tentu pernah main air sabun yang ditiup sehingga terjadi

gelembung. Kemudian saat terkena sinar matahari akan terlihat warna-warni.

Cahaya warna-warni inilah bukti adanya peristiwa interferensi cahaya pada

lapisan tipis air sabun. Interferensi ini terjadi pada sinar yang dipantulkan

langsung dan sinar yang dipantulkan setelah dibiaskan. Syarat terjadinya

interferensi memenuhi persamaan berikut:

Interferensi maksimum : 2nd = (m + ) 21

Interferensi minimum : 2nd = m .

Keterangan :

n = indeks bias lapisan

d = tebal lapisan (m)

= panjang gelombang cahaya (m)

m = 0, 1, 2,3, 4,......

Pada Gambar 1.5, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar.

Kemudian, berkas cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah

ganda sehingga S1 dan S2 dapat dipandang sebagai dua sumber cahaya

monokromatis. Setelah keluar dari S1 dan S2, kedua cahaya digambarkan menuju

sebuah titik A pada layar. Selisih jarak yang ditempuhnya (S2A S1A) disebut

beda lintasan.

.................................(1.1)

13
Gambar 1.5. Percobaan Interferensi Young

Jika jarak S1A dan S2A sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan

S1S2 = d, sinar S1A dan S2A dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya S =

S2B. Berdasarkan segitiga S1S2B, diperoleh , dengan d

adalah jarak antara kedua celah. Selanjutnya, pada segitiga COA, .

Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan . Untuk kecil,

berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh cahaya

dari sumber S2 dan S1 akan memenuhi persamaan berikut ini.

..........................................(1.2)

Interferensi maksimum akan terjadi jika kedua gelombang yang tiba di titik A

sefase. Dua gelombang memiliki fase sama bila beda lintasannya merupakan

kelipatan bilangan cacah dari panjang gelombang.

S = m............................................................................(1.3)

Jadi, persamaan interferensi maksimum menjadi

..................................................................................(1.4)

Dengan:

d = jarak antara celah pada layar

14
p = jarak titik pusat interferensi (O) ke garis terang di A

l = jarak celah ke layar

= panjang gelombang cahaya

m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, ...)

15
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Variabel Percobaan


1. Variabel manipulasi adalah frekuensi, amplitudo, kappa
2. Varibael Respon adalah panjang gelombang
3. Variabel control adalah fase awal, dx, waktu
3.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah suatu besaran kuantitatif atau kualitatif yang dapat
bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Besaran kuantitatif adalah besaran
yang dinyatakan dalam suatu pengukuran baku tertentu, misalnya tinggi badan
yang dinyatakan dalam cm, massa benda dinyatakan dengan Newton, suhu badan
dengan oC (derajad selsius). Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak
dinyatakan dalam satuan pengukuran baku tertentu, misalnya: bau
makanan(sedap,kurang sedap, tidak sedap) , warna (menarik, kurang menarik,
tidak menarik), rasa makanan (enak, kurang enak, tidak enak), kesenangan, dan
sebagainya.
Dalam mengidentifikasi atau menuliskan variabel, peneliti harus
menyebutkan atau menuliskan bagaimana tiap variabel akan diukur. Sebagai
misal, dalam pernyataan tinggi tanaman pepaya bergantung pada jumlah air yang
disiramkan pada tanaman tersebut. Makatinggi tanaman merupakan variabel,
sedangkan tinggi bukan variabel.
1) Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel merupakan bagian dari langkah penelitian yang
dilakukan peneliti dengan cara menentukan variabel-variabel yang ada dalam
penelitiannya. Misalnya variabel manipulasi (variabel bebas/ variabel
independen), variabel respon (variabel dependen/variabel terikat), dan variabel
kontrol.
a. Variabel Manipulasi

16
Apabila suatu variabel secara sengaja dimanipulasi dalam suatu situasi
maka variabel itu disebut variabel manipulasi. Variabel manipulasi merupakan
faktor yang menjadi sebab atau terjadinya perubahan variabel lain (yaitu variabel
respon). Variabel manipulasi disebut juga variabel bebas karena variabel ini
secara bebas dapat mempengaruhi variabel lain.
b. Variabel Respon
Variabel yang berubah sebagai hasil atau akibat dari perubahan variable
bebasatau pemanipulasian disebut variabel respon. Perubahan pada faktor ini
karena dipengaruhi oleh variabel manipulasi. Karena perubahan itu sebagai
tanggapan dari faktor lain (variabel manipulasi) maka disebut variabel respon
(variabel terikat).
c. Variabel Kontrol
Disamping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi suatu hasil eksperimen. Padahal yang kita inginkan dalam
penelitian adalah dapat mengatakan bahwa variabel manipulas itu adalah satu-
satunya variabel yang berpengaruh pada variabel respon. Oleh karena
itu, peneliti harus yakin bahwa faktor lain yang dapatberpengaruh harus di cegah
agar tidak mempengaruhi variabel respon kecuali variable manipulasi.
Variabel yang dapat mempengaruhi hasil ekseprimen, tetapi dijaga agar
tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan
dengan pengontrolan variabel seperti itu baru dapat disebut prosedur eksperimen
yang benar.Dengan demikian kita dapat mendefinisikan variabel kontrol adalah
variabel yang dijaga agar tidak mempengaruhi hasil eksperimen.

3.3. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

1. Membuka file interferensi gelombang lalu klik.


2. Mengatur amplitudo 1, amplitudo 2, kappa 1, kappa 2, frekuensi, dx nya, fase
awal 1 dan fase awal 2, lalu bilangan
3. Mengaktifkan security warning, lalu,
4. Menyalakan simulasi.

17
5. Setelah itu perhatikan gelombangnya apakah mengalami interferensi
konstruktif atau deskruktif.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PERCOBAAN

Diketahui:

INPUT DATA
Silahkan Memasukkan Data
Variabel Nilai Satuan
Amplitudo1= 50 (cm)

Amplitudo2= 30 (cm)

Frekuensi1= 3 (Hertz)

Frekuensi2= 3 (Hertz)

Kappa1= 1 (1/cm)

Kappa2= 1 (1/cm)

Waktu= 0.1 (sekon)

dx= 0.5 (cm)

Fase Awal1= 20 (rad)

Fase Awal2= 40 (rad)

Bilangan= 1

19
Interferensi Dua Gelombang
70
50
30
Ytot (cm)

10
-10
0 2 4 6 8 10
-30
-50
-70
Posisi (cm)

Gelombang 1

Intensitas Dua Gelombang


71.2
Intensitas (Watt/cm^2)

71
70.8
70.6
70.4
70.2
0 200 400 600 800 1000
Fase(rad)

Intensitas Dua

Analisis intensitas (watt/cm2) ada satu Posisi fase


Fase = 900
Radian dan I = 289,91 Watt/cm2

Persamaan Gelombang yang menjalar ke arah kanan dinyatakan sebagai berikut.


y1=A1*Sin(kappa1*x-2*phi*f1*t)
y2=A2*Sin(kappa2*x-2*phi*f2*t)
maka,

20
y1=50*Sin(1*0,5-2*180*20*2,8)
y2=30*Sin(1*0,5-2*180*40*2,8)
Ytot= Y1+Y2
= (A1*Sin(1*x-2*phi*f1*t) ) + (A2*Sin(kappa2*x-2*phi*f2*t)
= 50*Sin(1*0,5-2*180*20*0,1) + 30*Sin(1*0,5-2*180*40*0,1)
= 50*Sin 720 +30*Sin 1440

Interferensi Gelombang
200
Interferensi (cm)

100

0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
-100

-200
Fase (rad)

Gelombang 1
Gelombang 2

21
Intensitas Difraksi
Gelombang6000Dengan N

Celah
5000
Intensitas (watt/cm^2)

4000

3000

2000

1000

0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360
Fase(rad)

Intensita

y1=A*Cos(kappa1*x-omega*t+3*fase)
y2=A*Cos(kappa*x-omega*t+2*fase)
y3=A*Cos(kappa*x-omega*t+fase)
maka,
y1=27*Cos(1*1-2*11,1+3*60) =27*Cos(1*1-202,2)
y2=27*Cos(1*2 -3*11,1+2*60)= 27*Cos(1*2-153,3)
y3=27*Cos(2*3-5*11,1+60)= 27*Cos(2*3-115.5)

Amplitudo Terhadap Fase


50
40
30
Amplitudo(cm)

20
10
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90-10 0 90 180 270 360 450 540
-20
-30
-40
-50
Fase(derajat)

Persamaan amplitudo total gelombang dapat dinyatakan sebagai:


AR=N*A*Cos(fase/2)

22
I/Io= (AR)^2
Dalam hal ini : AR merupakan amplitudo gelombang, N adalah banyaknya celah,
dan fase gelombang,
Maka,
AR=2*19*Cos(90/2) = 38 Cos 45= 26,8700
I/Io= (26,87)^2= 53,74

4.2. PEMBAHASAN
Dua gelombang atau lebih dapat mengalami INTERFERENSI. Ada dua
macam interferensi yaitu:
1. Interferensi konstruktif (saling menguatkan) dan
2. Interferensi destruktif (saling melemahkan)
Pada hasil percobaan didapatkan bahwa pada posisi 3,5 dengan gelombang 1 :
49.9489244 dan gelombang 2 yaitu : 29.96935464 maka interferensinya
konstruktif : 79.91827903 dengan fase 1 : 140, fase 2 :280 dan intensitas :
70.6374154 . dan ada posisi 6.5 dengan gelombang 1 : -49.76790889 dan
gelombang 2 yaitu : -29.86075433 maka interferensinya deskruktif : -
79.62865422 dengan fase 1 : 260, fase 2 :520.
Interferensi gelombang n celah ini terjadi pada sinar yang dipantulkan

langsung dan sinar yang dipantulkan setelah dibiaskan. Syarat terjadinya

interferensi memenuhi persamaan berikut:


1
Interferensi minimum : 2nd = (4 + 2) .300 = 750

Interferensi maksimum: 2nd = 10 . 600 = 6000

Keterangan :

n = indeks bias lapisan

d = tebal lapisan (m)

= panjang gelombang cahaya (m)

m = 0, 1, 2,3, 4,......

23
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Interferensi adalah suatu perpaduan dari dua buah gelombang atau lebih
yang datang bersamaan.
Difraksi adalah pembelokan arah gelombang yang disebabkan oleh
adanya penghalang berupa celah.
Perbedaannya adalah interferensi merupakan superposisi dua buah

gelombang atau lebih. Sedangkan Difraksi adalah devisi dari perambatan

cahaya atau pembelokan arah rambat cahaya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ruwanto,B. 2005.Asas-Asas Fisika 3A. Bogor : PT. Ghalid Indonesia .

Anonim. 2012. Fisika 1. Bandung:IT Telkom

Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: HarcourtBrace
College Publisher.

Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1stEdition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.

Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1stEdition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.

Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, NewHampshire
03750.

25
LAMPIRAN

Interferensi Dua Gelombang

70
50
30
Ytot (cm)

10
-10 0 2 4 6 8 10
-30
-50
-70
Posisi (cm)

Gelombang 1 Gelombang 2 Interferensi Dua Gelombang

Intensitas Dua Gelombang

71.085
Intensitas (Watt/cm^2)

71.08
71.075
71.07
71.065
71.06
71.055
71.05
0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Fase(rad)

Intensitas Dua Gelombang

26
Interferensi tiga celah
Interferensi Gelombang

200

Interferensi (cm)
100

0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360

-100

-200

Fase (rad)

Gelombang 1 Gelombang 2

Gelombang 3 Interferensi Gelombang

Intensitas Difraksi Gelombang Dengan N Celah

6000

5000
Intensitas (watt/cm^2)

4000

3000

2000

1000

0
-360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360

Fase(rad)

Intensitas Difraksi

27
Interferensi dengan N celah
Amplitudo Terhadap Fase

50
40
30
Amplitudo(cm)

20
10
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90-10 0 90 180 270 360 450 540
-20
-30
-40
-50
Fase(derajat)

Intensitas Terhadap Fase

1600
1400
Intensitas(watt/cm^2)

1200
1000
800
600
400
200
0
-540 -450 -360 -270 -180 -90 0 90 180 270 360 450 540
Fase(derajat)

28

Anda mungkin juga menyukai