NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
BAB III
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT
1. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
Jawaban: Karbohidrat menurut strukturnya terbagi menjadi tiga, yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak bisa
dihidrolisasi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contohnya yaitu triosa, tetrosa, pentosa,
dll. Sementara itu polisakarida mengandung banyak monosakarida–kadang ratusan hingga
ribuan. Biasanya, tapi tidak selalu, unit dari polisakarida identik, seperti pati dan selulosa, yang
mengandung monosakarida yang sama, yaitu glukosa. Contoh lain dari polisakarida yaitu
glikogen. Oligosakarida (dari bahasa yunani oligo: beberapa) mengandung setidaknya dua dan
umumnya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida. Mereka biasanya disebut disakarida,
trisakarida, dan seterusnya tergantung jumlah unitnya. Contohnya yaitu maltosa, selobiosa,
laktosa, dan sukrosa yang semuanya dari disakarida (Hart, 2012).
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Reagen Molisch
Pereaksi molisch terbuat dari pelarutan α-naftol dalam pelarut organik seperti etanol, alkohol
dan khloroform, serta sedikit asam sulfat pekat dalam etanol 95%. Reagen ini termasuk produk
yang stabil dan dapat beraksi dengan panas, nyala api dan asam klorida (García, 2016).
2.2 H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat murni berupa cairan
seperti minyak disebut juga minyak vitriol, bersifat korosif, cairan bening tak berwarna dan tak
berbau. Produk ini dapat mengalami peruraian bila kena panas, dan mengeluarkan gas SO2. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan (García, 2016).
2.3 Larutan Yodium
Larutan yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium 100%. Yodium
merupakan halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling elektropositif. Memiliki titk
didih 457 K dan titik lebur 387 K. Produk ini dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta mengganngu paru-paru. Hindari produk ini dari pencemaran dengan
mengaktifkan kembali zat atau bahan-bahan dan jangan mencampur dengan bahan alkali
(García, 2016).
2.4 Reagen Barfoed
Pereaksi ini terbuat dari Cu(CH3COO)2 dan asam asetat glasial yang dilarutkan dalam air.
Reagen ini cukup beracun karna keberadaan tembaga asetat. Sehingga dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat
bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang sangat mudah
terbakar (García, 2016).
2.5 Reagen Benedict
Reagen benedict adalah produk yang stabil dan dapat bereaksi cepat dengan asam namun
bereaksi lambat dengan alkali. Pereaksi ini dibuat dari pencampuran larutan Natrium sitrat 17%
dan Na2CO3 9% dengan larutan CuSO4.5H2O 1,7%. Reagen ini dapat menyebabkan iritasi pada
mata, gangguan indera pengecap, iritasi saluran pencernaan yang parah dengan nyeri perut,
mual, muntah dan diare pendarahan pada saluran pencernaan serta iritasi pada saluran pernafaan
(García, 2016).
2.6 Glukosa
Glukosa merupakan salah satu jenis gula monosakarida. Glukosa merupakan gula yang
mengandung 6 atom karbon yang saling berikatan membentuk ikatan glikosidik. Glukosa juga
merupakan salah satu karbohidrat terpenting sebagai sumber tenaga hewan dan tumbuhan
(García, 2016).
(Hart, 2012).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
2.7 Fruktosa
Fruktosa atau biasa dikenal dengan gula buah, merupakan isomer dari glukosa yang juga
memiliki 6 atom karbon yang saling berikatan. Fruktosa murni berbentuk kristal padat dan
mudah larut dan air. Fruktosa dan glukosa memiliki susunan struktur yang berbeda (García,
2016).
(Hart, 2012)
2.8 Sukrosa
Disakarida komersial yang paling penting yaitu sukrosa, gula meja biasa. Lebih dari 130 juta
ton diproduksi pertahun diseluruh dunia. Sukrosa muncul di semua tanaman yang
berfotosintesis, dimana fungsinya sebagai sumber energi. Sukrosa didapatkan dari tebu dan bit
gula, dimana itu merupakan 14% sampai 20% dari tanaman (Hart, 2012).
(Hart, 2012).
2.9 Maltosa
Maltosa adalah disakarida yang didapatkan dari bagian hidrolisis dari pati. Lebih lanjut
hidrolisis dari maltosa hanya memberi d-glukosa. Mltosa harus memiliki dua unit glukosa yang
terhubung. Yang ternyata karbon anomer yang tersisa terhubung dengan C-4 dari gugus
hidroksil di sebelah kanan sebagai asetal (glikosida). Konfigurasi pada karbon anomer di
sebelah kiri adalah α. Dalam bentuk kristal, karbin anomer di sebelah kanan memiliki
konfigurasi β. Keduanya adalah piranosam dan unit kanan mengisi peran yang sama seperti
metanol (Hart, 2012).
(Hart, 2012).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
2.10 Pati
Pati digunakan untuk penyimpanan energi pada tanaman. Pati ditemukan disemua biji dan umbi
tanaman dan adalah bentuk dimana glukosa disimpan untuk digunakan nanti. Pati dapat
dipisahkan menjadi dua pokok polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin. Walaupun pati dari
tiap tanaman berbeda-beda dan unik, kebanyakan pati mengandung 20% sampai 25% amilosa
dan 75%-80% amilopektin (Brown, 2017).
(Hart, 2012).
2.11 Dekstrin
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang dibuat dengan
modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak
kental serta lebih stabil daripada pati, sebagai bahan pembawa bahan pangan yang aktif seperti
bahan flavor, pewarna, dan remah yang memerlukan sifat mudah larut ketika ditambahkan air.
Dekstrin juga berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk
dalam bentuk serbuk (Brown, 2017).
(Brown, 2017).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
3. Diagram Alir
3.1 Uji Molisch
1 ml sampel
2 tetes reagen
Molisch
Dikocok
1 ml H2SO4
Diamati
Hasil
1 tetes larutan
yodium
Diamati
Hasil
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
1 ml reagen
barfoed
Dipanaskan dalam penangas air
Diamati
Hasil
1 ml reagen
benedict
diamati
Hasil
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
Daftar Pustaka
Brown, William H. 2017. Organic Chemistry. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,
García, Joaquín Isac. 2016. Experimental Organic Chemistry Laboratory Manual. Granada:
Elsevier
Hart, David J. 2012. Organic Chemistry: A Short Course, 13th Edition. Belmont: Cengage
Learning
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
Pada uji molisch ini, H2SO4 berperan sebagai agen untuk mendehidrasi senyawa
karbohisrat untuk membentuk cincin furfural. Sedangkan, reagen molisch yang
terdiri dari senyawa α-naftol akan bereaksi untuk membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.
2. Sukrosa
Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel sukrosa berwarna
bening sedikit keruh. Hasil akhir dari uji molisch pada sukrosa menunjukkan
bahwa uji positifnya terbukti karena saat sudah ditetesi H2SO4 sampel
langsung berubah warna menjadi ungu tua. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur (Klein, 2017) yang menyatakan bahwa suatu sampel yang
mengandung karbohidrat jika diuji dengan uji Molisch, maka hasil uji
positifnya akan menghasilkan warna ungu yang dikarenakan penambahan
senyawa H2SO4 yang bertujuan sebagai konsidering agen dan untuk
membentuk cincin multifurfural.
3. Pati
Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel pati berwarna putih
keruh. Hasil akhir dari uji molisch pada pati menunjukkan bahwa uji
positifnya terbukti karena saat sudah ditetesi H2SO4 sampel langsung berubah
warna menjadi ungu tua. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Klein, 2017)
yang menyatakan bahwa suatu sampel yang mengandung karbohidrat jika
diuji dengan uji Molisch, maka hasil uji positifnya akan menghasilkan warna
ungu yang dikarenakan penambahan senyawa H2SO4 yang bertujuan sebagai
konsidering agen dan untuk membentuk cincin multifurfural.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
Pada uji yodium ini, larutan yodium berfungsi sebagai reagen yang akan
bereaksi dengan sampel membentuk senyawa triodida yang akan masuk ke
dalam unsur helikal pati dan akan membentuk hasil akhir berupa terbentuknya
senyawa kompleks berwarna biru pekat.
2. Glukosa
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel maltosa berwarna bening
keruh. Pada sampel maltosa, setelah ditetesi dengan larutan yodium sampel
menjadi berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan
larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan) yang menandakan bahwa
sukrosa tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan
yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru
kehitaman. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen
yodium maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat, pada
sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen yodium maka akan terjadi
perubahan warna menjadi warna biru pekat, sedangkan pada glukosa tidak
terdapat perubahan warna karena glukosa merupakan kelompok gula
monosakarida.
3. Sukrosa
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel glukosa berwarna bening
keruh. Pada sampel glukosa, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel
berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan larutan
yodium yang berwarna cokelat kemerahan) yang menandakan bahwa glukosa
tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan yodium
tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman.
Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang menyatakan bahwa
pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen yodium maka akan
terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat, sedangkan pada sukrosa
tidak terdapat perubahan warna karena sukrosa termasuk ke dalam kelompok
disakarida.
4. Pati
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel pati berwarna putih keruh.
Pada sampel pati, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berubah
warna menjadi biru kompleks yang menandakan bahwa sampel pati
mengandung pati. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen
yodium maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
2. Fruktosa
Fruktosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan 1 ml reagen Barfoed,
sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian
sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang berada di gelas beker 250
ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah dilakukan pemanasan,
terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung reaksi dengan
sampel fruktosa, dan dapat diketahui bahwa fruktosa memiliki gugus gula
pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Winter, 2016) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung monosakarida atau
disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara ditambahkan reagen
barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan monosakarida dapat bereaksi
lebih cepat dikarenakan memiliki masih memiliki gugus aldehid atau keton
yang dapat bermutasi membentuk rantai terbuka dan masih memiliki gugus
pereduksi.
3. Maltosa
Maltosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan 1 ml reagen Barfoed,
sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian
sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang berada di gelas beker 250
ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah dilakukan pemanasan,
terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung reaksi dengan
sampel maltosa, dan dapat diketahui bahwa maltosa memiliki gugus gula
pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Winter, 2016) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung monosakarida atau
disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara ditambahkan reagen
barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan monosakarida dapat bereaksi
lebih cepat dikarenakan memiliki masih memiliki gugus aldehid atau keton
yang dapat bermutasi membentuk rantai terbuka dan masih memiliki gugus
pereduksi.
4. Sukrosa
Sukrosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan masing-masing 1 ml
reagen Barfoed, semua sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru
muda bening. Kemudian sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang
berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah
sekian lama dipanaskan namun tidak ada tanda-tanda terbentuknya endapan
merah bata pada sampel sukrosa, yang menandakan bahwa sukrosa tidak
mengandung gugus gula pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur
(Winter, 2016) yang menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung
monosakarida atau disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara
ditambahkan reagen barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan
monosakarida dapat bereaksi lebih cepat dikarenakan memiliki masih
memiliki gugus aldehid atau keton yang dapat bermutasi membentuk rantai
terbuka dan masih memiliki gugus pereduksi.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
Pada uji benedict ini, reagen barfoed akan bereaksi dengan gula pereduksi untuk
membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah bata.
lambat karena glukosa tidak memiliki gugus keton yang dapat membentuk
cincin furfural.
2. Fruktosa
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi
dalam suasana basa. Uji positif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat
sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah ditambahkan reagen
Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian setelah
dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel fruktosa berubah menjadi
warna merah hati. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Bruice, 2017) yang
menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula
pereduksi yang ditandai dengan hasil uji positifnya akan menghasilkan
perubahan warna menjadi merah bata. Fruktosa bereaksi lebih cepat daripada
glukosa karena pada fruktosa sudah terdapat gugus alfa-hidroksi keton yang
akan berubah menjadi cincin furfural.
3. Sukrosa
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi
dalam suasana basa. Uji positif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat
sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah ditambahkan reagen
Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian setelah
dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel sukrosa tetap berwarna biru
muda walaupun sudah dipanaskan dengan waktu yang sama dengan
pemanasan sampel lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Bruice,
2017) yang menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya gula pereduksi yang ditandai dengan hasil uji positifnya akan
menghasilkan perubahan warna menjadi merah bata. Pada sukrosa tidak
mengalami perubahan warna apa-apa dikarenakan tidak memiliki gugus gula
pereduksi bebas
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
5. Pertanyaan
1. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Untuk mengidentifikasi gula pereduksi pada uji benedict adalah dengan memasukkan
sampel sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 ml reagen
benedict yang kemudian dibakar langsung diatas api bunsen. Kemudian diamati
perubahannya, dengan hasil uji positinya terjadi perubahan warna menjadi merah bata
(Clayden, 2012).
6. Kesimpulan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui prinsip dasar uji kualitatif
karbohidrat dan untuk mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode. Pada
praktikum kali ini terdapat empat jenis uji kulitatif karbohidrat yang tentunya juga memiliki
perbedaan pada prinsipnya masing masing. Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol
akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan. Prinsip uji Yodium yakni larutan
yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan
masuk dalam struktur helikal pati dan menghasilkan warna biru pekat. Prinsip uji Barfoed
adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan
kupro oksida berwarna merah bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO4 dalam
suasana basa akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O
yang berwarna merah bata. Dari praktikum ini juga dihasilkan hasil yang berbeda pada tiap
ujinya. Pada uji Molisch menghasilkan uji positif pada glukosa, sukrosa, dan pati. Pada uji
Yodium menghasilkan uji positif pada dekstrin dan pati. Pada uji Barfoed menghasilkan uji
positif pada glukosa, maltosa dan fruktosa. Dan yang terakhir adalah uji Benedict yang
menghasilkan uji postif pada glukosa dan fruktosa.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7
Clayden, Jonathan. 2012. Organic Chemistry. New York City: Oxford University Press Inc.,
Fox, Marye Anne. 2010. Organic Chemistry 3rd Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett
Publishers
Klein, David R. 2017. Organic Chemistry. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,
Klein, David R. 2017. Organic Chemistry as a Second Language First Semester Topics.
Hoboken John Wiley & Sons, Inc.,
Winter, Arthur. 2016. Organic Chemistry I for Dummies. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,