Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI2103)

ANATOMI HEWAN INVERTEBRATA: ARTHROPODA


(Gryllus assimilis), CRUSTACEA (Litopenaeous vannamei),
OLIGOCHAETA (Lumbricus terrestris), DAN CEPHALOPODA
(Loligo sp.)
Tanggal Praktikum: 28 Agustus 2019
Tanggal Pengumpulan: 4 September 2019

Disusun Oleh:
Sulthan Rafi Ibrahim
10618008
Kelompok 3

Asisten:
Madevya Shinta M
(10617077)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Beberapa


contoh invertebrata adalah seperti arthropoda, annelida, moluska. Hampir
seluruh hewan di dunia ini adalah invertebrata. Menurut May (1988),
jumlah invertebrata diestimasikan hingga 97% populasi hewan. Bahkan,
jumlah spesies arthropoda yang diketahui mencapai lebih dari satu juta
spesies (Britannica Concise Encyclopedia, 2006). Pada praktikum kali ini,
praktikan akan mengamati anatomi beberapa invertebrata yang diwakilkan
oleh beberapa spesies; Jangkrik (Gryllus assimilis), udang (Litopenaeous
vannamei), cacing tanah (Lumbricus terrestris), dan cumi-cumi (Loligo sp.).
Arti dari anatomi sendiri adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur dari
suatu organisme, dan juga lokasi dan fungsi dari organ-organnya. Dengan
memahami anatomi, kita dapat mengetahui fungsi dan cara bagaimana
organ-organ yang dimiliki oleh spesimen bekerja sama untuk menjaga
keberlangsungan homeostasis.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Anatomi Invertebrata yang diwakilkan


Arthropoda (Gryllus assimilis), Crustacea (Litopenaeous vannamei),
Oligochaeta (Lumbricus terrestris), dan Cephalopoda (Loligo sp.) adalah:

1. Menentukan situs habitus, situs solitus, dan situs viscerum berupa


sistem pencernaan, respirasi, kardiovaskular, dan seksual invertebrata
yang diwakilkan oleh Gryllus assimilis, Litopenaeous vannamei,
Lumbricus terrestris, dan Loligo sp.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jangkrik (Gryllus assimilis)

Gryllus assimilis atau jangkrik merupakan anggota subfilum invertebrata dan kelas
insekta. Insekta memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin, tiga bagian tubuh
(cephal, thorax, dan abdomen), dan tiga pasang kaki. Insekta merupakan salah satu
kelas binatang terbesar, karena terdapat satu juta spesies yang telah diidentifikasi
dan mewakilkan lebih dari setengah organisme di bumi (Chapman, 2006). Jangkrik
biasanya berwarna coklat, dan berukuran dari 16-22 milimeter. Pada bagian luar
tubuh jangkrik, jantan dan betina terlihat identik. Perbedaan yang paling terlihat
dari keduanya adalah betina memiliki ovipositor pada posteriornya. Jangkrik juga
mempunyai dua pasang kaki jalan dan sepasang kaki loncat. Kaki loncat jangkrik
berukuran lebih besar dibandingkan kaki jalan, karena dibutuhkannya energi yang
cukup besar untuk melakukan loncatan. Pada bagian cephal (kepala), jangkrik
memiliki sepasang antenna yang berfungsi sebagai reseptor/sensor ke lingkungan.
Mandibel digunakan oleh jangkrik untuk makan. Jangkrik juga dapat menggali
tanah menggunakan mandibelnya, dan membuang tanah menggunakan kaki
loncatnya atau dengan kepalanya (Huber, 1989).

Gambar 2.1.1 Jangkrik Jantan (Ted Kropiewnicki, 2013.)


2.2 Udang (Litopenaeous vannamei)

Litopenaeous vannamei, dikenal dengan nama udang, merupakan hewan ordo


dekapoda, yang berarti memiliki sepuluh kaki. Litopenaeous vannamei dapat
tumbuh hingga 230 mm (Boone, 1931). Pada bagian cephalothorax terdapat mata,
mandible, antenna. Rostrum pada udang digunakan sebagai alat pertahanan diri.
Selain itu, pada bagian thorax juga terdapat lima pasang pereopod atau kaki jalan.
Pada bagian abdomen, terdapat enam segmen, lima pertama terdapat satu pasang
pleopod (kaki jalan) setiap segmen, dan uropod pada segmen terakhir. Pada segmen
terakhir udang terdapat uropod (kaki dayung) dan telson. Telson yang ujungnya
tajam dan digunakan sebagai alat pertahanan diri juga dilengkapi dengan empat
pasang setae (Tavares, 2010).

2.3 Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

Lumbricus terrestris, atau cacing tanah merupakan hewan oligochaeta, berfilum


Annelida. Cacing tanah berukuran dari 10 mm hingga 3 meter, namun biasanya
hanya tumbuh hingga sekitar 360 mm. Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen.
Pada bagian anterior cacing terdapat mulut yang disebut prostomium. Prostomium
digunakan oleh cacing untuk berinteraksi dengan lingkungan. Sekitar segmen ke-
33, terdapat bagian yang menonjol yang disebut klitelum. Klitelum digunakan oleh
cacing tanah sebagai organ reproduksi.

2.4 Cumi-cumi (Loligo sp.)

Cumi-cumi termasuk hewan cephalopoda. Cumi-cumi memiliki delapan arm dan


dua tentakel panjang. Setiap tangan memiliki otot sirkular yang disebut sucker, dan
berfungsi untuk menempel pada mangsa (Ruppert, 2004). Cumi-cumi memiliki
mantel yang berfungsi untuk melindungi organ dalam. Pada bagian dalam cumi-
cumi, terdapat tulang seperti plastik yang menopang struktur tubuh cumi-cumi,
disebut dengan nama pen (Ruppert, 2004).
2.5 Teknik Pembedahan Hewan

A. Jangkrik (Gryllus assimilis)

Tubuh jangkrik diletakkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas, kemudian


semua kaki jangkrik diputuskan dengan menggunakan gunting. Gunting bedah
disisipkan pada segmen terakhir abdomen dan eksoskeleton dari segmen terakhir
abdomen hingga kepala sepanjang sisi dorsal dipotong. Kemudian potongan
ditahan dengan jarum pentul hingga anatomi internal jangkrik terlihat.

B. Udang (Litopenaeous vannamei)

Udang diletakkan di atas papan styrofoam dengan bagian dorsal menghadap ke atas.
Gunting bedah disisipkan pada segmen terakhir abdomen. Kemudian eksoskeleton
dipotong dari segmen terakhir abdomen hingga cephal sepanjang sisi dorsal udang.
Potongan dibuka hingga anatomi internal udang terlihat.

C. Cumi-cumi (Loligo sp.)

Cumi-cumi diletakkan di atas papan styrofoam dengan bagian ventral menghadap


ke atas. Bagian posterior mantel dipotong hingga bagian paling anterior secara
lurus. Potongan mantel dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga
anatomi internal cumi-cumi terlihat.

D. Cacing tanah (Lumbricus terrestris)

Cacing tanah diletakkan di atas papan styrofoam dengan bagian dorsal menghadap
ke atas. Dibuat potongan kecil pada klitelum (segmen ke-33). Dari potongan
tersebut, dipotong bagian dorsal cacing tanah hingga segmen ke-1 (anterior).
Potongan dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga anatomi internal
cacing tanah terlihat.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum invertebrate yang diwakilkan
Gryllus assimilis, Litopenaeous vannamei, Lumbricus terrestris, dan Loligo sp.
terdapat pada Tabel 3.1.1.
Tabel 3.1.1 Alat dan Bahan Praktikum Invertebrata

Alat Bahan
Scalpel Jangkrik (Gryllus assimilis)
Gunting bedah Udang (Litopenaeous vannamei)
Jarum pentul Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Pinset Cumi-cumi (Loligo sp.)
Jarum jara Sarung tangan
Baki
Papan styrofoam

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Prosedur Pembedahan Jangkrik (Gryllus assimilis)

Jangkrik disiapkan,

 Jangkrik disiapkan di atas papan styrofoam.


 Anatomi eksternal jangkrik diamati.
 Jangkrik ditempatkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas.
 Kaki jangkrik diputuskan dengan menggunakan gunting.
 Gunting disisipkan pada segmen terakhir abdomen.
 Eksoskeleton dipotong dari segmen terakhir abdomen hingga kepala
sepanjang dorsal.
 Potongan dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga anatomi
internal jangkrik terlihat.
 Anatomi internal jangkrik diamati.

Jangkrik selesai.
3.2.2 Prosedur Pembedahan Udang (Litopenaeous vannamei)

Udang disiapkan.

 Udang disiapkan di atas papan styrofoam.


 Anatomi eksternal udang diamati.
 Udang ditempatkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas.
 Gunting bedah disisipkan pada segmen terakhir abdomen.
 Eksoskeleton dipotong dari segmen terakhir abdomen hingga kepala
sepanjang dorsal.
 Potongan dibuka hingga anatomi internal udang terlihat.
 Anatomi internal udang diamati.

Udang selesai.

3.2.3 Prosedur Pembedahan Cumi-cumi (Loligo sp.)

Cumi-cumi disiapkan.

 Cumi-cumi disiapkan di atas papan styrofoam.


 Cumi-cumi ditempatkan dengan bagian ventral (perut) menghadap ke atas.
 Bagian posterior mantel, yang lebih ventral dari sifon, hingga bagian paling
anterior dipotong secara lurus.
 Mantel dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga anatomi
internal cumi-cumi terlihat.
 Anatomi internal cumi-cumi diamati.

Cumi-cumi selesai.

3.2.4 Prosedur Pembedahan Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)


Cacing tanah disiapkan.

 Cacing tanah disiapkan di atas papan styrofoam.


 Cacing tanah ditempatkan dengan bagian dorsal menghadap ke atas.
 Bagian dorsal cacing tanah adalah bagian yang mengandung pigmen
melanin lebih banyak, sehingga terlihat lebih gelap.
 Di buat potongan kecil pada klitelum, sekitar segmen ke-33.
 Di potong bagian dorsal cacing tanah hingga segmen ke-1 (anterior).
 Potongan tersebut dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga
anatomi internal cacing tanah terlihat.
 Anatomi internal cacing tanah diamati.

Cacing tanah selesai.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Anatomi Hewan Invertebrata

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:

Situs Habitus Situs Solitus Literatur

Antenna Cerci

Saluran
Malphigi
Gambar 4.3 Anatomi Eksternal
Jangkrik (Hickman, 2004).
Kaki Jalan
Kaki Loncat

Gambar 4.2 Situs


Gambar 4.1 Situs Habitus Jangkrik Solitus Jangkrik
Jantan (Dokumentasi Pribadi, Jantan (Dokumentasi
2019). Pribadi, 2019).
Fin Pen

Jantung

Mantel

Retraktor
Tentakel Insang
Gambar 4.6 Anatomi Cumi-
Siphon cumi (Hickman, 2004).

Arm

Gambar 4.5 Situs


Gambar 4.4 Situs Habitus Cumi-
Solitus Cumi-cumi
cumi (Dokumentasi Pribadi, 2019).
(Dokumetasi Pribadi,
2019).

Rostrum

Telson

Pleopod

Pereopod

Uropod

Gambar 4.7 Situs Habitus Udang Gambar 4.9 Anatomi Udang


(Dokumentasi Pribadi, 2019). (Hickman, 2004).

Gambar 4.8 Situs


Solitus Udang
(Dokumentasi Pribadi,
2019).

Reseptakel

Prostomium

Klitelum Vesikula seminalis

Gambar 4.12 Anatomi Internal


Gambar 4.10 Situs Habitus Cacing Cacing Tanah (Hickman,
Tanah (Dokumentasi Pribadi, Gambar 4.11 Situs
2004).
2019). Solitus Cacing Tanah
(Dokumentasi Pribadi,
2019).
Inti Sel

Inti Sel

Gambar 4.13 Sel Epitel Kubus Selapis,


Perbesaran 100 Kali (Dokumentasi Pribadi,
2019).

Gambar 4.14 Sel Epitel Pipih Selapis,


Perbesaran 400 kali (Dokumetasi Pribadi,
2019).

Inti Sel
Inti sel

Gambar 4.16 Sel Otot Lurik, Perbesaran


Gambar 4.15 Sel Epitel Silindris, Perbesaran 400 kali (Dokumentasi Pribadi, 2019).
400 kali (Dokumentasi Pribadi, 2019).

Inti sel

Inti sel

Discus interkalar

Gambar 4.17 Sel Otot Polos, Perbesaran 400


kali (Dokumentasi Pribadi, 2019). Gambar 4.18 Sel Otot Jantung, Perbesaran 400
kali (Dokumentasi Pribadi, 2019).
4.2 Pembahasan

Hewan-hewan yang digunakan pada praktikum adalah hewan dalam subfilum


invertebrata. Invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Invertebrata adalah hewan yang paling bervariasi di bumi. Jumlah hewan
invertebrata di bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan seluruh subfilum
vertebrata (Richards, 1977). Kata “invertebrata’’ sendiri berasal dari bahasa Latin
vertebra, yang berarti sendi yang berputar. In- berarti tanpa atau tidak (Tucker,
1931). Hewan invertebrata pada praktikum ini diwakilkan oleh kelompok
Arthropoda (Gryllus assimilis), Crustacea (Litopenaeous vannamei), Oligochaeta
(Lumbricus terrestris), dan Cephalopoda (Loligo sp.).

A. Gryllus assimilis

Gryllus assimilis, dikenal juga dengan nama jangkrik, adalah hewan kelas Insekta.
Insekta adalah hewan yang memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin, dan tubuh
yang terdiri atas tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki, dan
sepasang antenna. Jangkrik biasanya berwarna coklat, dan tumbuh dari 16 hingga
21 mm. Perbedaan jantan dan betina adalah betina memiliki sebuah ovipositor pada
bagian posterior. Pada genus Gryllus, membran timfani posterior jauh lebih besar
dari membran anterior (Mhatre, et. al., 2009). Jangkrik jantan menggunakan
membran timfaninya saat ingin kawin. Jangkrik jantan mencari pasangan dengan
berkompetisi dengan jangkrik jantan lain. Jantan yang menang akan membunyikan
membrannya dengan kencang, sementara yang kalah akan terdiam (Matthews,
2009).

Setelah dipotong dorsalnya dari kloaka hingga thorax, situs solitus jangkrik jantan
dapat diamati. Hal yang paling pertama terlihat adalah gizzard yang besar dan
berwarna hijau. Gizzard digunakan untuk mencerna makanan. Ada saluran tipis
yang berwarna putih di bawah gizzard. Saluran tersebut
dinamakan malphigian tubes. Fungsi malphigian tubes
mirip dengan fungsi ginjal pada mamalia. Kemudian di
Gambar 4.19 Habitus Jangkrik
Jantan ((Schönitzer, 2014).
bagian posterior ada cerci. Cerci berfungsi sebagai alat pertahanan diri jangkrik dari
bahaya.

B. Litopenaeous vannamei

Litopenaeous vannamei, dikenal juga dengan nama udang, merupakan hewan


anggota ordo decapoda. Bagian eksternal udang menunjukkan udang mempunyai
telson pada bagian posteriornya yang digunakan sebagai alat pertahanan diri. Di
bagian posterior juga terdapat uropod (kaki dayung). Pada segmen abdomen
terdapat satu pasang kaki setiap ruas segmen yang bernama pleopod (kaki renang).
Dan kaki pada bagian cephalothorax terdapat lima pasang kaki yang bernama
pereopod. Kaki ini digunakan oleh udang untuk
berjalan. Udang juga memiliki saraf punggung
yang terdapat sepanjang bagian dorsal tubuhnya.
Udang juga memiliki jantung yang berwarna
merah. Pada kepala udang, udang juga memiliki
satu pasang antenna. Antenna digunakan oleh
Gambar 4.20 Litpenaeous vannamei
udang untuk berinteraksi dengan lingkungan (Herman Gunawan, 2006).
sekitarnya.

C. Lumbricus terrestris

Lumbricus terrestris, atau cacing tanah, adalah hewan pada filum Annelida. Cacing
tanah merupakan hermafrodit, yang berarti memiliki organ seksual jantan dan
betina. Panjang cacing tanah dewasa dapat bervariasi dari 10 mm hingga 3 meter
panjangnya, namun rata-rata Lumbricus terrestris tumbuh hingga 36 cm
(Blakemore, 2012). Pada bagian eksternal cacing, terdapat mulut yang disebut
prostomium pada bagian anterior cacing. Pada setiap segmen tubuh cacing tanah
terdapat seta lateral yang digunakan sebagai alat
pergerakan (Edwards, 1996). Sekitar segmen ke-33,
terdapat tonjolan yang sedikit segmennya, disebut dengan
nama klitelum. Fungsi klitelum adalah sebagai alat
Gambar 4.21 Cacing
reproduksi pada cacing tanah. Ketika klitelum dibuka, Tanah Dewasa (Aruna,
2007).
dapat diamati adanya empat bulatan putih besar. Dua bulatan yang dekat dengan
prostomium disebut reseptakel, sementara yang dibelakang adalah vesikula
seminalis. Bulatan hijau besar adalah gizzard, dan biasanya tersambung dengan
usus dan crop (Edwards, 1996). Jantung cacing tanah terletak pada bagian
ventralnya (di belakang gizzard), dan berwarna merah.

D. Loligo sp.

Loligo sp. atau cumi-cumi merupakan hewan anggota Crustacea. Pada bagian
eksternal cumi-cumi dapat diamati Fin, mantel, dan matanya. Fin digunakan oleh
cumi-cumi untuk berenang di air. Mantel digunakan untuk melindungi organ dalam
cumi-cumi. Cumi-cumi memiliki sepuluh kaki (dekapoda), diantaranya terdapat
delapan arm dan dua tentakel. Tentakel cumi dipenuhi oleh otot-otot penghisap
yang disebut sucker (Ruppert, 2004). Organ dalam cumi-cumi yang dapat teramati
berupa tulang putih seperti plastic yang terbuat dari kitin, disebut dengan nama pen.
Pen menjaga struktur tubuh cumi-cumi. Beak adalah mulut bergigi yang dimiliki
oleh cumi-cumi. Beak berada di pangkal delapan arm yang dimiliki cumi-cumi.
Jantung cumi-cumi merupakan gumpalan bulat yang berwarna putih. Cumi-cumi
juga memiliki sepasang insang yang
digunakan sebagai organ respirasi, serta
retraktor yang terletak di sifon. Retraktor
berfungsi untuk menarik mantel untuk
menyerap makanan di lingkungan. Cumi-
cumi adalah karnivora, dan salah satu
invertebrata terpintar. Sebagai contoh
beberapa cumi-cumi Humboldt berburu
dalam kelompok, mengkoordinasikan
gerakan ketika sedang mencari makanan
(Smith, 2012).

Gambar 4.22 Anatomi Cumi-cumi (Michael


Vecchione, et.al., 2012)
BAB V

KESIMPULAN

1. Pada situs habitus jangkrik, terdapat tiga bagian tubuh jangkrik; kepala,
thorax, dan abdomen. Perbedaan jantan dan betina jangkrik adalah jangkrik
betina mempunyai ovipositor pada bagian posterior abdomen. Pada situs
habitus jangkrik terdapat gizzard, crop sebagai organ pencernaan, saluran
malphigi sebagai organ ekskresi, jantung.
2. Pada situs habitus udang, terdapat cephalthorax dan abdomen. Pada ujung
abdomen terdapat uropod dan telson. Pada setiap segmen abdomen udang
terdapat sepasang pleopod. Pada cephalothorax terdapat pereopod, antenna,
dan rostrum.
3. Pada situs habitus cumi-cumi, terdapat fin, mantel, delapan arm, dan dua
tentakel. Setiap tentakel dipenuhi oleh sucker yang digunakan untuk
mencari mangsa. Situs solitus cumi-cumi terdapat pen yang menjaga
struktur tubuh cumi-cumi, jantung, sepasang insang, retraktor yang
berfungsi untuk menggerakkan sifon.
4. Pada situs habitus cacing, terdapat mulut yang berupa prostomium, dan
klitelum pada segmen ke-33. Klitelum berfungsi sebagai organ reproduksi.
Di dalam klitelum terdapat empat bulatan putih besar. Dua bulatan yang
dekat dengan prostomium merupakan reseptakel, dan dua bulatan
dibelakangnya adalah vesikula seminalis. Cacing memiliki gizzard, crop,
dan usus sebagai organ pencernaan. Jantung cacing tanah terletak di
belakang gizzard dan berwarna merah.
DAFTAR PUSTAKA

Blakemore, Robert J., 2012. “Japanese earthworms revisited a decade on


(Oligochaeta: Megadrilacea)”. Zoology in the Middle East. 58.
10.1080/09397140.2012.10648981.

Boone. 1931. Penaeus vannamei. Species Fact Sheets: Food and


Agriculture Organization.

Carolina Tavares; Joel W. Martin. 2010. Suborder Dendrobranchiata Bate,


1888.

Chapman, A.D. 2006. Numbers of living species in Australia and the World.
Canberra: Australian Biological Resources Study.

Edwards, C.A. dan Bohlen, P.J., 1996. Biology and Ecology of Earthworms,
3rd Edition. London: Chapman & Hall.

Huber, Franz. 1989. Cricket Behavior and Neurobiology. London: Cornell


University Press.

Matthews, Robert W.; Matthews, Janice R. 2009. Insect Behavior. Berlin:


Springer Science & Business Media.

May, Robert M., 1988. "How Many Species Are There on Earth?". Science.
241 (4872): 1441–1449

Mhatre, Natasha, et.al., 2009. Mechanical Response of The Tympanal


Membranes of The Free Crickets. Verlag: Springer.

Richards, O. W.; Davies, R.G. 1977. Imms' General Textbook of


Entomology: Volume 1: Structure, Physiology and Development Volume 2:
Classification and Biology. Berlin: Springer.

Ruppert, Edward E.; Fox, Richard, S.; Barnes, Robert D. 2004. Invertebrate
Zoology, 7th edition. University of Michigan: Cengage Learning.

Skeat, Walter William. 1882. An etymological dictionary of the English


language. Philadelphia: Clarendon Press.

Smith, Helena. 2012. "Coordinated Hunting in Red Devils". Deep Sea


News. http://www.deepseanews.com/2012/06/coordinated-hunting-in-red-
devils/ .Diakses 31 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai