Dosen Pengampu :
1
berlangsung dengan menggunakan oksigen sebagai penerima akhir
elektron atau hidrogen. Keadaan ini dapat ditemukan pada berbagai sel
hidup dalam lingkungan yang cukup oksigen. Hasil akhir oksidasi aerob
adalah CO2, air dan ATP dalam jumlah banyak (1 mol glukosa
menghasilkan 36 mol ATP).
Reaksi oksidasi dalam tubuh dapat berlangsung secara enzimatik
maupun non enzimatik. Proses enzimatik adalah proses oksidasi yang
melibatkan enzim untuk membantu terjadinya reaksi oksidasi. Proses
enzimatik berlangsung secara bertahap. Proses non enzimatik adalah
proses oksidasi yang tidak melibatkan enzim untuk membantu terjadinya
reaksi oksidasi. Proses non enzimatik terjadi bertahap secara spontan dan
memerlukan logam-logam transisi seperti Fe dan Cu, dan dapat
membentuk radikal bebas seperti reactive oxygen species (ROS).
ROS atau yang seringkali disebut sebagai radikal bebas dapat
bereaksi dengan makromolekul di dalam tubuh seperti protein, lipid dan
asam nukleat. Reaksi radikal bebas dengan protein akan menghasilkan
senyawa karbonil, dengan lipid akan menghasilkan peroksida lipid dan
dengan asam nukleat dapat membentuk dimer timin yang menyebabkan
mutasi. Proses kerusakan oleh radikal bebas ini diduga berperan dalam
proses inflamasi, penuaan, dan karsinogen. Radikal bebas dapat ditangkal
dengan senyawa-senyawa antioksidan, atau yang disebut juga penangkal
radikal bebas. Antioksidan ada yang bersifat enzimatik dan non enzimatik.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan
satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas
tersebut dapat diredam (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumbernya,
antioksidan dibagi menjadi dua, yaitu antioksidan alami dan antioksidan
buatan (sintetik) (Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Tubuh tidak memiliki
cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih sehingga jika terjadi paparan
radikal berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
bebas. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain
vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.
4
yang dapat menghambat atau memperlambat proses oksidasi. Zat ini
berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering
(Dewoto, 2011).
5
iodium (I2) sehingga ikatan rangkap pada minyak hilang. Bersamaan
dengan itu warna iodium pun akan hilang.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
b. Bahan
1) Ekstrak kentang
2) Buah pisang
3) Larutan pirogalol 1%
4) Larutan fenol 1%
5) Larutan vitamin C (dari buah jeruk nipis)
6) Minyak goreng kemasan
7) Minyak goreng setelah dipanaskan berulang
8) Kalium Iodida
9) Aquadest
10) Plasma/hemolisat darah
11) Larutan asam trikloroasetat (TCA) 10%
12) Larutan TBA 0,67%
7
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Uji Oksidasi dan Pengaruh Pemberian Vitamin C
- Pada Kentang
1. Jeruk nipis diperas untuk mendapatkan sari dan air nya
2. Kupas kentang terlebih dahulu sebelum diblender
3. Kentang diblender untuk membuat ekstrak dengan perbandingan 1:4
menggunakan air
4. Ektrak kentang dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 5 mL
5. Diberi perlakuan pengujian pada tabung reaksi:
a. Tabung 1 : ditambahkan 10 tetes larutan fenol
b. Tabung 2 : ditambahkan 10 tetes larutan fenol dan 10 tetes air jeruk
nipis
c. Tabung 3 : ditambahkan 10 tetes larutan pirogalol
d. Tabung 4 : ditambahkan 10 tetes larutan pirogalol dan 10 tetes air
jeruk nipis
6. Kocok masing-masing tabung dan amati perubahan warna yang
terbentuk
- Pada pisang
1. Tuang kurang lebih 20 ml air jeruk nipis ke dalam gelas beaker 1,
tuangkan aquadest dengan jumlah yang sama dalam gelas beaker 2
2. Potong buah pisang secara tipis supaya dapat terendam
3. Biarkan buah pisang terendam selama 30 menit dan amati perubahan
yang terjadi
8
4. Kemudian, secara bersamaan tambahkan kalium iodida untuk diketahui
jumlah ikatan rangkap pada sampel
5. Lalu, kocok sampai homogeny dan menghasilkan warna yang stabil yaitu
merah kecoklatan
- Larutan standar
1. Larutan standar MDA (malondialaldehid) dimasukan kedalam tube
mikro sentrifugasi.
2. Tambahkan larutan TCA sebanyak 1 ml dan aduk perlahan.
3. Masukan tube kedalam alat sentrifugasi, lakukan uji sentrifugasi
dan ambil larutan supernatan.
4. larutan supernatan kemudian ditambahkan 1,5 ml larutan TBA.
5. Didihkan selama 10 menit dan dinginkan.
6. Larutan dibaca pada alat spektrofotometer pada λ532 nm.
9
- Larutan Blanko
1. Masukan 0,5 aquades kedalam tube mikro sentrifugasi.
2. lalu tambahkan larutan TCA sebanyak 1 ml dan aduk perlahan.
3. Masukan tube kedalam alat sentrifugasi, lakukan uji sentrifugasi
dan ambil larutan supernatan.
4. larutan supernatan kemudian ditambahkan 1,5 ml larutan TBA.
5. Didihkan selama 10 menit dan dinginkan.
6. Larutan dibaca pada alat spektrofotometer pada λ532 nm.
10
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Uji Oksidasi Dalam Kentang & Pengaruh Pemberian Vitamin C `
- Pada Kentang dan Buah Pisang
No.
Perlakuan Hasil
Tabung
11
2 Pisang yang sudah diiris - Ukuran hanya mengalami
dimasukkan ke dalam sedikit penyusutan (sekitar ¼
aquadest bagian)
- Transparan hanya bagian
pinggirnya sama
- Tidak banyak perubahan dari
pisang sebelum direndam
12
4.1.3 Hasil Uji Peroksida Lipid Dalam Cairan Biologis
13
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Uji Oksidasi Dalam Kentang dan Pengaruh Pemberian Vitamin C Pada
Kentang dan Buah Pisang
Jeruk nipis yang terkenal sebagai antioksidan banyak mengandung
vitamin C (dalam bentuk asam askorbat) digunakan sebagai pengujian
pengaruh vitamin c dari reaksi oksidasi pada sampel kentang dan buah
pisang. Pengujian dilakukan untuk mengamati kecepatan oksidasi oleh enzim
padaa kentang berdasarkan reaksi browning atau penggelapan sampel karena
enzim PPO (Polyphenol oxidase) pada kentang. Efek yang didapatkan pada
pengujian oksidasi dapat bervariasi tergantung dari jenis sampel yang
digunakan, hal ini dikarenakan semakin tinggi PPO pada suatu sampel maka
akan efek yang dihasilkan akan lebih cepat.
Pengaturan reaksi browning dapat dilakukan dengan mengontrol
aktivitas PPO secara fisik maupun kimia, reaksi fisik dilakukan dengan
pengaturan suhu, perlindungan dari paparan oksigen, dan radiasi, sedangkan
reaksi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan agen pengkelat,
antioksidan, ataupun ekstrak alami. Dan berdasarkan pengujian didapatkan
pada literatur ditemukan bahwa reaksi ini berjalan lebih lambat pada pH asam
(pH < 3) (Kyoung, et al., 2020)
.
Reaksi Kimiawi Penghambatan Browning Karena PPO (Molecules, 25(12), 2020)
14
Hal ini didukung pada data yang didapatkan pada proses praktikum.
Pada praktikum yang dilakukan, digunakan 4 percobaan dimana pada tabung
1 dan 2 ekstrak kentang ditambahkan dengan larutan fenol kemudian pada
tabung 3 dan 4 ditambahkan pirogalol. Antioksidan kemudian ditambahkan
dalam bentuk perasan air jeruk nipis pada tabung ke-2 dan ke-4 sebagai
bentuk perbandingan reaksi. berdasarkan hasil yang didapatkan, pada tabung
ke-2 dan ke-4 memberikan hasil warna lebih pucat (tidak gelap) dna tidak
sepekat pada tabung tanpa penambahan antioksidan. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa penambahan vitamin C sebagai antioksidan dapat
menyebabkan penghambatan proses antioksidan dari PPO. Vitamin C
menghambat proses oksidasi dengan berikatan pada gugus oksigen sehingga
proses oksidasi berjalan lebih lambat karena pengurangan jumlah oksigen
dalam sistem atau campuran ketika ditambahkan oksidasi dari fenol dan
pirogalol ke dalam ekstrak kentang.
Hasil pengujian pada buah pisang juga mendukung dari hasil
percobaan uji antioksidan pada kentang. Pada buah pisang yang diiris tipis
dan dimasukkan ke dalam gelas beaker ditemukan tetap berwarna cerah dan
tetap empuk, namun kandungan asam yang terlalu tinggi ikut membuat pisang
menyusut. Jika dibandingkan pada kontrol negatif dengan menggunakan
aquadest sebagai media, maka warna dari buah pisang dengan antioksidan
vitamin C lebih cerah dan belum terjadi oksidasi setelah 30 menit terpapar
udara. Mskipun pada 30 menit belum terlalu terlihat oksidasi yang signifikan
dari kontrol negatif karena buah pisang itu sendiri sudah dikenal sebagai buah
kaya antioksidan.
15
jenis minyak untuk menguji ketengikan pada minyak tersebut. Uji ketengikan
minyak merupakan pengujian pada minyak yang dimana ketengikan suatu
larutan berkaitan oleh banyaknya golongan trigliserida yang teroksidasi oleh
oksigen dalam udara bebas.
16
Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini yaitu kadar MDA sampel
sebesar 1,3 x 10-6. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang diharapkan dimana
kadar MDA normal menurut penelitian Susilo Siswinoto ( 1,04 ± 0,43
µmol/L). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kadar MDA yang
normal menandakan tidak adanya kerusakan seluler akibat radikal bebas.
17
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang telah dilaksanakan praktikan pada
praktikum kali ini dapat diambil beberapa kesimpulan pada tiap tiap
pengujian:
1. Reaksi oksidasi pada sayuran dan buah terjadi karena reaksi enzimatis
oleh PPO, penambahan senyawa antioksidan atau pengkelat dan
proses pengasam an dapat memperlambat reaksi oksidasi
2. Vitamin C yang terkandung pada buah jeruk nipis bekerja sebagai
antioksidan dengan mengurangi oksigen sehingga proses oksidasi
bahan menjadi lebih lambat
3. Minyak baru memiliki ikatan rangkap yang lebih besar dibandingkan
minyak bekas karena dilihat dari pengujian dengan meneteskan
kalium iodida sehingga dapat menimbulkan reaksi dari larutan
tersebut
4. Peroksida lipid merupakan turunan oksigen yang non-radikal dari
ROS (radikal bebas). Radikal bebas dapat meningkatkan peroksidasi
lipid yang akan mengalami dekomposisi menjadi malondialdehyde
(MDA) dalam darah. Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini
yaitu kadar MDA sampel sebesar 1,3 x 10-6. Hal tersebut sesuai
dengan hasil yang diharapkan dimana kadar MDA normal menurut
penelitian Susilo Siswinoto (1,04 ± 0,43 µmol/L). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kadar MDA yang normal menandakan tidak
adanya kerusakan seluler akibat radikal bebas.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cheng GW, Crisosto CG. (2005). Browning potential, phenolic composition, and
polyphenoloxidase activity of buffer extracts of peach and nectarine skin
tissue. J. Amer. Soc. Horts. Sct, 120 (5) : 835-838.
Dewoto, H.R., dan Wardhini S. (2011). Antianemia Defisiensi dan Eritropoietin
Dalam Terapi ed Kelima. Jakarta : Percetakan Gaya Baru Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FKUI.
Landi, M., Degl’Innocenti, E., Guglielminetti, L., & Guidi, L. (2012). Role of
ascorbic acid in the inhibition of polyphenol oxidase and the prevention of
browning in different browning-sensitiveLactuca sativavar.capitata(L.)
andEruca sativa(Mill.) stored as fresh-cut produce. Journal of the Science
of Food and Agriculture, 93(8), 1814–1819. doi:10.1002/jsfa.5969
Marks DB, Marks AD, Smith CM. (2000). Basic Medical Biochemistry : A
Clinical Approach. Philadelphia: William & Wilkins.
Moon, K. M., Kwon, E. B., Lee, B., & Kim, C. Y. (2020). Recent Trends in
Controlling the Enzymatic Browning of Fruit and Vegetable Products.
Molecules (Basel, Switzerland), 25(12), 2754.
https://doi.org/10.3390/molecules25122754
Mudassir, Azis, A., dkk. Tanpa tahun. Analisis Kadar Malonadialdehid ( MDA )
Plasma Penderita Polip Hidung Berdasarkan Dominasi Sel Inflamasi Pada
Pemeriksaan Histopatologi. Diakses di
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/6180ad5fccc9d1b08dc1d32a249cd64a.
pdf
Murray, Robert K., dkk. (2006). Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC.
Oroian M, Escriche I. (2015). Antioxidants: Characterization, natural sources,
extraction and analysis. Food Res Int, 74 :10-36.
Shahidi F, Ambigaipalan P. (2015). Phenolics and polyphenolics in foods,
beverages and spices: Antioxidant activity and health effects- A review.
JFunc Foods, 18 : 820-897.
Winasi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Penerbit
Kanisius.
19
LAMPIRAN
20
B. Ketengikan Lemak
C. Peroksida Lipid
21
2. Hasil Sentrifugasi darah + larutan TCA
terbentik endapan
22
5. Penambahan aquades pada larutan blanko
23