Disusun oleh:
Kukuh Panji Dewantara
10618042
Kelompok 10
Asisten:
Willy Septian Anggrayana
10616055
1.2. Tujuan
Praktikum sistem respirasi ini bertujuan untuk:
1. Menentukan laju konsumsi oksigen mencit (Mus musculus).
2. Menentukan laju konsumsi oksigen kecoa (Periplaneta americana).
3. Menentukan laju konsumsi oksigen ikan komet (Carassius auratus) pada
air keran.
4. Menentukan laju konsumsi oksigen ikan komet (Carassius auratus) pada
air sabun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respirasi
Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke
dalam tubuh serta membuang karbondioksida dari dalam tubuh. Pada
dasarnya, sistem respirasi dibedakan menjadi dua, respirasi eksternal dan
respirasi internal. Respirasi eksternal sama dengan bernapas sedangkan
respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh
sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel berupa karbondioksida.
Oksigen yang didapat dari lingkungan ini kemudian digunakan dalam proses
fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Fungsi lain dari respirasi
adalah untuk menjaga keseimbangan pH dan keseimbangan elektrik dalam
cairan tubuh. Difusi gas antara organ respirasi dengan lingkungan dapat
terjadi karena adanya perbedaan tekanan gas (Isnaeni, 2006).
Gambar 2.1 Rangkaian alat metode winkler Gambar 2.2 Botol winkler
2.5. Respirometer
Respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur rata-rata
pertukaran oksigen dengan karbondioksida. Prinsip kerja respirometer
adalah dengan mengamati banyaknya oksigen yang digunakan untuk
pernapasan hewan uji dalam satu waktu yang ditandain dengan pergerakan
cairan uji (eosin) pada pipa skala. Reagen yang digunakan dalam uji
respirometer ini KOH dan eosin. KOH digunakan untuk mengikat
karbondioksida yang dihembuskan oleh hewan uji dan mengubahnya
menjadi K2CO3. Eosin bekerja sebagai penanda skala dan bergerak karena
adanya penyurutan volume udara dalam tabung respirometer (Pearson
Education, 2015).
Adapun reaksi kimia yang terjadi pada uji laju konsumsi oksigen
dalam respirometer adalah sebagai berikut.
2KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
BAB III
METODOLOGI
Alat Bahan
Timbangan hewan Mencit
Stopwatch Ikan komet
Respirometer Kecoa
Pipet tetes Kapas
Labu erlenmeyer 2L Larutan KOH 20%
Labu erlenmeyer 250 ml Larutan eosin
Botol winkler 250 ml Vaselin
Gelas ukur 100 ml Syringe
Sembat karet Larutan thiosulfat (Na2S2O3)
Selang plastik Larutan H2SO4
Penjepit Larutan KOH-KI
Buret Larutan MnSO4
Statif Larutan amilum 1%
Klemp
3.2. Cara Kerja
Dalam praktikum ini dilakukan beberapa percobaan dengan masing-
masing cara kerja sebagai berikut.
3.2.1. Pengukuran Laju Konsumsi O2 Ikan Komet dengan Metode Winkler
Labu erlenmeyer 2L dan 2 selang disusun sehingga membentuk alat
metode Winkler. Salah satu selang dihubungkan dengan kran air
(saluran masuk, SM) dan yang lainnya berfungsi sebagai saluran
keluar (SK). Diisikan air dan dimasukkan ikan yang telah ditimbang
berat badannya. Air pada labu dialirkan ke botol winkler melalui SK.
SK dan SM kemudian ditahan dengan penjepit. Air pada botol
winkler dititrasi, ditambahkan dengan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-
KI. Botol winkler ini kemudian dibolak-balik sampai oksigen terikat
sempurna dan didiamkan selama 20 menit sampai terbentuk endapan.
Diambil 2 ml larutan dipermukaan botol winkler dan tambahkan
dengan 1 ml H2SO4 pekat. Botol ditutup dan dibolak-balik sampai
larutan berwarna kuning kecoklatan dan endapan larut. Dipindahkan
100 ml larutan dibotol winkler ke labu erlenmeyer menggunakan
gelas ukur. Setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna
kuning semu. Ditambahkan amilum 1% sebanyak 5-10 tetes sampai
larutan berwarna biru tua. Campuran ini kemudian dititrasi dengan
Na2S2O3 hingga warna biru menghilang. Percobaan ini dilakukan
kembali pada waktu ke-60menit. Dihitung laju konsumsi oksigen
ikan komet.
Rata-rata 50,1845
4.1.2. Perhitungan Laju Konsumsi O2 Kecoa dengan Respirometer
Laju konsumsi oksigen kecoa secara matematis dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rata-rata 64,184125
4.1.3. Perhitungan Laju Konsumsi O2 Ikan Perlakuan Air Keran
Laju konsumsi oksigen ikan perlakuan air keran secara matematis
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rata-rata -0,01546325
4.1.4. Perhitungan Laju Konsumsi O2 Ikan Perlakuan Air Sabun
Laju konsumsi oksigen ikan perlakuan air sabun secara matematis
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Rata-rata -0,060455
4.2. Pembahasan
Berdasarkan data hasil percobaan tentang pengukuran laju konsumsi
oksigen mencit, kecoa, dan ikan komet ditemukan beberapa perbedaan
dengan data yang terdapat pada literatur. Dari percobaan yang dilakukan
beberapa kelompok, rata-rata laju konsumsi oksigen mencit adalah 50,1845
ml/jam gram, rata-rata laju konsumsi oksigen kecoa adalah 64,184125
ml/jam gram, rata-rata laju konsumsi oksigen ikan perlakuan air keran
adalah -0,01546325 ml/jam gram, dan rata-rata laju konsumsi oksigen ikan
perlakuan air sabun adalah -0,060455 ml/jam gram.
Sebagai contoh, nilai rata-rata laju konsumsi oksigen mencit hasil
percobaan adalah 50,1845 ml/jam gram, sedangkan pada literatur diketahui
laju respirasi mencit adalah 163 ml/gram menit atau sekitar 9780 ml/jam
gram dan terlihat perbedaan yang sangat signifikan (Singagerda,2009).
Untuk ikan, laju konsumsi oksigennya pada air keran adalah -0,01546325
ml/jam gram, pada air sabun -0,060455 ml/jam gram sedangkan pada
literatur 0,14 ml/jam gram pada saat tidak aktif dan 0,255 ml/jam gram pada
saat aktif (Seeley, 2003). Perbedaan ini juga terjadi pada laju konsumsi
oksigen kecoa, dari hasil percobaan didapat laju sebesar 64,184125 ml/jam
gram sedangkan menurut literatur adalah 0,38 ml/jam gram (Bell, J. W,
1981).
Secara tidak langsung, nilai laju konsumsi oksigen ini dapat
menggambarkan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
konsumsi oksigen itu sendiri. Namun data yang didapat itu kurang sesuai
dengan literatur yang ada. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju
konsumsi oksigen adalah massa tubuh, semakin besar massa tubuh
organisme maka semakin besar juga laju konsumsi oksigennya (Isnaeni,
2006). Pada data hasil percobaan didapati bahwa mencit dengan massa
tubuh 19,8 gram memiliki laju konsumsi oksigen sebesar 38,471 ml/jam
gram sedangkan mencit dengan massa 15,7 gram memiliki laju konsumsi
oksigen 114,641 ml/jam gram. Hal ini juga terjadi pada laju konsumsi
oksigen kecoa, dimana organisme yang memiliki massa tubuh lebih ringan
justru memiliki laju konsumsi oksigen yang lebih besar dibanding dengan
organisme yang massanya lebih berat. Tentu saja hasil ini tidak sesuai
dengan literatur bahwa semakin besar ukuran tubuh suatu organisme maka
semakin besar kebutuhan oksigennya sehingga laju konsumsi oksigennya
juga makin besar (Isnaeni, 2006).
Selain itu juga terdapat beberapa data lain yang kurang valid, sebagai
contoh data tentang laju konsumsi oksigen pada ikan komet, dimana dalam
perhitungannya didapatkan laju konsumsi oksigen yang bernilai negatif.
Perbedaan perlakuan pada ikan komet mempengaruhi laju konsumsi oksigen
ikan tersebut. Ikan komet pada air sabun memiliki laju konsumsi oksigen
yang lebih kecil dibandingkan ikan komet pada air keran dan ini sesuai
dengan literatur bahwa kadar oksigen pada air sabun lebih rendah daripada
air keran (Salmin, 2005). Jika dibandingkan rata-rata laju konsumsi oksigen
dari tiga jenis organisme tersebut maka didapat bahwa urutan laju oksigen
kecoa > mencit > ikan perlakuan air keran > ikan perlakuan air sabun
didasarkan bahwa untuk hewan endoterm, hewan yang berukuran lebih kecil
akan memiliki laju konsumsi oksigen per unit massa yan lebih besar (Ecker,
1983).
Adanya data-data yang tidak sesuai ini menyebabkan kejanggalan pada
saat pengolahan data. Hal tersebut dapat terjadi karena proses pengamatan
yang kurang teliti sehingga banyak kejadian yang tidak teramati, praktikan
salah melakukan prosedur kerja, serta peralatan praktikum yang kondisinya
kurang mendukung.
Prinsip kerja respirometer adalah dengan mengamati banyaknya
oksigen yang digunakan untuk pernapasan hewan uji dalam satu waktu yang
ditandain dengan pergerakan cairan uji (eosin) pada pipa skala. Reagen yang
digunakan dalam uji respirometer ini KOH dan eosin. KOH digunakan
untuk mengikat karbondioksida yang dihembuskan oleh hewan uji dan
mengubahnya menjadi K2CO3. Eosin bekerja sebagai penanda skala dan
bergerak karena adanya penyurutan volume udara dalam tabung
respirometer (Pearson Education, 2015). Adapun reaksi kimia yang terjadi
dalam respirometer adalah sebagai berikut.
2KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
Metode Winkler merupakan suatu cara untuk menentukan kadar
oksigen yang terlarut dalam air. Dalam metode ini, kadar oksigen dalam air
ditentukan melalui proses titrasi dan prinsip kerja tersebut digunakan untuk
mengetahui laju konsumsi oksigen suatu hewan uji dalam air (Chiya
Numako, 1995). Dalam metode Winkler digunakan beberapa reagen dengan
tujuan tertentu, yaitu KOH-KI dan MnSO4 berfungsi untuk mengikat
oksigen sehingga terjadi endapan. H2SO4 berfungsi untuk melarutkan
endapan yang terbentuk sebelumnya, amilum digunakan sebagai indikator
oksigen, dan Na2S2O3 juga berfungsi sebagai indikator serta larutan standar
titrasi (Salmin, 2005). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada uji laju
konsumsi oksigen dengan metode Winkler diantaranya:
2MnSO4 + O2 → 2MnO(OH)2
MnO2 + 2KI + 2H2O → MnO(OH)2 + I2 +2KOH
4 MnO(OH)2 + O2 + 2H2O → 4 MnO(OH)3
I2 + 2 Na2S2O3 → Na2S4O6 + 2NaI
Mn(SO4) 2 + 2I- → Mn2+ + I2 + 2 SO42-
2S2O32- + I2 → S4O62- + 2I-
BAB V
KESIMPULAN