Anda di halaman 1dari 8

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

MELALUI ALAT BANTU BALING-BALING GENETIKA PADA SISWA KELAS XII IPS 2
SMA N 1 BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2017/2018

INCREASE THE UNDERSTANDING OF MENDEL LAW DEVIATION MATERIAL


THROUGH GENETIC PROPELLER TOOL IN CLASS XII IPS 2 SMAN 1 BATURETNO
ACADEMIC YEAR 2017/2018

Dwi Astarini
SMA Negeri 1 Baturetno
Email : dwi.astar77@gmail.com
Diterima: 2 Februari 2018 Direvisi: 18 April 2018 Disetujui: 8 Mei 2018

ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana adanya peningkatan hasil
belajar sekaligus kualitas pembelajaran Biologi materi penyimpangan semu hukum Mendel. Penelitian
dilakukan melalui alat bantu baling-baling genetika pada kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Baturetno Semester
1 Tahun Pelajaran 2017/2018. Jumlah peserta didik 27 terdiri atas 5 laki-laki dan 22 perempuan.Penelitian
berlangsung selama 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan, tiap pertemuan berlangsung 2x45
menit. Pada siklus I guru melaksanakan pembelajaran melalui diskusi interaktif tanpa alat bantu baling-
baling genetika dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Sedangkan pada siklus II
melaksanakan pembelajaran melalui diskusi interaktif dengan alat bantu baling-baling genetika dan setiap
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Data-data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang
diperoleh melalui hasil evaluasi tiap akhir siklus. Disamping itu juga berupa data kualitatif yang diperoleh
melalui hasil observasi, jurnal guru kolaborasi, dan jurnal peserta didik. Berdasarkan analisis data diketahui
bahwa telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar Biologi materi penyimpangan semu
hukum Mendel melalui alat bantu baling-baling genetika. Hal ini terbukti dari kondisi awal lebih baik, dan
pada siklus II menjadi lebih baik dari sebelumnya dilihat dari rerata nilai pada kondisi awal 56,67 menjadi
64,74 pada siklus I dan menjadi 72,37 pada siklus II.
Kata kunci : hasil belajar, penyimpangan semu hukum mendel, baling-baling genetika

ABSTRACT
This classroom action research has a purpose to find out whether there is an increase in learning outcomes
as well as the quality of biology learning of the material deviation of Mendel law. The research was
conducted through genetic propeller tool in class XII IPS 2 SMA Negeri 1 Baturetno in the first Semester of
the Academic Year 2017/2018. There are 27 students consisted of 5 boys and 22 girls. The study lasted for 2
cycles. Each cycle consists of 2 meetings, each meeting takes 2x45 minutes. In the first cycle the teachers
implemented the learning through interactive discussions without the tools of genetic propellers and each
group presented the results of their discussion. While on the second cycle the teachers implemented the
learning through an interactive discussion with genetic propeller tools and each group presented the results
of discussion. The data in this study is quantitative data obtained through the evaluation of each end of the
cycle. Besides, it is also a qualitative data obtained through observation, collaborative teacher journal, and
journal learners. Based on the data analysis it is known that there has been an increase in the quality of
learning and learning outcomes Biology of the material deviation of Mendel law through genetic propeller
tools. This is proven from the initial condition is better, and in the second cycle was better than before, it is
seen from the average value in the initial condition was 56.67 into 64.74 in the first cycle and into 72.37 in
the second cycle.
Keywords : learning outcomes, deviation of pseudo-law defects, genetic propellers

PENDAHULUAN Hal ini pula yang menjadikan adanya program


Berdasarkan Undang-Undang Nomor lintas minat pada siswa yang diharapkan
32 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan memiliki kapasitas keilmuan yang lebih luas.
Nasional, salah satu tujuan penerapan Penelitian ini dilakukan atas dasar
kurikulum 2013 adalah siswa mampu rendahnya prestasi pembelajaran biologi dan
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan kemampuan menerapkan konsep pada mata
keterampilan serta menerapkannya dalam pelajaran biologi di kelas XII IPS 2 SMA
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu……….. Dwi Astarini 439


Negeri 1 Baturetno semester 1 Tahun hukum Mendel, sehingga siswa dapat
Pelajaran 2017/2018. menerapkan hukum-hukumnya dengan lebih
Kualitas pembelajaran siswa yang mudah. Dengan demikian diharapkan tujuan
rendah, dapat dilihat dari sebagian besar siswa pembelajaran dapat tercapai.
tidak memperhatikan guru pada saat kegiatan Berdasarkan latar belakang di atas,
pembelajaran berlangsung dan kecenderungan diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
pasif ketika guru bertanya tentang materi. Hal 1. Apakah hasil belajar biologi materi
ini tampak dengan satu atau dua siswa saja Penyimpangan Semu Hukum Mendel pada
yang aktif menjawab pertanyaan. Disamping siswa kelas XII IPS 2 di SMA Negeri 1
kualitas pembelajaran yang rendah, hasil Baturetno semester 1 Tahun Pelajaran
belajar biologi pada materi penyimpangan 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui alat
semuHukum Mendel juga rendah. bantu baling-baling genetika?
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal 2. Apakah proses belajar biologi materi
(KKM) mata pelajaran biologi di SMA Penyimpangan Semu Hukum Mendel pada
Negeri 1 Baturetno tahun 2017/2018 yang siswa kelas XII IPS 2 di SMA Negeri 1
telah ditetapkan yaitu 70. Tingkat Baturetno semester 1 Tahun Pelajaran
kompleksitas materi tergolong sulit, sehingga 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui alat
tingkat pencapaian siswa IPS pada materi ini bantu baling-baling genetika?
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum Adapun tujuan yang ingin dicapai dari
(KKM). Peneliti menggunakan alat bantu penelitian ini adalah :
pembelajaran untuk melakukan inovasi a. Memudahkan siswa lintas minat dalam
pembelajaran sehingga diharapkan ada memahami model-model penyimpanan
peningkatan pemahaman dan nilai semu hukum Mendel melalui alat bantu
kompetensi. b. Meningkatnya nilai kompetensi siswa
Berdasarkan pengamatan dan lintas minat pada materi penyimpangan
pengalaman dalam melaksanakan semu hukum Mendel
pembelajaran di kelas selama ini, guru masih
menggunakan metode konvensional dengan LANDASAN TEORI
ceramah satu arah. Sehingga siswa kurang Proses Pembelajaran Biologi
termotivasi untuk ikut berperan aktif dalam Belajar adalah suatu proses dimana
pembelajaran karena siswa cenderung merasa perilaku yang dihasilkan atau dimodifikasi
hanya sebagai pendengar saja dimana hal ini melalui pelatihan atau pengalaman. Menurut
akan menimbulkan anggapan bahwa materi Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri:1999:22)
mata pelajaran biologi sebagai materi hafalan belajar dapat didefinisikan sebagai proses
yang membosankan. Banyak siswa yang tidak untuk motivasi dalam pengetahuan,
menguasai dan memahami materi mata ketrampilan, kebiasaan dan sikap. Belajar
pelajaran biologi secara komprehensif juga didefinisikan sebagai serangkaian
sehingga menjadikan hasil belajar mata kegiatan dan jiwa untuk mendapatkan
pelajaran biologi siswa rendah dan tidak perubahan perilaku sebagai hasil dari
mencapai KKM. pengalaman individu dalam interaksi dengan
Dari latar belakang di atas maka perlu lingkungan yang melibatkan kognitif, afektif
adanya penelitian tindakan kelas yang dan psikomotorik (Djamarah, Syaiful
diharapkan mampu memecahkan masalah. Bahri:1999). Dalam hal ini perubahan tidak
Menurut Kemmis dan MC.Taggart Penelitian harus segera mengikuti pengalaman belajar.
tindakan kelas adalah studi yang dilakukan Perubahan yang terjadi segera umumnya tidak
untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman dalam bentuk perilaku, tetapi terutama hanya
kerja sendiri, yang dilaksanakan secara dalam potensi seseorang untuk berperilaku.
sistematis, terencana, dan dengan sikap Perubahan terjadi sebagai hasil dari
mawas diri. pengalaman praktek atau latihan, berbeda
Penelitian tindakan kelas yang dengan segera berubah karena perilaku refleks
dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau insting.
baling-baling genetika yang diharapkan Proses pembelajaran Biologi tidak
membantu siswa dalam mengkongkritkan lepas dari kegiatan kognitif, psikomotor dan
hukum-hukum pada penyimpangan semu afektif yang merupakan kesatuan dalam
440 Jurnal JARLITBANG Pendidikan, Volume 3 Nomor 2 – Juni 2018
proses perubahan dari tidak tahu menjadi terlebih dahulu ada. Biologi adalah cabang
tahu. Pada pembelajaran ini tentu tidak lepas ilmu pengetahuan alam atau sains yang
dari sumber belajar, media pembelajaran yang khusus mempelajarai tentang segala hal yang
sangat mendukung proses keberhasilan berkaitan dengan kehidupan di permukaan
belajar. bumi. Istilah biologi berasal dari bahasa
Jadi dari paparan di atas dapat Belanda “biologiae”, yang juga diturunkan
disimpulkan bahwa pembelajaran biologi dari gabungan kata bahasa yunani,
akan mengarah pada perubahan perilaku atau bios(hidup) dan logos(lambang atau ilmu).
kemampuan siswa dari tidak tahu menjadi Pada kurikulum lama biologi dikenal dengan
tahu melalui proses serangkaian kegiatan nama ilmu hayat yang berasal dari bahasa
yang terencana dalam interaksi dengan arab, hidup. Firmansyah R(2009)
lingkungan yang melibatkan kognitif, afektif menyampaikan Biologi adalah ilmu tentang
dan psikomotor dengan didukung sumber kehidupan yang mencakup aspek-aspek
belajar dan media pembelajaran yang kehidupan hewan, tumbuhan, manusia,
mendukung. mikroorganisme, dan hubungan antar
Hakikat Hasil Belajar makhluk hidup. Dalam biologi juga diartikan
Indikator keberhasilan belajar dapat salah satu ilmu yang menyediakan berbagai
dilihat dari hasil proses pembelajaran berupa pengalaman untuk memahami konsep dan
perubahan perilaku atau sikap, motivasi atau proses sains.
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Hal Definisi di atas dapat disimpulkan
ini biasanya dapat dilihat dari kemampuan bahwa biologi adalah ilmu pengetahuan yang
siswa dalam memahami konsep yang mempelajari tentang kehidupan dan
diajarkan. Menurut Dimyati dan Mulyono hubungan yang ada di dalamnya.
(2013:3) “hasil belajar merupakan hasil dari Hakikat Penyimpangan Semu Hukum
suatu interaksi tidak belajar dan tindak Mendel
mengajar. Dari sisi guru,tindak mengajar Penyimpangan semu hukum mendel
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. adalah penyimpangan yang tidak keluar dari
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan aturan hukum Mendel, meskipun terjadi
berakhirnya penggal dan puncak proses perubahan rasio F2-nya karena gen memiliki
belajar.” Menurut Hamalik (2004:49) sifat berbeda-beda. Pada penyimpangan
“mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat semua hukum Mendel, terjadinya suatu kerja
penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam sama berbagai sifat yang memberikan
mengikuti proses belajar mengajar sesuai fenotipe berlainan, tetapi masih mengikuti
dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”. hukum-hukum perbandingan genotipe dari
Pengertian hasil belajar dipertegas oleh Mendel. Penyimpangan semu ini terjadi
Nawawi (dalam Susanto, 2013:5) yang karena adanya dua pasang gen atau lebih
menyatakan bahwa hasil belajar dapat saling memmengaruhi dalam memberikan
diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa fenotipe pada suatu individu.
dalam mempelajari materi pelajaran di Ada beberapa macam peristiwa yang
sekolah yang dinyatakan dengan skor yang dikategorikan sebagai penyimpangan semu
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah hukum Mendel, yaitu atavisme ( interaksi),
materi pelajaran tertentu. kriptomeri, epistasis dan
Dari pernyataan di atas dapat hipostasis,komplementer, serta polimeri.
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah Atavisme adalah munculnya suatu sifat
tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan sebagai akibat adanya interaksi beberapa gen,
terhadap sejumlah materi pelajaran tertentu contohnya bentuk jengger atau pial ayam.
yang dinyatakan dengan skor dari perolehan Hasil perbandingan fenotif pada F 2-nya
tes atau pengamatan pada proses adalah 9:3:3:1. Kriptomeri merupakan
pembelajaran. peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan
Biologi apabila berdiri sendiri. Ekspresi gen ini akan
Istilah Biologi pertama kali tercatat di terlihat jika terdapat secara bersamaan dengan
tahun 1736 yaitu digunakan oleh Linnaeus gen dominan lain. Hasil perbandingan fenotif
dalam karyanya “Bibliotheca Botanica”. pada F2-nya adalah 9:3:4. Epistasis
Namun pengkajian ilmu tentang alam sudah merupakan peristiwa suatu gen mengalahkan
Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu……….. Dwi Astarini 441
ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Subyek dari penelitian ini adalah
Epistasis dominan akan didapatkan siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1
perbandinagna fenotif pada F2-nya 12:3:1, Baturetno pada semester 1 Tahun Pelajaran
sedangkan epistasis resesif akan didapatkan 2017/2018. Jumlah siswa kelas XII IPS 2
perbandingan fenotif pada F2-nya 9:3:4. Gen- adalah27 siswa yang terdiri dari 5 laki-laki
gen Komplementer merupakan gen-gen yang dan 22 perempuan. Penelitian dilakukan di
saling berinteraksi atau bekerja sama untuk kelas XII IPS 2 SMA Negeri 1 Baturetno
memunculkan fenotif tertentu. Apabila salah semester 1 tahun 2017/2018.
satu gen tersebut tidak ada, pemunculan Terdapat 4 tahapan penelitian yang
fenotif tersebut dapat terhalang. Hasil yang dilakukan yaitu: perencanaan (planning),
didapatkan pada F2 –nya diperoleh tindakan (acting), observasi (observing), dan
perbandingan fenotif 9:7.Polimeri merupakan refleksi (reflecting).
peristiwa beberapa pasang gen yang bukan Pada kondisi awal guru melaksanakan
sealel memengaruhi sifat tertentu. Hasil kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
perolehan perbandingan fenotif pada F2 nya metode ceramah dan tanya jawab.
adalah 15:1. Pembelajaran berjalan searah dan sesekali
Kesimpulan penyimpangan semu berjalan dua arah.
hukum Mendel terjadi jika adanya dua pasang Siklus I, guru melaksanakan
gen atau lebih yang saling memengaruhi pembelajaran sesuai Rancangan Pelaksanaan
dalam memberikan fenotif pada suatu Pembelajaran yang telah disusun. Pada RPP
individu. Namun pada peristiwa ini masih kegiatan inti guru melakukan kegiatan 5 M
menggunakan hukum-hukum perbandingan (mengamati, menanya, mengumpulkan
genotif pada hukum Mendel. informasi, mengasosiasi dan
Hipotesis Tindakan mengkomunikasikan). Secara rinci
Hipotesis tindakan pada penelitian ini kegiatannya:
antara lain sebagai berikut : 1) Hasil belajar a. Mengamati : guru memberi kesempatan
biologi materi penyimpangan semu hukum untuk melakukan pengamatan melalui
Mendel bagi siswa kelas XII S 2 di SMA kegiatan membaca literatur terkait
Negeri 1 Baturetno semester 1 tahun pelajaran dengan tema pembelajaran
2017/2018 dapat ditingkatkan melalui alat penyimpangan semu hukum Mendel dan
pembelajaran baling-baling genetika. 2) memfasilitasi siswa untuk melakukan
proses pembelajaran biologi materi kajian literatur
penyimpangan semu hukum Mendel bagi b. Menanya : guru memberikan kesempatan
siswa kelas XII S2 di SMA Negeri 1 untuk bertanya terkait tema
Baturetno tahun pelajaran 2017/2018 dapat pembelajaran, membimbing siswa untuk
ditingkatkan melalui alat pembelajaran mengajukan pertanyaan dan
baling-baling genetika. mengembangkan pertanyaan untuk
memperbesar rasa ingin tahu siswa
METODE PENELITIAN c. Mengumpulkan informasi: kegiatan
Waktu penelitian ini dilaksanakan membimbing siswa untuk mengumpulkan
pada bulan September sampai dengan bulan informasi dalam bentuk kelompok
Desember 2017. Pada tahap awal di bulan d. Mengasosiasi: kegiatan membimbing
September peneliti menyusun proposal siswa menyimpulkan hasil kajian literatur
penelitian berkait dengan proses pembelajaran tentang pola-pola pewarisan sifat lain
di kelas. PTK ini dilakukan saat kelas (selain hukum mendel dan penyimpangan
berlangsung kegiatan pembelajaran materi semu hukum mendel)
hukum Mendel. Skenario kelas menggunakan e. Mengomunikasikan: kegiatan penyusunan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang laporan hasil kajian literatur.
telah disusun di awal tahun, kemudian Kegiatan akhir dari pembelajaran guru
dilakukan penerapan selanjutnya pada adalah melakukan evaluasi melalui penilaian
penelitian tindakan kelas (action research). harian. Nilai penilaian harian merupakan
Pada bulan Desember 2017 dilakukan analisis refleksi kemampuan siswa dalam menguasai
data dan penyusunan laporan. kompetensi yang diajarkan.

442 Jurnal JARLITBANG Pendidikan, Volume 3 Nomor 2 – Juni 2018


Pada Siklus II, kegiatan yang sebelumnya yang diikuti 27 siswa 3 orang
dilakukan sama dengan siklus I hanya siswa atau sekitar 11% yang tuntas dengan
diberikan perlakuan pada eksplorasi dengan nilai diatas atau sama dengan 70. Hasil
memberikan pemahaman yang lebih ulangan harian dapat dilihat pada nilai
mendalam tentang hukum mendel dengan tertinggi, nilai terendah, nilai rerata, dan
melalui alat bantu baling-baling genetika. rentang nilai. Lebih jelasnya mengenai hasil
Penggunaan alat bantu pembelajaran ini belajar siswa dapat dilihat pada tabel 1, nilai
diharapkan bisa meningkatkan kualitas ulangan kondisi awal peserta didik.
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Tabel 1. Nilai Ulangan Kondisi Awal Peserta
Sumber Data No. Uraian Jumlah
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis 1 Nilai Tertinggi 86
data yang digunakan yaitu sumber data primer 2 Nilai Terendah 26
dan sumber data sekunder. Sumber data 3 Nilai Rerata 54,67
primer berasal dari data-data kuantitatif hasil 4 Rentang Nilai 60
penilaian harian pada kondisi awal, siklus I,
dan siklus II. Sedangkan data sekunder adalah Tabel 1. di atas menunjukkan
data yang diperoleh dari hasil observasi, bahwa hasil proses belajar siswa diperoleh
jurnal guru, jurnal siswa dan karya penelitian nilai tertinggi 86, nilai terendah 26 , nilai
terdahulu. rerata 54,67 dan rentang nilai 60. Jika
Analisis data dilakukan dengan kondisi awal ini digambarkan dalam
analisis deskriptif komparatif. Analisis ini bentuk grafik dapat dilihat sebagai
dilakukan dengan cara membandingkan hasil berikut.
observasi, jurnal guru kolaborasi, jurnal siswa
dan penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil
100
observasi, jurnal guru dan jurnal siswa dapat 80
diketahui peningkatan kualitas pembelajaran 60
40
dan proses pembelajaran hukum mendel 20
dengan alat bantu baling-baling genetika. 0
Analisis data kuantitatif dilakukan
dengan membandingkan nilai penilaian harian
kondisi awal, nilai penilaian harian setelah
siklus I dan nilai penilaian harian setelah
siklus II. Perbandingan yang dilakukan
Gambar 1. Grafik Nilai Ulangan Kondisi
tersebut bisa disimpulkan apakah ada Awal
peningkatan hasil belajar siswa yang diteliti. Rendahnya kualitas hasil pembelajaran
Dilanjutkan dengan refleksi dan kesimpulan. pada siswa tentunya tidak terlepas dari peran
guru dalam hal ini metode pembelajaran yang
HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan. Secara umum guru masih
Deskripsi Kondisi Awal menerapkan metode pembelajaran yang
Kondisi pembelajaran awal di SMA sifatnya konvensional yang cenderung satu
Negeri 1 Baturetno kelas XII IPS 2 pada arah dimana peran guru sangat mendominasi
Tahun Pelajaran 2017/2018 pada mata proses pembelajaran. Siswa kurang aktif
pelajaran lintas minat Biologi cenderung dalam proses pembelajaran sehingga siswa
monoton dan kurang berjalan baik. Hal ini cenderung kurang memiliki ketertarikan
diketahui dengan situasi pembelajaran yang untuk berkolaborasi dengan teman dan guru.
kurang kondusif, ramai, tidak memperhatikan Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
dan mengantuk di kelas. Keberanian bertanya capaian target pembelajaran.
dan menyampaikan pendapat siswa rendah, Diskripsi Hasil Siklus I
diberi stimulus untuk bertanya juga kurang Hasil Belajar Biologi
bersemangat. Pada siklus I umumnya peserta didik
Kriteria Ketuntasan Minimum mata sudah mampu menentukan jenis genotipe dari
pelajaran Biologi di SMA N 1 Baturetno masing-masing persilangan dihibrid pada
Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah 70, filial ke 2, namun mereka masih kebingungan
diketahui bahwa pada ulangan harian Biologi
Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu……….. Dwi Astarini 443
dalam menentukan jenis fenotipe yang semula 86, nilai terendah 35 yang semula 26,
muncul dari persilangan tersebut. nilai rerata 64,74 yang semula 56,67 dan
Berdasarkan hasil ulangan pada siklus rentang nilai 55 yang semula 60. Hal ini
1 diketahui bahwa siswa pada umumnya menunjukkan adanya peningkatan hasil
sudah benar dalam menentukan genotipe dari belajar dengan meningkatnya prosentase
idukan dan anakan sampai filial ke 2, namun siswa yang tuntas belajar dari 11 % menjadi
untuk menyebutkan bentuk fenotipe dari hasil 37,04% atau 10 siswa. Perbandingan nilai
persilangan ada beberapa siswa yang masih ulangan kondisi awal dengan nilai siklus 1
kesulitan sehingga untuk menentukan dapat dilihat pada tabel berikut.
perbandingan fenotipe dari persilangan juga Tabel 3. Perbandingan Nilai Ulangan Kondisi
masih sebagian salah. Berikut gambaran Awal dengan Nilai Ulangan Siklus1
mengenai hasil ulangan harian siklus 1 yang No Uraian Kondisi Siklus 1
terdapat pada tabel 2. . awal
Tabel 2. Nilai Ulangan Siklus 1 1. Nilai 86 90
No. Uraian Jumlah Tertinggi
1. Nilai tertinggi 92 2. Nilai 26 35
2. Nilai terendah 35 Terendah
3. Nilai rerata 64,74 3. Nilai Rerata 56,67 64,74
4. Rentang nilai 57
Dari data di atas diperoleh hasil pada 4.Rentang 60 55
siklus 1 yaitu nilai tertinggi 90, nilai terendah Nilai
35, nilai rerata 64,74, dan rentang nilai 55. Gambaran peningkatan nilai ulangan
Perbandingan tersebut akan lebih jelas dengan kondisi awal ke siklus I akan lebih jelas
grafik sebagai berikut. dalam grafik berikut
100
80
60
40
20 Kondisi awal
0
Siklus 1

Gambar 3. Grafik perbandingan Nilai


Gambar 2. Grafik Nilai Ulangan Siklus 1 Ulangan kondisi awal dengan Siklus I
Refleksi Karena prosentase ketuntasan belajar
Perbandingan proses pembelajaran siswa masih di bawah 70 % maka kegiatan
pada materi penyimpangan semu hukum pembelajaran dilanjutkan dengan siklus II
Mendel melalui kolaborasi antara observasi beberapa perbaikan. Dalam hal ini proses
guru, jurnal guru, dan jurnal siswa pembelajaran disamping menggunakan studi
mempunyai peningkatan kualitas literatur, siswa dibantu dengan menggunakan
dibandingkan dengan kondisi awal. Hal ini alat bantu pembelajaran dengan menggunakan
terlihat mulai aktivnya siswa berkolaborasi baling-baling genetika. Baling-baling ini
dengan teman-temannya dalam mencari cukup sederhana dalam pembuatannya, cukup
informasi terkait materi yang sedang menyilangkan dua potong persegipanjang
dipelajari, mulai berani dalam menyampaikan dengan masing-masing ujungnya diberikan
informasi dan berani bertanya pada hal-hal kode genotipe heterozigot sesuai LK (Lembar
yang belum dipahami. Kondisi ini tidak Kerja) yang dibagikan ke masing-masing
terjadi pada proses pembelajaran berikutnya , kelompok. Dengan sedotan dan jarum pentul
dimana siswa cenderung pasif, dan tidak kita bisa memutar 2 baling-baling secara
bertanya karena kebingungan apa yang harus bersamaan, titik temu antara kedua ujung
ditanya. baling-baling menunjukkan genotipe yang
Pada Siklus 1 diperoleh hasil nilai terbentuk dari persilangan dua individu.
ulangan harian dengan nilai tertinggi 90 yang Masing-masing perlakuan dilakukan

444 Jurnal JARLITBANG Pendidikan, Volume 3 Nomor 2 – Juni 2018


pengulangan 16 kali, dari hasil pengulangan
100
tersebut dicatat kemudian ditentukan 80
fenotipenya. Hal ini akan memudahkan siswa 60
dalam menentukan jenis fenotipe dari 40 Kondisi Awal
20
genotipe yang muncul dari persilangan, jika 0 Siklus I
hal ini dilakukan pengulangan pada jenis
Siklus II
penyimpangan semu hukum mendel yang
lain, siswa akan terbiasa menentukan jenis
fenotipe dan perbandingannya. Dengan
demikian target pembelajaran dapat tercapai.
Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Ulangan
Diskripsi Hasil Siklus II Kondisi Awal, Siklus I dan SiklusII
Hasil Belajar Biologi Berdasarkan deskripsi pengamatan
Berdasarkan hasil ulangan harian pada oleh guru kolaborasi, jurnal guru, dan
siklus II yang diikuti oleh 27 siswa sebagian deskripsi kualitas pembelajaran belajar siswa
besar siswa sudah dapat menentukan yang diketahui melalui jurnal peserta didik,
perbandingan fenotipe dari filial ke 2 pada metode pembelajaran dengan alat bantu
penyimpangan semu hukum Mendel . Berikut baling-baling genetika dalam siklus II tidak
hasil ulangan harian pada siklus II yang perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
terdapat pada tabel 4. Dengan alat bantu pembelajaran baling-baling
Tabel 4. Nilai Ulangan Harian Siklus II genetika dapat meningkatkan kolaborasi dan
No. Uraian Jumlah pemahaman siswa tentang materi
1. Nilai Tertinggi 92 penyimpangan semu hukum Mendel
2. Nilai Terendah 60 Pembahasan
3. Nilai Rerata 72,37 Proses pembelajaran dari kondisi awal
4. Rentang Nilai 32 memiliki karakteristik lebih banyak guru yang
Berdasarkan tabel di atas mendominasi kelas, dilihat dari metode guru
menunjukkan bahwa dalam proses yang menggunakan ceramah dan tanya jawab.
pembelajaran siklus II diperoleh nilai tertinggi Siswa lintas minat cenderung kurang reaktif
92, nilai terendah 60, nilai rerata 72,37 dan ketika mendapatkan materi yang bukan
rentang nilai 32. Gambaran yang bidangnya, begitu juga materi biologi
menunjukkan perbandingan antara hasil khususnya materi penyimpangan semu hukum
proses pembelajaran awal, siklus I dan siklus Mendel. Siswa cenderung hanya
II dapat dilihat pada perbandingan tabel mendengarkan, mencatat, dan tidak bertanya
berikut. ketika belum paham. Hal ini menjadikan
Tabel 5. perbandingan antara hasil proses target pembelajaran kurang dapat tercapai.
pembelajaran awal, siklus I dan siklus II Pada siklus I siswa sudah tampak
No. Uraian Kondisi Siklus Siklus dapat melakukan kolaboratif dengan
Awal I II
dibentuknya kelompok-kelompok kecil
1. Nilai 86 90 92
Tertinggi
dengan mengekplorasi informasi yang didapat
2. Nilai 26 35 60 dari sumber belajar. Pada siklus I tampak pula
Terendah siswa sudah berani mengeluarkan pendapat
3. Nilai 56,67 64,74 72,37 dan bertanya berkaitan dengan materi
rerata penyimpangan semu hukum Mendel.
4. Rentang 60 55 32 Walaupun ada sebagian siswa masih pasif dan
Nilai menunggu hasil diskusi dari kelompokknya.
Gambaran peningkatan antara nilai kondisi Pada siklus II hampir semua siswa
awal ke siklus I dan siklus II akan lebih jelas antusias mengerjakan LK yang diberikan guru
dalam grafik berikut. dengan menggunakan alat bantu baling-baling
genetika , siswa sudah memberikan kontribusi
bagi kelompokknya dilihat adanya pembagian
tugas yang baik pada setiap kelompok. Siswa
juga antusias mempresentasikan hasil diskusi

Peningkatan Pemahaman Materi Penyimpangan Semu……….. Dwi Astarini 445


pada tugas LK di depan kelas, dan siswa yang SARAN
lainpun antusias bertanya. Berdasarkan hasil penelitian ini
Hasil Belajar Biologi penulis memberikan saran :
Pada proses pembelajaran Biologi ini 1. Bagi peserta didik hendaknya peningkatan
tampak bahwa adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil
pemahaman materi Penyimpangan semu belajar Biologi melalui alat bantu baling-
hukum Mendel dilihat dari hasil ulangan baling genetika hendaknya bisa
harian siswa pada kondisi awal, siklus I dan menjadikan siswa semakin termotivasi
siklus II. Nilai ulangan harian dapat diuraikan dalam belajar sehingga berdampak pada
pada nilai tertinggi, nilai terendah, rerata nilai, hasil proses pembelajaran yang lain
dan rentang nilai. Jumlah siswa yang 2. Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi
mencapai batas KKM pada kondisi awal yang salah satu inspirasi dalam metode
hanya 11% (3 anak) meningkat pada siklus I pembelajaran agar tujuan dan target
dengan 37,037% (10 siswa), dan pada siklus pembelajaran dapat tercapai dengan siswa
II 70,37% (19 siswa). Nilai rerata siswa sebagai center.
mengalami kenaikan dari kondisi awal 56,67, 3. Bagi sekolah, hendaknya memberikan
pada siklus I nilai rerata menjadi 64,74 dan motivasi kepada guru untuk melakukan
pada siklus II naik menjadi 72,37. Hal serupa penelitian tindakan kelas sehingga kualitas
juga terjadi pada nilai tertinggi dari kondisi mutu pendidikan di sekolah semakin
awal 86, pada siklus I menjadi 90 dan pada meningkat.
siklus II menjadi 92. Rentang nilai tertinggi
dengan nilai terendah mengalami penurunan DAFTAR PUSTAKA
pada kondisi awal 60 , pada siklus I menjadi Campbell.2008.Biologi Jilid 1.Jakarta:
55 dan pada siklus II menjadi 35. Hal ini Erlangga
berarti jumlah siswa yang memahami materi Gayon Jean.2016.”From Mendel to
semakin banyak dari kondisi awal sampai Epigenetics:History of Genetics”.
siklus II. Secara umum terjadi peningkatan Elsevier Masson SAS.339/pg 225-230
hasil belajar Biologi materi penyimpangan Laird-Lange.2011.”Principles of Inheritance:
semu hukum Mendel bagi siswa kelas XII Mendel’s Law’s and Genetic Models”.
IPS2 di SMA Negeri 1 Baturetno tahun Springer Science and Busines
Pelajaran 2017/2018. Media;Vol XIV (2)/pg 15-30 Mut
Pujiyanto, Sri. 2014. Menjelajah Dunia
KESIMPULAN Biologi 3. Solo: Tiga Serangkai
Berdasarkan hasil paparan di atas Sallis, Edward.2012. Total Qualitty
penelitian ini dapat disimpulkan : Managemen in Education -
1. Melalui alat bantu baling-baling genetika Manajemen Mutu
dapat meningkatkan hasil belajar Biologi Pendidikan.Yogyakarta: Ircisod
materi penyimpangan semu hukum Mendel Sukidin.2008. Manajemen Penelitian
bagi siswa kelas XII IPS2 di SMA Negeri Tindakan Kelas. Jakarta:PT.Insan
1 Baturetno semester 1 Tahun Pelajaran Cendekia
2017/2018. Sumiyati.2008. Metode Pembelajaran.
2. Melalui alat bantu baling-baling genetika Bandung:Wacana Prima
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Susilana, Rudi. 2008. Media Pembelajaran.
Biologi materi penyimpangan semu hukum Bandung: Wacana Prima
Mendel bagi siswa kelas XII IPS2 di SMA Visscher,Peter.2013.”Commentary: Height
Negeri 1 Baturetno semester 1 Tahun and Mendel’s Theory:The Long and
Pelajaran 2017/2018 . The Short of it”. International Journal
of Epidemiology.Vol 42/pg 944-945

446 Jurnal JARLITBANG Pendidikan, Volume 3 Nomor 2 – Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai