Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK ANATOMI & FISIOLOGI HEWAN

(BI-2103)

ANATOMI HEWAN INVERTEBRATA : JANGKRIK (Gryllus


assimilis), UDANG (Litopenaeous vennamei), CACING TANAH
(Lumbricus terrestris), dan CUMI-CUMI (Loligo sp.)

Tanggal praktikum : 28 Agustus 2019


Tanggal pengumpulan: 4 September 2019

Disusun oleh:
Febriyanto
10618062
Kelompok 6

Asisten:
Harfi Maulana
10616064

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh organisme
baik eksternal maupun internal dan hubungannya antara organ yang satu dengan
organ yang lain (Martini, 2015). Dalam sumber yang lain disebutkan bahwa
anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur tubuh, bentuk, komposisi,
dan hal lainnya pada tubuh. Perbedaannya dengan fisiologi adalah kalau anatomi
berhubungan dengan struktur, maka fisiologi berhubungan dengan fungsi organ
tersebut (Scanlon, 2007).
Praktikum ini penting dilakukan karena dengan mempelajari dan mengamati
anatomi dari hewan invertebrata tersebut kita jadi mengerti dan paham mengenai
struktur dan fungsi organ pada hewan tersebut baik internal maupun eksternal
serta hubungan antara organ satu dengan organ lain dalam mendukung
keberlangsungan hidup hewan tersebut
Aplikasinya dalam biologi yaitu kita bisa mengetahui bila suatu hewan
invertebrata memiliki masalah penyakit atau kelainan pada tubuhnya, kita dapat
mendeteksi bagian tubuh mana yang bermasalah atau kurang berfungsi dengan
baik dan lebih lanjut kita dapat belajar tentang perilaku hewan tersebut.

II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan morfologi dan anatomi organ pada Cephalopoda (Cumi)

2. Menentukan morfologi dan anatomi organ pada Arthropoda (Jangkrik)

3. Menentukan morfologi dan anatomi organ pada Crustacea (Udang)

4. Menentukan morfologi dan anatomi organ pada Annelida (Cacing tanah)


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang


(Urry, 2016). Jadi untuk membedahnya tidak memerlukan metode yang rumit dan
khusus. Salah satunya untuk hewan insekta, kita bisa memisahkan kepalanya
ataupun tidak, namun itu tidak masalah karena yang akan kita lihat adalah bagian
abdomennya (Ungureanu, 1972). Tahapan pembedahan hewan invertebrata secara
umum pada praktikum ini hampir memiliki metode yang sama, yaitu hewan
diusahakan dalam keadaan baru mati, kemudian hewan ditempatkan di meja
bedah dengan bagian dorsal menghadap atas. Gunting tubuhnya memanjang di
bagian dorsalnya. Kemudian dengan menggunakan jarum jara atau pinset, belah
bagian tubuh hewan menjadi 2 bagian kanan dan kiri. Usahakan jangan ada bagian
internal tubuh hewan yang hancur. Setelah itu baru anatomi internal hewan bisa
diamati.
Jangkrik (Gryllus assimilis) pada umumnya memiliki 3 bagian tubuh
dikarenakan jangkrik merupakan kelas insekta, yaitu bagian cephal, thorax, dan
abdomen (Corey, et al, 2000). Pada bagian cephal terdapat sepasang mata,
sepasang antenna, dua pasang sungut, dan mulut, sementara thorax merupakan
tempat melekatnya sayap dan tungkai kaki, dan abdomen, yang terdiri dari ruas-
ruas, sebagai tempat pencernaan, pernafasan, dan reproduksi (Sribimawati, 1984).
Jangkrik juga memiliki sepasang cerci pada bagian ujung posterior abdomen
untuk rangsangan dan pertahanan (Corey, et al, 2000). Pada jangkrik betina
terdapat ciri tambahan yaitu adanya ovipositor pada bagian ujung abdomen
(Herdiana, 2001). Selain itu pada jangkrik terdapat spirakel untuk pertukaran gas
(Reece, et al, 2011).
Udang (Litopenaeous vennamei) pada umumnya memiliki dua bagian
tubuh, yaitu cephalothorax dan abdomen (Mader, 2016). Pada bagian kepala
udang terdapat antenna, antenula, 3 pasang maxilliped, dan 5 pasang
periopod/kaki berjalan (Kordi, 2007). Sementara pada bagian abdomen, yang
terdiri dari 6 segmen, terdapat 5 pada pleopod/kaki renang dan sepasang uropod
yang membentuk kipas bersama-sama telson/ekor (Suyanto dan Mujiman, 2003).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan hewan laut yang bagian tubuhnya
dapat dibedakan menjadi kepala, leher, dan mantel/badan. Pada kepala terdapat
mulut yang dikelilingi 2 tentakel panjang dan 8 tentakel pendek dengan 2 mata di
samping kanan dan kiri. Leher cumi-cumi kurang terlihat karena tertutup oleh
sifon/corong yang keluar dari mantel. Sementara mantel merupakan bagian tubuh
terbesar dari cumi-cumi yang didalamnya terdapat organ pencernaan, respirasi,
transportasi, serta reproduksi (Rudiana, 2004).
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) merupakan invertebrata yang
tubuhnya tersusun atas segmen-segmen berbentuk cincin dan memiliki seta yang
sangat sedikit. Bagian tubuh cacing tanah terbagi atas anterior dan posterior. Pada
anterior terdapat mulut, prostonium sebagai organ sensori, dan segmen yang
menebal yang disebut klitelum. Sementara pada posterior terdapat organ
pencernaan dan anus (Edward & Lofty, 1977).

BAB 3
ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdapat


dalam tabel 3.1
Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini
Alat Bahan
Scalpel Jangkrik jantan (Gryllus assimilis)
Gunting bedah Jangkrik betina (Gryllus assimilis)
Jarum pentul Cumi-cumi (Loligo sp.)
Pinset Udang (Litopenaeous vennamei)
Jarum jara Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Papan Styrofoam
Baki
BAB 4
METODOLOGI
4.1. Prosedur Pembedahan Jangkrik (Gryllus assimilis)

Jangkrik (Gryllus assimilis)

 Anatomi eksternal jangkrik diamati


 Jangkrik ditempatkan dengan bagian dorsalnya menghadap ke atas
 Semua kaki jangkrik diputus dengan cara digunting atau diputar
(optional)
 Gunting bedah disisipkan pada segmen terakhir abdomen jangkrik
 Eksoskeleton dari segmen terakhir abdomen dipotong sepanjang sisi
dorsal hingga sampai kepala
 Potongan dibuka dan ditahan dengan jarum pentul ke styrofoam
 Anatomi internal jangkrik diamati

Anatomi eksternal dan internal jangkrik teramati

4.2. Prosedur Pembedahan Udang (Litopenaeous vennamei)

Udang (Litopenaeous vennamei)

 Anatomi ekternal udang diamati


 Udang ditempatkan dengan bagian dorsalnya menghadap ke atas
 Gunting bedah disisipkan pada segmen terakhir abdomen udang
 Eksoskeleton dari segmen terakhir abdomen dipotong sepanjang sisi
dorsal hingga sampai kepala
 Potongan dibuka dan ditahan dengan jarum pentul ke styrofoam hingga
anatomi internal udang bisa teramati
 Anatomi internal jangkrik diamati

Anatomi eksternal dan internal udang teramati


4.3. Prosedur Pembedahan Cumi-cumi (Loligo sp.)

Cumi-cumi (Loligo sp.)

 Anatomi ekternal cumi-cumi diamati


 Cumi-cumi ditempatkan di papan styrofoam dengan bagian dorsalnya
menghadap ke atas
 Bagian posterior mantel, yang lebih ventral dari sifon, dipotong hingga
bagian paling anterior memanjang lurus
 Mantel yang telah dipotong dibuka dan ditahan dengan jarum pentul
 Anatomi internal cumi-cumi diamati
Anatomi eksternal dan internal cumi-cumi teramati

4.4. Prosedur Pembedahan Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

 Anatomi ekternal cacing tanah diamati


 Cacing tanah ditempatkan di papan styrofoam dengan bagian dorsalnya
menghadap ke atas
 Pada klitelum, sekitar segmen ke-33, dibuat potongan kecil
 Dari potongan kecil tersebut, bagian dorsal cacing tanah dipotong hingga
segmen ke-1 (anterior)
 Potongan tersebut dibuka dan ditahan dengan jarum pentul hingga
anatomi internalnya bisa diamati
 Anatomi internal cacing tanah diamati

Anatomi eksternal dan internal cacing tanah teramati


BAB 5
HASIL PENGAMATAN

Tabel 5.1 Anatomi eksternal dan internal hewan invertebrata

Hasil Pengamatan Hasil Literatur

Gambar 5.1 Situs Habitus Gambar 5.2 Situs habitus jangkrik (Gryllus
Jangkrik (Gryllus assimilis) hasil assimilis) hasil literatur
pengamatan (Hickman, 2008)
(Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 5.4 Situs Solitus jangkrik (Gryllus


assimilis) hasil literatur
Gambar 5.3 Situs Solitus (Hickman, 2008)
Jangkrik (Gryllus assimilis) hasil
pengamatan
(Dokumentasi pribadi, 2019)
Gambar 5.5 Situs Habitus Gambar 5.6 Situs Habitus Udang
Udang (Litopenaeous vennamei) (Litopenaeous vennamei) hasil literatur
hasil pengamatan (Hickman, 2008)
(Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 5.8 Situs Solitus Udang


(Litopenaeous vennamei) hasil literatur
Gambar 5.7 Situs Solitus Udang (Hickman, 2008)
(Litopenaeous vennamei) hasil
pengamatan
(Dokumentasi pribadi, 2019)
Gambar 5.10 Situs Habitus Cumi-cumi
Gambar 5.9 Situs Habitus (Loligo sp.) hasil literatur
Cumi-cumi (Loligo sp.) hasil (Hickman, 2008)
pengamatan
(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 5.11 Situs Solitus Gambar 5.12 Situs Solitus Cumi-cumi


Cumi-cumi (Loligo sp.) hasil (Loligo sp.) hasil literatur
pengamatan (Hickman, 2008)
(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 5.14 Situs Habitus Cacing tanah

Gambar 5.13 Situs Habitus (Lumbricus terrestris) hasil literatur

Cacing tanah (Lumbricus (Hickman, 2008)

terrestris) hasil pengamatan


(Dokumentasi Pribadi, 2019)
Gambar 5.16 Situs Solitus Cacing tanah
Gambar 5.15 Situs Solitus
(Lumbricus terrestris) hasil literatur
Cacing tanah (Lumbricus
(Hickman, 2008)
terrestris) hasil pengamatan
(Dokumentasi Pribadi, 2019)

Tabel 5.2 hasil pengamatan sel epitel dan sel otot

Gambar 5.17 Sel epitel pipih


Gambar 5.18 Sel epitel pipih perbesaran
perbesaran 400x hasil
810x hasil literatur
pengamatan
(Martini, et al., 2015)
(Dokumentasi pribadi, 2019)
Gambar 5.19 Sel epitel pipih
Gambar 5.20 Sel epitel kubus perbesaran
perbesaran 400x hasil
500x hasil literatur
pengamatan
(Martini, et al., 2015)
(Dokumentasi pribadi, 2019)

Gambar 5.21 Sel epitel pipih


Gambar 5.22 Sel epitel silindris perbesaran
perbesaran 400x hasil
550x hasil literatur
pengamatan
(Martini, et al., 2015)
(Dokumentasi pribadi, 2019)
Gambar 5.21 Sel otot rangka
perbesaran 400x hasil Gambar 5.23 Sel otot rangka perbesaran
pengamatan 780x hasil literatur
(Dokumentasi pribadi, 2019) (Martini, et al., 2015)

Gambar 5.24 Sel otot jantung


perbesaran 400x hasil Gambar 5.25 Sel otot jantung perbesaran

pengamatan 450x hasil literatur

(Dokumentasi pribadi, 2019) (Martini, et al., 2015)

Gambar 5.26 Sel otot jantung


perbesaran 400x hasil Gambar 5.27 Sel otot polos perbesaran 235x

pengamatan hasil literatur

(Dokumentasi pribadi, 2019) (Martini, et al., 2015)


BAB 6
PEMBAHASAN

Jangkrik (Gryllus assimilis) merupakan hewan invertebrata dari filum


Arthropoda, dan kelasnya adalah Insekta. Tubuh jangkrik umumnya memiliki 3
bagian, seperti yang terlihat pada situs habitus, yaitu bagian cephal (kepala),
thorax atau (dada), dan abdomen atau (perut) (Corey et al, 2000). Pada bagian
kepala, jangkrik memiliki sepasang antena yang berfungsi sebagai sensor,
sepasang mata majemuk dan satu mata oseli pada kepalanya. Pada daerah dada,
terdapat 2 pasang sayap, yaitu sayap depan (fore wing) yang berukuran kecil dan
sayap belakang (hind wing) yang berukuran lebih besar. Pada jangkrik jantan,
sayap yang bergesekan maka menghasilkan suara khas jangkrik (Pechenik, 1991).
Selain itu ada ovipositor yang hanya terdapat pada ujung abdomen jangkrik betina
untuk alat meletakkan telur (Herdiana, 2001)
Untuk anatomi internal pada situs solitus, pada bagian pencernaan jangkrik
atau insekta pada umumnya terdiri atas foregut (depan) yang terdiri dari mulut
dengan kelenjar salivanya, esophagus, crop (tembolok) untuk penyimpanan
sementara, dan gizzard untuk menggiling. Kemudian ada midgut (tengah) yang
terdiri atas perut dan lambung ceca, dan terakhir ada hindgut (belakang) yang
terdapat intestine, rectum dan anus (Hickman et al, 2008)
Udang (Litopenaeous vennamei) merupakan hewan filum Arthropoda,
subfilum Crustacea. Tubuh udang terdiri dari 2 bagian, yaitu cephalothorax dan
abdomen, yang sebagian besar dilapisi oleh eksoskeleton yang keras atau kutikula
yang terbuat dari kitin, protein dan calcareous material, ini untuk pertahanan diri
juga. Pada kepala ada duri/rostrum, di ekor ada telson dan di sepanjang
cephalothorax juga abdomen disebut carapace. Pada situs habitus, di bagian
anterior udang terdapat 3 pasang maxilliped, sepasang antena dan antenula,
rostrum, sepasang mata, dan menempel juga 5 pasang periopod atau kaki untuk
berjalan. Sementara di bagian posterior udang terdapat 5 pasang pleopod atau kaki
renang, telson, dan urupod (ekor) (Hickman et al, 2008)
Pada anatomi internal udang, sistem pencernaan, saraf, repirasi, dan
transportasi sebagian besar terdapat pada bagian dalam cephalothorax, karena di
dalamnya berisi perut, kelenjar-kelenjar, hati dan otak. Sementara di abdomen
hanya ada juluran ganglion/saraf, dan intestine/usus yang berakhir di anus
(Hickman, et al, 2008).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan hewan filum Mollusca, kelas
Cephalopoda. Bentuk tubuhnya adalah simetri bilateral yang dapat dibedakan atas
kepala, leher, dan mantel. Cumi-cumi memiliki 2 tentakel/lengan panjang dan 8
lengan pendek, mata serta mulut di kepalanya. Pada setiap tentakel terdapat alat
hisap yang disebut sucker. Pada leher bagian ventral terdapat sifon atau corong
untuk menyemburkan air keluar dan membantu pergerakan cumi-cumi. Dan cumi-
cumi bernafas dengan insang (Jasin, 1984).
Pada permukaan dorsal mantel, kepala dan tangan berwarna lebih gelap
karena kumpulan kromatofor. Cumi-cumi jantan lebih runcing dan langsing
dibanding betina yang gemuk. Pada bagian posterior mantel terdapat sirip untuk
membantu pergerakan. Di rongga dalam mantel terdapat berbagai organ dalaman,
yaitu insang, gonad, pancreas, lambung, sekum, rectum, dan kantung tinta.
Pencernaan cumi-cumi dimulai dari mulut di bagian kepala dan berakhir di anus
pada corong bagian ventral (Rudiana, 2004). Cumi-cumi memiliki sekitar 3
jantung, yaitu 2 jantung insang dan satu jantung sistemik (Kastawi, 2003).
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) merupakan hewan yang termasuk
filum annelida, kelas Oligochaeta. Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen
berbentuk cincin. Bagian tubuhnya terbagi menjadi dua, yaitu bagian anterior dan
posterior. Pada bagian anterior terdapat organ mulut dan prostomium. Prostomium
berbentuk bualatan kecil yang berfungsi sebagai pengganti fungsi mata karena
terdapat sel-sel sensor yang mampu membedakan material berbahaya selama
proses makan dan untuk menembus tanah. Pada bagian setelahnya sampai ke
posterior terdapat organ pencernaan dan berujung di anus (Edward & Lofty,
1977).
Cacing tanah juga memiliki organ yang bernama klitelum, di sekitar
segmen ke 33 dari anterior, tidak bersegmen dan sedikit lebih tebal yang berfungsi
untuk reproduksi yaitu tempat menempel saat kawin. Karena cacing merupakan
hewan hermaprodit, maka fertilisasi terjadi pada kedua cacing yang sedang kawin,
yaitu ketika vesikula dan ovarium saling bertukar materi. Dan juga sebagai tempat
penyimpanan sementara telur (Pechenik, 1991). Pada sistem pencernaan, makanan
cacing akan memasuki mulut dan esophagus, kemudian ke crop untuk menyimpan
makanan sementara, lanjut ke gizzard untuk digiling, dan ke intestine untuk
pencernaan dan penyerapan. Pada sistem transportasi, cacing memiliki 2 sistem
ganda yaitu coelomic fluids untuk transportasi makanan, gas, dll dan sistem
peredaran tertutup untuk mengedarkan darah yang organnya terdiri atas 5 lingkar
aorta sebagai pemompa darah, pembuluh dorsal dan pembuluh ventral (Hickman,
2008).
BAB 7
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan :

1. Jangkrik (Gryllus assimilis) memiliki 3 bagian tubuh, yaitu cephal (kepala),


thorax (dada) dan abdomen (perut). Pada kepala terdapat mata majemuk,
mulut dan antenna. Pada dada terdapat walking leg dan jumping leg serta 2
pasang sayap : forewing dan hindwing. Pada bagian posterior perut terdapat
sepasang cerci dan pada jangkrik betina ada ovipositor. Organ dalam
jangkrik, pada sistem pencernaannya terdapat mulut, esophagus, crop,
gizzard, intestine, rectum dan anus. Sistem respirasinya adalah trakea
2. Udang (Litopenaeous vennamei) memiliki 2 bagian tubuh, yaitu
cephalothorax dan abdomen. Pada cephalothorax terdapat mata majemuk,
rostrum, antennal flagellum, antennule dan periopod (kaki jalan). Pada
abdomen (yang memiliki 6 segmen) terdapat pleopod (kaki renang) dan di
ujung posterior terdapat uropod (ekor) dan telson. Tubuh udang diselimuti
eksoskeleton dari kitin sebagai pelindung. Sebagian besar sistem pencernaan,
respirasi, sirkulasi dan saraf berada di bagian cephalothorax. Sementara
intestine memanjang sampai ke abdomen dan uropod.
3. Cumi-cumi (Loligo sp.) memiliki 3 bagian tubuh yaitu kepala, leher, dan
mantel. Pada kepala (anterior) terdapat 2 lengan/tentakel panjang dan 8
lengan pendek serta di tengahnya ada mulut yang terdapat pula gigi dan
disampingnya ada mata. Di dalam mantel ada beberapa organ dalaman :
insang, gonad, pen, pancreas, lambung, rectum, anus dan kantung tinta. Tinta
di sekresikan melalui sifon bila ada bahaya. Sistem transportasinya
menggunakan jantung sistemik.
4. Cacing tanah (Lumbricus terrestris) memiliki tubuh bersegmen. Di anterior
terdapat mulut dan prostomium sebagai sensor. Di posterior ada organ
pemcernaan yang berakhir di anus. Terdapat pula klitelum (di sekitar segmen
ke 33) yang sedikit menebal dan tidak bersegmen untuk proses reproduksi.
Organ pencernaan cacing dari anterior adalah mulut, esophagus, crop,
gizzard, intestine, dan anus. Untuk sirkulasi, ada 5 lingkar aorta sebagai
pemompa darah, pembuluh dorsal dan pembuluh ventral.
BAB 8

DAFTAR PUSTAKA

st
Corey, S., B. Holy., N. Patrick and B. Patrick. (2000). Crickets. 1 Edit. Arizona :
Arizona University

Edwards, C.A, J.R Lofty. (1977). Biology of Earthworms. New York : Springer

Herdiana, D. (2001). Pengaruh pakan terhadap performa tiga jenis jangkrik lokal.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hickman, C. P. et al,. (2008). Integrated Principle of Zoology 14th Edition. New


York : McGraw-Hill Companies

Jasin, Maskoeri. (1984). Sistematik Hewan. Surabaya:Sinar Wijaya

Kastawi, Yusuf. (2003). Zoologi Avertebrata. Malang:UMM

Kordi, M dan A.B Tancung. (2007). Pengeloalan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. hal. 208.

Mader, Sylvia S., Michael Windelspecht. (2016). Biology 12th Edition. New York
: McGraw-Hill Education

Martini, F. H. et al. (2015). Fundamental of Anatomy & Physiology 10th Edition.


San Fransisco: Pearson Higher Education.

Mujiman, A, dan Suyanto, R. (2003). Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya.


Jakarta. hal.211

Pechenik, J.A. (1991). Biology of The Invertebretes. New York:VMC Publishing

Reece, Jane B et al. (2011). Campbell Biology 9th Edition. San Fransisco:Pearson

Rudiana, Esti. (2004). Morfologi dan anatomi cumi-cumi Loligo duvaucell yang
memancarkan cahaya. Jurnal. FPIK Universitas Diponegoro, Semarang

Scanlon, V. C. (2007). Essential of Anatomy and Physiology (5 ed.). Philadelphia:


F. A. Davis Company.

Sribimawati, T. (1984). Serangga dan Lingkungan Hidup. Jakarta : CV Akadama

Ungureanu, Ernest M. (1972). Methods for dissecting dry insects. Bull W.H.O.
Page 240-241

Urry, Lisa A. et al. (2016). Campbell Biology 11th Edition, New York : Pearson
Higher Education

Anda mungkin juga menyukai