OLEH
KELOMPOK II
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
bagian-bagian dari alam dan dapat menjelaskan fenomena alam yang
terjadi di sekeliling kita. Di dalam fisika kita menemukan banyak sekali
materi, salah satunya materi gelombang. Gelombang merupakan getaran
yang merambat. Pada gelombang terdapat muka gelombang yang berarti
sebuah garis atau permukaan pada suatu lintasan gelombang yang sedang
merambat, dimana semua partikel pada garis atau permukaan tersebut
memiliki fase gelombang yang sama. Gelombang permukaan air dapat
kita amati dengan menggunakan tangki riak atau tangki gelombang.
Selain itu gelombang dapat mengalami dispersi, pemantulan (refleksi),
pembiasan (refraksi), hambur (difraksi), dan polarisasi, dimana dari
kelima gejala gelombang dapat dipelajari dengan menggunakan tangki
riak.
Melihat dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak contoh
gelombang yang sering kita jumpai. Contohnya yaitu ombak di lautan,
dimana ketika angin bertiup dan menerpa permukaan laut maka dapat
dilihat pergerakan dari gelombangnya. Selain itu juga, refraksi dapat
terjadi dalam kolam renang tanpa atap, dimana ketika cahaya masuk ke
dalam kolam yang berisikan air maka akan terjadi pembiasan (refraksi).
Contoh lainnya juga yaitu air sungai yang dalam dan jernih terlihat
seolah-olah dangkal.
Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2001) dalam jurnalnya
pengamatan yang dilakukan adalah mengukur panjang gelombang dan
mengamati pola gelombang dengan variasi tinggi fluida dan jenis fluida.
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif dengan analisis regresi dan
metode analisis kualitatif dengan analisis deskriptif. Pada saat tinggi
fluida 3 cm menghasilkan panjang gelombang yang lebih besar serta pola
gelombang yang lebih teratur. Larutan gula memiliki panjang gelombang
yang paling besar serta memiliki pola gelombang yang paling stabil dan
teratur. Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa tinggi medium
dan kekentalan medium mempengaruhi panjang gelombang dan pola
gelombang. Selain itu juga ada penelitian yang dilakukan oleh Sariyanto
(2014) untuk pengukuran panjang gelombang dari pola difraksi cahaya
yang terbentuk ketika melewati sebuah celah tunggal. Penelitian
dilakukan dengan memanfaatkan alat ukur pola difraksi cahaya yang
terintegrasi langsung dengan sebuah kamera sebagai pengindra. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa panjang gelombang dari sumber
diperoleh sebesar 583-589 nm. Proses pengukuran pola difraksi
dilakukan dengan menggunakan kisi 100 celah/mm, 300 celah/mm, dan
600 celah/mm dengan variasi jarak 50-100 cm.
Berdasarkan beberapa permasalahan dan penelitian di atas dimana
hanya membahas mengenai panjang gelombang dan mengukur difraksi.
Tanpa mengukur dispersi, refraksi, interferensi dan polarisasi, maka
dilakukanlah praktikum “Sifat-Sifat Gelombang” untuk dapat
membedakan sifat-sifat gelombang yang ada pada air sebagai medium
perambatannya dan dapat mengamati gelombang air pada tangki riak.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum yang dilakukan pada praktikum Sifat-Sifat
Gelombang adalah untuk.
a. Mempelajari gejala pemantulan gelombang datar.
b. Mempelajari gejala pemantulan gelombang lengkung.
c. Mempelajari gejala pembiasan gelombang.
d. Mempelajari gejala difraksi gelombang pada sebuah celah sempit.
e. Mempelajari gejala interferensi dua gelombang yang koheren.
B. LANDASAN TEORI
.
Gambar 1.1. Simpangan Gelombang Dilukiskan sebagai Fungsi
Posisi Gelombang dan Fungsi Waktu
Periode dirumuskan sebagai berikut
1
T= .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .1 .1
f
(Yohanes, 2009).
( Faradhillah, 2019 ).
Tangki riak yang berfungsi untuk wadah air saat melakukan praktikum
dapat melihat keadaan gelombang yang terbentuk. Sketsa tangki riak dapat dilihat
pada Gambar 1.6 berikut.
C. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Sifat-Sifat
Gelombang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Alat dan Bahan Praktikum Sifat-Sifat Gelombang
No Alat dan
Gambar Fungsi
. Bahan
Sebagai sumber
1. Catu daya
tegangan
Sebagai medium
2 Air
pengamatan
Sebagai media
pengamatan
1 set tangki
3. untuk mengamati
riak
bentuk
gelombang
Sebagai
pembangkit
getaran dan
pengatur
Ripple
4. frekuensi
generator
Pembangkit Sebagai
5. gelombang pembangkit
datar gelombang datar
Sebagai
Pembangkit
pembangkit
6. gelombang
gelombang
lengkung
lengkung
Keping
penghalang
Sebagai
datar dan
7. penghalang
keping
gelombang
penghalang
lengkung
Sebagai medium
untuk
8. Kaca
membiaskan
gelombang
Sebagai
penghubung
antara ripple
generator dengan
Selang
9. pembangkit
penghubung
gelombang
lengkung atau
datar
Sebagai alat
12. Handphone untuk mengambil
gambar
2. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada Praktikum Sifat-Sifat
Gelombang adalah sebagai berikut.
a. Pemantulan
1) Pemantulan Menggunakan Pembangkit Gelombang Lengkung
a) Pembangkit Gelombang Lengkung Menggunakan Keping Datar
(1) Merangkai alat dan bahan seperti pada Gambar 1.7 berikut.
b. Pembiasan
1) Merangkai alat dan bahan seperti pada Gambar 1.11 berikut.
1. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum Sifat-Sifat Gelombang adalah
sebagai berikut.
a. Pemantulan Gelombang Melengkung
1) Keping Datar
d. Difraksi
Gambar 1.19. Hasil Pengamatan Difraksi
Gelombang dengan Menggunakan 2
Keping Penghalang Datar
e. Interferensi
2. Pembahasan
Menurut Ariani (2015) gelombang adalah getaran yang merambat.
Hal unik yang dimiliki gelombang adalah gejala superposisi. Pada praktikum
kali ini yaitu dengan mengeksporasikan 4 sifat gelombang dimana hal ini
termasuk pemantulan, pembiasan, difraksi dan interferensi dengan tujuan
dapat melihat dan memahami bagaimana proses terjadinya gelombang pada
ke 4 sifat gelombang tersebut. Dalam praktikum dilakukan sebanyak 4 kali
perlakuan.
Perlakuan pertama, proses pemantulan yang dilakukan pada
gelombang melengkung dan gelombang datar dapat dilihat pada
Gambar 1.14, Gambar 1.15. Pada Gambar 1.14 menunjukkan gelombang
yang awalnya melengkung ketika dipantulkan pada keping datar maka bentuk
gelombang yang dihasilkan akan berubah menjadi datar, semakin lama
terkontaminasi akan mengikut pada penghalang datar yang ada. Begitu pula
dengan Gambar 1.15, hasil pengamatan gelombang yang dipantulkan pada
keping melengkung, bentuk gelombang yang dihasilkannya juga melengkung
mengikuti pada penghalang melengkungnya.
Untuk perlakuan pemantulan gelombang datar dapat dilihat pada
Gambar 1.16 dan Gambar 1.17. Pada Gambar 1.16, ketika dipantulkan pada
keeping datar gelombang yang dihasilkan akan datar, sedangkan pada
Gambar 1.17, ketika dipantulkan pada keping melengkung gelombang yang
dihasilkan ikut melengkung. Hasil pengamatan pada gelombang datar
mengikut pada keping penghalangnya.
Melihat dari hasil pengamatan yang ada pada Gambar 1.14,
Gambar 1.15, Gambar 1.16, dan Gambar 1.17 dapat dismpulkan bahwa,
bentuk gelombang yang dihasilkan tergantung pada keping penghalangnya.
Bentuk gelombang akan melengkung jika dipantulkan pada kepingan
melengkung dan akan tetap datar jika dipantulkan pada kepingan datar. Hal
ini sesuai dengan teori pemantulan yang menyatakan bahwa bentuk
gelombang yang dipantulkan dipengaruhi oleh penghalangnya, baik itu
berbentuk datar ataupun melengkung.
Perlakuan kedua, proses terjadinya pembiasan dimana medium bias
yang ada yaitu air dan kaca dapat dilihat pada Gambar 1.18. Berdasarkan
gambar tersebut dapat dilihat ketika gelombang melewati air dimana
permukaannya terdapat sepotong kaca, maka gelombang yang dihasilkan akan
patah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kerapatan medium yang dilalui oleh
gelombang dari air ke kaca, dimana kerapatan medium air lebih kecil dari pada
medium kaca, sehingga arah gelombang membelok dan perambatannya hampir
tegak lurus terhadap batas. Jadi sudut pembiasan lebih kecil dari pada sudut
datang. Hal ini sesuai dengan Hukum Snellius dalam jurnal (Tri 2015)
menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada
satu titik dan terletak pada satu bidang datar. Dalam hal ini, sinar datang dari
medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal,
sedangkan sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
dibiaskan menjauhi garis normal.
Melangkah pada perlakuan ketiga, dimana eksplorasi sifat gelombang
difraksi dapat dilihat pada Gambar 1.19. Berdasarkan hasil pengamatan pada
gambar 1.19 di saat gelombang masuk melalui celah sempit maka yang terjadi
pada gelombang akan nampak gelap dimana awalnya nampak terang, dan
gelombangnya yang muncul adalah gelombang setengah lingkaran. Peristiwa
difraksi dapat terlihat jelas gelombangnya ketika terjadi pada celah sempit..
Terang gelap yang terjadi tergantung dari keadaan luas dari celah yang ada.
Sesuai dengan pernyataan (Ariani, 2015) dalam jurnalnya menyatakan sumber
cahaya tidak monokromatik, pola difraksi dari berbagai panjang gelombang
akan saling bertumpangan sehingga efek difraksinya semakin tidak jelas.
Terakhir perlakuan keempat, yaitu proses interferensi yang dapat
dilihat pada Gambar 1. 20. Berdasarkan Gambar 1.20 menunjukkan bentuk
gelombang yang dihasilkan, yaitu saling melemahkan dan menguatkan. Saling
melemahkan dapat dilihat dengan bentuk gelombang yang putus-putus (tidak
terlalu jelas) akibat panjang gelombang yang sedikit, sedangkan ketika saling
menguatkan dapat dilihat dengan bentuk gelombang yang dihasilkan terlihat
jelas akibat panjang gelombang yang banyak. (Ariana 2015) dalam jurnalnya
menyatakan intereferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi ketika
lintasan dua berkas berbeda sebanyak satu panjang gelombang. Tetapi jika satu
berkas menempuh jarak ektra setengah panjang gelombang. Kedua gelombang
tersebut tepat berlawanan fase ketika mencapai layer. Puncak satu gelombang
tiba pada saat yang sama dengan lembah dari gelombang yang lainnya,
sehingga tergabung menghasilkan amplitudo ini merupakan interferensi
ditruktif (saling melemahkan) dan layar menjadi gelap. Dengan demikian, akan
ada serangkaian garis terang dan gelap.
Keempat perlakuan tersebut, dalam kecepatan rambat pembentukan
gelombang dipengaruhi oleh frekuensi yang diberikan. Ketika frekuensi
minimum, maka panjang gelombang akan kecil pula, sedangkan ketika
diberikan frekuensi maksimum maka akan semakin besar panjang gelombang
yang terlihat. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana dinyatakan bahwa
besarnya panjang gelombang berbanding lurus dengan frekuensinya. Semakin
besar frekuensi maka semakin besar pula panjang gelombangnya.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada Praktikum Sifat-Sifat Gelombang
adalah sebagai berikut.
a. Untuk gejala pemantulan lengkung berupa gelombang lengkung pula
jika penghalangnya berupa keeping lengkung.
b. Untuk gejala pemantulan datar berupa gelombang datar pula jika
penghalangnya berupa keeping datar.
c. Untuk gejala pembiasan gelombang dapat berupa atau menghasilkan
pembelokkan arah rambat gelombang akibat perbedaan kedalaman air.
d. Untuk gejala difraksi gelombang ketika melewati celah yang sempit
dapat berupa gelombang melengkung dengan celah sebagai pusatnya.
e. Untuk gejala intereferensi dua gelombang yang koheren akan
menghasilkan pola gelombang dengan pola interferensi terang dan
gelap.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan dari Praktikum Sifat-Sifat Gelombang
adalah sebagai berikut.
a. Laboratorium : untuk Laboratorium alat-alatnya diperlengkap lagi, dan
desain ruangannya diperbagus layaknya Laboratorium yang baik dan
layak pakai.
b. Asisten : Mohon pengertiannya terhadap praktikan yang terlambat
masuk ruang zoom, dikarenakan jaringan yang tidak terlalu bagus.
c. Praktikan : Untuk praktikan diharapkan pada saat mengikuti praktikum
untuk menyediakan memang waktunya dan pergi ketempat yang bagus
jaringannya. Serta walaupun sistemnya praktikum online mohon
diperhatikan dengan baik agar bisa dipahami proses praktikum yang
sedang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Faradhillah & Hendri, S 2019, ‘Mengukur Indeks Bias Berbagai Jenis Kaca
dengan Menggunakan Prinsip Pembiasan’, IJIS Edu : Indonesian J. Integr.
Sci. Education, vol. 1, no. 2, hal. 139-146.