Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

EROSI TANAH

Disusun Oleh :

Nama : Atika Agustin

NIM : 20312244024

Kelas : Pendidikan IPA C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
EROSI TANAH

A. Tujuan
1. Menentukan faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan erosi tanah oleh angin
2. Menentukan tingkat kecepatan erosi tanah oleh air
3. Menerapkan upaya pencegahan dan pengurangan risiko bencana banjir dan
longsor akibat erosi tanah

B. Dasar Teori
Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari penguraian massa tanah menjadi
partikel-partikel tunggal, serta pengangkutan partikelpartikel tersebut oleh tenaga-tenaga
erosi, seperti aliran air dan angin dari Morgan (1977 dalam Taryono, 2000)
Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian
dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, dan gravitasi (Hardjowigeno, 1995).
Secara deskriptif, Arsyad (2000) menyatakan erosi merupakan akibat interaksi dari faktor
iklim, tanah, topografi, vegetasi, dan aktifitas manusia terhadap sumber daya alam. Erosi
sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam penggunaan lahan yang buruk
karena tidak ada daerah resapannya...

Proses Terjadinya Erosi

Erosi dapat juga disebut pengkikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan


proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang
berlangsung secara ilmiah atau pun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia,
sehubungan dengan itu maka kita akan mengenal normal atau geological erosion dan
accelerated erosion.

1. Normal/ geological erosion


Yaitu erosi yang berlangsung secara ilmiah, terjadi secara normal di
lapangan melalui tahap-tahap:
a. Pemecahan agregat-agregat tanah atau bongkah-bongkah tanah ke dalam
partikel-partikel tanah yaitu butiran-butiran tanah yang kecil,
b. Pemindahan partikel-partikel tanah tersebut baik dengan melalui
penghanyutan ataupun karena kekuatan angin,
c. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terpindahkan atau terangkut tadi di
tempat-tempat yang lebih rendah atau di dasar-dasar sungai.
Erosi secara alamiah dapat diikatkan tidak menimbulkan musibah yang
hebat bagi kehidupan manusia atau keseimbagan lingkungan dan kemungkinan
kemugkinan hanya kecil saja, ini dikarenakan banyaknya partikel-partikel tanah
yang dipindahkan atau terangkut seimbang dengan banyaknya tanah yang
terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah itu,
2. Accelerated erosion
Yaitu dimana proses-proses terjadinya erosi tersebut yang dipercepat akibat
tindakan-tindakan dan atau perbuatan-perbuatan itu sendiri yang bersifat negatif atau
pun telah melakukan kesalahan dalam pengelolaan tanah dalam pelaksanaan
pertaniannya. Jadi dalam hal ini berarti manusia membantu mempercepat terjadinya
erosi tersebut. Erosi yang dipercepat banyak sekali menimbulkan malapetaka karena
memang lingkungannya telah mengalami kerusakan-kerusakan, menimbulkan
kerugian besar seperti banjir, kekeringan ataupun turunnya produktivitas tanah.
Mengapa demikian? Tidak lain karena bagian-bagian tanah yang terhanyutkan atau
terpindahkan adalah jauh lebih besar dibanding dengan pembentukan tanah
Penipisan-penipisan tanah akan berlangsung terus kalau tidak segera dilakukan
penanggulangan, sehingga selanjutnya tinggal lapisan bawah tanah (sub soil) yang
belum matang
(Kartasapoetra, Kartasapoetra, Mul, 2000).

Di dalam proses terjadinya erosi akan melalui beberapa pase yaitu pase pelepasan,
pengangkutan dan pengendapan. Pada pase pelepasan partikel dari aggregate/massa tanah
adalah akibat dari pukulan jatuhnya atau tetesan butir hujan baik langsung dari darat
maupun dari tajuk pohon tinggi yang menghancurkan struktur tanah dan melepaskan
partikelnya dan kadang-kadang terpecik ke udara sampai beberapa cm. Pase selanjutnya
adalah pase pengangkutan partikel dimana kemampuan pengangkutan dari suatu aliran
sangat dipengaruhi besar kecilnya bahan/partikel yang dilepaskan oleh pukulan butir
hujan atau proses lainnya. Bila telah tiba pada tempat dimana kemampuan angkut sudah
tidak ada lagi, biasanya pada bagian tempat yang rendah maka energi aliran sudah tidak
mampu lagi untuk mengangkut partikel-partikel tanah tersebut maka terjadilah endapan
(Triwanto, 2012).

Proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan: pengelupasan (detachment),
pengangkutan (transportation), dan pengendapan (sedimentation) (Asdak, 2007).
Menurut Suripin (2002) juga menyatakan bahwa proses erosi tanah yang disebabkan
oleh air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam keadaan normal di lapangan, yaitu tahap
pertama pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah ke dalam bentuk butir-butir
kecil atau partikel tanah, tahap kedua pemindahan atau pengangkutan butir-butir yang
kecil sampai sangat halus tersebut, dan tahap ketiga pengendapan partikel tersebut di
tempat yang lebih rendah di dasar sungai.

Erosi merupakan proses geomorfologi, yaitu terlepas dan terangkutnya material


bumi oleh tenaga geomorfologi. Proses geomorfologi tersebut tercakup dalam studi
geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuklahan (landform) secara genetik dan
proses yang mempengaruhi bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal balik antara
bentuklahan dan proses-prose itu dalam susunan keruangan dari Zuidam dan Zuidam
Cancelado (1979 dalam Taryono, 2000). Erosi secara alamiah dikatakan tidak
menimbulkan masalah, hal ini disebabkan kecepatan erosinya relatif sama atau lebih
rendah dari kecepatan pembentukan tanah, erosi demikian disebut dengan erosi normal
(erosi geologi). Aktivitas manusia dalam beberapa bidang dapat mempercepat erosi,
sehingga timbul masalah, yang disebut erosi dipercepat (accelerated erosion). Akibat dari
erosi tersebut adalah :
a. merosotnya produktivitas tanah pada lahan yang tererosi, disertai merosotnya
daya dukung serta kualitas lingkungan hidup,
b. sungai, waduk, dan aliran irigasi/drainase di daerah hilir menjadi dangkal,
sehingga masa guna dan daya guna berkurang,
c. secara tidak langsung dapat mengakibatkan terjadinya banjir kronis pada setiap
musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau serta
d. dapat menghilangkan fungsi tanah menurut Suwardjo (1981 dalam Taryono,
1997)

Dampak Erosi

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk pertumbuhan
tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah
yang terangkut tersebut akan terbawa masuk ke sumber air (sedimen) dan akan
diendapkan di tempat yang aliran airnya melambat di dalam sungai, waduk, danau,
reservoir, saluran irigasi, diatas pertanian dan sebagainya. Dengan demikian, kerusakan
yang ditimbulkan oleh peristiwa erosi terjadi di dua tempat, yaitu pada tanah tempat erosi
terjadi, dan pada tempat tujuan akhir tanah yang terangkut tersebut diendapkan (Arsyad,
2012). Kerusakan yang disebabkan erosi tidak hanya dirasakan dibagian hulu (on site)
saja. Akan tetapi, juga berpengaruh dibagian hilir (off site) dari suatu DAS. Kerusakan di
hulu menyebabkan penurunan kesuburan tanah dan berpengaruh terhadap kemunduran
produktivitas tanah atau meluasnya lahan kritis. Dibagian hilir kerusakan diakibatkan
oleh sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran air dan sungai dan berakibat
terjadinya banjir dimusim penghujan, dan terjadi kekeringan di musim kemarau (Atmojo,
2006).

Sitanala Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul “Konservasi Tanah dan
Air”, mengatakan bahwa air merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Banyaknya air
yang mengalir di atas permukaan tanah tergantung pada hubungan antara kapasitas
infiltrasi tanah dengan kapasitas penyimpanan air tanah. Tumbuhan yang hidup di
permukaan tanah dapat menambah cepatnya infiltrasi, memperkecil kekuatan perusak
butir-butir hujan yang jatuh, daya dispersi, serta mengurangi daya angkut aliran di atas
permukaan tanah. Manusia juga sangat berperan dalam menentukan baik atau rusaknya
tanah yaitu pada perlakuan terhadap tumbuhan-tumbuhan dan tanah.
Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Arsyad (2012), pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa erosi adalah
akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, vegetasi, topografi, tanah dan manusia,
yang dapat dinyatakan dalam persamaan deskriptif di bawah ini.

E = f (iklim, topografi, vegetasi, tanah, manusia)

Persamaan tersebut diatas mengandung dua jenis peubah, yaitu:

a) Faktor-faktor yang dapat diubah oleh manusia, seperti: vegetasi yang tumbuh di atas
tanah, sebagian sifat-sifat tanah yaitu kesuburan tanah, ketahanan agregat, dan
kapasitas infiltrasi dan unsur topografi yaitu lereng.
b) Faktor-faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia, seperti: iklim, tipe tanah dan
kecuraman lereng. Atas pertimbangan tersebut di atas, maka besarnya erosi dapat
diperkecil dengan cara mengatur faktor-faktor yang dapat diubah. Ada pun uraian
faktor-faktor yang dapat menyebabkan erosi dan limpasan permukaan (iklim,
topografi, vegetasi, tanah dan manusia), adalah sebagai
berikut:
1. Faktor iklim
Faktor iklim yang penting dalam proses erosi curah hujan dan suhu.
Karena curah hujan dan suhu tidak banyak berbeda di tempat tempat yang
berdekatan, maka pengaruh iklim terhadap sifat-sifat tanah baru dapat terlihat
jelas bila dibandingkan daerah-daerah yang berjauhan dan mempunyai iklim yang
berbeda nyata. Pengaruh iklim dalam proses erosi dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh langsung misalnya dalam proses pelapukan,
pencucian, translokasi, dan lain-lain. Sedang pengaruh tidak langsung terutama
adalah melalui pengaruhnya terhadap pertumbuhan vegetasi (Nursa’ban, 2006).
Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-
butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat agregat
tanah yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik
yang cukup besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat
jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat
menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan
intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi
(Fitria, Sakka, Samsu, 2012).
Pada intensitas 80 mm/jam erosi yang terjadi pada tanah uji lebih besar
dibandingkan dengan intensitas 60 mm/jam. Hal ini disebabkan semakin tinggi
intensitas hujan maka tanah akan menerima semakin banyak air hujan yang jatuh
sehingga erosi yang terjadi juga semakin besar (Sucipto, 2007).
2. Topografi
Faktor topografi yang paling dominan pengaruhnya terhadap erosi adalah
panjang dan kecuraman lereng. Komponen ini akan mempengaruhi kecepatan dan
volume air permukaan sampai dimana air aliran permukaan masuk ke dalam
saluran-saluran (sungai), atau aliran telah berkurang akibat perubahan kelerengan
(datar) sehingga kecepatan dan volume dipencarkan ke berbagai arah (Triwanto,
2012).
Panjang lereng berperan terhadap besarnya erosi yang terjadi, semakin
panjang lereng maka semakin besar volume aliran permukaan yang terjadi.
Kemiringan lereng memberikan pengaruh besar terhadap erosi yang terjadi,
karena sangat mempengaruhi kecepatan limpasan permukaan. Makin besar nilai
kemiringan lereng, maka kesempatan air untuk masuk kedalam tanah (infiltrasi)
akan terhambat sehingga volume limpasan permukaan semakin besar yang
mengakibatkan terjadinya bahaya erosi (Dewi, Ni Made, Tatiek, 2012).
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan
panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi.
Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan
dengan semakin besar kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
erosi adalah kepekaan tanah atau erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin
besar dengan semakin besarnya nilai erodibilitas suatu tanah (Bukhari, Kemala,
Alinda, 2015).
3. Vegetasi
Dalam penelitian Widianto, Didik, Herman, Rudi, Pratiknyo, Meine (2002)
menyatakan bahwa penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang
habis mengakibatkan kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan
ditandai antara lain penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan
penurunan jumlah ruangan pori makro. Kerusakan menjadi semakin parah setelah
beberapa tahun karena minimnya perlindungan terhadap permukaan tanah.
Kandungan bahan organik terus menurun karena proses pelapukan semakin cepat,
hilang terangkut bersama erosi dan tidak adanya vegetasi yang memberikan
seresah sebagai tambahan sumber bahan organik tanah. Pada periode ini bisa
terjadi peningkatan limpasan permukaan dan erosi dibanding keadaaN
sebelumnya. Dalam skala lebih luas (kawasan) akumulasi limpasan permukaan
yang besar dari petak-petak kecil membentuk luapan aliran permukaan yang
sangat besar berupa banjir. Hal seperti ini telah terjadi di berbagai daerah
(khususnya di Pulau Jawa) pada awal tahun 2002 yang lalu yang bisa
dihubungkan dengan penebangan habis pepohonan dari berbagai lahan hutan
maupun perkebunan secara besar-besaran selama tahun 1999-2001.
4. Tanah
Ada pun sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur,
struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan
tanah. Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yang berbeda
beda. Kepekaan erosi tanah atau mudah tidaknya tanah tererosi adalah fungsi
berbagai interaksi sifat-sifat fisik dan kimia tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah
yang mempengaruhi erosi adalah (1) sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
infiltrasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air, dan (2) sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi ketahanan struktur, terhadap dispersi, dan penghancuran agregat
tanah oleh tumpukan butir-butir hujan dan aliran permukaan (Arsyad, 2012).
Menurut Ashari (2013) menerangkan bahwa Nilai erodibilitas tanah ditentukan
oleh berbagai faktor. Tekstur berkaitan dengan kapasitas infiltrasi serta
kemudahan tanah untuk terangkut pada saat terjadi erosi. Bahan organik selain
menyuburkan tanah juga memperkuat agregat tanah. Struktur merupakan susunan
saling mengikat antar butir tanah, sehingga semakin kuat struktur maka semakin
tahan terhadap erosi. Permeabilitas berkaitan dengan kemampuan tanah dalam
meloloskan air

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat
bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai.
Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi,
tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke
tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke
tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara

panas dan turunnya udara dingin ini dinamakan konveksi ( Rosidin, 2007)
Gambar 1 Skema terjadinya angin

(Sumber : Daryanto, 2007. Potensi Angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin : 15)

C. Metode Praktikum
1. Tempat dan Waktu : Boyolali, 29 MARET 2021
2. Alat dan Bahan
1) Kardus bekas 5) Pasir lembut kering
bungkus sepatu 6) Pasir lembut basah
(1buah) 7) Tanah debu (kering)
2) Sedotan minuman 8) Tanah basah
(2buah) 9) Tanah humus
3) Nampan plastik 10) Tumbuhan rumput
(2buah) 11) Air
4) Sampel tanah dari 12) Kerikil
rumah 13) Gayung kecil
3. Prosedur Kerja
Kegiatan 1

Membuat lubang dengan ukuran sebesar sedotan (1-3 lubang) pada salah satu
sisi kardus

Memasang sedotan pada lubang dan memasukkan kira-kira 2 cm

Meletakkan beberapa sampel tanah yang anda bawa pada kardus pada jarak
kira-kira 5 cm di depan ujung sedotan yang masuk

Meniup masing-masing sampel tanah dalam kardus dengan sedotan dari


bagian ujung luar dengan tiupan keras dan tiupan biasa
Mengamati tingkat erosi tanah yang terjadi dan memasukkan data pengamatan
pada Tabel 1

Kegiatan 2

Menyiapkan dua buah nampan plastik A dan B

Mengisi kedua nampan dengan susunan dari bawah ke atas kerikil, pasir dan
tanah humus

Meletakkan rumput secara acak pada nampan A yang sudah tersedia medianya

Memberi pengganjal pada salah satu sisi nampan A dan B sehingga menjadi
posisi miring

menyiramkan air menggunakan gayung kecil dari sisi nampan yang lebih
tinggi

Mengamati tingkat erori tanah yang terjadi dan memasukkan data pengamatan
pada Tabel 2

D. Data Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Tingkat Erosi Tanah oleh angin

Pengamatan Tingkat Erosi


Tanah Basah Tanah Kering Pasir Basah Pasir Kering

Tiupan - ++ ++ +++
Keras

Tiupan - + + ++
Lemah

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tingkat Erosi tanah oleh air

Nampan Kecepatan Pengikisan Banyaknya Tanah yang


terkikis
A ( Tanah subur ) + ++
B ( Tanah tandus) +++ +++

Keterangan :
+++ : Banyak
++ : Sedang
+ : Sedikit
- : Tidak Ada

E. Pembahasan

Praktikum IPBA tentang erosi tanah ini dilakukan di Rumah masing masing
praktikan pada Senin, 29 Maret 2021. Praktikum ini memiliki tujuan untuk Menentukan
faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan erosi tanah oleh angin, Menentukan
tingkat kecepatan erosi tanah oleh air, Menerapkan upaya pencegahan dan pengurangan
risiko bencana banjir dan longsor akibat erosi tanah.

Praktikum ini terdiri dari 2 kegiatan. Kegiatan yang pertama yaitu praktikum erosi
tanah yang disebabkan oleh angin dan kegiatan yang kedua yaitu praktikum erosi tanah
yang disebabkan oleh air. Pada kegiatan 1, praktikan melakukan praktikum dan
pegamatan erosi tanah yang dipengaruhi oleh angin. Pada data pertama, dengan variasi
tiupan angin keras/ kencang, ke-4 sampel menunjukan hasil yang berbeda. Pada sampel
tanah basah, angin tidak dapat memnuat erosi, sedangkan pada tanah kering, ketika
ditiupkan angin kencang, tanah terkikis sehingga tanah menyebar dan membuat cekungan
ditempat yang terkena tiupan. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada pasir basah dan
kering. Pada pasir basah, ketika angin ditiupakan dengan kekuatan kencang, pasir yang
tersusun hanya terkikis sedikit, sedangkan pada pada pasir kering, angin dengan tiupan
kencang dapat mengikis pasir yang membuat pasir terkikis banyak Pada data kedua,
dilakukan variasi kuat tiupan biasa. Ketika angin dengan tiupan yang tidak terlalu kuat
ditiupkan ke tanah basah, tanah tidak bergerak sedikitpun/ tidak terkikis, sedangkan pada
tanah kering, tanah terkikis sedikit. Lalu pada pasir basah, ketika ditiupkan angin, pasir
sangat sedikit terkikis, sedangkan pada pasir kering, angin dengan tiupan pelan sudah
mampu mengikis sedikit pasir.
Dari praktikum yang dillakukan, diketahui bahwa faktor iklim, yang
mempengaruhi kelembapan/ kandungan air pada sampel tanah sehingga akan
berpengaruh besar/banyak sedikitnya erosi yang terjadi. Lalu ada faktor tanah, setiap
tanah memiliki struktur yang berbeda sehingga terdapat perbedaan ketika terjadi erosi.
Dan ada faktor topografi, yaitu kecuraman/ kemiringan pada sampel tanah yang dibentuk
Pada Kegiatan 2, dilakukan praktikum erosi yang disebabkan oleh air. Sitanala
Arsyad (1989) dalam bukunya yang berjudul “Konservasi Tanah dan Air”, mengatakan
bahwa air merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Banyaknya air yang mengalir di
atas permukaan tanah tergantung pada hubungan antara kapasitas infiltrasi tanah dengan
kapasitas penyimpanan air tanah. Tumbuhan yang hidup di permukaan tanah dapat
menambah cepatnya infiltrasi, memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang
jatuh, daya dispersi, serta mengurangi daya angkut aliran di atas permukaan tanah. Dari
praktikum yang dilakukan didapatkan data sebagai berikut. Terdapat 2 variasi dan pada
variasi pertama, dilakukan variasi dengan nampan yang terdapat banyak tanaman(subur).
Ketika disiramkan air dari bagian atas, tanah pada nampan A (tanah subur) , hanya
terkikis pada bagian yang terkena siraman air dan tidak ada tanah yang turun/longsor.
Pada variasi kedua, dengan nampan yang tidak terdapat tumbuhan(tandus), ketika air
disiramkan dari atas, tidak membutuhkan waktu yang lama, tanah pada bagian atas turunl
longsor dengan kecepatan perlahan hingga menampakan krikil yang ada bagian dasar
susunan/struktur tanah yang dibentuk. Selain tanah yang turun, air yang disiramkan juga
turut mengalir hingga kebawah karena tidak ada serapan.
Dari praktikum yang dilakukan, diketahui bahwa faktor vegetasi penting dalam
kesuburan tanah dan pencegahan erosi. Karena jika tidak ada vegetasi, maka tanah akan
rusak karena penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan
jumlah ruangan pori makro.
F. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah oleh angin yaitu faktor iklim, yang
mempengaruhi kelembapan/ kandungan air pada sampel tanah sehingga akan
berpengaruh besar/banyak sedikitnya erosi yang terjadi. Lalu ada faktor tanah,
setiap tanah memiliki struktur yang berbeda sehingga terdapat perbedaan ketika
terjadi erosi. Dan ada faktor topografi, yaitu kecuraman/ kemiringan pada sampel
tanah yang dibentuk.
2. Kecepatan erosi oleh air bergantung pada intensitas dan kecepatan datangnya air.
Jika air yang datang berjumlah banyak dengan kecepatan tinggi maka kecepatan
erosi juga akan tinggi, dan sebaliknya.
3. Upaya yang daat dilakukan untuk mencegah resiko banjir dan longsor akibat erosi
yaitu dengan melakukan penghijauan agar terdapat daerah resapan dan tanah
dapat dicengkram oleh akar, lalu juga bisa dengan melakukan terasiring, untuk
mencegah/ mengurangi kecepatan aliran air sebagai salah satu faktor topografi.
G. Tugas
1. Pada tanah basah atau kering kah tingkat erosi oleh angin yang lebih besar
terjadi?
= Tanah kering
2. Pada pasir basah atau kering kah tingkat erosi oleh angin yang lebih besar terjadi?
= Pasir kering
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat erosi tanah oleh angin?
= Faktor yang mempengaruhi tingkat erosi tanah oleh angin yaitu adalah kuat
tiupan angin yang terjadi, kelembapan tanah, dan bentuk/posisi tanah
(rata/menggunung)
4. Pada tanah subur atau tandus kah kecepatan erosi oleh air yang lebih besar
terjadi?
= Tanah tandus
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan erosi tanah oleh air?
= Faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi tanah oleh air yaitu kecepatan
aliran air, jumlah air, struktur tanah, dan ada tidaknya vegetasi
6. Upaya apa sajakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi erosi tanah?
= Erosi dapat ditanggulangi dengan menaman tumbuhan sebagai vegetasi,
sehingga tanah tidak mudah bergerak karena tanah sudah tercengkram oleh akar
tuumbuhan dan tidak merusak vegetasi yang ada dengan alasan apapun. Lalu
melakukan terasering yang dapat mengurangi aliran air dipermukaan
7. Erosi dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir, jelaskan upaya yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko dari adanya bencana banjir!
= Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penanaman pohon/
tumbuhan sehingga bisa menjadi resapan alami untuk mencegah adanya erosi.
Lalu melakukan pengerukan sungai agar sungai lebih dalam dan dapat
menampung jumlah air yang lebih banyak, dengan membangun tanggul penahan
banjir, meninggikan fondasi bangunan (rumah), membuat sumur resapan
8. Erosi yang memindahkan tanah dalam volume yang besar dan dalam waktu yang
singkat dapat menyebabkan terjadinya bencana longsor, jelaskan upaya yang
dapat dilakukan untuk mengurangi risiko dari adanya bencana longsor
= Longsor dapat dikurangi resikonya dengan menaman tumbuhan sebagai
vegetasi, sehingga tanah tidak mudah bergerak karena tanah sudah tercengkram
oleh akar tuumbuhan dan tidak merusak vegetasi yang ada dengan alasan apapun.
Lalu melakukan terasering yang dapat mengurangi aliran air dipermukaan,
membuat tanggul penahan longsor, mengurangi beban pada lereng, penguatan
lereng, memperlancar drainase di lereng, dan penghijauan kawasan lereng
perbukitan.
H. Daftar Pustaka
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Arsyad, Sitanala. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Penerbit IPB. (IPB Press)
Arsyad,S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institut Pertanian Bogor Press.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Ashari,A. 2012. Kajian Tingkat Erodibilitas Beberapa Jenis Tanah di Pegunungan
Baturagung Desa Putat dan Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul.
Jurnal Informasi, No. 1, XXXIX.
Atmojo, S. W. 07 November, 2006. Degradasi Lahan dan Ancaman bagi Pertanian. Solo
Pos.
Bukhari, I., Kemala, S. L., Alida, L. 2015. Pendugaan Erosi Aktual berdasarkan Metode
USLE melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub
DAS Padang. Jurnal Online Agroekoteknologi, ISSN No. 2337- 6597, Vol.3, No.1: 160–
167.
Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga. Bayu.
Yogyakarta: Balai PPTAAG
Dewi, I. G. A. S. U., Ni Made, T., Tatiek K. 2012. Prediksi Erosi dan Perencanaan
Konservasi Tanah dan Air pada Daerah Aliran Sungai Saba. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 1, No. 1.
Fitria, I., Sakka, Samsu, A. 2012. Analisis Erosi Lahan Pertanian dan Parameter
Ekonomi Menggunakan Metode Nail (Net Agricultural Income Loss) Berbasis Sistem
Informasi Geografis di Hulu DAS Jeneberang. Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
Kartsapoetra, G., Kartasapoetra, A.G., Mul, M.S. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan
Air. Jakarta : Bina Aksara
Nursa’ban, M. 2006. Pengendalian Erosi Tanah sebagai Upaya Melestarikan
Kemampuan Fungsi Lingkungan. Jurnal Geomedia, Volume 4, Nomor 2.
Rosidin, Nanang. 2007. Perancangan, Pembuatan, dan Pengujian Prototipe SKEA
Menggunakan Rotor Savonius dan Windside Untuk Penerangan Jalan Tol. Bandung: ITB
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi offset
Taryono. 2000. Buku Pegangan Kuliah Erosi Dan Konserfasi Tanah. Surakarta :
Fakultas Geografi UMS
Triwanto, J. 2012. Konservasi Lahan Hutan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Malang : UMM Press
Widianto, Didik, S., Herman, N., Rudi, H.W., Pratiknyo, P. , Meine V. N. Alih Guna
Lahan Hutan menjadi Lahan Pertanian: apakah Fungsi Hidrologis Hutan dapat
digantikan Sistem Kopi Monokultur?. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya: Malang.

Anda mungkin juga menyukai