Disusun Oleh:
Sulthan Rafi Ibrahim
10618008
Kelompok 3
Asisten:
Madevya Shinta M
(10617077)
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gryllus assimilis atau jangkrik merupakan anggota subfilum invertebrata dan kelas
insekta. Insekta memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin, tiga bagian tubuh
(cephal, thorax, dan abdomen), dan tiga pasang kaki. Insekta merupakan salah satu
kelas binatang terbesar, karena terdapat satu juta spesies yang telah diidentifikasi
dan mewakilkan lebih dari setengah organisme di bumi (Chapman, 2006). Jangkrik
biasanya berwarna coklat, dan berukuran dari 16-22 milimeter. Pada bagian luar
tubuh jangkrik, jantan dan betina terlihat identik. Perbedaan yang paling terlihat
dari keduanya adalah betina memiliki ovipositor pada posteriornya. Jangkrik juga
mempunyai dua pasang kaki jalan dan sepasang kaki loncat. Kaki loncat jangkrik
berukuran lebih besar dibandingkan kaki jalan, karena dibutuhkannya energi yang
cukup besar untuk melakukan loncatan. Pada bagian cephal (kepala), jangkrik
memiliki sepasang antenna yang berfungsi sebagai reseptor/sensor ke lingkungan.
Mandibel digunakan oleh jangkrik untuk makan. Jangkrik juga dapat menggali
tanah menggunakan mandibelnya, dan membuang tanah menggunakan kaki
loncatnya atau dengan kepalanya (Huber, 1989).
Udang diletakkan di atas papan styrofoam dengan bagian dorsal menghadap ke atas.
Gunting bedah disisipkan pada segmen terakhir abdomen. Kemudian eksoskeleton
dipotong dari segmen terakhir abdomen hingga cephal sepanjang sisi dorsal udang.
Potongan dibuka hingga anatomi internal udang terlihat.
Cacing tanah diletakkan di atas papan styrofoam dengan bagian dorsal menghadap
ke atas. Dibuat potongan kecil pada klitelum (segmen ke-33). Dari potongan
tersebut, dipotong bagian dorsal cacing tanah hingga segmen ke-1 (anterior).
Potongan dibuka dan ditahan menggunakan jarum pentul hingga anatomi internal
cacing tanah terlihat.
BAB III
METODOLOGI
Alat Bahan
Scalpel Jangkrik (Gryllus assimilis)
Gunting bedah Udang (Litopenaeous vannamei)
Jarum pentul Cacing tanah (Lumbricus terrestris)
Pinset Cumi-cumi (Loligo sp.)
Jarum jara Sarung tangan
Baki
Papan styrofoam
Jangkrik disiapkan,
Jangkrik selesai.
3.2.2 Prosedur Pembedahan Udang (Litopenaeous vannamei)
Udang disiapkan.
Udang selesai.
Cumi-cumi disiapkan.
Cumi-cumi selesai.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Antenna Cerci
Saluran
Malphigi
Gambar 4.3 Anatomi Eksternal
Jangkrik (Hickman, 2004).
Kaki Jalan
Kaki Loncat
Jantung
Mantel
Retraktor
Tentakel Insang
Gambar 4.6 Anatomi Cumi-
Siphon cumi (Hickman, 2004).
Arm
Rostrum
Telson
Pleopod
Pereopod
Uropod
Reseptakel
Prostomium
Inti Sel
Inti Sel
Inti sel
Inti sel
Inti sel
Discus interkalar
A. Gryllus assimilis
Gryllus assimilis, dikenal juga dengan nama jangkrik, adalah hewan kelas Insekta.
Insekta adalah hewan yang memiliki eksoskeleton yang terbuat dari kitin, dan tubuh
yang terdiri atas tiga bagian (kepala, thorax, dan abdomen), tiga pasang kaki, dan
sepasang antenna. Jangkrik biasanya berwarna coklat, dan tumbuh dari 16 hingga
21 mm. Perbedaan jantan dan betina adalah betina memiliki sebuah ovipositor pada
bagian posterior. Pada genus Gryllus, membran timfani posterior jauh lebih besar
dari membran anterior (Mhatre, et. al., 2009). Jangkrik jantan menggunakan
membran timfaninya saat ingin kawin. Jangkrik jantan mencari pasangan dengan
berkompetisi dengan jangkrik jantan lain. Jantan yang menang akan membunyikan
membrannya dengan kencang, sementara yang kalah akan terdiam (Matthews,
2009).
Setelah dipotong dorsalnya dari kloaka hingga thorax, situs solitus jangkrik jantan
dapat diamati. Hal yang paling pertama terlihat adalah gizzard yang besar dan
berwarna hijau. Gizzard digunakan untuk mencerna makanan. Ada saluran tipis
yang berwarna putih di bawah gizzard. Saluran tersebut
dinamakan malphigian tubes. Fungsi malphigian tubes
mirip dengan fungsi ginjal pada mamalia. Kemudian di
Gambar 4.19 Habitus Jangkrik
Jantan ((Schönitzer, 2014).
bagian posterior ada cerci. Cerci berfungsi sebagai alat pertahanan diri jangkrik dari
bahaya.
B. Litopenaeous vannamei
C. Lumbricus terrestris
Lumbricus terrestris, atau cacing tanah, adalah hewan pada filum Annelida. Cacing
tanah merupakan hermafrodit, yang berarti memiliki organ seksual jantan dan
betina. Panjang cacing tanah dewasa dapat bervariasi dari 10 mm hingga 3 meter
panjangnya, namun rata-rata Lumbricus terrestris tumbuh hingga 36 cm
(Blakemore, 2012). Pada bagian eksternal cacing, terdapat mulut yang disebut
prostomium pada bagian anterior cacing. Pada setiap segmen tubuh cacing tanah
terdapat seta lateral yang digunakan sebagai alat
pergerakan (Edwards, 1996). Sekitar segmen ke-33,
terdapat tonjolan yang sedikit segmennya, disebut dengan
nama klitelum. Fungsi klitelum adalah sebagai alat
Gambar 4.21 Cacing
reproduksi pada cacing tanah. Ketika klitelum dibuka, Tanah Dewasa (Aruna,
2007).
dapat diamati adanya empat bulatan putih besar. Dua bulatan yang dekat dengan
prostomium disebut reseptakel, sementara yang dibelakang adalah vesikula
seminalis. Bulatan hijau besar adalah gizzard, dan biasanya tersambung dengan
usus dan crop (Edwards, 1996). Jantung cacing tanah terletak pada bagian
ventralnya (di belakang gizzard), dan berwarna merah.
D. Loligo sp.
Loligo sp. atau cumi-cumi merupakan hewan anggota Crustacea. Pada bagian
eksternal cumi-cumi dapat diamati Fin, mantel, dan matanya. Fin digunakan oleh
cumi-cumi untuk berenang di air. Mantel digunakan untuk melindungi organ dalam
cumi-cumi. Cumi-cumi memiliki sepuluh kaki (dekapoda), diantaranya terdapat
delapan arm dan dua tentakel. Tentakel cumi dipenuhi oleh otot-otot penghisap
yang disebut sucker (Ruppert, 2004). Organ dalam cumi-cumi yang dapat teramati
berupa tulang putih seperti plastic yang terbuat dari kitin, disebut dengan nama pen.
Pen menjaga struktur tubuh cumi-cumi. Beak adalah mulut bergigi yang dimiliki
oleh cumi-cumi. Beak berada di pangkal delapan arm yang dimiliki cumi-cumi.
Jantung cumi-cumi merupakan gumpalan bulat yang berwarna putih. Cumi-cumi
juga memiliki sepasang insang yang
digunakan sebagai organ respirasi, serta
retraktor yang terletak di sifon. Retraktor
berfungsi untuk menarik mantel untuk
menyerap makanan di lingkungan. Cumi-
cumi adalah karnivora, dan salah satu
invertebrata terpintar. Sebagai contoh
beberapa cumi-cumi Humboldt berburu
dalam kelompok, mengkoordinasikan
gerakan ketika sedang mencari makanan
(Smith, 2012).
KESIMPULAN
1. Pada situs habitus jangkrik, terdapat tiga bagian tubuh jangkrik; kepala,
thorax, dan abdomen. Perbedaan jantan dan betina jangkrik adalah jangkrik
betina mempunyai ovipositor pada bagian posterior abdomen. Pada situs
habitus jangkrik terdapat gizzard, crop sebagai organ pencernaan, saluran
malphigi sebagai organ ekskresi, jantung.
2. Pada situs habitus udang, terdapat cephalthorax dan abdomen. Pada ujung
abdomen terdapat uropod dan telson. Pada setiap segmen abdomen udang
terdapat sepasang pleopod. Pada cephalothorax terdapat pereopod, antenna,
dan rostrum.
3. Pada situs habitus cumi-cumi, terdapat fin, mantel, delapan arm, dan dua
tentakel. Setiap tentakel dipenuhi oleh sucker yang digunakan untuk
mencari mangsa. Situs solitus cumi-cumi terdapat pen yang menjaga
struktur tubuh cumi-cumi, jantung, sepasang insang, retraktor yang
berfungsi untuk menggerakkan sifon.
4. Pada situs habitus cacing, terdapat mulut yang berupa prostomium, dan
klitelum pada segmen ke-33. Klitelum berfungsi sebagai organ reproduksi.
Di dalam klitelum terdapat empat bulatan putih besar. Dua bulatan yang
dekat dengan prostomium merupakan reseptakel, dan dua bulatan
dibelakangnya adalah vesikula seminalis. Cacing memiliki gizzard, crop,
dan usus sebagai organ pencernaan. Jantung cacing tanah terletak di
belakang gizzard dan berwarna merah.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, A.D. 2006. Numbers of living species in Australia and the World.
Canberra: Australian Biological Resources Study.
Edwards, C.A. dan Bohlen, P.J., 1996. Biology and Ecology of Earthworms,
3rd Edition. London: Chapman & Hall.
May, Robert M., 1988. "How Many Species Are There on Earth?". Science.
241 (4872): 1441–1449
Ruppert, Edward E.; Fox, Richard, S.; Barnes, Robert D. 2004. Invertebrate
Zoology, 7th edition. University of Michigan: Cengage Learning.