Anda di halaman 1dari 18

Nama Luqman Anthoni Arethusa

NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

BAB III
UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT
1. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
Jawaban: Karbohidrat menurut strukturnya terbagi menjadi tiga, yaitu monosakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak bisa
dihidrolisasi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contohnya yaitu triosa, tetrosa, pentosa,
dll. Sementara itu polisakarida mengandung banyak monosakarida–kadang ratusan hingga
ribuan. Biasanya, tapi tidak selalu, unit dari polisakarida identik, seperti pati dan selulosa, yang
mengandung monosakarida yang sama, yaitu glukosa. Contoh lain dari polisakarida yaitu
glikogen. Oligosakarida (dari bahasa yunani oligo: beberapa) mengandung setidaknya dua dan
umumnya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida. Mereka biasanya disebut disakarida,
trisakarida, dan seterusnya tergantung jumlah unitnya. Contohnya yaitu maltosa, selobiosa,
laktosa, dan sukrosa yang semuanya dari disakarida (Hart, 2012).

2. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Barfoed?


Jawaban: Uji barfoed digunakan untuk mendeteksi adanya monosakarida dalam suatu sampel.
Prinsip uji barfoed ini didasarkan pada pengurangan tembaga (II) asetat menjadi tembaga (I)
oksida. Sehingga pada sampel yang positif terbentuk endapan merah bata (García, 2016).

3. Bagaimanakah reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?


Jawaban: Uji yodium merupakan kondensaisi iodin dengan karbohidrat. Monosakarida
menghasilkan warna yang khas, karena dalam larutan pati, terdapat unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks sebab adanya ikatan dengan konfigurasi pada setiap unit glukosanya.
Bentuk ini menybabkan pati membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk
ke dalam spiralnya, sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut (Brown,
2017).

4. Apa fungsi dari uji Benedict?


Jawaban: Uji benedict adalah uji kimia yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan
gula pereduksi, meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa (Brown, 2017).

5. Jelaskan mekanisme dari uji Molisch!


Jawaban: Karbohidrat bila direaksikan dengan larutan naftol dalam alkohol, kemudian
ditambahkan H2SO4 pekat secara hati-hati, pada batas cairannya akan terbentuk furfural
berwarna ungu (García, 2016).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Reagen Molisch
Pereaksi molisch terbuat dari pelarutan α-naftol dalam pelarut organik seperti etanol, alkohol
dan khloroform, serta sedikit asam sulfat pekat dalam etanol 95%. Reagen ini termasuk produk
yang stabil dan dapat beraksi dengan panas, nyala api dan asam klorida (García, 2016).
2.2 H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat murni berupa cairan
seperti minyak disebut juga minyak vitriol, bersifat korosif, cairan bening tak berwarna dan tak
berbau. Produk ini dapat mengalami peruraian bila kena panas, dan mengeluarkan gas SO2. Zat
ini larut dalam air pada semua perbandingan (García, 2016).
2.3 Larutan Yodium
Larutan yodium adalah produk yang stabil dimana terdiri dari iodium 100%. Yodium
merupakan halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling elektropositif. Memiliki titk
didih 457 K dan titik lebur 387 K. Produk ini dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan
tenggorokan serta mengganngu paru-paru. Hindari produk ini dari pencemaran dengan
mengaktifkan kembali zat atau bahan-bahan dan jangan mencampur dengan bahan alkali
(García, 2016).
2.4 Reagen Barfoed
Pereaksi ini terbuat dari Cu(CH3COO)2 dan asam asetat glasial yang dilarutkan dalam air.
Reagen ini cukup beracun karna keberadaan tembaga asetat. Sehingga dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit, gangguan indera pengecap dan gangguan pernafasan. Produk ini dapat
bereaksi dengan kebanyakan logam untuk menghasilkan gas hidogen yang sangat mudah
terbakar (García, 2016).
2.5 Reagen Benedict
Reagen benedict adalah produk yang stabil dan dapat bereaksi cepat dengan asam namun
bereaksi lambat dengan alkali. Pereaksi ini dibuat dari pencampuran larutan Natrium sitrat 17%
dan Na2CO3 9% dengan larutan CuSO4.5H2O 1,7%. Reagen ini dapat menyebabkan iritasi pada
mata, gangguan indera pengecap, iritasi saluran pencernaan yang parah dengan nyeri perut,
mual, muntah dan diare pendarahan pada saluran pencernaan serta iritasi pada saluran pernafaan
(García, 2016).
2.6 Glukosa
Glukosa merupakan salah satu jenis gula monosakarida. Glukosa merupakan gula yang
mengandung 6 atom karbon yang saling berikatan membentuk ikatan glikosidik. Glukosa juga
merupakan salah satu karbohidrat terpenting sebagai sumber tenaga hewan dan tumbuhan
(García, 2016).

(Hart, 2012).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2.7 Fruktosa
Fruktosa atau biasa dikenal dengan gula buah, merupakan isomer dari glukosa yang juga
memiliki 6 atom karbon yang saling berikatan. Fruktosa murni berbentuk kristal padat dan
mudah larut dan air. Fruktosa dan glukosa memiliki susunan struktur yang berbeda (García,
2016).

(Hart, 2012)
2.8 Sukrosa
Disakarida komersial yang paling penting yaitu sukrosa, gula meja biasa. Lebih dari 130 juta
ton diproduksi pertahun diseluruh dunia. Sukrosa muncul di semua tanaman yang
berfotosintesis, dimana fungsinya sebagai sumber energi. Sukrosa didapatkan dari tebu dan bit
gula, dimana itu merupakan 14% sampai 20% dari tanaman (Hart, 2012).

(Hart, 2012).
2.9 Maltosa
Maltosa adalah disakarida yang didapatkan dari bagian hidrolisis dari pati. Lebih lanjut
hidrolisis dari maltosa hanya memberi d-glukosa. Mltosa harus memiliki dua unit glukosa yang
terhubung. Yang ternyata karbon anomer yang tersisa terhubung dengan C-4 dari gugus
hidroksil di sebelah kanan sebagai asetal (glikosida). Konfigurasi pada karbon anomer di
sebelah kiri adalah α. Dalam bentuk kristal, karbin anomer di sebelah kanan memiliki
konfigurasi β. Keduanya adalah piranosam dan unit kanan mengisi peran yang sama seperti
metanol (Hart, 2012).

(Hart, 2012).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2.10 Pati
Pati digunakan untuk penyimpanan energi pada tanaman. Pati ditemukan disemua biji dan umbi
tanaman dan adalah bentuk dimana glukosa disimpan untuk digunakan nanti. Pati dapat
dipisahkan menjadi dua pokok polisakarida, yaitu amilosa dan amilopektin. Walaupun pati dari
tiap tanaman berbeda-beda dan unik, kebanyakan pati mengandung 20% sampai 25% amilosa
dan 75%-80% amilopektin (Brown, 2017).

(Hart, 2012).
2.11 Dekstrin
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang dibuat dengan
modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak
kental serta lebih stabil daripada pati, sebagai bahan pembawa bahan pangan yang aktif seperti
bahan flavor, pewarna, dan remah yang memerlukan sifat mudah larut ketika ditambahkan air.
Dekstrin juga berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk
dalam bentuk serbuk (Brown, 2017).

(Brown, 2017).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

3. Diagram Alir
3.1 Uji Molisch
1 ml sampel

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

2 tetes reagen
Molisch
Dikocok

1 ml H2SO4

Diamati

Hasil

3.2 Uji Yodium


1 ml sampel

Diteteskan diatas cawan petri

1 tetes larutan
yodium
Diamati

Hasil
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

3.3 Uji Barfoed


5 tetes larutan sampel

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

1 ml reagen
barfoed
Dipanaskan dalam penangas air

Diamati

Hasil

3.4 Uji Benedict


2 tetes sampel

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

1 ml reagen
benedict

dipanaskan diatas bunsen

diamati

Hasil
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

Daftar Pustaka
Brown, William H. 2017. Organic Chemistry. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,

García, Joaquín Isac. 2016. Experimental Organic Chemistry Laboratory Manual. Granada:
Elsevier

Hart, David J. 2012. Organic Chemistry: A Short Course, 13th Edition. Belmont: Cengage
Learning
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

4. Hasil Percobaan Dan Pengamatan


4.1 Uji Molisch
4.1.1 Tuliskan data hasil uji Molisch
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Glukosa Cokelat kehitaman (+)
Sukrosa Cokelat kehitaman (+)
Pati Ungu tua (+)
4.1.2 Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
4.1.2.1 Prinsip, Reaksi dan Mekanisme Uji Molisch
Prinsip dari uji molisch sendiri adalah reaksi yang terjadi oleh dehidrasi
karbohidrat dengan α-naftol yang akan membentuk senyawa berwarna ungu.
Mekanisme reaksinya yang pertama adalah karbohidrat akan dihidrasi oleh
H2SO4 membentuk cincin furfural yang beratom karbon 5. Kemudian cincin
furfural yang terbentuk akan bereaksi dengan α-naftol untuk membentuk hasil
akhir berupa terbentuknya senyawa kompleks berwarna ungu.

4.1.2.2 Analisa Prosedur


Hal pertama yang harus dilakukan dalam uji molisch adalah menyiapkan alat
dan bahan berupa tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, labu hisap, dan
pipet tetes. Dan bahan yang digunakan adalah 1 ml glukosa, 1 ml sukrosa, 1 ml
pati, 1 ml H2SO4, dan reagen molisch. Setelah itu, masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml. Setelah itu, masing-masing
sampel ditambahkan 2 tetes reagen molisch dan dikocok. Kemudian, tambahkan
1 ml H2SO4 ke dalam sampel di dalam lemari asam. Dan, amati perubahan yang
terjadi dan catat hasilnya di lembar kerja.

Pada uji molisch ini, H2SO4 berperan sebagai agen untuk mendehidrasi senyawa
karbohisrat untuk membentuk cincin furfural. Sedangkan, reagen molisch yang
terdiri dari senyawa α-naftol akan bereaksi untuk membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.

4.1.2.3 Pembahasan Sampel


1. Glukosa
Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel glukosa yang belum
ditambahkan reagen apapun berwarna bening sedikit keruh. Hasil akhir dari
uji mosch pada glukosa menunjukkan bahwa uji positifnya terbukti karena
saat sudah ditetesi H2SO4 sampel langsung berubah warna menjadi ungu tua.
Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Klein, 2017) yang menyatakan bahwa
suatu sampel yang mengandung karbohidrat jika diuji dengan uji Molisch,
maka hasil uji positifnya akan menghasilkan warna ungu yang dikarenakan
penambahan senyawa H2SO4 yang bertujuan sebagai konsidering agen dan
untuk membentuk cincin multifurfural.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2. Sukrosa
Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel sukrosa berwarna
bening sedikit keruh. Hasil akhir dari uji molisch pada sukrosa menunjukkan
bahwa uji positifnya terbukti karena saat sudah ditetesi H2SO4 sampel
langsung berubah warna menjadi ungu tua. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur (Klein, 2017) yang menyatakan bahwa suatu sampel yang
mengandung karbohidrat jika diuji dengan uji Molisch, maka hasil uji
positifnya akan menghasilkan warna ungu yang dikarenakan penambahan
senyawa H2SO4 yang bertujuan sebagai konsidering agen dan untuk
membentuk cincin multifurfural.
3. Pati
Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel pati berwarna putih
keruh. Hasil akhir dari uji molisch pada pati menunjukkan bahwa uji
positifnya terbukti karena saat sudah ditetesi H2SO4 sampel langsung berubah
warna menjadi ungu tua. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Klein, 2017)
yang menyatakan bahwa suatu sampel yang mengandung karbohidrat jika
diuji dengan uji Molisch, maka hasil uji positifnya akan menghasilkan warna
ungu yang dikarenakan penambahan senyawa H2SO4 yang bertujuan sebagai
konsidering agen dan untuk membentuk cincin multifurfural.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

4.2 Uji Yodium


4.2.1 Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Dekstrin Merah anggur (–)
Sukrosa Tidak berwarna (–)
Glukosa Tidak berwarna (–)
Pati Biru kompleks (+)
4.2.2 Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
4.2.2.1 Prinsip, Reaksi dan Mekanisme Uji Yodium
Prinsip dari uji yodium adalah larutan yodium akan masuk ke dalam struktur
helical pati sehingga akan membentuk senyawa kompleks berwarna biru pekat.
Mekanisme reaksinya yang pertama adalah larutan yodium akan bereaksi
dengan senyawa pati membentuk triodida yang akan masuk ke dalam gugus
helikal pati dan kemudian membentuk senyawa kompleks yang berwarna biru
pekat.

4.2.2.2 Analisa Prosedur


Hal pertama yang dilakukan dalam uji yodium adalah dengan menyiapkan alat
dan bahan terlebih dahulu, berupa pipet tetes dan cawan petri. Dan bahan yang
digunakan berupa larutan yodium, dekstrin 5%, sukrosa 5%, glukosa 5%, dan
pati 1%. Setelah itu, masing-masing sampel diteteskan sebanyak 1 tetes ke
dalam cawan petri. Kemudia, diteteskan larutan yodium sebayak 1 tetes. Lalu,
amati perubahan warna yang terjadi dan catat hasilnya di lembar kerja.

Pada uji yodium ini, larutan yodium berfungsi sebagai reagen yang akan
bereaksi dengan sampel membentuk senyawa triodida yang akan masuk ke
dalam unsur helikal pati dan akan membentuk hasil akhir berupa terbentuknya
senyawa kompleks berwarna biru pekat.

4.2.2.3 Pembahasan Sampel


1. Dekstrin
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel dekstrin berwarna bening
keruh. Kemudian setelah ditetesi larutan yodium, dekstrin menjadi berwarna
biru kehitaman pekat yang artinya dekstrin mengandung pati karena saat
ditambahkan larutan yodium, dekstrin berubah warna menjadi merah
angggur. Namun pada DHP yang ditulis kemarin, ada kesalahan pada
penulisan keterangan uji pada dekstrin, yang seharusnya positif tapi kami tulis
negatif. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang menyatakan
bahwa pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen yodium maka
akan terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat, pada saat dekstrin
direaksikan dengan yodium maka akan berubah warna menjadi warna biru
pekat karena dekstrin adalah senyawa turunan pati sehingga dapat mengalami
perubahan warna menjadi biru pekat.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2. Glukosa
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel maltosa berwarna bening
keruh. Pada sampel maltosa, setelah ditetesi dengan larutan yodium sampel
menjadi berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan
larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan) yang menandakan bahwa
sukrosa tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan
yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru
kehitaman. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen
yodium maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat, pada
sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen yodium maka akan terjadi
perubahan warna menjadi warna biru pekat, sedangkan pada glukosa tidak
terdapat perubahan warna karena glukosa merupakan kelompok gula
monosakarida.
3. Sukrosa
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel glukosa berwarna bening
keruh. Pada sampel glukosa, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel
berwarna cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan larutan
yodium yang berwarna cokelat kemerahan) yang menandakan bahwa glukosa
tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan larutan yodium
tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman.
Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang menyatakan bahwa
pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen yodium maka akan
terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat, sedangkan pada sukrosa
tidak terdapat perubahan warna karena sukrosa termasuk ke dalam kelompok
disakarida.
4. Pati
Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel pati berwarna putih keruh.
Pada sampel pati, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berubah
warna menjadi biru kompleks yang menandakan bahwa sampel pati
mengandung pati. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Fox, 2010) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung pati jika ditetesi reagen
yodium maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna biru pekat.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

4.3 Uji Barfoed


4.3.1 Tuliskan data hasil Barfoed test!
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Glukosa Dihasilkan endapan merah bata (cepat) (+)
Fruktosa
Laktosa Dihasilkan endapan merah bata (cepat) (+)
Maltosa Dihasilkan endapan merah bata (lama) (+)
Sukrosa Tidak dihasilkan endapan merah bata (–)
4.3.2 Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
4.3.2.1 Prinsip, Reaksi dan Mekanisme Uji Barfoed
Prinsip dari uji barfoed adalah sampel yang dicampurkan dengan cupri asetat
dan asam asetat akan menghasilkan endapan merah bata melalui proses
pemanasan dalam suasana asam. Mekanisme reaksinya yang pertama adalah
sampel akan bereaksi dengan reagen barefoed melalui proses pemanasan untuk
membentuk endapan merah bata (Cu2O). Endapan merah bata ini berasal dari
senyawa Cu2+ pada reagen barfoed yang direduksi lebih cepat oleh gula reduksi
monosakarida dan menghasilkan Cu2O berwarna merah bata.

4.3.2.2 Analisa Prosedur


Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan berupa tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipel ukur 1 ml, labu hisap,
pipet tetes, beaker glass 250 ml, dan bunsen. Dan bahan yang digunakan berupa
5 tetes glukosa, 5 tetes fruktosa, 5 tetes maltose, 5 tetes sukrosa, dan reagen
barfoed. Setelah itu, masing-masing sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi
sebanyak 5 tetes. Kemudian masing-masing sampel ditambahkan 1 ml reagen
barfoed. Lalu, dipanaskan di dalam beaker glass. Dan amati perubahan yang
terjadi dengan adanya endapan merah bata pada tabung reaksi dan catat hasilnya
di lembar kerja. Pada uji barfoed ini, reagen barfoed akan bereaksi dengan gula
pereduksi untuk membentuk senyawa Cu2O yang berwana merah bata.

4.3.2.3 Pembahasan Sampel


1. Glukosa
Glukosa berwarna bening keruh. Setelah ditambahkan masing-masing 1 ml
reagen Barfoed, semua sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru
muda bening. Kemudian sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang
berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah
dilakukan pemanasan. Sampel glukosa mulai menghasilkan endapan merah
bata, dan dapat diketahui bahwa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Hal
ini sudah sesuai dengan literatur (Winter, 2016) yang menyatakan bahwa pada
sampel yang mengandung monosakarida atau disakarida dapat dibedakan
dengan uji ini dengan cara ditambahkan reagen barfoed yang memiliki
suasana asam. Golongan monosakarida dapat bereaksi lebih cepat
dikarenakan memiliki masih memiliki gugus aldehid atau keton yang dapat
bermutasi membentuk rantai terbuka dan masih memiliki gugus pereduksi.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

2. Fruktosa
Fruktosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan 1 ml reagen Barfoed,
sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian
sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang berada di gelas beker 250
ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah dilakukan pemanasan,
terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung reaksi dengan
sampel fruktosa, dan dapat diketahui bahwa fruktosa memiliki gugus gula
pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Winter, 2016) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung monosakarida atau
disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara ditambahkan reagen
barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan monosakarida dapat bereaksi
lebih cepat dikarenakan memiliki masih memiliki gugus aldehid atau keton
yang dapat bermutasi membentuk rantai terbuka dan masih memiliki gugus
pereduksi.
3. Maltosa
Maltosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan 1 ml reagen Barfoed,
sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian
sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang berada di gelas beker 250
ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah dilakukan pemanasan,
terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung reaksi dengan
sampel maltosa, dan dapat diketahui bahwa maltosa memiliki gugus gula
pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Winter, 2016) yang
menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung monosakarida atau
disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara ditambahkan reagen
barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan monosakarida dapat bereaksi
lebih cepat dikarenakan memiliki masih memiliki gugus aldehid atau keton
yang dapat bermutasi membentuk rantai terbuka dan masih memiliki gugus
pereduksi.
4. Sukrosa
Sukrosa berwarna bening kerung. Setelah ditambahkan masing-masing 1 ml
reagen Barfoed, semua sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru
muda bening. Kemudian sampel tersebut dipanaskan pada air mendidih yang
berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air. Setelah
sekian lama dipanaskan namun tidak ada tanda-tanda terbentuknya endapan
merah bata pada sampel sukrosa, yang menandakan bahwa sukrosa tidak
mengandung gugus gula pereduksi. Hal ini sudah sesuai dengan literatur
(Winter, 2016) yang menyatakan bahwa pada sampel yang mengandung
monosakarida atau disakarida dapat dibedakan dengan uji ini dengan cara
ditambahkan reagen barfoed yang memiliki suasana asam. Golongan
monosakarida dapat bereaksi lebih cepat dikarenakan memiliki masih
memiliki gugus aldehid atau keton yang dapat bermutasi membentuk rantai
terbuka dan masih memiliki gugus pereduksi.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

4.4 Uji Benedict


4.4.1 Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa Hasil Uji Keterangan
Sebelum Setelah Pemanasan
Pemanasan
Glukosa Biru Merah bata (+)
Fruktosa Biru Merah bata (+)
Sukrosa Biru Biru (–)
4.4.2 Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
4.4.2.1 Prinsip, Reaksi dan Mekanisme Uji Benedict
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4 akan bereaksi dengan gula
pereduksi membentuk warna merah bata suasan basa. Mekanisme yang terjadi
adalah sampel akan bereaksi dengan reagen benedict melalui proses pemanasan
dan akan membentuk endapan merah bata (Cu2O). Mekanisme reaksi yang
terjadi pada uji benedict tidak jauh berbeda dengan uji barfoed, perbedaannya
ada pada suasana yang digunakan, pada uji barfoed menggunakan senyawa asam
dan pada uji benedict menggunakan senyawa basa.

4.4.2.2 Analisa Prosedur


Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkakan alat dan bahan berupa
berupa tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipel ukur 1 ml, labu hisap, pipet tetes,
dan bunsen. Dan bahan yang digunakan berupa 2 tetes glukosa, 2 tetes fruktosa,
2 tetes sukrosa, dan reagen benedict. Setelah itu, masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 tetes. Kemudian masing-masing
sampel ditambahkan 1 ml reagen benedict. Lalu, dipanaskan di atas api bunsen.
Dan amati perubahan warna yang terjadi dengan terbentuknya perubahan warna
menjadi merah bata dan catat hasilnya di lembar kerja.

Pada uji benedict ini, reagen barfoed akan bereaksi dengan gula pereduksi untuk
membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah bata.

4.4.2.3 Pembahasan Sampel


1. Glukosa
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi
dalam suasana basa. Uji positif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat
sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah ditambahkan reagen
Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian setelah
dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel glukosa berubah menjadi warna
merah hati. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Bruice, 2017) yang
menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula
pereduksi yang ditandai dengan hasil uji positifnya akan menghasilkan
perubahan warna menjadi merah bata. Pada glukosa reaksi yang terjadi lebih
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

lambat karena glukosa tidak memiliki gugus keton yang dapat membentuk
cincin furfural.
2. Fruktosa
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi
dalam suasana basa. Uji positif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat
sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah ditambahkan reagen
Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian setelah
dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel fruktosa berubah menjadi
warna merah hati. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Bruice, 2017) yang
menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula
pereduksi yang ditandai dengan hasil uji positifnya akan menghasilkan
perubahan warna menjadi merah bata. Fruktosa bereaksi lebih cepat daripada
glukosa karena pada fruktosa sudah terdapat gugus alfa-hidroksi keton yang
akan berubah menjadi cincin furfural.
3. Sukrosa
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi
dalam suasana basa. Uji positif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat
sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah ditambahkan reagen
Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian setelah
dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel sukrosa tetap berwarna biru
muda walaupun sudah dipanaskan dengan waktu yang sama dengan
pemanasan sampel lainnya. Hal ini sudah sesuai dengan literatur (Bruice,
2017) yang menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya gula pereduksi yang ditandai dengan hasil uji positifnya akan
menghasilkan perubahan warna menjadi merah bata. Pada sukrosa tidak
mengalami perubahan warna apa-apa dikarenakan tidak memiliki gugus gula
pereduksi bebas
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

5. Pertanyaan
1. Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Untuk mengidentifikasi gula pereduksi pada uji benedict adalah dengan memasukkan
sampel sebanyak 2 tetes ke dalam tabung reaksi. Kemudian, ditambahkan 1 ml reagen
benedict yang kemudian dibakar langsung diatas api bunsen. Kemudian diamati
perubahannya, dengan hasil uji positinya terjadi perubahan warna menjadi merah bata
(Clayden, 2012).

2. Bagaimana mengidentifikasi adanya pati dalam sampel dengan uji Yodium?


Untuk mengidentifikasi adanya pati pada uji yodium adalah dengan meneteskan larutan
yodium pada sampel. Larutan yodium yang bereaksi dengan senyawa pati akan
menghasilkan triodida yang akan masuk ke dalam gugus heliks pati, sehingga
menghasilkan warna biru. Uji positif dalam uji yodium ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks berwarna biru (Clayden, 2012).
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

6. Kesimpulan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui prinsip dasar uji kualitatif
karbohidrat dan untuk mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode. Pada
praktikum kali ini terdapat empat jenis uji kulitatif karbohidrat yang tentunya juga memiliki
perbedaan pada prinsipnya masing masing. Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol
akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan. Prinsip uji Yodium yakni larutan
yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan
masuk dalam struktur helikal pati dan menghasilkan warna biru pekat. Prinsip uji Barfoed
adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan
kupro oksida berwarna merah bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO4 dalam
suasana basa akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O
yang berwarna merah bata. Dari praktikum ini juga dihasilkan hasil yang berbeda pada tiap
ujinya. Pada uji Molisch menghasilkan uji positif pada glukosa, sukrosa, dan pati. Pada uji
Yodium menghasilkan uji positif pada dekstrin dan pati. Pada uji Barfoed menghasilkan uji
positif pada glukosa, maltosa dan fruktosa. Dan yang terakhir adalah uji Benedict yang
menghasilkan uji postif pada glukosa dan fruktosa.
Nama Luqman Anthoni Arethusa
NIM 175100600111019
Kelas H
Kelompok H-7

Daftar Pustaka Tambahan


Bruice, Paula Yurkenis. 2017. Organic Chemistry. Trenton: Pearson

Clayden, Jonathan. 2012. Organic Chemistry. New York City: Oxford University Press Inc.,

Fox, Marye Anne. 2010. Organic Chemistry 3rd Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett
Publishers

Klein, David R. 2017. Organic Chemistry. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,

Klein, David R. 2017. Organic Chemistry as a Second Language First Semester Topics.
Hoboken John Wiley & Sons, Inc.,

Winter, Arthur. 2016. Organic Chemistry I for Dummies. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.,

Anda mungkin juga menyukai