Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua organisme memiliki perilaku, Perilaku merupakan bentuk respon terhadap
kondisi internal dan eksternalnya (Hala & Tenriwaru, 2015). Perilaku adalah aktivitas
suatu organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita. Ini adalah
antropomorfisme (Y: anthropos = manusia), yaitu interpretasi perilaku organisme lain
seperti perilaku manusia.
Seringkali suatu perilaku terjadi karena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir
atau innate behavior), dan karena akibat proses belajar atau pengalaman yang dapat
disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan
antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu
organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari berbagai
hasil kajian, diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh keduanya,
yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu perkembangan
sifat.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dibuat, dapat dirumuskan bahwa :
1. Apa yang dimaksud dengan tingkah laku?
2. Bagaimana tingkah laku pada tumbuhan?
3. Bagaimana tingkah laku pada hewan?

1
C. Tujuan
Tujuan pembelajaran struktur dan organisasi tubuh tumbuhan yaitu mahasiswa dapat :
1. Mengetahui pengertian tingkah laku
2. Memahami tingkah laku pada tumbuhan
3. Memahami tingkah laku pada hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tingkah Laku


Pengertian secara umum tingkah laku atau perilaku adalah segala perbuatan
atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Perilaku atau tingkah
laku menurut KBBI, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan. Perilaku dalam arti luas merupakan tindakan tegas dari
suatu organisme untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan guna
menjamin hidupnya (Odum, 1998). Perilaku diartikan sebagai aktivitas organisme
akibat adanya suatu stimulus. Suatu respon disebut perilaku apabila respon tersebut
berpola, yaitu memberikan respon tertentu terhadap stimulus tertentu (Hala &
Tenriwaru, 2015).
Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau
perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Semua
organisme memiliki perilaku, Perilaku merupakan bentuk respon terhadap kondisi
internal dan eksternalnya (Hala & Tenriwaru, 2015). Bertindak, bereaksi, atau
berfungsi dalam suatu cara tertentu sebagai respons terhadap beberapa stimulus
(rangsangan) atau tanggapan ataupun merespon terhadap berbagai stimulus, baik
yang berasal dari lingkungan luar maupun yang dari dalam tubuh sendiri (Campbell,
2003).

B. Tingkah Laku Pada Tumbuhan


a. Bawaan
Bawaan (innate, inborn, instinct) yaitu bersifat tetap, diprogram genetik,kisaran
perbedaan lingkungan pada indididu kelihatannya tidak mengubah perilaku,. Tanpa
pengalaman spesifik sebelumnya. Perilaku bawaan adalah merupakan respon yang
sifatnya dalam ukuran besar, ditemukan oleh jalur-jalur koordinasi saraf yang
diwariskan. Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya yang telah ada di dalam

3
suatu individu. Perlaku yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tetap
atau pasti. Perlaku ini tidak memerlukan adanya pengalaman atau memerlukan proses
belajar, terjadi pada saat baru lahir dan perilaku ini bersifat genetik (turunan).
Perilaku bawaan adalah perilaku yang bersifat tetap dari sisi pengkembangan, pokok
utama perilaku bawaan adalah bahwa kisaran perbedaan lingkungan pada individu
kelihatannya tidak mengubah perilaku.
b. Macam – macam gerak tropisme
Tropisme adalah respon pertumbuhan yang tetap terhadap suatu stimulus
lingkungan yang terjadi pada tumbuhan dan avertebrata primitif. Tropisme
merupakan tipe yang relatif sederhana dari reaksi iritabel (peka rangsangan).
Tropisme merupakan jenis-jenis perilaku yang tetap dan terbatas. Tipe- tipe tropisme
diberi nama sesuai stimulus yang merangsangnya, dan disebut sebagai “positif” jika
pertumbuhan itu mengarah ke stimulus tersebut dan “negatif” jika pertumbuhan
menjauhi stimulus (Fried, 2005)
1) Fototropisme
Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang dipengaruhi oleh
rangsang cahaya (Wiraatmaja, 2017). Contoh gerak fototropisme adalah
tanaman biji-bijian yang sedang tumbuh tunas.

Gambar 1. Gerak Tumbuhan Fototropisme

4
2) Geotropisme
Geotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena pengaruh gravitasi
(gaya tarik) bumi. Apabila arah pertumbuhan tersebut ke atas, atau
menjahui bumi maka termasuk geotropisme negatif. Akan tetapi, apabila
arah pertumbuhan menuju kebawah atau menuju bumi berarti termasuk
gerak geotropisme positif (Wiraatmaja, 2017). Contoh geotropisme
positif adalah pertumbuhan akar yang selalu menuju kebawah atau
kedalam tanah

Gambar 2. Gerak Tumbuhan Geotropisme

3) Thigmotropisme
Tigmotropisme adalah gerak tumbuhan dari bagian tumbuhan akibat
persinggungan atau sentuhan. Contohnya seperti sulur markisa dan batang
mentimun yang membelit tanaman lain (Wiraatmaja, 2017)

Gambar 3. Gerak Tumbuhan Tigmotropisme

5
4) Kemotropisme
Kemotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena pengaruh
rangsangan berupa zat kimia. Contoh adalah pertumbuhan akar atau
gerakan akar yang menuju unsur hara ataupun pupuk dalam tanah
(Wiraatmaja, 2017)

Gambar 4. Gerak Tumbuhan Kemotropisme

5) Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan menuju kearah yang basah
atau berair. Gerak akar tumbuhan selalu menuju ke tempat yang basah
(berair). Contoh hidrotropisme adalah arah pertumbuhan ujung akar
didalam tanah yang selalu menuju ketempat yang mengandung air
(Wiraatmaja, 2017).

Gambar 5. Gerak Tumbuhan Hidrotropisme

6
c. Gerak Higroskopis
Higroskopis adalah gerak bagian tubuh tumbuhan yang terjadi karena
perubahan kadar air pada tumbuhan secara terus menerus, akibatnya kondisi
menjadi kering pada kulit buah atau kotak spora sehingga kulit biji atau kotak
spora pecah (Wiraatmaja, 2017). Gerak bagian tubuh tumbuhan karena
pengaruh perubahan kadar air di dalam sel sehingga terjadi pengerutan yang
tidak merata. Contoh Pecahnya kulit buah polong-polongan (lamtoro,
kembang merak, kacang buncis, kacang kedelai). Hal ini disebabkan
berkurangnya air pada kulit buah. Kulit buah menjadi kering,retak dan
akhirnya pecah sehingga bijinya terpental ke luar. Pecahnya kulit buah dan
terpentalnya biji sebenarnya merupakan cara tumbuhan tersebut memencarkan
alat perkembang biakannya. Gerak higroskopis juga terjadi pada membukanya
kotak spora (sporangium) tumbuhan paku (Pteridophyta) dan lumut phyta).

Gambar 6. Gerak Tumbuhan Higroskopis

7
C. Tingkah Laku Pada Hewan
a. Genetik
Merupakan perlilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di
dalam suatu individu. Perilaku yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara
tepat atau pasti. Perilaku ini tidak perlu adanya pengalaman atau memerlukan proses
belajar dan sering terjadi pada saat baru lahir.
Dalam biologi mengenai nature atau nurture bukanlah mengenai memilih
salah satu , adalah mengenai derajat sejauh mana gen dan lingkungan mempengaruhi
sifat fenotipik, yang meliputi sifat perilaku. Fenotip bergantung pada gen dan
lingkungan, sifat atau ciri perilaku memiliki komponen genetik dan lingkungan,
seperti halnya semua sifat antomis dan fisiologis seekor hewan (Campbell, 2003).
Perilaku memperlihtakan suatu kisaran variasi fenotipil (suatu norma reaksi)
yang bergantung pada lingkungan, dimana genotipe itu diekspresikan. Perilaku dapat
diubah oleh pengalaman lingkungan. Perilaku juga memiliki suatu komponen
genetik-perilaku bergantung gen-gen yang diekspresinya menghasilkan sistem neuron
yang dianggap terhadap kemajuan pembelajaran (Campbell, 2003).
b. Belajar; asosiasi
Kemampuan banyak hewan untuk belajar mengaitkan satu stimulus ke
stimulus yang lainnya. Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan perilaku
sebagai akibat dari pengamalan spesifik. Merupakan perilaku dimana hewan akan
terbiasa untuk melakukan tindakan tertentu karena adanya orientasi hadiah (reward)
yang akan dia peroleh jika hal tersebut ia lakukan dan adanya hukuman (punishment)
jika ia tidak melaksanakannya. Ini biasanya dikondisikan selama proses pembelajaran
yang sebagian besar dilakukan oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di dunia
sirkus). Persepsi tentang hadiah dan hukuman yang berasosiasi langsung dengan
stimulus tertentu ini akan menjadi permanen sehingga kendati kemudian tidak ada
hadia atau hukuman setelah respon yang ia lakukan, respon tersebut akan tetap ia
lakukan pada periode berikutnya ketika ada stimulus serupa (Campbell, 2003).
Contohnya adalah perilaku lumba-lumba yang biasanya akan diberi makan jika ia

8
bisa melintasi lingkaran api di atas kolam atau juga perilaku anjing yang segera
menjulurkan lidah dan saliva yang menetes saat dibunyikan garputala (karena saat ia
diajari pada periode seblumnya, stimulus suara berupa garputala selalu berasosiasi
dengan akan adanya makanan yang dia peroleh dari tuannya)
c. Belajar; non asosiasi
Merupakan perilaku yang diperoleh dari tindakan coba-coba atau trial and
error. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif
maka akan semakin mudah baginya mengulang keberhasilan respon tersebut. Dapat
juga terjadi kepada hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energi
untuk memperoleh makanan. Atau dapat juga berupa perilaku jerah setelah suatu
pengalaman buruk tertentu yang ia peroleh ketika melakukan suatu tindakan
(Campbell, 2003).
d. Naluri
Naluri adalah perilaku “innate” klasik yang sulit dijelaskan, walaupun
demikian terdapat beberapa perilaku naluri atau insting yang merupakan hasil
pengalaman, belajar dan ada pula yang merupakan faktor keturunan. Semua makhluk
hidup memiliki beberapa insting atau naluri dasar. Naluri adalah pola kompleks yang
sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak fleksibel, dan mempunyai nilai
bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit
dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkaian aksi.
Contoh perilaku ini adalah sang anak yang baru lahir dapat menemukan
sendiri kelenjar susu induknya untuk dapat memperoleh makanan dari air susu.
Perilaku planaria yang menghindar dari cahaya juga merupakan contoh dari perilaku
insting.

9
Gambar 7. Anak Kucing Menyusui Pada Induknya

e. Tingkah laku bawaan


Perilaku ini seringkali dihubungkan dengan susunan genetik tanpa adanya
suatu pengaruh lingkungan. Akan tetapi adalah tidak tepat untuk mengatakan bahwa
setiap perilaku hanya semata-mata disebabkan oleh gen. Semua gen, termasuk gen-
gen yang ekspresinya mendasari perilaku bawaan, memerlukan suatu lingkungan
(suatu badan fisik) untuk diekspresikan. Pokok utama perilaku bawaan adalah kisaran
perbedaan lingkungan pada individu kelihatannya tidak mengubah perilaku (dari
semua kajian hingga saat ini). Meskipin penggunaan istilah bawaan (innate)
bervariasi dalam biologi perilaku istilah ini mengacu pada perilaku yang bersifat tetap
dari sisi perkembangan, semua individu memperlihatkan perilaku yang hampir sama
terlepas dari perbedaan lingkungan yang tidak bisa dielakkan di dalam dan di luar
tubuh selama perkembangan dan sepanjang hidupnya (Campbell, 2003).
Dalam pengertian luas, penyebab utama perilaku bawaan kemungkinan adalah
bahwa pelaksanaan beberapa perilaku yang terjadi dengan sendirinya, tanpa
pengalaman spesifik sebelumnya, dapat dimaksimalkan kelestarian hidup sampai ke
titik di mana gen-gen untuk perilaku yang berbeda telah hilang (Campbell, 2003).
f. Periodisitas tingkah laku
Merupakan mekanisme internal yang dapat menghasilkan aksi perilaku secara
rikmik (teratur). Periodisitas tingkah laku berupa irama perilaku hewan yang selalu
berulang, terpola dan terjadi secara periodik mengikuti irama tertentu (matahari atau
bulan) baik beruapa irama harian, bulanan, atau tahunan.

10
Gambar 8. Burung Melakukam Migrasi

g. Terialitis
Suatu teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor individu
hewan, yang umumnya mengusir anggota lain dari spesiesnya sendiri. Teritori secara
khusus digunakan untuk mencari makanan, perkawinan, membesarkan anak, atau
kombinasi aktivitas tersebut. Umumnya suatu teritori sudah tetap dan ukurannya
bervariasi menurut spesies, fungsi-fungsi terioti dan jumlah sumberdaya yang tersedia
(Campbell, 2003).
Teritori dibentuk dan dipertahankan melalui perilaku agonisti, dan seekor
individu hewan yang telah mendapatkan suatu teritori seringkali sulit dikeluarkan dari
teritorinya. Suatu teritori mempunyai nilai yang lebih bagi pemilik dibandingkan bagi
penyusup karena pemilik sudah mengetahui dengan baik wilayah tersebut. Pemilik
teritori ditentukan kemungkinan lebih tua atau lebih banyak pengalaman
menggunakan interaksi agonistik (Campbell, 2003).
Merupakan perilaku mempertahankan suatu area tertentu (home range) dari
kehadiran spesies atau individu pesaing sehingga suatu hewan dapat memiliki sumber
makanan, tempat bereproduksi atau beraktivitas dan memelihara anak dan
keturunannya dengan pesaing yang minimal atau bahkan tanpa adanya pesaing.
Bentuk-bentuk teritrorialnya beragam, dapat berupa adanya penanda (urine,
kotoran, bekas cakaran) di berbagai tempat dalam kawasan tertentu atau dengan
adanya perlawanan ketika ada individu atau spesies lain mencoba masuk ke dalam
kawasan. Perilaku teritori ini contohnya pada perilaku Harimau, Singa, dan hewan-

11
hewan buas lainnya yang memiliki kawasan tertentu sebagai tempat mencari
makanannya.
h. Tingkah laku terajar
Tingkah laku atau perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh
atau dimodifikasi secara permanen sebagai akbat pengalaman individu. Perilaku
terajar merupakan perilaku yang mana perilaku ini memerlukan adanya memori untuk
ingatan atau modifikasi dari pengalaman.
Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki oleh suatu hewan jika telah
mengalami suatu pelajaran baik oleh kejadian tertentu yang menimbulkan
pengalaman atau memang karena adanya serangkaian pembelajaran yang dilakukan
oleh individu lain (baik oleh spesiesnya sendiri, spesies lain atau oleh manusia)
(Salmah,dkk 2011)

Gambar 9. Monyet/Beruk Memetik Kelapa

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang
tingkah laku. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari rujukan atau referensi maupun penulisan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada
kesempatan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. (2003). Biologi. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Fried, G. H. (2005). Biologi Edisi Kedua. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Hala, Y., & Tenriwaru, E. P. (2015). Identifikasi Pola Perilaku pada Semut Jepang
Dewasa. Bionature, 16(2), 63–68.

Odum, E. P. (1998). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta.

Salmah, S, Dkk. (2011). Bahan Ajar Biologi Umum. (November). Retrieved from
https://www.academia.edu/27255037/BAHAN_AJAR_BIOLOGI_UMUM

Wiraatmaja, I. W. (2017). Bahan Ajar Gerak Pada Tumbuhan. Retrieved from


https://docplayer.info/81607892-Bahan-ajar-gerak-pada-tumbuhan-oleh-ir-i-
wayan-wiraatmaja-mp-nip.html

13
14

Anda mungkin juga menyukai