Disusun Oleh :
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis makalah ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat Rahmat dan Anugerah-Nyalah tugas mata kuliah Gelombang dan Optik dapat selesai.
Sesuai dengan kontrak mata kuliah Gelombang dan Optik pada pertemuan ke-7 mahasiswa
diwajibkan membuat critical book review ( CBR ) yang ada hubungannya dengan mata
kuliah tersebut.
Penulis laporan berusaha semaksimal mungkin mengerjakan tugas ini dengan baik
dan benar sesuai dengan sumber-sumber yang digunakan. Penulis makalah mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Gelombang dan Optik Yang telah
memberikan bimbingan dan arahan hingga critical book review ( CBR ) ini tersusun adanya.
Semoga laporan critical book review ( CBR ) ini berguna bagi yang membutuhkannya dan
dapat menambah wawasan ilmu bagi yang membaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
1.3TUJUAN......................................................................................................................................
BAB II
BAB III
BAB IV
4.1 KESIMPULAN............................................................................................................................
4.2SARAN .........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gelombang yang terjadi di alam sebenarnya sangat kompleks dan tidak dapat dirumuskan
dengan akurat. Tetapi fenomena gelombang yang terjadi di alam dapat dipelajari dan
dilakukan beberapa asumsi sehingga muncul beberapa teori atau persamaan gelombang.
Banyak orang yang menghitung dan memodelkan persamaan gelombang, akan tetapi tidak
banyak yang dapat mensimulasikan hasilnya dengan baik. Simulasi banyak digunakan dalam
semua bidang ilmu pengetahuan atau bahkan dalam kehidupan di masyarakat. Untuk
membangun bangunan air misalnya bendung, bendungan, tanggul sungai, saluran irigasi,
pelabuhan, bangunan pemecah gelombang (breakwater) dan sebagainya, seringkali
diperlukan suatu simulasi. Simulasi dilakukan dengan menirukan sistem beserta dengan
permasalahannya, kemudian menguji tiruan sistem tersebut dengan berbagai skenario
permasalahannya. Simulasi umumnya memerlukan model sebagai alat bantu. Model
matematik memberikan keuntungan lebih dari pada model fisik dilihat dari tenaga, waktu,
serta anggaran biaya yang lebih sedikit, sehingga pelaksanaannya lebih murah dan cepat.
Seiring bertambahnya waktu dan dampak yang ditimbulkan oleh gelombang terhadap daerah
pantai, penelitian pemodelan numerik yang berhubungan dengan perambatan gelombang
maupun deformasi gelombang dan perlindungan pantai pun semakin meningkat. Deformasi
gelombang adalah perubahan sifat gelombang yang terjadi ketika ada gelombang bergerak
merambat menuju ke pantai, salah satunya adalah difraksi.
Difraksi gelombang terjadi bila gelombang yang datang terhalang oleh suatu
penghalang yang dapat berupa bangunan pemecah gelombang (breakwater) maupun pulau.
Akibatnya, gelombang akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke daerah
terlindung di belakangnya. Dalam hal ini, terjadi transfer energi dalam arah tegak lurus ke
daerah terlindung. Fenomena difraksi gelombang penting diperhatikan dalam perencanaan
pelabuhan dan bangunan pemecah gelombang. Dalam makalah ini kita akan membandingkan
dua buku, agar kita mengetahui mana yang lebih bagus digunakan sebagai panduan dalam
pembelajaran. Sebagai guru atau calon pendidik kita harus tau mana buku yang lebih bagus
di gunakan agar peserta didik dapat memahami pembelajaran dengan baik.
Anatara dua buku berikut manakah yang lebih tepat digunakan sebagai bahan ajar? agar
mahasiswa atau pelajar dapat paham dengan lebih mudah
1.3 Tujuan
Untuk menyelesaikan tugas gelombang dan optik
Untuk mengetahui antara dua buku tersebut manakah yang lebih bagus digunakan
sebagai bahan ajar.
BAB II
RINGKASAN
Penerbit : E-Book
Edisi :-
2.2.2Prinsip Huygens
Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik dalam perambatan
gelombang dapat menjadi suatu sumber baru sehingga superposisi dari
gelombang-gelombang baru tersebut dapat digunakan untuk
menggambarkan muka-muka gelombang dari amplitudo yang
dirambatkan gelombang tersebut. Refleksi, refraksi, interferensi, dan
difraksi dapat dijelaskan dengan menggunakan prinsip Huygens ini.
2.2.3 Indeks Bias Dan Laju Cahaya
Dalam medium dengan indeks bias yang berbeda cahaya akan merambat
dengan
laju yang berbeda, yaitu
c
v=
n
(2.2)
dengan indeks bias di vakum dipilih sama dengan satu. Dengan
menggunakan
prinsip Huygens dapat ditunjukkan bahwa
λ
λn =
n
(2.3)
dan
mλ
sin θ ≈ θ ≈
d
(2.9)
untuk garis terang serta
1
(m+ )
sin θ ≈ θ ≈ 2
d
(2.10)
untuk garis gelap.
2.2.5 Intensitas Interferensi Dua Celah
Ungkapan intesitas garis-garis pada layar sebagai fungsi dari θ
dapat diturunkan dengan menganggap bahwa masing-masing celah
sebagai sumber cahaya memiliki fungsi medan listriknya
E1 = E0 sin(ωt)
(2.11)
dan
E2 = E0 sin(ωt + φ)
(2.12)
Beda fasa φ dalam hal ini timbul akibat perbedaan jarak tempuh seperti
telah disebutkan dalam Persamaan (2.15) sehingga
2 πd sinθ
φ = kΔx = kdsinθ =
λ
(2.13)
Dengan demikian intensitas dapat dituliskan sebagai
φ
I = 4Icos 2( ) (2.14)
λ
Dengan menggunakan Persamaan (2.13), (2.9), dan (2.10) dapat
diperoleh bahwa intensitas akan memenuhi
I= 4I0, φ = 2mλ, m = 0, 1, 2, ..
(2.15)
0, φ = 2(m + 1)λ m = 0, 1, 2, ..
antara 0 dan 4I0, lainnya
Dapat pula dinyatakan garis terang akan memiliki Δx/λ = m dan
garis gelap Δx/λ = (m + 1/2 ), dengan m = 0, 1, 2, 3, ....
2.2.6 Intensitas melalui fasor
Dengan menggunakan fasor seperti pada Bab Arus Bolak-balik dapat digambarkan
dua buah fasor dari Persamaan (2.11) dan (2.12) yang akan membuahkan
∅
E = 2( E0 cos β) = 2 E0 cos ( ) (2.16)
2
2 2 ∅
I = 4E0 cos ( ) (2.17)
2
1
pergeseran fasa (phase shift) dalam jarak sejauh λ apabila cahaya datang dari medium
2
kurang rapat (indeks bias lebih kecil) ke medium yang lebih rapat (indeks bias lebih besar).
Akan tetapi tidak terjadi pergeseran fasa apabila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke
medium kurang rapat. Dapat pula pergeseran fasa ini langsung dinyatakan dengan
π
menggunakan nilai apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih
2
rapat. Dan tidak tidak terjadi pergeseran fasa untuk perambatan sebaliknya.
Dengan demikian untuk susunan lapisan tipis yang tersusun atas udara-lapisan
Gambar 2.1: Intensitas interferensi oleh: (a) dua celah dan (b)
tiga celah.
tipis (indeks bias n dan tebal L)-udara akan diperoleh garis terang yang teramati di udara
1 λ
2L = ( m + ) , m = 0,1,2,3
2 n
(2.18)
λ
dan garis terang yang teramati di udara 2L =m , m = 0,1,2,3 (2.19)
n
Untuk kasus khusus di mana ketebalan lapisan tipis kurang dari λ misalnya saja
L < 0.1λ maka pergeseran fasa akan didominasi hanya akibat pemantulan sehingga diperoleh
garis gelap. Dalam hal ini gelap pertama ini berkaitan dengan m = 0.
Garis gelap berikutnya akan terkait dengan m = 1, 2, 3,... Penurunan Persamaan (2.18) dan
(2.19) diperoleh dengan menghitung jumlah pergeseran fasa-pergeseran fasa yang diperoleh,
misalnya akibat perbedaan jarak tempuh ∆x = kx dan pemantulan pada batas medium.
Gambar 2.2: Intensitas interferensi oleh: (a) empat celah dan (b)
lima celah
Bila cahaya datang dari medium berindeks bias n1 ke medium dengan indeks bias n2
yang berfungsi sebagai film tipis maka persamaan yang diperoleh akan berbeda dengan
Persamaan (2.18) dan (2.19). Panjang gelombang dalam medium dapat diperoleh melalui
Persamaan (2.3).
2.9 Lapisan tipis yang lebih umum
Susunan lapisan tipis dengan medium yang mengapitnya secara lebih umum
dapat diilustrasikan seperti tampak dalam Gambar 2.4. Di sini dapat dilihat bahwa secara
umum n1 ҂ n2 ҂ n3 sehingga hasil yang diperoleh dari Persamaan (2.18) dan (2.18) tidak
secara umum berlaku (dalam kasus tersebut n1 = n3 = 1 dan n2 = n). Untuk menurunkan
secara umum kasus dalam dalam Gambar 2.4 diperlukan rumusan dalam Persamaan (2.3)
untuk mencari panjang gelombang dalam medium berindeks bias n, yaitu . λ n.
Dengan demikian apabila diketahui sinar datang yang menyebabkan interferensi
pada lapisan tipis dalam Gambar 2.4 memiliki panjang gelombang dalam vakum
adalah λ maka
λ
λ i. = , i = 1, 2, 3 (2.20)
ni
adalah panjang gelombang pada masing-masing medium. Interferensi pada lapisan
tipis teramati pada sudut pantul yang amat kecil sehingga beda lintasan saat sinar melalui
medium berindeks biasn2 adalah 2L. Bila berkas dipantulkan pada batas medium berindeks
bias ni dan n j maka akan terjadi pergeseran fasa (phase shifting) sebesar π bila n j > ni dan
tidak terjadi pergeseran fasa apabila nj < ni atau dapat dirumuskan sebagai
Δφij = π, nj > ni (2.21)
0, nj < ni
2π 2π
Δφi = ki(2L) = (2L) = nj (2L)
λi λ
(2.22)
Interferensi maksimum akan terpenuhi dengan syarat
Δφ = 2mπ, m = 0, 1, 2, 3, ..,
(2.23)
dan interferensi minimum dengan syarat
Δφ = (2m + 1)π, m = 0, 1, 2, 3, ...
(2.24)
Pada perhitungan pergeseran fasa total untuk mencari interferensi
yang dilihat adalah beda fasa antara berkas s1 dan s4.
2.10 Script
Dengan menggunakan gnuplot script berikut :
# Plot inteference intensity of 2 - 7 source
# (CC 2011) Sparisoma Viridi
# dudung@fi.itb.ac.id
# 2011.04.04.40132
# some constants
PI = 3.14159
E0 = 1
wt = PI/2
# electric field E1 - E6
E1(dq) = E0 * sin(wt + 0 * dq)
E2(dq) = E0 * sin(wt + 1 * dq)
E3(dq) = E0 * sin(wt + 2 * dq)
E4(dq) = E0 * sin(wt + 3 * dq)
E5(dq) = E0 * sin(wt + 4 * dq)
E6(dq) = E0 * sin(wt + 5 * dq)
E7(dq) = E0 * sin(wt + 6 * dq)
Pendahuluan
Dalam fisika dikenal berbagai macam gelombang, misalnya: gelombang cahaya,
gelombang bunyi, gelombang tali, gelombang air, dan sebagainya, yang dikelompokkan
berdasarkan sifat-sifat fisisnya.
Gejala gelombang dapat diperlihatkan dengan mudah, apabila kita melemparkan batu
ke dalam kolam yang airnya tenang, maka pada permukaan air kolam itu akan timbul usikan
yang merambat dari tempat batu itu jatuh ke tepi kolam. Usikan yang merambat pada
permukaan air tersebut disebut gelombang.
Apabila di permukaan air itu terdapat benda terapung, misalnya kayu, maka kayu itu
hanya bergerak naik turun tidak ikut bergerak ke tepi. Hal ini menunjukkan bahwa yang
merambat hanya gelombangnya, sedangkan airnya tidak ikut bergerak bersama gelombang.
Air hanya sebagai medium rambatan gelombang. Jadi, pada perambatan gelombang
mediumnya tetap.
2. Interferensi Gelombang
Ada dua sifat hasil interferensi gelombang, yaitu interferensi bersifat konstruktif dan
destruktif. Interferensi bersifat konstruktif artinya saling memperkuat, yaitu saat kedua
gelombang bertemu (berinterferensi) memiliki fase yang sama. Sedang interferensi bersifat
destruktif atau saling melemahkan jika kedua gelombang bertemu dalam fase yang
berlawanan.
3. Difraksi Gelombang
Difraksi gelombang adalah peristiwa pembelokan/penyebaran (lenturan) gelomban jika
gelombang tersebut melalui celah. Gejala difraksi akan semakin tampak jelas apabila lebar
celah semakin sempit. Dengan sifat inilah ruangan dalam rumah kita menjadi terang pada
siang hari dikarenakan ada lubang kecil pada genting. Serta suara alunan musik dari tape
recorder dapat sampai ke ruangan lain, meskipun kamar tempat tape tersebut pintunya
tertutup rapat.
B. Gelombang Berjalan
1. Persamaan Gelombang Berjalan
Seutas tali AB yang kita bentangkan mendatar. Ujung B diikatkan pada tiang,
sedangkan ujung A kita pegang. Apabila ujung A kita getarkan naik turun terusmenerus,
maka pada tali tersebut akan terjadi rambatan gelombang dari ujung A ke ujung B. Misalkan
amplitudo getarannya A dan gelombang merambat dengan kecepatan v dan periode
getarannya T.
( xv ) , di mana vx adalah
bergetar selama t sekon, maka titik P telah bergetar selama t p= t−
θ p =( ωt−kx ) =2 π ( Tt − xλ )
Mengingat hubungan antara sudut fase (θ) dengan fase (φ) adalah θ = 2πφ maka fase
titik P adalah:
φ p= ( Tt − xλ )
∆ φ= ( x −xλ )
2 1
C. Gelombang Stasioner
Gelombang stasioner terjadi jika dua gelombang yang mempunyai frekuensi dan
amplitudo sama bertemu dalam arah yang berlawanan. Gelombang stasioner memiliki ciri-
ciri, yaitu terdiri atas simpul dan perut. Simpul yaitu tempat kedudukan titik yang mempunyai
amplitudo minimal (nol), sedangkan perut yaitu tempat kedudukan titik-titik yang
mempunyai amplitudo maksimum pada gelombang tersebut. Gelombang stasioner dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu Gelombang stasioner yang terjadi pada ujung pemantul bebas
dan gelombang stasioner yang terjadi pada ujung pemantul tetap.
Y C =2 A sin kx cos wt
D. Percobaan Melde
Gambar di atas menunjukkan peralatan yang digunakan untuk mengukur cepat rambat
gelombang transversal pada sebuah dawai (senar). Apabila vibrator dihidupkan maka tali
akan bergetar sehingga pada tali akan merambat gelombang transversal. Kemudian vibrator
digeser menjauhi atau mendekati katrol secara perlahan-lahan sehingga pada tali timbul
gelombang stasioner. Setelah terbentuk gelombang stasioner, kita dapat mengukur panjang
gelombang yang terjadi () dan jika frekuensi vibrator sama dengan f maka cepat rambat
gelombang dapat dicari dengan v = f.. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
cepat rambat gelombang dapat dilakukan dengan mengubah-ubah panjang tali, massa tali,
dan tegangan tali (berat beban yang digantungkan). Orang yang pertama kali melakukan
percobaan mengukur cepat rambat gelombang adalah Melde, sehingga percobaan seperti di
atas dikenal dengan sebutan Percobaan Melde.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa kecepatan merambat gelombang transversal
pada dawai :
a. berbanding lurus dengan akar panjang dawai,
b. berbanding terbalik dengan akar massa dawai,
c. berbanding lurus dengan akar gaya tegangan dawai,
d. berbanding terbalik dengan akar massa per satuan
panjang dawai,
e. berbanding terbalik dengan akar massa jenis dawai,
f. berbanding terbalik dengan akar luas penampang dawai.
Pernyataan tersebut jika dinyatakan dalam persamaan adalah sebagai berikut.
Fl F F
v=
√ √ √
m
=
μ
=
ρA
dengan
v = cepat rambat gelombang (m/s, cm/s)
F = gaya tegangan dawai (N, dyne)
l = panjang dawai (m, cm)
m = massa dawai (kg, gr)
µ = massa persatuan panjang dawai ( kg/m, gr/cm)
ρ = massa jenis dawai (kg/m3 , gr/cm3)
A = luas penampang dawai (m2 , cm2)
E. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi merupakan salah satu contoh dari gelombang mekanik, yaitu
gelombang merambat memerlukan zat perantara (medium perantara). Gelombang bunyi
adalah gelombang mekanik yang berbentuk gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang
arah rambatannya sejajar dengan arah getarannya. Gelombang bunyi dihasilkan oleh benda
yang bergetar, benda yang bergetar disebut sumber bunyi. Karena bunyi dihasilkan oleh
benda yang bergetar, maka kuat kerasnya bunyi tergantung pada amplitudo getarannya.
Makin besar amplitudo getarannya, makin keras bunyi terdengar dan sebaliknya makin kecil
amplitudonya, makin lemah bunyi yang terdengar.
Di samping itu, keras lemahnya bunyi juga tergantung pada jarak terhadap sumber
bunyi, makin dekat dengan sumber bunyi, bunyi terdengar makin keras dan sebaliknya makin
jauh dari sumber bunyi, makin lemah bunyi yang kita dengar. Gelombang bunyi berdasarkan
daya pendengaran manusia dibedakan menjadi menjadi tiga, yaitu audio/bunyi, infrasonik
dan ultrasonik. Audio yaitu daerah gelombang bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia yang memiliki frekuensi berkisar antara 20 hingga 20.000 Hz. Infrasonik yaitu
gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz. Sedangkan ultrasonik yaitu
gelombang bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20.000 Hz. Baik gelombang infrasonik
maupun ultrasonik tidak dapat didengar oleh telinga manusia.
1. Sumber Bunyi
Sumber bunyi adalah sesuatu yang bergetar. Untuk meyakinkan hal ini tempelkan jari
pada tenggorokan selama kalian berbicara, maka terasalah suatu getaran. Bunyi termasuk
gelombang longitudinal. Alat-alat musik seperti gitar, biola, harmonika, seruling termasuk
sumber bunyi. Pada dasarnya sumber getaran semua alat-alat musik itu adalah dawai dan
kolom udara.
a. Sumber Bunyi Dawai
Sebuah gitar merupakan suatu alat musik yang menggunakan dawai/senar sebagai
sumber bunyinya. Gitar dapat menghasilkan nada-nada yang berbeda dengan jalan menekan
bagian tertentu pada senar itu, saat dipetik. Getaran pada senar gitar yang dipetik itu akan
menghasilkan gelombang stasioner pada ujung terikat. Satu senar pada gitar akan
menghasilkan berbagai frekuensi resonansi dari pola gelombang paling sederhana sampai
majemuk. Nada yang dihasilkan dengan pola paling sederhana disebut nada dasar, kemudian
secara berturut-turut pola gelombang yang terbentuk menghasilkan nada atas ke-1, nada atas
ke-2, nada atas ke-3 ... dan seterusnya.
P P
I= =
A 4 π r2
dengan :
I = intensitas bunyi (watt/m2)
P = daya sumber bunyi (watt, joule/s)
A = luas permukaan yang ditembus gelombang bunyi (m2)
r = jarak tempat dari sumber bunyi (m)
3. Layangan Bunyi
Bunyi termasuk sebagai gelombang dan sebagai salah satu sifat gelombang yaitu
dapat berinterferensi, demikian juga pada bunyi juga mengalami interferensi. Peristiwa
interferensi dapat terjadi bila dua buah gelombang bunyi memiliki frekuensi yang sama atau
berbeda sedikit dan berada dalam satu ruang dengan arah yang berlawanan. Interferensi
semacam ini sering disebut interferensi ruang. juga terjadi jika dua gelombang bunyi yang
mempunyai frekuensi sama atau berbeda sedikit yang merambat dalam arah yang sama,
interferensi yang terjadi disebut interferensi waktu. Dalam peristiwa interferensi gelombang
bunyi yang berasal dari dua sumber bunyi yang memiliki frekuensi yang berbeda sedikit,
misalnya frekuensinya f1 dan f2, maka akibat dari interferensi gelombang bunyi tersebut akan
kita dengar bunyi keras dan lemah yang berulang secara periodik.
Terjadinya pengerasan bunyi dan pelemahan bunyi tersebut adalah efek dari
interferensi gelombang bunyi yang disebut dengan istilah layangan bunyi atau pelayangan
bunyi. Kuat dan lemahnya bunyi yang terdengar tergantung pada besar kecil amplitudo
gelombang bunyi. Demikian juga kuat dan lemahnya pelayangan bunyi bergantung pada
amplitude gelombang bunyi yang berinterferensi.
4. Efek Doppler
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai bunyi yang kita dengar akan
terdengar berbeda apabila antara sumber bunyi dan pendengar terjadi gerakan relatif.
Misalnya pada saat kita menaiki sepeda motor di jalan raya berpapasan dengan mobil
ambulan atau mobil patroli yang membunyikan sirine. Bunyi sirine yang terdengar akan
makin keras saat kita bergerak saling mendekati dan akan semakin lemah pada saat kita
bergerak saling menjauhinya. Peristiwa ini disebut efek Doppler yaitu peristiwa terjadinya
perubahan frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar akan berubah jika terjadi gerakan
relatif antara sumber bunyi dan pendengar. Keras dan lemahnya bunyi yang terdengar
bergantung pada frekuensi yang diterima pendengar. Besar kecil perubahan frekuensi yang
terjadi bergantung pada cepat rambat gelombang bunyi dan perubahan kecepatan relatif
antara pendengar dan sumber bunyi. Peristiwa ini pertama kali dikemukakan oleh Christian
Johann Doppler pada tahun 1942 dan secara eksperimen dilakukan oleh Buys Ballot pada
tahun 1945.
Sebagai contoh sumber bunyi mengeluarkan bunyi dengan frekuensi fs dan bergerak
dengan kecepatan vs dan pendengar bergerak dengan kecepatan vp dan kecepatan rambat
gelombang bunyi adalah v maka frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar apabila terjadi
gerakan relatif antara sumber bunyi dengan pendengar dapat dirumuskan :
Aturan penulisan kecepatan :
vp berharga positif jika pendengar bergerak mendekati sumber bunyi dan sebaliknya vp
berharga negatif jika pendengar bergerak menjauhi sumber bunyi.
vs berharga positif jika sumber bunyi menjauhi pendengar dan sebaliknya berharga negatif
jika sumber bunyi bergerak mendekati pendengar.
3.1 BUKU I
Kelebihan
1. Penulisan Bahasa pada materi ini sudah tergolong baik sesuai dengan EYD dan
KBBI
2. Penjelasan yang terdapat pada buku dipaparkan dengan jelas dan mudah
dipahami.
Contohnya : pada pengertian interferensi penjelasan dari pengertian interferensi
dibuku ini dipaparkan mulai dari Bahasa-bahasa latinnya, sansekerta , KBBI , dan
samapi pada pendapat para ahli.
3. Dalam bab ini terdapat juga pendapat-pendapat para ahli /tokoh – tokoh mengenai
materi yang dibahas misalnya pada Prinsip Huygens
4. Rumus yang dijabarkan luas,terdapat gambar grafik dan soal-sola yang akan
melatih kemampuan
Kelemahan
1. Di bab ini tidak terdapat rangkuman tiap bab , sehingga penulis yang harus
berpikir lagi untuk merangkum isi dari tiap baba tau materi.
2. Buku ini memang bagus namun penjelasannya kurang baik karena penjelasannya
masih kurang mendeteil sehingga kurang menarik perhatian si pembaca untuk
membaca buku ini.
3. Dalam hal penulisan buku ini kurang rapi.
3.2 BUKU II
Kelebihan
Beberapa hal yang menjadi kelebihan buku kedua adalah sebagai berikut
1 Pada buku kedua menjelaskan dengan baik persamaan yang ada pada materi serta
penurunan rumus nya.
2 Pada buku kedua juga terdapat beberapa contoh soal serta pembahasan yang dapat
menambah pemahaman pembaca terkait materi tersebut
2.1 Kesimpulan
Dari hasil riview buku pertama lebih bagus digunakan sebagai referensi, karena buku pertama
lebih lengkap dan penjelasan yang mudah di pahami dibandingkan buku satu. walaupun
dalam buku pertama tidak ada rangkuman namun bahasa yang bagus dalam buku pertama
cukup untuk memudahkan pembaca memahami isi bacaan.
2.2 Saran
Saran saya kita harus cermat dalam memilih buku sebagai referensi dalam belajar. Supaya
kita dapat paham isi dari buku yang akan kita pelajari.
DAFTAR PUSTAKA