Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA


SIMULASI TSUNAMI

DISUSUN OLEH :

Nama : Chinta Ananda


NIM : 22312244028
Kelas :C
Kelompok :8
Asisten praktikum : Yori Luthfia

DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
A. Judul
Simulasi Tsunami

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh kuat tumbukan antara 2 lempeng tektonik terhadap ketinggian
gelombang tsunami.

C. Dasar Teori
Simandjuntak (1994) mengartikan tsunami sebagai salah satu kejadian alam
yang dicirikan oleh terjadinya pasang naik yang besar secara medadak yang biasanya
terjadi sesaat setelah terjadi goncangan gempa bumi tektonik. Gelombang yang
dihasilkan oleh bencana alam ini dapat menghancurkan daerah pemukiman yang
berada di dekat pantai. Tsunami sendiri sangat berkaitan dengan perubahan bentuk
dasar laut dengan cepat karena adanya faktor-faktor geologi, seperti letusan gunung
berapi ataupun gempa bumi (Sudrajat 1994)

Tsunami berasal dari bahasa Jepang, Tsu berarti pelabuhan dan Nami berarti
gelombang, yang secara harfiah berarti "gelombang besar di pelabuhan" (Sugito,
2008). Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut
bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi
bawah laut, longsor bawah laut, atau hantaman meteor di laut.

Berdasarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)


(2006), tsunami adalah gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
tinggi hingga lebih dari 900 km/jam, gelombang ini disebabkan oleh gempa bumi
yang terjadi di dasar laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.
Tsunami adalah jenis bencana yang ditandai dengan frekuensi rendah, tetapi
menyebabkan kerusakan besar dan jumlah korban manusia yang luar biasa
(Syamsidik & Istiyanto, 2013).
Tsunami dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan (disturbance)
berskala besar terhadap air laut, misalnya letusan gunung api yang terjadi di bawah
laut, gempa bumi, pergeseran lempeng, longsor yang terjadi di bawah laut maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Dalam bukunya (Ellen J.Prager, dkk 2006).

Refrizon dan Suwarsono (2006) mengatakan bahwa gempa tektonik adalah


terjadinya pergeseran massa bumi akibat tumbukan yang terjadi pada lempeng bumi.
Tumbukan tersebut menyebabkan pergerakan relatif suatu massa batuan di dalam
batuan yang lain di dalam kulit bumi. Lempeng bumi selalu bergerak dan berdesakan
satu sama lain. Pada saat dua lempeng bumi bertemu, saat itu terjadi penimbunan
energi, penimbunan energi yang sudah melampaui batas kemudian terlepas dan
menimbulkan getaran yang bisa dirasakan di permukaan bumi. Peristiwa ini sering
terjadi pada lempeng samudera karena bentuknya yang lebih tipis dari lempeng benua
yang selanjutnya menimbulkan gangguan terhadap massa air laut yang ada diatasnya.
Akibat dari gangguan ini salah satunya ialah terjadinya gelombang tsunami.

Secara umum, tsunami akan terjadi apabila :


1. Gempa besar dengan kekuatan gempa lebih dari 6,5 skala richter.
2. Sumber gempa bumi berada di laut.
3. Kedalaman gempa bumi dangkal kurang dari 40 km.
4. Terjadi pergeseran vertikal dasar laut.
Gelombang tsunami yang dihasilkan menyebar ke segala arah dengan kecepatan yang
menakjubkan sekitar 800 km/jam. Sama seperti gelombang lainnya, ketika gelombang
tsunami memasuki air dangkal, maka kecepatannya akan menurun tetapi
ketinggiannya bertambah tinggi karena terjadi penumpukan massa air (Ramya dan
Palaniappan, 2011).

Gempa tektonik (Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea Earthquake))


merupakan salah satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika
gempa semacam ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah lempeng yang bergerak
tersebut berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini
bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabila wilayah
yang luas pada dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi.
Berikut ini adalah beberapa persyaratan terjadinya tsunami yang diakibatkan oleh
gempa bumi:
● Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0-30 km)
● Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
● Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
(Sugito, 2008 : 8)

Tidak semua gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung beberapa faktor
utama seperti tipe sesaran (fault type), kemiringan sudut antar lempeng (dip angle),
dan kedalaman pusat gempa (hypocenter). Gempa dengan karakteristik tertentu akan
menghasilkan tsunami yang sangat berbahaya dan mematikan, yaitu:
1. Tipe sesaran naik (thrust/ reverse fault)
Tipe ini sangat efektif memindahkan volume air yang berada diatas lempeng
untuk bergerak sebagai awal lahirnya tsunami.
2. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu.
Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu. (mendekati 90°), maka
semakin efektif tsunami yang terbentuk.
3. Kedalaman pusat gempa yang dangkal (<70 km).
Semakin dangkal kedalaman pusat gempa, maka semakin efektif tsunami yang
ditimbulkan. Sebagai ilustrasi, meski kekuatan gempa relative kecil
(6.0-7.0R), tetapi dengan terpenuhinya ketiga syarat diatas, kemungkinan
besar tsunami akan terbentuk. Sebaliknya, meski kekuatan gempa cukup besar
(>7.0R) dan dangkal, tetapi kalau tipe sesarnya bukan naik, namun normal
(normal fault) atau sejajar (strike slip fault), bisa dipastikan tsunami akan sulit
terbentuk. Gempa dengan kekuatan 7.0R, dengan pipe Activate Wind sesaran
naik dan dangkal, bisa membentuk tsunami dengan ketinggian Go to Settings
to a mencapai 3-5 meter. (Sugito, 2008 : 9)
Gambar 1. Tsunami Akibat Gempabumi
(Sumber : Gempa Bumi BMKG, 2012)

D. Metode Praktikum
1. Waktu dan tempat
a. Hari, tanggal : Rabu, 08 Maret 2023
b. Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
c. Waktu : 11.10-12.50 WIB

2. Alat dan Bahan


Alat
1) Aquarium bening
2) Dua buah batu bata
3) Tali nilon
4) Penggaris
5) Alat tulis
Bahan
1) Air

3. Langkah Kerja
4. Variabel Praktikum
Variabel bebas : Kekuatan tarik
Variabel terikat : Ketinggian gelombang air
Variabel kontrol : Volume air

E. Data Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan ketinggian gelombang air

Kekuatan tarik Ketinggian gelombang air

Pelan 8 cm

Sedang 8,5 cm

Keras 10 cm
(Tinggi sebelum : 7,5)
Link drive percobaan :
https://drive.google.com/folderview?id=1rWuco0PPxrjk7Z-d3GrVopumLbx8VPhK
F. Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul "Simulasi Tsunami" yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kuat tumbukan antara 2 lempeng tektonik terhadap ketinggian
gelombang tsunami. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 08 Maret 2023 pukul
11.10-12.50 WIB yang bertempat di Laboratorium IPA FMIPA UNY. Adapun alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquarium bening, dua buah batu bata,
tali nilon, penggaris, dan alat tulis sebagai alat, serta air sebagai bahan. Terdapat
beberapa variabel dalam percobaan ini, variabel terikat pada percobaan ini yaitu
ketinggian gelombang air, variabel bebasnya yaitu kekuatan tarikan pada tali, dan
variabel kontrolnya adalah volume air.

Pada praktikum simulasi tsunami ini yang harus dilakukan yang pertama,
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, memotong tali nilon sepanjang 1 meter,
mengikat batu bata satu pada ujung tali nilon, kemudian mengikat batu bata 2 pada
ujung yang lain. Selanjutnya, meletakkan batu batu bata di dalam aquarium, lalu
mengisi aquarium dengan air jernih setinggi 7,5 cm, dan memberikan skala setiap 0,5
cm mulai dari permukaan air dengan cara menulisnya pada kaca aquarium. Kemudian
dilanjutkan dengan menarik tali pada bagian tengah antara batu bata 1 dan batu bata 2
dengan tarikan yang pelan, lalu mengamati ketinggian gelombang air yang terjadi,
setelah itu mengulangi percobaan pada tarikan sedang dan keras. Setelah melakukan
percobaan, lalu memasukkan data pengamatan ke dalam tabel data hasil.

Setelah melakukan percobaan, diperoleh data hasil yakni pada percobaan


pertama dengan kekuatan tarikan pelan memperoleh tinggi gelombang air 8 cm, pada
percobaan kedua, yaitu tarikan sedang memperoleh ketinggian gelombang air sebesar
8,5 cm dan percobaan yang terakhir dengan tarikan keras memperoleh hasil tinggi
gelombang air sebesar 10 cm. Pada simulasi tsunami ini, batu bata diasumsikan
sebagai lempeng dan air diasumsikan sebagai laut. Sama hal nya seperti gempa
tektonik atau gempa bumi bawah laut. Seperti yang dinyatakan Sugito (2008 : 8),
Gempa tektonik (Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea Earthquake)) merupakan salah
satu gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam ini
terjadi di bawah laut, air di atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut berpindah
dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini bergerak oleh pengaruh
gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabila wilayah yang luas pada dasar laut
bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat terjadi. Inilah sebabnya apabila terjadi
tumbukan lempeng menghasilkan gelombang air yang tinggi.

Pada percobaan tsunami ini dapat disimpulkan bahwa semakin keras


tumbukan batu bata semakin tinggi gelombang air yang dihasilkan. Hal ini berkaitan
dengan pernyataan Refrizon dan Suwarsono (2006), ia mengatakan bahwa gempa
tektonik adalah terjadinya pergeseran massa bumi akibat tumbukan yang terjadi pada
lempeng bumi. Tumbukan tersebut menyebabkan pergerakan relatif suatu massa
batuan di dalam batuan yang lain di dalam kulit bumi. Jadi semakin keras tumbukan
yang terjadi, semakin tinggi gelombang air yang terbentuk dan juga pernyataan Sugito
(2008 : 9), Semakin tinggi sudut antar lempeng yang bertemu. (mendekati 90°), maka
semakin efektif tsunami yang terbentuk.

G. Kesimpulan
Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa pengaruh kuat tumbukan antara
2 lempeng tektonik terhadap ketinggian gelombang tsunami ialah berbanding lurus.
Artinya semakin kuat tumbukan suatu lempeng, maka semakin tinggi gelombang air
yang dihasilkan .Begitu pula sebaliknya, semakin pelan tumbukan lempeng, semakin
rendah pula gelombang air yang dihasilkan.

H. Tugas
1. Apa yang terjadi saat tali ditarik? Mengapa demikian?
Jawab :
Ketika tali ditarik maka akan terbentuk suatu gelombang yang terjadi pada
permukaan air. Peristiwa ini dapat terjadi karena ketika tali bagian tengah
ditarik maka kedua buah batu bata di dalam air akan bertumbukan yang
menyebabkan gangguan keseimbangan air yang ada di dipermukaan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi pada air, sehingga terbentuknya suatu
gelombang transversal yang merambat melalui air sebagai mediumya (media
perambatan)
2. Apa kekuatan tumbukan mempengaruhi tinggi gelombang air yang terbentuk?
Jawab:
Kekuatan tumbukan mempengaruhi tinggi gelombang air yang terjadi. Hal ini
berkaitan dengan pernyataan Sugito (2008 : 9), Semakin tinggi sudut antar
lempeng yang bertemu. (mendekati 90°), maka semakin efektif tsunami yang
terbentuk. dan Refrizon dan Suwarsono (2006), ia mengatakan bahwa gempa
tektonik adalah terjadinya pergeseran massa bumi akibat tumbukan yang
terjadi pada lempeng bumi. Tumbukan tersebut menyebabkan pergerakan
relatif suatu massa batuan di dalam batuan yang lain di dalam kulit bumi. Jadi
semakin keras tumbukan yang terjadi, semakin tinggi gelombang air yang
terbentuk.

3. Bagaimana Anda menghubungkan percobaan ini dengan peristiwa tsunami


yang sebenarnya?
Jawab :
Pada simulasi tsunami ini, batu bata diasumsikan sebagai lempeng dan
air diasumsikan sebagai laut. Sama hal nya seperti gempa tektonik atau gempa
bumi bawah laut. Seperti yang dinyatakan Sugito (2008 : 8), Gempa tektonik
(Gempa Bumi Bawah Laut (Undersea Earthquake)) merupakan salah satu
gempa yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng bumi. Jika gempa semacam
ini terjadi di bawah laut, air di atas wilayah lempeng yang bergerak tersebut
berpindah dari posisi ekuilibriumnya. Gelombang muncul ketika air ini
bergerak oleh pengaruh gravitasi kembali ke posisi ekuilibriumnya. Apabila
wilayah yang luas pada dasar laut bergerak naik ataupun turun, tsunami dapat
terjadi.

4. Bagaimana upaya mitigasi bencana tsunami yang dapat dilakukan?


Jawab :
Upaya mitigasi bencana tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara
dibawah ini.
1) Menyelenggarakan pendidikan dini melalui jalur pendidikan formal
dan non-formal tentang gempa bumi dan bahayanya di wilayah rawan
gempa bumi
2) Tidak membangun pemukiman dan aktivitas penduduk di atas atau
dibawah tebing
3) Menyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana
4) Pemetaan kawasan rawan tsunami dengan skala yang cukup memadai
5) Pembuatan green belt di kawasan pantai
6) Penataan tata ruang
7) Mengamati tanda-tanda alam pada awal kejadian suatu tsunami
8) Membuat sistem peringatan dini yang didukung dengan teknologi maju
dapat diterapkan pada kawasan rawan tsunami

5. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dari bencana
tsunami ini?
Jawab :
Upaya mengurangi risiko tsunami dapat dilakukan dengan beberapa cara
berikut:
a. Pendidikan dan Informasi: Pendidikan dan informasi kepada
masyarakat akan membantu meningkatkan kesadaran akan bahaya
tsunami dan tindakan yang harus diambil ketika terjadi ancaman
tsunami.
b. Sistem peringatan dini: Sistem peringatan dini yang cepat dan akurat
dapat membantu mengurangi risiko tsunami. Sistem ini harus
dirancang dengan baik dan harus ada tes rutin untuk memastikan
bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik.
c. Penataan Kota: Penataan kota dengan memperhatikan aspek keamanan
pada pemilihan lokasi bangunan, struktur, dan jalan raya akan
membantu mengurangi dampak tsunami jika terjadi. Bangunan dan
struktur yang kuat dan dirancang khusus untuk menahan gelombang
tsunami juga dapat membantu mengurangi kerusakan yang
ditimbulkan oleh tsunami.
d. Rencana evakuasi: Rencana evakuasi yang baik dan terstruktur dapat
membantu mengurangi kerusakan dan korban jiwa akibat tsunami.
Rencana ini harus memperhitungkan rute evakuasi, lokasi tempat
berlindung, dan harus dilakukan tes dan latihan rutin untuk
memastikan bahwa rencana tersebut efektif.
I. Daftar Pustaka
BMKG. 2012. Gempa Bumi Edisi Populer. Edited by Masturyono. Badan
Meteorologi Klimatologi Geofisika.
Ellen, J. Prager, dkk. 2006. Sains dan Sifat Gempa Bumi, Gunung Berapi, dan
Tsunami. Riau : Pakar Raya
Ramya, V., & Palaniappan, B. (2011). An automated tsunami alert system,.
international journal of embedded system application (IJESA), Volume 1
no. 2

Refrizon dan Suwarsono. 2006. Hubungan Aktivitas Gempa Tektonik Daerah


Suduction Indo-Australia Eurasia Segmen Enggano Tahun 2000 dengan
Aktivitas Gempa Vulkanik Gunung Api Kaba dan Dempo. Jurnal Gradien
Vol. 2, No. 2, Jur. Fisika Universitas Bengkulu.

Simandjuntak, T.O. 1994. Tsunami dan Gempa Bumi dalam Pinggiran Lempeng
Aktif di Indonesia. Makalah Tsunami di Indonesia dan Aspek-aspeknya.
Dewan Riset Nasional, Bandung, 211hlm.

Sudrajat R, Soleh S. 1994. Petunjuk Teknis Pembutan Arang Aktif. Badan Peneliti
dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Sugito, N. T. 2008. Tsunami. Bandung: UPI.

Syamsidik, & Istiyanto, D. C. 2013. Tsunami Mitigation Measures For Tsunami


ProneSmall Islands: Lessons Learned From The 2010 Tsunami Around The
Mentawai Islands Of Indonesia. Journal of Earthquake and Tsunami. 7(1),
1- 14.
J. lampiran
1. Dokumentasi gambar

Gambar 1. Mengikat batu bata Gambar 2. Memasukkan batu bata


dengan tali nilon ke dalam aquarium
(Sumber : Dokumentasi pribadi) (Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 3. Mengisi aquarium Gambar 4. Aquarium berisi air 7,5


dengan air hingga ketinggian 7,5 cm cm
(Sumber : Dokumentasi pribadi) Sumber : Dokumentasi pribadi)

Gambar 5. Mengangkat batu bata Gambar 6. Menjatuhkan batu bata


menggunakan tali nilon dalam dalam percobaan keras
percobaan sedang (Sumber : Dokumentasi pribadi)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
2. Laporan Sementara
LAPORAN SEMENTARA
ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA
SIMULASI TSUNAMI

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8

Riska Dianasari 22312241016


Siti Indah Yulianti 22312241035
Irma Lutfia 22312241041
Chinta Ananda 22312244028
Amirul Bagus Pambudi 22312244050

DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
A. Judul
Simulasi Tsunami

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh kuat tumbukan antara 2 lempeng tektonik terhadap ketinggian
gelombang tsunami.

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan tempat
a. Hari, tanggal : Rabu, 08 Maret 2023
b. Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
c. Waktu : 11.10-12.50 WIB
2. Alat dan Bahan
Alat
1) Aquarium bening
2) Dua buah batu bata
3) Tali nilon
4) Penggaris
5) Alat tulis
Bahan
1) Air

3. Langkah Kerja
D. Data Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan ketinggian gelombang air

Kekuatan tarik Ketinggian gelombang air

Pelan 8 cm

Sedang 8,5 cm

Keras 10 cm
(Tinggi sebelum : 7,5)
Link drive percobaan :
https://drive.google.com/folderview?id=1rWuco0PPxrjk7Z-d3GrVopumLbx8VPhK
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok 8

No Nama NIM TTD

1. Riska Dianasari 22312241016

2. Siti Indah Yulianti 22312241035

3. Irma Lutfia 22312241041

4. Chinta Ananda 22312244028

5. Amirul Bagus Pambudi 22312244050

Menyetujui,
Asisten Praktikum

(Yori Luthfia)

Anda mungkin juga menyukai