Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM 1

GEMPA BUMI

DISUSUN OLEH:

NAMA : SITOH UNSI MARIAMI

NIM : 19312244015

KELAS : IPA C 2019

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
A. Judul
Gempa Bumi

B. Tujuan:
1. Mengetahui prinsip kerja seismograf sederhana.
2. Menganalisis kekuatan gempa bumi.
3. Menentukan letak episentrum suatu gempa bumi.

C. Dasar Teori

Gempa bumi (earthquake) adalah peristiwa bergetar atau bergoncangnya bumi karena
pergerakan/pergeseran lapisan batuan pada kulit bumi secara tiba‐tiba akibat pergerakan lempeng‐
lempeng tektonik. Gempabumi yang disebabkan oleh aktivitas pergerakan lempeng tektonik
disebut gempabumi tektonik. Namun selain itu, gempabumi bisa saja terjadi akibat aktifitas gunung
berapi yang disebut sebagai gempa bumi vulkanik(Sunarjo.2012:26).
Lapisan kulit bumi terluar atau litosfer terdiri atas lempeng‐lempeng tektonik yang kaku
dan terapung di atas batuan yang relatif tidak kaku serta bergerak satu sama lain. Daerah pertemuan
dua lempeng disebut sebagai plate margin atau batas lempeng, yang bisa berupa zona subduksi,
pemekaran dasar samudra, atau pengangkatan, pelipatan, dll. di zona tumbukan. Gempa bumi tidak
dapat terjadi di sembarang tempat, tetapi umumnya gempa bumi terjadi di sekitar batas lempeng,
yang membentuk jalur gempa bumi dunia, dan sekitar sesar(Sunarjo.2012:28).
Gempa bumi tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi elastis
yang tersimpan dalam lempeng tektonik. Karena adanya dinamika yang terjadi pada lapisan mantel
bumi, lempeng tektonik bumi kita ini terus menerima energi dari lapisan tersebut. Lempeng
tektonik adalah batuan yang bersifat elastis, sehingga energi yang diterima dari lapisan mantel
tersimpan dalam bentuk energi elastis. Bila energi yang diterima sudah melebihi batas elastisitas
lempeng tektonik, maka energi akan terlepas dalam bentuk deformasi plastis dan gelombang elastis.
Daerah yang melepaskan energi elastis umumnya daerah yang lemah sehingga di daerah tersebut
akan mengalami deformasi plastis, sedangkan daerah yang jauh dari sumber tersebut akan 30
mengalami deformasi elastis dalam bentuk gelombang seismik. Dengan adanya deformasi plastis
di sekitar sumber gempa bumi, fenomena yang dapat diamati dalam jangka waktu panjang adalah
terjadi pergerakan dari lempeng tektonik dengan jenis pergerakan antara lain: penunjaman antara
lempeng samudra dan lempeng benua, tumbukan antara kedua lempeng benua, dan pergerakan
lempeng samudera yang saling menjauh, serta pergerakan lempeng yang saling bergeser.
Dikarenakan tepian lempeng yang tidak rata maka jika bergesekan maka, timbullah friksi. Friksi
inilah yang kemudian melepaskan energi goncangan gempa bumi(Sunarjo.2012:30).
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung api.
Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan melepaskan
energinya secara tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu, pelepasan energi stress
tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara perlahan. Aktivitas gempabumi tektonik dapat
memicu aktivitas gempa bumi vulkanik. Naiknya magma ke permukaan dapat dipicu oleh
pergeseran lempeng tektonik pada sesar bumi. Biasanya ini terjadi pada batas lempeng tektonik
yang bersifat konvergen (saling mendesak). Hanya saja pada gempa bumi vulkanik, efek
goncangan lebih ditimbulkan karena desakan magma, sedangkan pada gempa bumi tektonik efek
goncangan langsung ditimbulkan oleh benturan kedua lempeng tektonik. Bila lempeng tektonik
yang terlibat adalah lempeng benua dengan lempeng samudera, maka akan terjadi deformasi di
dasar laut yang kemudian menimbulkan tsunami karena batas lempengnya umumnya berada di
dasar laut(Sunarjo.2012:31).
Gempa bumi runtuhan adalah gempa bumi lokal yang terjadi apabila suatu gua di daerah
batuan karst atau lokasi pertambangan runtuh. Sedangkan gempa bumi jatuhan meteor akibat
kejatuhan meteorit atau benda langit ke permukaan bumi. Hal ini pernah terjadi di kawasan
Arizona, Amerika hingga meninggalkan bekas berupa lekukan tanah yang cukup lebar seperti
membentuk sebuah kawah. Gempabumi 31 yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, yakni
seperti peledakan dinamit, nuklir, ledakan bom, atau palu yang dipukulkan ke permukaan
bumi(Sunarjo.2012:31).
Gempa bumi dangkal menimbulkan efek goncangan dan kehancuran yang lebih dahsyat
dibanding gempabumi dalam. Ini karena sumber gempabumi lebih dekat ke permukaan bumi
sehingga energi gelombangnya lebih besar. Karena pelemahan energi gelombang akibat perbedaan
jarak sumber ke permukaan relatif kecil. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M) berskala
Richter (SR) dapat dibedakan atas :
a. Gempa bumi sangat besar M > 8 SR
b. Gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR
c. Gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR
d. Gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
e. Gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR
f. Gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR
g. Gempa bumi ultra mikro M < 1 SR

Skala richter adalah Kekuatan Gempa di ukur dengan Skala Richter atau SR, yang
didefinisikan sebagai logaritma (basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan
mikrometer, dari rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson,
pada jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman gempa
bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat gempanya,
amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut adalah log (10 pangkat 3
mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles
Richter(Sunarjo.2012:31).

Waktu asal gempa bumi atau origin time adalah waktu suatu gempabumi terjadi di
sumbernya pada kedalaman tertentu di lapisan bumi. Pada waktu tersebut akumulasi tegangan
(stress) terlepas dalam bentuk penjalaran gelombang gempabumi. Waktu asal dinyatakan dalam
hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik dalam satuan UTC (Universal Time Coordinated).

Salah satu cara untuk menentukan origin time adalah dengan metode diagram Wadati yang
memerlukan selisih pembacaan waktu tiba gelombang P dan S dan mengasumsikan bahwa medium
bumi adalah homogen. Diagram Wadati juga digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain:
menghitung jarak stasiun ke hiposenter (pusat gempa), perbandingan kecepatan gelombang P
terhadap S (Vp/Vs) atau Poisson ratio, serta mengoreksi pembacaan gelombang P dan S itu sendiri.
Pertama, plot waktu S‐P terhadap waktu tiba gelombang P setiap stasiun. Kemudian cocokkan garis
lurus ke semua data dan tarik hingga ke sumbu absis hingga didapatkan nilai absisnya dalam satuan
detik. Terdapat dua cara pencocokan, yaitu penarikan sudut penunjaman l=Vp/Vs‐1. Grafik (Ts‐
Tp) terhadap Tp menjadi garis linier dengan gradien (Vp/Vs) ‐ 1. Dikarenakan adanya dua
gelombang berkecepatan berbeda keluar dari titik yang sama (episenter) secara simultan, maka
jarak antara sumber dan stasiun bisa dicari dengan melihat perbedaan waktu tiba dua gelombang
tersebut(Sunarjo.2012:108).
Gambar 1.1 Selisih pembacaan gelombang P dan S (Sumber: Hurukawa, IISEE, 2007).

Arah gempa bumi menunjukkan arah lokasi datangnya gempabumi terjadi sesuai arah mata
angin. Sedangkan kedalaman sumber gempabumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari
permukaan bumi. Kedalaman dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan km. Metode Gerak
Partikel (particle motion) dipakai untuk menentukan hiposenter (episenter dan kedalamannya)
dengan menggunakan satu stasiun yang memiliki 3 komponen. Dalam penentuan ini arah awal
impulsketiga komponen (kompresi atau dilatasi) harus jelas. Variabel yang dipakai adalah setengah
amplitudo awal impuls gelombang P ketiga komponen dan beda waktu gelombang S dan P atau (s‐
p) (Sunarjo.2012:109).

Gambar 1.2 Penentuan arah gerak partikel gempabumi dari pembacaan awal seismogram
(Sumber: NMSOP, 2002).

Sumber gempa bumi atau episenter adalah titik di permukaan bumi yang merupakan
refleksi tegak lurus dari hiposenter atau fokus gempa bumi. Lokasi episenter dibuat dalam sistem
koordinat kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang
dan bujur. Kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari
permukaan bumi dalam satuan km (Sunarjo.2012:110).

Kekuatan gempa bumi atau magnitudo adalah ukuran kekuatan gempa bumi yang
menggambarkan besarnya energi yang terlepas pada saat gempa bumi terjadi dan hasil pengamatan
seismograf. Richter memperkenalkan konsep magnitudo (kekuatan gempa bumi disumbernya)
secara umum dengan satuan skala Richter.

Para ahli seismologi membedakan jenis gelombang gempa bumi berdasarkan kecepatan
rambatan dan arah getaran, yakni:
• Gelombang P (Pressure wave), disebut juga gelombang tekanan, dapat merambat
di media padat dan cair, rambatan gelombangnya paling cepat. Disebut pula
sebagai gelombang primer. Gelombang P menyebabkan banyak kerusakan karena
secara berkala mengubah area dan volume tanah (Kusky, Timothy M, 2008: 77).
• Gelombang S (Shear wave), gelombang geser, membuat dengan cara menembus
batuan. Gelombang S, juga dikenal sebagai gelombang sekunder, yaitu tipe lain
dari tubuh gelombang yang diciptakan oleh gempa bumi. Gelombang S juga
dipengaruhi oleh bahan dilalui saat perjalanan, meskipun setiap saat mereka
bergerak dengan kecepatan kurang dari gelombang P, sebuah fakta yang
membantu ahli geologi untuk menemukan episentrum gempa. Gelombang S tidak
mampu menembus inti luar bumi, gelombang ini dapat melakukan perjalanan
melalui benda padat, tetapi tidak melalui cairan (Sills, Alan D, 2003: 153).

Gambar 1.3 Prosedur pengukuran magnitudo dari rekaman seismogram


berdasarkan Metode Richter (Sumber: Lay dan Wallace, 1995).

Bentuk energi yang dilepaskan saat terjadinya gempa bumi antara lain adalah energi
deformasi gelombang. Energi deformasi dapat dilihat pada perubahan bentuk volume sesudah
terjadinya gempabumi, seperti misalnya tanah naik, tanah turun, pergeseran batuan, dan lain‐lain.
Sedangkan energi gelombang akan menggetarkan medium elastis di sekitarnya dan akan menjalar
ke segala arah. Pemancaran energi gempabumi dapat besar ataupun kecil, hal ini tergantung dari
karakteristik batuan yang ada dan besarnya stress yang dikandung oleh suatu batuan pada suatu
daerah. Pada suatu batuan yang rapuh (batuan yang heterogen), stress yang dikandung tidak besar
karena langsung dilepaskan melalui terjadinya gempabumi‐gempabumi kecil yang banyak.
Sedangkan untuk batuan yang lebih kuat (batuan yang homogen), gempabumi kecil tidak terjadi
(jarang terjadi) sehingga stress yang dikandung sangat besar dan pada suatu saat batuannya tidak
mampu lagi menahan stress, maka akan terjadi gempabumi dengan magnitudo yang
besar(Sunarjo.2012:112).

Di dalam peristiwa gempa bumi, ada beberapa istilah yang sering digunakan. Berikut ini
adalah istilah-istilah yang digunakan dalam gempa bumi

• Seismologi
Seismologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gempa bumi.
• Seismograf
Seismograf adalah alat pencatat getaran gempa bumi yang terjadi di permukaan bumi.
Seismograf terdiri dari beberapa macam, yakni seismograf vertikal dan seismograf
horizontal. Prinsip yang digunakan seismograf adalah pada saat terjadi gempa bumi, harus
diusahakan penggantungan sedemikian rupa sehingga masa yang digantungkan tidak ikut
bergerak ketika terjadi gempa.
• Makroseista
Makroseista adalah wilayah yang mengalami kerusakan terbesar seperti pada saat
gempa di Yogyakarta yang terjadi di beberapa kabupaten, namun yang mengalami
kerusakan paling besar adalah Kabupaten Bantul.
• Homoseista
Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mengalami
getaran gempa pada waktu yang sama.
• Isoseista
Isoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai intensitas
yang sama.
• Pleistoseista
Pleistoseista adalah garis yang melingkari daerah yang mengalami kerusakan terbesar
akibat gempa.
• Hyposentrum
Hyposentrum adalah pusat gempa bumi yang terletak di permukaan bumi yang terletak
di dalam bumi.
• Episentrum
Episentrum adalah pusat gempa bumi yang letaknya di permukaan bumi.
Berdasarkan episentrumnya, gempa bumi dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat.

Metode Homoseista

Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat di permukaan bumi yang
mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya stasiun A, B
dan C mencatat getaran gempa pertama pada pukul 15: 11. 06, maka pada peta, ketiga stasiun
tersebut terletak pada satu homoseista.

Metode Episentral

Episentral ialah jarak episentrum atau pusat gempa di stasiun pencatat gempa. Untuk
menentukan episentrum dengan menggunakan metode episentral diperlukan minimal tiga stasiun
pengamat yang mencatat kejadian gempa, sehingga dapat dihitung jarak episentral masing-masing
stasiun. Untuk menghitung jarak episentral digunakan rumus ASKA, yaitu:

∆ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km

Keterangan :

(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)

S-P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)

1’ = satu menit

Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi. Pada
prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan
begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam
bentuk seismogram(Sunarjo.2012:115).
D. Alat dan Bahan
1. Jangka
2. Penggaris
3. Kertas putih beberapa lembar
4. Tripod
5. Kayu ( Untuk menyangga gulungan kertas)
6. Tali
7. Bandul/Beban
8. Pensil/Spidol
9. Gulungan Kertas

E. Prosedur Kerja
Kegiatan 1:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Memasang sebuah tali rafia pada kaki tiga
3. Memasang beban yang sudah disediakan pada bagian bawah ujung tali
4. Memasang spidol dekat beban
5. Meletakkan gulungan kertas pada bagian bawah sehingga bersentuhan dengan spidol
6. Mendesan seismo graf sederhana

7. membuat simulasi gempa dengan menggetarkan meja maka beban bandul akan bergerak
8. menari ujung gulungan kertas agar kertas berputar sehingga sepidol akan menggerakkan
fase gelombang pada kertas
9. Mencatat hasil fase gelombang gempa
Tabel 1. Gambar hasil fasa gelombang gempa

No Tingkat Getaran Meja Gambar fasa gelombang yang dihasilkan


1 Lemah

2 Sedang

3 Kuat

Kegiatan 2:
1. Disediakan data berikut ini.
No Tanggal P S A max ∆T Panjang
(S-P) Gelombang
1 1 Juli 2010 10:21:17,0 10:22:07,0 107,0 50,0 216,0
2 10 Juli 17:58:23,0 17:59:04,0 124,0 51,0 151,0
2010
3 13 Juli 23:53:50,0 23:54:39,0 9,0 49,0 82,0
2010
4 18 Juli 00:55:29,0 00:56:13,0 27,0 44,0 96,0
2010
5 24 Juli 02:11:17,0 02:12:24,0 109,0 67,0 490,0
2010

2. Memilih tiga (3) data dari tabel diatas.


3. mencatat data yang telah dipilih pada tabel hasil pengamatan.
4. Menghitung kekuatan gempa bumi dengan rumus analisis BMKG Mata Ie, yaitu :
M = 3,4062 log ∆T + 1,1354 log A –2,7512.

Kegiatan 3:
1. Menetapkan titik a pada salah satu bagian kertas, setelah kertas dibagi menjadi 4 bagian.
2. Menandai stasiun A, B, dan C pada kertas. Mulailah dengan menandai sebuah titik 2,5 cm
di atas titik tengah kertas. Inilah stasiun A. Gambar B dan C menggunakan gambar a
sebagai petunjuk, Anda telah membuka peta untuk menemukan episentrum.
3. Ilmuwan mengetahui seberapa cepat gelombang P dan S berjalan. Mereka dapat
menghitung jarak episentrum gempa dengan mengukur perbedaan waktu datangnya dua
gelombang P dan S pada stasiun mereka. Perbedaan waktu datangnya dua gelombang 120
s di stasiun A; 80 S pada stasiun B; dan 80 s pada stasiun C. Gunakan Tabel 2 berikut
untuk mencatat jarak episentrum dari setiap stasiun.

Tabel 2. Jarak ke episentrum berdasarkan perbedaan waktu datang gelombang P dan S


Jarak ke episentrum (km) Perbedaan waktu datangnya gelombang P dan S
(s)
200 40
300 60
400 80
500 100
600 120

4. Mengkonversikan setiap jarak dengan cm, sehingga data dapat digunakan pada peta anda.
Gunakan skala 1 cm = 100 km. Data ini akan menjadi nilai radius setiap lingkaran pada
langkah 5.
5. Pada peta anda, buatlah sebuah lingkaran sekeliling stasiun A, seperti gambar berikut.

6. Mengulangi langkah 5 untuk stasiun B dan C.


7. Lokasi episentrum gempa bumi adalah titik dimana 3 lingkaran berpotongan. Tandailah
titik itu dengan X (titik episentrum).
F. Data Hasil

Kegiatan 1

No Tingkat Getaran Gambar fasa gelombang yang dihasilkan


Meja
1 Lemah

2 Sedang

3 Kuat

Kegiatan 2

1. M = 3,4062 log ∆T + 1,1354 log A- 2,7512


M = 3,4062 log 50 + 1,1354 log 107 - 2,7512
M = 5,33 M
2. M = 3,4062 log ∆T + 1,1354 log A- 2,7512
M = 3,4062 log 51 + 1,1354 log 107 - 2,7512
M = 5,44 M
3. M = 3,4062 log ∆T + 1,1354 log A- 2,7512
M = 3,4062 log 49 + 1,1354 log 107 - 2,7512
M = 5,33 M
Kegiatan 3

No Stasiun Perbedaa Jarak Jarak titik Gambar


n Waktu episentrum episentrum
antar (km) ke stasiun
stasiun (s) (km)
1
A 120 s 600 Km 570 Km

B 80 s 400 Km 480 Km

C 80 s 400 Km 480 Km

G. Pembahasan

Pada praktikum kegiatan 1 memiliki tujuan untuk mengetahui prinsip kerja


seismograf sederhana. Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat
gempa bumi. Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip
seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran
gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram (Sunarjo.2012:115).
Dalam kegiatan 1 membutuhkan alat penunjang agar praktikum dapat dilaksankan
alat dan bahan yaitu kaki tiga atau tripod sebagai penyangga, kemudian tali rafia untuk
menggantungkan beban yang dikaitkan dengan tripod, beban sebagai bandul , kemudian
sepidol untuk membuat goresan pada kertas, gulungan kertas untuk menangkap hasilfasa
gelombang gempa. Pada kegiatan ini menggunakan prinsip kerja bandul sederhana. Ketika
mendapatkan usikan atau gangguan dari luar seperti gelombang seismik maka bandul akan
bergetar dan merekam datanya seperti grafik. pada percobaan ini diperoleh 3 data yaitu
tingkat getaran lemah,sedang dan kuat.
Pada gambar diatas merupakan hasil fasa gelombang yang dihasilkan yaitu pada getran
lemah

Pada gambar diatas merupakan hasil fasa gelombang yang dihasilkan yaitu pada getaran
sedang

Pada gambar diatas merupakan hasil fasa gelombang yang dihasilkan yaitu pada getaran
kuat
Dari percobaan kegiatan 2 ini dapat diketahui bahwa seismograf adalah sebuah
alat yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar gempa yang terjadi dan letak
episentrum gempa atau pusat gempa . Dengan memanfaatkan barang barang yang ada do
sekitar kita , kita dapa membuat alat ukur menyerupai seismogaf yang sederhana. Dengan
alat ukur sederhana ini , praktikan dapat mengukur atau memprediksi kekuatan gempa
bumi seberapa jauh jarak pusat gempa dari tempat kita berdiri.

Pada praktikum kegiatan 2 memiliki tujun menganalisis kekuatan gempa bumi.


Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M) berskala Richter (SR) dapat dibedakan atas :
a. Gempa bumi sangat besar M > 8 SR
b. Gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR
c. Gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR
d. Gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
e. Gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR
f. Gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR
g. Gempa bumi ultra mikro M < 1 SR
Pada praktikum yang kedua ini praktikan memilih 3 diantara beberapa data yang
telah tersedia. Dalam menghitung besar kekuatan gempa digunakan rumus M= 3,4062
log – 2,7512 maka akan diperoleh besar kekuatan gempa bumi yang terjadi. Pada data
yang pertama diperoleh kekuatan gempa sebesar 5,33 M, data kedua diperoleh kekuatan
besar gempa bumi sebesar 5,44 M dan yang ketiga diperoleh kekuatan gempa bumi
sebesar 4, 10 M. Berdasarkan teori yang didapatkan dari data pertama termasuk kedalam
gempa bumi merusak, kemudian data yang kedua termasuk gempa bumi yang merusak
sama dengan data pertama dan data ketiga termasuk kedalam gempa bumi kecil.
Pada kegiatan 3 memiliki tujuan untuk menentukan letak episentrum suatu gempa
bumi. Episentrum adalah suatu titik atau atau garis di permukaan bumi sebagai tempat
gelombang gempa dirambatkan ke wilayah di sekitarnya. Episentrum juga dapat
diartikan sebagai pusat gempa bumi yang letaknya dipermukaan bumi. Pada percobaan
kegiatan 3 , alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu kertas untuk menggambar , jangka
untuk menggambar lingkaran untuk menentukan radius suatu daerah yang terkena gempa,
kemudian juga penggaris dan alat tulis seperti pensil dan penghapus digunakan untuk
membantu praktikan dalam mengerjakan penentuan lokasi episentrum
Pertama praktikan menyiapkan alat dan bahan, kemudian membagi kertas menjadi
empat bagian lalu menetapkan titik A pada salah satu bagian kertas. Setelah kertas dilipat
dan dibagi menjadi 4 bagian, kemudian praktikan membuat tiga titik yaitu station A,B, dan
C. Selanjutnya memulai menandai dengan sebuah titik 2,5 cm diatas titik tengah kertas
sebagai station A. setelah itu menandai sebuah titik 4 cm diatas kertas lipat dengan jarak
lipat ke pusat lipatan kertas sebesar 4 cm sebagai stasion B. sedangkan untuk station C,
dengan menandai titik 3 cm di bawah kertas lipatan sejauh 3 cm juga sebelah kiri lipatan
tengah.
Langkah selanjutnya praktikan membuat lingkaran sekeliling stasion A,B, dan C
dengan melihat aturan pada table. Pada table ini, praktikan juga harus mengkonversikan
setiap satuan jarak dengan aturan skala 1 cm : 100 km. data ini akan menjadi nilai radius
lingkaran. Praktikan memerhatikan table dari satuan detik ke dalam bentuk satuan cm dan
disesuaikan dengan table. Langkah terakhir adalah menentukan jarak episentrum tiap
statiun dari pusat gempa. Pada percobaan dengan selisih waktu datangnya gelombang P
dan S pada stasiun A 120 sekon, stasiun B 80 sekon dan stasiun C 80 sekon. Dari perbedaan
datangnya gelombang tersebut berdasarkan tabel ketetapan jarak episentrum berdasarkan
perbedaan datang gelombang P dan S didapat jarak episentrum dari titik pusat setelah
dikonversikan 1 cm = 100 km pada stasiun A adalah 6 cm, stasiun B 4 cm dan stasiun C 4
cm. Jarak episentrum tersebut digunakan sebagai radius atau jari-jari lingkaran.
Lokasi episentrum gempa bumi adalah titik dimana tiga lingkaran berpotongan.
Dari gambar diperoleh titik perpotongan dari tiga lingkaran dan lokasi gempa berada di 5,7
cm dari stasiun A, jika dikonversi ke Km berada di 570 Km dari stasiun A. 4,8 cm dari
stasiun B dan 4,8 cm dari stasiun C atau jika dikonversi berjarak 480 Km. Dengan sketsa
gambar sebagai berikut
Berdasarkan percobaan pertama di atas, penentuan pusat gempa digunakan Metode
Lingkaran dengan Tiga Stasiun. Episenter yang dicari adalah pusat sebuah lingkaran yang melalui
SA dan menyinggung kedua lingkaran yang berpusat di SB dan SC tersebut. Penentuan letak
episentrum dengan melakukan pencatatan waktu datangnya gelombang gempa yang pertama
(gelombang primer) pada waktu yang bersamaan dari minimal tiga tempat yang berbeda.
Kemudian, diatas peta disekitar stasiun dibuat lingkaran dengan radius sepanjang jarak stasiun ke
episentrum sehingga akan didapatkan episentrum gempa yang terletak didaerah sekitar irisan ketiga
lingkaran tersebut. Metode ini biasa disebut dengan Metode Homoseista.

H. Kesimpulan

1). Prinsip kerja dari seismograf yaitu mengembangkan kerja bandul sederhan ketika
mendapatkan usikan atau gangguan dari luar seperti gelombang seismik maka bandul
akan bergetar dan merekam datanya seperti grafik.

2). Untuk menganalisis kekuatan gempa dapat berdasarkan kekuatannya atau magnitudo
(M) berskala Richter (SR) yaitu :
h. Gempa bumi sangat besar M > 8 SR
i. Gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR
j. Gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR
k. Gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
l. Gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR
m. Gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR
n. Gempa bumi ultra mikro M < 1 SR

3). Dari percobaan dapat disimpulan bahwa metode lingkaran dengan tiga stasiun dan tiga
perbedaan waktu antara penerimaan gelombang gempa bumi dapat diketahui pusat gempanya
yaitu adalah sebagai berikut :
Episentrum (Km)

Episentrum A Episentrum B Episentrum C

570 Km 480 Km 480 Km

I. Tugas
1. Bagaimana prinsip kerja seismograf?
Jawab : Prinsip kerja dari seismograf yaitu mengembangkan kerja bandul sederhan ketika
mendapatkan usikan atau gangguan dari luar seperti gelombang seismik maka bandul
akan bergetar dan merekam datanya seperti grafik.

2. Bagaimana cara menganalisis kekuatan gempa bumi?


Mengitung kekuatan gempa bumi dengan rumus analisis BMKG Mata Ie, yaitu :
M = 3,4062 log ∆T + 1,1354 log A –2,7512.

Untuk menganalisis kekuatan gempa dapat berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M)
berskala Richter (SR) yaitu :

Gempa bumi sangat besar M > 8 SR


Gempa bumi besar M 7 ‐ 8 SR
Gempa bumi merusak M 5 ‐ 6 SR
Gempa bumi sedang M 4 ‐ 5 SR.
Gempa bumi kecil M 3 ‐ 4 SR
Gempa bumi mikro M 1 ‐ 3 SR
Gempa bumi ultra mikro M < 1 SR

3. Kapan ilmuwan perlu menggunakan metode ini untuk menemukan episentrum gempa?
Jawab: Ketika terjadi gempa bumi dan ketika tidak ada alat seismograf. Sehingga untuk
menemukan episentrum, diperlukan data saat kejadian gempa minimal dari tiga stasiun
pengamatan. Hal ini akan lebih mempermudah untuk menentukan letak pusat gempa.

4. Suatu hari terjadi gempa bumi dengan episentrum di dasar laut. Gempa ini memicu
terjadinya gelombang tsunami dengan kecepatan 400 mil/jam. Jika jarak pesisir pantai A
ke episentrum gempa tersebut adalah 1200 km, berapa lama gelombang tsunami akan tiba
di wilayah A?
Jawab:
Diketahui : v = 400 mil/jam

400 mil/jam = 178.816 m/s


s = 1.200.000 m
Waktu (t) gelombang sampai di A ?
𝑠 1.200.000
𝑡=𝑣= = 6,71𝑠
178.816

J. Daftar Pustaka

Bormann, P. 2002. New Manual of Seismological Observatory Practice (NMSOP) . German :


Postdam.
Hurukawa, N. 2007. Practical Analyses of Local Earthquakes. Japan:IISEE.
Kusky, Timothy M. 2008. Earthquake: Plate Tectonics and Earthquake Hazards. New York : Facts
on File, Inc.
Lay, T. dan Wallace, T.C. 1995. Modern Global Seismology. USA : Academic Press.
Sills, Alan D. 2003. Earth Science the Easy Way. New York: Baron’s Educational Series, Inc.
Sunarjo. 2012. Gempa Bumi Indonesia Edisi Populer. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika.

K. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai