FARMAKOLOGI II
Kelompok 2
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
Semester IV – 2018
I. Tujuan
Setelah Percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui, mengerti
dan dapat membedakan aktivitas farmakologi dari senyawa-senyawa
antidiare dan laksan.
II. Teori
A. Saluran Cerna
Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit dan
makanan, yang terus menerus. Untuk mencapai hal ini, dibutuhkan
o Gerakan makanan melalui saluran pencernaan
o Sekresi getah pencernaan
o Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit
o Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk
membawa zat-zat yang diabsorbsi
o Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal
Setiap bagian disesuaikan terhadap fungsi spesifiknya, beberapa untuk
pasase makanan yang sederhana, seperti esofagus, yang lain untuk
menyimpan makanan, seperti lambung, dan yang lain untuk pencernaan
dan absorbsi seperti usus halus (guyton, 1997)
Gerakan mencampur sifatnya berbeda pada berbagaia bagian saluran
cerna. Pada beberapa tempat, kontraksi peristaltik sendiri menyebabkan
sebagian besar pencampuran. Hal ini khususnya terjadi bila pergerakan
maju isi usus dihambat oleh sebuah sfringter, sehingga gelombang
peristaltik kemudian hanya dapat mengaduk isi usus, bukan
mendorongnya kedepan. Pada saat lain, kontraksi konstriktif lokal terjadi
setiap beberapa sentimeter dalam dinding usus. Kontriksi ini biasanya
berlangsung hanya beberapa detik, kemudian konstriksi yang baru akan
timbul pada tempat lain dalam usus, jadi memotong isi usus pertama kali
disini dan kemudian di tempat lain. Gerakan peristaltik dan konstriktif
dimodifikasi dalam berbagai bagian traktus gastrointestinal untuk
mendorong dan mencampur (Guyton, 1997).
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan,
waktu yang diperlukan pada masing masing bagan saluran bersifat
terbatas. Selain itu, pencampuran yang tepat juga harus dilakukan. Tetapi
karen aknutuhan untuk pencampuran dan pendorongan sangat berbeda
pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan
saraf otomatis akan mengontl tiap aspek dari proses ini sehingga
pencampuran dan pendorongan akan terjadi secara optimal, tidak terlalu
cepat, tidak terlalu lambat (Guyton, 1997).
Jumlah makanan yang dicerna oleh seorang terutama ditentukan oleh
keinginan intrinsik akan makanan yang disebut lapar. Jenis makanan yang
dicari orang ditentukan oleh selera. Mekanime ini ada di dalam tubuh
seseorang dan merupakan sistem pengaturan otomatis yang sangat penting
untuk menjaga ketersediaan makanan yang adekuat untuk tubuh (Guyton,
1997).
a. Mengunyah
Gigi sudah dirancang dengan sangat tepat untuk mengunyah, gigi
anterior menyediakan kerja memotong yang kuat dan gigi posterior
kerja menggiling. Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-
sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan sebesar 50 pound pada
gigi anterior dan 200 pound pada molar.
Pada umumnya otot-otot mengunyah dipersarafi oleh cabang motorik
dari saraf kranial kelima, dan proses pengunyah dikontrol oleh nukleus
dalam batang otak. Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh
refleks mengunyah yang dapat dijelaskan sebagai berikut adanya bolus
makanan di dalam mulut pada awaknya menimbulkan penghambatan
refleks gerakan mengunyah pada otot, yamg menyebabkan rahang
bawah turun ke bawah. Penurunan ini kemudian menimbulkan refleks
regang pada otot-otot rahang bawah yang menimbulkan kontraksi
rebound (Guyton, 1997).
Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang
menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan
dinding mulut, yang menghambat ototrahang bawah sekali lagi,
menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat
yang lain, dan ini berulang-ulang terus. Mengunyah makanan bersifat
penting untuk pencernaan semua makanan, etapi terutama sekali untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini
mempunyai membran selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagan
bagian zat nutrisi yang harus diuraikan ebelum makanan dapat
digunakan. Selain itu mengunyah akan membantu pencernaan
makanan untuk alasan sederhana berikut Karena enzim-enzim
pencernaan hanya bekerja pada permukaan partkel makanan,
kecepatan pencernaan sangat tergantung pada total area permukaan
yang terpapar dengan sekresi usus. Selain itu, menggiling makanan
hingga menjadi partikel-partikrl dengan konsistensi sangat halus akan
mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan
kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus
kemudian ke semua segmen usus berikutnya (Guyton, 1997).
b. Menelan
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring
pada hampir setiap saat melakukan beberapa fungsi lain di samping
menelan dan hanya diubah dalam beberapa detik ke dalam traktus
untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa
respirasi tidak terganggu akibat menelan.
a. Obat-obat antimotilitas
Dua obat yang dipakai secara luas untuk mengendalikan diare adalah
difenoksilat dan loperamid. Keduanya merupakan analog meperidin
dan memiliki efek seperti opiod pada usus, mengaktifkan reseptor
opioid presinaptik di dalam sistem saraf enterik untuk menghambat
pelepasan asetilkolin dan menurunkan peristaltik (Mycek, 1997).
b. Adsorben
B. Antidiare
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB,
tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa
inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
atau memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal.
Umumnya diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang
orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung
pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011). Klinis tersebut dapat diketahui
saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada lima jenis klinis penyakit
diare, antara lain:
a. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang
tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare
akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan
jika tidak diberika makan dam minum.
b. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.
e. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang
lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau
menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.
o Infeksi bakteri
beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan
atau minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella,
Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
o Infeksi virus
o Intoleransi makanan
o Parasite
o Gangguan intestinal
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat
berbahaya. Bila penanganan terlambat dan mereka jatuh ke
dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat fatal. Dehidrasi
adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium
(hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam),
yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian.
Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-
anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel
yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah
lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).
b. Invasi.
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh
Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang
menghasilkan sitotoksin adalah Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC)
serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis hemoragik dan
sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V. Parahemolyticus
(Putri, 2010).
c. Enterotoksin.
a. Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa
pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag
disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian
antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin
mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi
kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika
(tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan
kuinolon) (Schanack, 1980).
c. Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta
melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme
tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang
termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin,
garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen
Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat
bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan
bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain
attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness,
1984).
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam
metanol dan kloroform.
a. Racecordil
b. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan
reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping
yang sering dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi
terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
c. Nifuroxazide
d. Dioctahedral smectite
V. Hasil Pengamatan
Keterangan :
J = Jumlah Defekasi
B = Bobot Feses
K = Konsistensi Feses
NK = Normal (skor 0)
KL = Lebih keras daripada lembek (skor 1 )
LK = Lebih lembek daripada keras (skor 2)
L = Lembek (skor 3)
VI. Pembahasan
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi
diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare
yang banyak digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya
dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa,
yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada
keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat
difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum) dengan khasiat
obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak
mengakibatkan ketergantungan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.
Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi
manusia,juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil
sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum
digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum
percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenaka makanan
dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik.
Setelah itu, mencit diberikan tinta secara peroral. Tinta ini berguna
sebagai indikator untuk megetahui kecepatan motilitas usus. Aktivitas obat
yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan mengukur rasio normal
jarak yang ditempuh marker terhadap panjang usus sepenuhnya. Pada
metode transit intestinal yang menjadi parameter pengukuran adalah rasio
antara jarak rambat marker dengan panjang usus keseluruhan. Jika suatu
bahan mempunyai efek antidiare maka rasio rambat marker yang
dihasilkan kecil sebaliknya jika bahan yang mempunyai efek laksatif maka
rasio yang dihasilkan lebih besar.
Berdasarkan teori rasio antara jarak usus yang dilalui tinta dan total
panjang usus pada mencit Ketika diberikan parafin seharusnya, panjang
yang memiliki tinta lebih panjang dari pada usus yang tidak terkena tinta.
Mencit yang diberi larutan parafin ususnya menjadi lengket dan lunak
karena sifat parafin bertindak sebagai pelumas dan menjaga kotoran tetap
lembek. Jika teruji dengan benar maka obat yang dikonsumsi bekerja deng
baik dan feses yang di hasilkan akan menjadi sedikit lembek atau bahkan
lembek.
Pada mencit yang diberi obat loperamid rationya lebih besar dibandingkan
dengan mencit yang diberikan obat paraffin. Bila menurut teori mencit
yang diberi laksan akan memiliki ratio lebih besar dibandingkan dengan
yang diberi obat antidiare, namun pada praktikum kali ini tidak sesuai
dengan teori. Hal ini bisa disebabkan karena keadaan mencit yang tidak
normal atau saat pemberian obat mencit menjadi stress. Bisa juga karena
obat laksan yang diberikan adalah paraffin dimana fungsi dari paraffin
yaitu memperbesar volume faeses, tidak terlalu berpengaruh kepada
peristaltik usus mencit.
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bawa obat laksan seperti
paraffin tidak terlalu berefek pada peristaltik usus yang seharusnya
menghasilkan ratio lebih besar dibandingkan dengan obat antidiare.
Karena aktivitas parafin untuk memperbesar volume feses.