Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA DAN BIOLOGI

MOLEKULER
BIOKIMIA DARAH DAN ANALISIS BIOKIMIA URIN

Kelompok A-1 :

1. Calista Hillary E. (110122002)


2. Farcellena Ulivia (110122113)
3. Syifa (110122153)
4. Juan Paul M.N. (110122225)
5. Pita Aura A. (110122227)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2023
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….… 2


BAB I . TUJUAN PRAKTIKUM ………………………………………………… 3
BAB II. HASIL PRAKTIKUM …………………………………………………… 4
BAB III. PEMBAHASAN ………………………………………………………… 7
BAB IV. KESIMPULAN ………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 13
LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 15

2
BAB I
TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Tujuan Pembelajaran Biokimia Darah


1. Menjelaskan fungsi komponen darah
2. Mendeskripsikan perbedaan plasma, serum, dan fibrin serta mendesain cara preparasi masing-
masing bagian
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi interpretasi hasil pemeriksaan darah
4. Dapat menginterpretasikan hasil uji laboratorium biokimia pemeriksaan analit dalam sampel
biologis darah.

1.2 Tujuan Pembelajaran Analisis Biokimia Urin


1. Mengetahui sifat fisiko kimia urin
2. Mengetahui kandungan urin secara kualitatif dan semi kualitatif
3. Mendeskripsikan penilaian hasil pemeriksaan analit urin
4. Menginterpretasikan hasil penilaian uji biokimia.

3
BAB II
HASIL PRAKTIKUM

3.1 Hasil Laporan Biokimia Darah


Tabel 3.1.1 Mengukur Kadar Asam Urat Darah

No Sample Jenis Kelamin Lama Puasa Kadar Asam Kategori


Urat

1 Lv Perempuan 1 jam 4,2 mg/dl Normal

2 Ys Perempuan 1 jam 3,2 mg/dl Normal

3 Fk Perempuan 15 jam 4,9 mg/dl Normal

4 Ad Perempuan 1 jam 5,3 mg/dl Normal

5 Yl Laki-laki 5 jam 4,9 mg/dl Normal

6 Ap Perempuan 15 jam 4,2 mg/dl Normal

Tabel 3.1.2 Mengukur Kadar Kolestrol Darah

No Sample Makanan yang Kadar Kategori


dikonsumsi Kolesterol

1 Pt Susu, Roti 238 Lebih dari normal tapi tidak hiper

2 As Kikil, Ayam, Daging 253 Hiperkolesterolemia

3 Dl Bebek, Ayam 241 Hiperkolesterolemia

4 Hl Dada Ayam dan Telur 231 Lebih dari normal tapi tidak hiper

5 Sn Ayam dan Telur 290 Hiperkolesterolemia

6 Cy Bebek, Ayam 292 Hiperkolesterolemia

4
3.2 Hasil Laporan Analisis Biokimia Urin
Tabel 3.2.1 Mengkorelasikan Hasil Pemeriksaan Fisik Urin

Tujuan Mengamati Sifat Fisik Urin

Reagen dan Alat-alat gelas praktikum, urine sample


Bahan

Prosedur
1. Jumlah (Volume)
Tentukan jumlah/volume urin yang diproduksi selama 24 jam dengan
mengalikan jumlah satu kali buang air kecil dengan berapa kali buang air
kecil setiap hari.

2. Warna
Dilakukan pemeriksaan warna urin untuk menentukan normal atau tidak
(non patologis atau patologis).

3. Buih
Masukkan beberapa mL urin dalam tabung reaksi kemudian kocok, amati
apa yang terjadi.

4. Kekeruhan
Amati urin yang ditampung apakah keruh atau tidak. Tentukan penyebab
kekeruhan.

5. Bau
Segera setelah diambil, tentukan bau urin. Jangan dibiarkan lama karena
akan mempengaruhi hasil.

Pengamatan Volume urin : 110 ml x 10 = 1100 ml

Warna Urin : Kuning muda / terang

Buih : Tidak berbuih

Kekeruhan Urin : normal

Bau : Tidak berbau

5
Interpretasi Volume Warna Buih Kekeruhan Bau pH
Hasil
Normal Dibawah Normal Normal Normal 5,5
Normal

Tabel 3.2.2 Menginterpretasikan Hasil Pemeriksaan Urin Menggunakan Urin


Analyzer

Tujuan Menentukan kadar analit dalam urin

Reagen dan Bahan Urine analyzer, kertas saring, sample urin dan strip reagan urin

Prosedur Rendam strip reagen dalam sampel urin baru, pastikan basah secara
merata, tarik pelan-pelan dari wadahnya, lap menggunakan kertas
saring, jangan sampai terlalu kering. Tempatkan strip reagen diatas
strip holder yang telah dipasang dengan posisi menghadap keatas,
kemudian dorong sampai terdengar bunyi “bip”. Jika detector
“HIDUP”, instrument akan langsung memulai prosedur pengujian.

Pengamatan dan * LEU +1 70 cell / μL


interpretasi hasil * KET +- 0,5 mmol / L
NIT -
* URO +1 33 μmol / L
BIL - 0 μmol / L
* PRO +1 0,39 / L
* GLU +- 2,8 mmol / L
SG 1.030
BLD - 0 cell / μL
pH 5.5
Vc - 0 mmol / L

6
BAB III
PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pada Tabel 3.1.1 Mengukur Kadar Asam Urat Darah menunjukkan semua
sampel memiliki nilai asam urat yang normal. Nilai tersebut dapat dikatakan normal karena merujuk
pada Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan RI, kadar normal asam urat
dalam darah manusia adalah 2,4 - 6,0 mg/dL pada wanita dan 3,4 - 7,0 mg/dL untuk pria.
Kadar asam urat bisa menjadi salah satu biomarker suatu penyakit. Hal ini dikarenakan bila
nilai atau kadar asam urat tinggi (Hiperurisemia) maupun nilai uji asam urat rendah (Hipourisemia)
menunjukkan adanya masalah di ginjal.
Dalam keadaan normal, asam urat akan diproses oleh ginjal dan akan dibuang sebagai sisa
metabolisme purin yang dikonsumsi secara berlebih melalui urine. Beberapa jenis makanan yang
banyak mengandung purin diantaranya alkohol, sarden, makanan yang diawetkan, telur, jeroan,
mayonnaise, kacang-kacangan, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, kadar asam urat juga bisa berasal
dari perkembangan penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus, leukemia, anemia sel sabit, dan
penyakit ginjal.
Bila kadar asam normal tinggi dapat disimpulkan bahwa ginjal tidak bisa mengeluarkan asam
urat dengan baik, yang nantinya bila hal tersebut berlangsung secara terus-menerus, maka akan terjadi
penumpukan asam urat yang kemudian berubah menjadi kristal di sendi. Sehingga tubuh mengalami
nyeri sendi yang ditandai dengan bengkak, kemerahan, dan rasa panas. Nyeri sendi bisa terasa secara
tiba-tiba dan berlangsung selama beberapa waktu.
Namun terbentuknya kristal bisa tidak hanya di sendi saja. Pada ginjal dan kandung kemih,
asam urat yang tinggi juga bisa mengalami penumpukan dan berubah menjadi kristal. Kristal yang
terbentuk di ginjal akan mengganggu fungsi kerja ginjal dan menyebabkan timbulnya batu di ginjal
atau saluran kemih (misalnya saluran kemih, uretra, dan ureter).
Batu ginjal atau bisa disebut juga Nefrolitiasis adalah kondisi dimana adanya batu dalam ginjal
yang terbentuk dari penumpukan beberapa mineral atau senyawa yang tidak bisa diserap oleh baik
dengan ginjal, salah satunya adalah kristal asam urat. Adanya batu dalam ginjal maupun kandung
kemih akan menghambat saluran sehingga akan menimbulkan keluhan seperti susah buang air kecil,
sesak, hingga kencing berdarah (Hematuria). Tak hanya itu, bila hal itu terus terjadi dan tidak segera
diobati maupun diubah pola hidupnya, maka akan berkemungkinan besar penyakit-penyakit tersebut
akan terus berkembang hingga akhirnya menjadi gangguan ginjal akut (acute kidney injury / AKI)
ataupun gagal ginjal kronis (chronic kidney disease / CKD).
Hal yang perlu dilakukan sejak dini adalah pencegahan yaitu mengubah pola makan terutama
mengurangi makanan yang kaya purin,, melakukan diet atau menurunkan berat badan, membatasi

7
konsumsi alkohol, rajin berolahraga, berhenti merokok, mengkonsumsi banyak air, menghindari
penggunaan obat-obat tertentu (misalnya obat-obat yang bersifat diuretik dan imunosupresan), dan
konsumsi sayur-sayuran juga buah-buahan yang memiliki antioksidan yang tinggi.
Tabel 3.1.2 Mengukur Kadar Kolesterol Darah menunjukkan bahwa 4 dari 6 sampel (yakni
sampel nomor 2, 3, 5, dan 6) mengalami kadar gula dalam darah tinggi dan 2 sisanya mengalami kadar
gula darah agak tinggi.
Nilai tersebut dirujuk pada rentang nilai normal kolesterol total oleh P2PTM Kementerian
Kesehatan RI bahwa nilai kolesterol total yang baik <200 mg/dL; agak tinggi 200 - 239 mg/dL; dan
tinggi untuk nilai >240 mg/dL. Kolesterol total merupakan gabungan atau total dari kolesterol baik
(HDL), kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida (TG) dalam satu desiliter darah. Nilai kolesterol yang
melebihi 240 mg/dL bisa disebut atau disimpulkan mengalami Hiperkolesterolemia.
Kolesterol dalam tubuh terbagi dalam dua jenis yaitu LDL dan HDL. LDL (Low Density
Lipoprotein) dikatakan kolesterol jahat karena bisa menumpuk di dinding pembuluh darah dan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan HDL (High Density Lipoprotein) disebut baik karena
berfungsi untuk mencegah terjadinya ateroma atau penyempitan pembuluh darah akibat lemak.

Gambar 3.1 Tabel Klasifikasi Kadar Kolesterol


4 dari 6 sampel mengalami Hiperkolesterolemia dan 2 dari sampel tidak mengalami
Hiperkolesterolemia namun butuh perhatian lebih lanjut karena pada saat dilakukan percobaan, lama
puasa pada setiap sampel berbeda-beda dan dalam waktu singkat, sehingga jika diuji kembali dalam
jangka waktu puasa lebih lama bisa saja terjadi perubahan yang signifikan pada setiap sampel. Karena
pada umumnya diperlukan puasa 9-12 jam sebelum melakukan tes kolesterol dan disarankannya
diwaktu pagi hari agar didapat nilai basal kolesterol yang tepat.
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan atau kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah
tinggi atau melebihi borderline tinggi. Hiperkolesterolemia sendiri umumnya disebabkan oleh

8
kombinasi keturunan diantaranya adalah riwayat keluarga, diabetes, obesitas, dan sebagainya dengan
gaya hidup yang tidak sehat seperti halnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak misal kuning telur,
mentega, keju, dan santan, kebiasaan merokok, kurangnya berolahraga, terlalu banyak konsumsi
alkohol, dan pertambahan usia. Bila penyakit ini tidak segera ditangani maka akan menyebabkan
Aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan keadaan dimana terjadi penumpukan kolesterol di dinding pembuluh
darah sehingga bisa terjadi penyumbatan pembuluh darah. Hal ini dapat memicu berbagai macam
penyakit seperti halnya serangan jantung, stroke, aritmia, dan penyakit jantung koroner.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah naiknya atau tingginya kadar kolesterol dalam darah
adalah dengan mengatur pola makan menjadi lebih sehat seperti perbanyak makan sayur-sayuran juga
buah-buahan juga ikan, menurunkan berat badan berlebih, per-rajin olahraga minimal 30-60 menit
perhari seperti bersepeda, jogging, lari, dan berenang, serta mengurangi atau menghentikan kebiasaan
merokok.
Tabel 3.2.1 Mengkorelasikan Hasil Pemeriksaan Fisik Urin memperlihatkan bagaimana kondisi
fisik urin pada saat akan atau sebelum dilakukan pemeriksaan urin menggunakan urine analyzer.
Pemeriksaan fisik urin ini digunakan untuk pengamatan secara kuantitatif terhadap urin
dengan beberapa pengamatan, seperti volume urin, bagaimana warna urin, adanya buih, kekeruhan
urin, juga bau yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh urin.
Pengamatan volume dilakukan untuk menentukan volume urin yang dihasilkan oleh manusia
uji (MU). Volume urin banyak sekali dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, jenis kelamin,
suhu badan, penyakit, berat badan, makanan dan minuman yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan,
serta iklim.
Pada tabel 3.2.1 dapat disimpulkan jika volume urin yang dihasilkan oleh MU digolongkan
normal, karena volume urin yang dikeluarkan 1100 ml sedangkan sebagai pembanding, rata-rata
volume urin pada orang dewasa normal dalam 24 jam adalah 800-2000 ml.
Bila volume urin yang dikeluarkan lebih dari batas normal atau lebih dari 2000 ml atau 2 L,
maka keadaan itu disebut sebagai poliuria. Poliuria sendiri bisa terjadi karena banyak hal, diantaranya
adalah konsumsi cairan yang berlebih, tingginya kadar gula dalam darah, dan adanya gangguan fungsi
ginjal. Bila volume urin yang dihasilkan dibawah 800 ml maka keadaan tersebut bisa dikatakan
sebagai oliguria. Bila keadaan oliguria terus berkembang tanpa dilakukan tindakan lebih lanjut, maka
akan berkemungkinan oliguria akan berkembang berubah menjadi anuria. Anuria merupakan keadaan
dimana urin yang dikeluarkan oleh tubuh sedikit bahkan tidak ada urin yang keluar sama sekali.
Pada tabel 3.2.1 ditunjukkan bahwa urin yang dihasilkan berwarna kuning terang sehingga bisa
dikatakan dibawah normal. Hal ini karena warna urin yang baik atau normal adalah kuning muda
mendekati jernih. Warna kuning terang bisa menjadikan identifikasi bahwa MU pada saat melakukan

9
percobaan berada dalam kondisi dehidrasi atau kurangnya cairan dari tubuh. Hal ini dikarenakan
jumlah pigmen urobilin dalam urin meningkat karena kurangnya air untuk melarutkan senyawa
tersebut. Warna urin juga menjadi penentu kondisi patologis ataupun tidak. Warna urin sendiri bisa
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti banyaknya cairan yang diminum, berapa frekuensi buang air,
makanan yang dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan, dan masih banyak lagi.
Pada tabel 3.2.1 ditunjukkan tidak ada buih yang dihasilkan. Normalnya urin akan
menghasilkan sedikit buih hingga tidak ada. Namun bila buih yang dihasilkan berlebih, maka keadaan
tersebut disebut proteinuria. Proteinuria adalah kondisi dimana tingginya kadar protein pada urin.
Proteinuria bisa menjadi biomarker dalam kerusakan atau kegagalan fungsi filtrasi pada ginjal.
Pada tabel 3.2.1 kekeruhan urin menunjukkan bahwa urin MU tidak keruh atua bisa dikatakan
jernih. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau
fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan seluler berlebihan atau protein
dalam urine. Kekeruhan pada urin bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti darah yang membuat urin
berwarna merah hingga coklat keruh atau karena adanya infeksi yang terjadi pada saluran kemih
sehingga bisa menyebabkan kekeruhan pada urin karena adanya nanah dalam urin.
Tabel 3.2.1 menunjukkan urin yang dihasilkan tidak berbau. Hal ini normal, karena memang
pada umumnya urin yang baru tidak berbau pesing. Bau pesing dihasilkan oleh asam-asam yang
mudah menguap yang berada di urin. Namun bila urin dibiarkan cukup lama, maka bau urin akan
semakin pesing karena urin tersebut menghasilkan amonia sebagai hasil pemecahan ureum. Bau urin
sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah makanan dan minuman yang
dikonsumsi.
Tabel 3.2.1 juga menunjukkan pH urin yang dihasilkan oleh MU yakni 5,5. Urin MU dikatakan
normal bila dilihat dari tingkat pH. Normalnya nilai pH pada urin berkisar 4,6 - 8,0. Sebaiknya, pada
saat ingin menguji pH urin, lakukan dalam kondisi urin yang masih segar atau segera dilakukan.
Karena bila masih dibiarkan terlalu lama atau menjadi tidak segar, urin bersifat lebih basa dari
sebelumnya yang ditandai dengan adanya bau pesing yang berasal dari amonia. pH bisa dites dengan
beberapa cara, seperti lakmus dan pH-meter. Namun pH urin dapat berubah pada saat setiap kali buang
air kecil, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kadar pH dalam urin, seperti
makanan yang dikonsumsi, minuman yang diminum, obat-obatan yang dikonsumsi, penyakit yang
dimiliki (misal diabetes, demam, gangguan fungsi ginjal) dan waktu buang air kecil (pagi hari urin
lebih asam).
Tabel 3.2.2 menunjukkan Hasil Pemeriksaan Urin Menggunakan Urin Analyzer. Urin
Analyzer merupakan alat laboratorium yang digunakan untuk membantu menganalisis sampel urin
pasien yang akan digunakan oleh dokter sebagai analisis penunjang selama proses diagnosis. Urin
Analyzer ini digunakan untuk menganalisis secara kuantitatif leukosit, keton, nitrit, urobilinogen,

10
bilirubin, protein, glukosa, specific gravity, blood, pH, dan Vc. pengukuran alat ini di set
menggunakan skala internasional.
Pada tabel 3.2.2 leukosit tergolong normal yakni +1 karena normalnya nilai rujukan leukosit
yang baik pada urin adalah dalam rentang 1-5. Tes nitrit untuk mengetahui ada tidaknya bakteri dalam
urin. Hasil uji MU menunjukkan (-) atau negatif, namun hal ini belum pasti tidak ada bakteri karena
tidak semua bakteri akan menghasilkan nitrit. Urobilinogen +1 bisa dikatakan normal, hasil positif
dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit.
Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Protein +1 dengan nilai 0,3 g/L
merupakan sesuatu yang tidak normal. Keadaan ini bisa disebut proteinuria. Normalnya protein yang
dikeluarkan perhari tidak lebih dari 150 mg/dL.
Tabel 3.2.2 menunjukkan pH 5,5 juga darah dalam urin 0 termasuk normal. Karena urin yang
normal tidak mengandung darah sedikitpun kecuali pada perempuan yang sedang dalam masa
menstruasinya. Specific gravity 1.030 tergolong normal. Berat jenis urin memberikan informasi
tentang kemampuan ginjal dalam mengkonsentrasikan urin. Nilai normal berat jenis urin adalah
1.005-1.030. Pada hasil uji, nilai keton MU adalah 0,5 mmol/L yang tergolong normal yakni berada di
rentang < 0,6 mmol/L. Bila keton >0,6 mmol/L bisa disimpulkan bahwa orang tersebut mengalami
atau menderita ketoasidosis diabetikum (DKA) yaitu komplikasi diabetes saat tubuh memproduksi
keton berlebih.
Kadar bilirubin yang ditunjukkan oleh tabel 3.2.2 yakni negatif dan hal itu tergolong normal
dan bisa diambil kesimpulan sederhana jika MU tidak memiliki masalah pada fungsi hepar maupun
kandung empedu. Kadar glukosa yang ditunjukkan hasil uji menyatakan bahwa urin MU mengandung
tinggi glukosa yang normalnya berkisar antara 0-15 mg/dL dan hasil glukosa MU menunjukkan 50,4
mg/dL. Keadaan itu biasa disebut glukosuria yaitu kondisi dimana ditemukan glukosa pada urin,
banyak faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah diabetes melitus. Kadar Vc pada MU
tergolong normal.

11
BAB IV
KESIMPULAN

Kadar asam urat yang dimiliki oleh 6 sampel semuanya menunjukkan bahwa mereka berada
dalam kondisi normal, tidak kelebihan (Hiperurisemia) maupun kekurangan (Hipopurisemia) kadar
asam urat dalam darah.
4 dari 6 sampel yang berbeda dari sampel asam urat, menunjukkan adanya kondisi
Hiperkolesterolemia yakni suatu kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah berada diatas normal
dan sudah melebihi borderline atau ambang batas. 2 dari 6 sampel tersisa menunjukkan nilai yang
melebihi batas normal namun belum sampai ke tahap Hiperkolesterolemia.
Hasil uji Urine Analyzer menunjukkan jika manusia uji memiliki kadar normal dalam leukosit,
keton, nitrit, urobilinogen, bilirubin, specific gravity, blood, pH, dan Vc. Namun pada hasil uji glukosa
dan protein, manusia uji menunjukkan bahwa ia mengalami proteinuria dan glukosuria.

12
DAFTAR PUSTAKA
● Nanda Rachmad Putra Gofur, Aisyah Rachmadani Putri Gofur, Soesilaningtyas, Rizki Nur
Rachman Putra Gofur, Mega Kahdina and Hernalia Martadila Putri. Nephrolithiasis, Diagnosis
and Management: A Review Article. Ame J Surg Clin Case, 2021.
● Wirawan R, dan Silman E. Pemeriksaan Laboratorium hematologi sederhana. 2nd ed., Jakarta,
Balai Penerbit FKUI, 2011.
● e-Journal Poltekkes Kemenkes Medan. “Jurnal Ilmiah Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition,
Midwivery, Enviromment, Dentist PANNMED.” e-Journal Poltekkes Kemenkes Medan,
Poltekkes Kemenkes Medan, 2018, http://ojs.poltekkes-medan.ac.id/labora. Accessed 19
March 2023.
● “Home.” Lab Hospital Semi-automatic Urine Analyzer Machine Urine Chemistry Analyzer, -,
https://www.cnmeditech.com/urine-analyzer/lab-hospital-semi-automatic-urine-analyzer-
machine-urine-chemistry-analyzer.html?
gclid=Cj0KCQjwwtWgBhDhARIsAEMcxeAqchGg8Gku7GCo8si18B0Q5IPEQ9RUikXLUN
A-paKARRstUQ4Add4aAjR8EALw_wcB. Accessed 19 March 2023.
● SAWAHLUNTO, RSUD. “Waktu Terbaik Untuk Memeriksa Kadar Kolesterol » RSUD
Sawahlunto.” RSUD Sawahlunto », -, https://rsud.sawahluntokota.go.id/waktu-terbaik-untuk-
memeriksa-kadar-kolesterol/. Accessed 19 March 2023.
● Dr. Soedirman, RSUD. “Post.” Post - RSUD Dr. Soedirman, -,
https://rsuddrsoedirman.kebumenkab.go.id/index.php/web/post/177/hiperkolesterolemia.
Accessed 19 March 2023.
● Utami, Arini. “Presentasi asam urat.” SlideShare, 30 January 2013,
https://www.slideshare.net/AriniUtami/presentasi-asam-urat. Accessed 19 March 2023.
● Muhammadiyah Semarang, Universitas. “Daftar Pustaka Bakta I.M, 2007. Hematologi Klinik
Ringkas. Jakarta : EGC Dalimartha, S. dan F. Adrian. 2011. Khasiat buah dan Sa.” Repository
Unimus, -, http://repository.unimus.ac.id/1711/7/Daftar%20Pustaka.pdf. Accessed 19 March
2023.
● Muhammadiyah Semarang, Universitas. “1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Urin
adalah cairan sisa yang di ekskresi oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tub.”
Repository Unimus, -, http://repository.unimus.ac.id/3174/3/1.%20BAB%20I.pdf. Accessed 19
March 2023.

13
● Khaira, dkk. Hubungan Produksi Urin dengan Saturasi Oksigen Terhadap Kematian Selama
Perawatan Pasien Gagal Jantung Akut. Jurnal Ilmiah Kohesi, -.
● Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian. “Pemeriksaan darah dan urin diperlukan untuk
mengetahui penurunan fungsi ginjal sejak dini - Direktorat P2PTM.” P2PTM, -,
https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-pembuluh-
darah/pemeriksaan-darah-dan-urin-diperlukan-untuk-mengetahui-penurunan-fungsi-ginjal-
sejak-dini. Accessed 19 March 2023.
● Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian. “Apa penyebab Kolesterol tinggi ? - Direktorat
P2PTM.” P2PTM, -, https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/apa-penyebab-kolesterol-tinggi. Accessed 19 March 2023.
● Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian. “Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.”
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, 31 October 2022,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1729/penyakit-asam-urat. Accessed 19 March 2023.
● Kesmas. “Risiko Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan Industri | Bantas | Kesmas:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal).” Faculty of Public
Health UI Journal, 5 April 2012, https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/87. Accessed
19 March 2023.
● Kesehatan Indonesia, Kementerian. “Berapa Nilai Kolesterol Total Anda? - Direktorat
P2PTM.” P2PTM, -, https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/37/berapa-nilai-kolesterol-total-anda. Accessed 19 March
2023.
● JORPRES. “MENGENDALIKAN KADAR KOLESTEROL PADA
HIPERKOLESTEROLEMIA | Yani | Jorpres (Jurnal Olahraga Prestasi).” Journal UNY, -,
https://journal.uny.ac.id/index.php/jorpres/article/view/5749. Accessed 19 March 2023.
● NEWS, UNAIR. “Nefrolithiasis Diagnosis dan Manajemen - Unair News.” Unair News, 3 June
2021, https://news.unair.ac.id/2021/06/03/nefrolithiasis-diagnosis-dan-manajemen/. Accessed
19 March 2023.
● Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian. “Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.”
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, 9 July 2022,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/237/asam-urat-bisa-menyerang-ginjal. Accessed 19
March 2023.
● Yuriani, Yuriani, et.al. 2019. Comparison of Effects of The Hypoglycemia Management
Protocol with 40% Dextrose Concentrated Solution to the Post-Correction Blood Sugar
Response through Intravenous Infusion and Intravenous Bolus. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia Volume 8 Nomor 2.

14
● Rasyid, Willady, et.al. 2019. Efektivitas Waktu Injeksi Insulin terhadap Kadar Glukosa Darah
2 Jam Setelah Makan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 2 Nomor 2.

LAMPIRAN

Studi Kasus
Bapak DF 56 tahun menjalani rawat inap dengan diagnosa complicated pyelonephritis, anemia,
hiponatremia, dan Diabetes Mellitus dengan keluhan nyeri perut kiri tengah, lemas, demam, nyeri
punggung bagian belakang, mual dan nyeri saat buang air kecil dan sering buang air kecil. Hasil
pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan leukosit 12.01, eritrosit 2.81, hemoglobin 9.3,
hematokrit 27.0, platelet 276, LED 30-40, neutrofil 90.0, eosinofil 1.0, limfosit 10.0, monosit 3.0, Na
128.0, gula serum puasa 120.0, gula 2 jam pp 145, HbA1C 73. Jelaskan interpretasi data hasil
pemeriksaan laboratorium yang mendukung diagnosa dan akan menjadi parameter monitoring
pemantauan terapi!

Jawab :

Maka dapat diketahui jika :


- HCT : % sel darah dibanding jumlah cairan darah (Hydrochlorothiazide) makin naik cairan
maka makin kental, pada penderita anemia gagal ginjal kronik, HCT turun.
- Limfosit turun : pada gagal ginjal, anemia, infeksi
- Neutrofil naik : pada infeksi akut, radang, kerusakan jaringan

15
- Eritrofil naik : pada anemia
- LED naik : parameter radang dan bisa termasuk infeksi
- Leukosit naik : parameter adanya infeksi
- Na turun : hiponatemia
- Gula darah puasa naik : DM
- Gula darah 2 jam pp naik : DM
- HbA1C naik : DM
- Hemoglobin turun : anemia
- Eritrosit turun : anemia

Soal
1. Bapak BT 58 tahun dengan diagnosa Diabetes Mellitus tipe 2 mendapat obat insulin rapid
acting 3 × 8 IU. Indikator berikut dalam jangkan waktu pendek yang bisa dipantau adalah :
A. Glukosa darah puasa
B. Glukosa darah sewaktu
C. Albunin teragregasi
D. HbA1C
E. Glukosa darah 2 jam setelah makan
Karena DM atau diabetes melitus merupakan gangguan metabolik dimana sel beta
pankreas tidak mampu mensekresikan insulin. DM ditandai dengan kenaikan gula
darah. Pada penderita DM tipe 2, penambahan insulin menjadikannya kewajiban.
Insulin rapid acting merupakan insulin kerja cepat dimana onsetnya sekitar 15 menit
dan dan durasinya 1-2 jam, sehingga indikator dalam jangka waktu terpendek yang bisa
dipantau adalah glukosa darah 2 jam setelah makan.

2. Ibu MT usia 65 tahun harus menjalani rawat inap karena menderita hipoglikemia dengan kadar
gula darah saat diperiksa 35 mg/dL. Apakah pertolongan pertama yang dapat diberikan pada
ibu tersebut?
a. Glukosa 5% IV
b. Deskrosa 5% IV
c. Glukosa 0.9% IV
d. Deskrosa 40% IV
e. Glukosa 40% IV

16
Deskrosa 40% IV merupakan cairan infus untuk mengatasi hipoglikemia dimana kadar
gila dalam darah terlalu rendah. Namun perlu diperhatikan pada pasien hipoglikemia
yang menerima cairan ini perlu menghindari lonjakan gula darah yang berlebih.

Studi Kasus
Nona FE didiagnosa sistinuria sejak 1 tahun lalu dan dokter menyarankan konsumsi banyak air dan
diberi obat untuk meningkatkan pH Urin. Hal ini dilarikan ke UGD dengan keluhan mual hebat, nyeri
perut dibagian bawah menjalar ke pinggang dan selangkangan, jumlah urin yang keluar sedikit sekali
dan berwarna merah. Dari hasil pemeriksaan dokter menyarankan dijadwalkan operasi batu ginjal.
Jelaskan indikator pemeriksaan laboratorium menggunakan urin yang perlu dimonitor pada kasus ini?
Apakah hubungan sistinuria dan batu ginjal?

Jawab :
Sistinuria merupakan penyakit metabolit bawaan yang ditandai dengan konsentrasi tinggi asam amino
sistein dalam urin. Asam amino yang tidak larut dalam cairan urin dan tidak dapat di reabsorbsi
kembali oleh ginjal maka akan terjadi proses pengkristalan yang mengakibatkan timbulnya batu pada
saluran kemih. Batu ginjal terbentuk ketika urin lebih banyak mengandung zat kimia dibanding cairan.
Indikator pemeriksaan menggunakan urin yang perlu dimonitor adalah adanya kandungan kristal sistin
serta adanya kandungan eritrosit(sel darah merah) terkait dengan kerusakan pada membran
glomerulus.

17

Anda mungkin juga menyukai