Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama : Septi Handayani


NIM : 4301418103
Jurusan / Prodi : Kimia/ Pendidikan Kimia
Kelompok : 4 (empat)
Tanggal Praktikum : 30 April 2021
Nama Praktikum : Urine

A. Tujuan
1. Memahami komponen-komponen yang terdapat pada urine
2. Terampil melaksanakan eksperimen pengujian urine

B. Pendahuluan
2.1 Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hal ini
berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang
terinfeksi, sehingga urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari
ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan
hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam
urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine
berwarna kuning pekat atau coklat. Jenis urine adalah sebagai berikut
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. Urine sewaktu
biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. Urine ini biasanya lebih pekat
dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli
maldini dan sebagainya.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (kurang lebih 1,5–3 jam sesudah
makan). Urine ini biasanya dipakai untuk pemeriksaan reduksi.
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk analisa kuantitatif.
(Tim DepKes RI, 1994)

2.2 Pemeriksaan pada Urine


2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine
Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk mengetahui kadar gula
dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang berpenyakit atau tersangka berpenyakit
diabetes mellitus. Cara pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan
memakai reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.
Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan warna yang ditunjukkan
adalah sebagai berikut :
Warna biru (tidak berubah) (-)
Warna biru kehijauan (+)
Warna hijau (kekuningan) (+ +)
Warna kuning kemerahan (+ + +)
Warna merah bata (+ + + +)
2.2.2 Pengambilan bahan urine
Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk mengetahui faal glomerulus yang
bertujuan untuk menyediakan urine secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.
2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam
Meliputi:
• Pengukuran berat jenis urine
• Pemeriksaan jumlah dalam urine
• Pengujian pemekatan
• Pengambilan bahan creatinine clearance test
(Tim DepKes , 1994)

2.3 Sifat Urine


Sifat-sifat urine diantaranya adalah
a. volume urine pada orang dewasa normal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari
b. volume urine berkurang pada iklim panas
c. berat jenis antara 1,003 – 1,030
d. reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
e. urine menjadi alkali bila dibiarkan
f. urine berwarna kuning pucat apabila normal
g. urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada dalam makanan
(Harper, 1961)

2.4 Ciri- ciri Urine Normal


Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah pula apabila terlampaui banyak
protein yang dimakan sehingga tersedia cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan
ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis
nampak terapung di dalamnya, baunya tajam, rasanya sedikit asam terhadap lakmus dengan
pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028 (Harper, 1961).

2.5 Komponen Utama Urine Manusia


Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :

Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah cairan yang masuk
ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam spesimen dengan total volume 1.200 mL
(Harper, 1961).

2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine


a. Protein
Proteinuria (albumin urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam urine dalam
konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekstraksi setiap
hari dalam urine.
b. Glukosa
Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosuria terjadi bila melebihi
jumlah tersebut. Glukosuria dapat disebabkan adanya stres dan emosi. Glukosuria tidak
disebabkan oleh diabetes tetapi dapat menunjukkan adanya diabetes.
c. Benda-benda keton
Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak 3-15 mg setiap hari,
jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan
beberapa jenis alkoholis (Harper, 1961).

2.7 Unsur-unsur Normal dalam Urine


a. Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia. Biasanya merupakan
80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah, protein urea jumlahnya rendah
karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat
seperti demam, diabetes atau aktivitas korteks berlebih (Harper, 1961).
b. Ammonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat diabetes melitus
maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi (Harper, 1961).
c. Kreatin dan kreatinin
Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatinin ini dapat digunakan sebagai
metode (indeks) mengenai jumlah urine yang dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur
secara kolorimetri dengan menambahkan alkali pikrat dalam urine (Harper, 1961).
d. Asam urat
Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang sukar larut dalam air,
tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh karena itu asam urat mudah
mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna biru diberikan asam urat bila terdapat
seanofosfongisfat (Harper, 1961).
e. Asam amino
Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas urine untuk zat ini
sangat tinggi (Harper, 1961).

2.8 Pengujian pada Urine


2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict
Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan sodium sitrat. Reaksinya
sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya akan dioksidasi menjadi asam aldonat,
sedangkan pereaksi benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah
bata, maka menunjukkan adanya gula pereduksi (Harper , 1961).
2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine
Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam pikrat yang ditambahkan
dalam urine. Dengan adanya kreatinin, campuran memberi warna gambar (Reaksi Jaffe)
warnanya dicocokkan dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat (Harper ,
1961).
2.8.3 Uji adanya protein
Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik, setelah disentrifus untuk
menghilangkan sedimen, kemudian ditambahkan asam asetat encer. Suatu awan putih atau
endapan yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine terdapat
protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan asam siklo asetat dan
kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara kolorimetri maupun analisis; (Harper ,
1961).

2.9 Komposisi urine


Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau
cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul
yang penting bagi tubuh misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang
terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh
urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat (Anonim, 2008)

2.10 Penyakit pada urine


Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat
Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya endapan yang mengeras
(mem.batu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing
disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria.
Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun
ke saluran yang berada dibawahnya yaitu ureter, kandung kemih (buli-buli) dan saluran
kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih.
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa nyeri di daerah
pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan
sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala
lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan
keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan
dinding saluran kencing (Anonim, 2008).

C. Alat dan Bahan


Alat: Bahan :

● Tabung reaksi ● Urine


● Rak tabung reaksi ● Asam asetat 2%
● Pipet tetes ● Larutan benedict
● Indikator universal ● Larutan glukosa 0,3 %, 1%, 5%
● Pemanas Spiritus ● Galaktosa
● Penjepit tabung ● Padatan ammonium sulfat
● Urinometer ● NH3 pekat
● pH universal ● Aquades
● Gelas Urinometer ● CH3COOH 2%
● Gelas ukur ● I2 0,1 N
● Beaker glass 250 ml dan 100 ml ● Na-Nitroprusida 5%
● Ball pipet ● HNO3 pekat 2 ml
● Labu ukur 10 ml ● Amilum 0,1 g
● Pengaduk kaca ● NaCl 0,5 g
● Spatula
● Pipet ukur 10, 5, dan 1 ml
● Termometer
● Penjepit kayu
● Kompor listrik

D. Metode
a. Metabolisme Urine
1. Penilaian sifat dan pH urine
a. Mengukur volume urine dalam mL kemudian mengamati warna, bau, dan
kejernihan urine
b. Mengukur pH urine menggunakan pH universal
c. Memasukkan pH universal pada urin menunggu beberapa saat kemudian
menyamakan perubahan warna pH dengan warna indikator pH universal pH
diperoleh 6
2. Penentuan berat jenis urine
a. Isi gelas ukur dengan urine, letakkan urinometer di dalamnya.
b. Urinometer tidak boleh menyentuh tabung, catat suhu tersebut
c. Tiap urinometer sudah ditera pada suhu tertentu
d. Bila suhu urine tidak sama dengan suhu tera lakukan koreksi: tambahkan 0,001
pada angka yang dinyatakan urinometer untuk setiap penambahan suhu 3°C di
atas suhu tera. Dan kurangi 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer untuk
setiap perbedaan suhu 3°C di bawah suhu terra
3. Uji Benedict pada Urine
a. Campurkan 2,5 ml reaksi benedict dengan 4 tetes urine
b. Panaskan selama beberapa menit
c. Perhatikan apakah terjadi perubahan warna, apabila tidak terjadi perubahan
warna setelah dipanaskan maka menunjukkan hasil negatif yaitu tidak terdapat
glukosa di dalam urine

Menambahkan glukosa berbagai konsentrasi di dalam urine

a. Masukkan uji benedict ke dalam tabung sebanyak 2,5 ml


b. Masukkan urine sebanyak 4 tetes ke dalam setiap tabung. Lakukan hal yang sama
pada tabung dua, tabung tiga, dan tabung empat
c. Tambahkan glukosa 0,3% sebanyak 1 ml pada tabung 1 larutan menjadi hijau
d. Tambahkan glukosa sebanyak 1 % sebanyak 1 ml pada tabung 2 larutan menjadi
kuning
e. Tambahkan glukosa 5 % sebanyak 1 ml larutan pada tabung 3 larutan berubah
menjadi jingga karena jika berubah jadi hijau menunjukkan positif satu
menunjukkan kadar glukosa kurang dari 0,5 %. Apabila berubah jadi kuning
menunjukkan penilaian positif dua yang menunjukkan kadar glukosa 0,5-1% dan
apabila berubah menjadi jingga menunjukkan penilaian positif 3 yang
menunjukkan kadar glukosa 1-2 % di dalam urin
f. Tambahkan galaktosa 1% sebanyak 1 ml pada tabung empat. Warna larutan
menjadi kuning kehijauan positif 2
g. Lakukan pemanasan pada setiap tabung dan lihat perubahan warna yang terjadi
pada setiap tabung
4. Uji koagulasi Urine
a. Memanaskan 5 mL urine hingga mendidih
b. Menambahkan 3-5 tetes asam asetat 2% pada endapan
c. Mengamati apakah endapan hilang atau bertambah. Endapan hilang menandakan
bahwa endapan tersebut terdiri dari fosfat. Apabila endapan bertambah
menandakan endapan tersebut protein.

b. Analisis Urin

1. Uji benedict semikuantitatif

a. Menyiapkan tabung reaksi 1, 2, 3, dan 4


b. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan Benedict 2,5 ml
c. Menambahkan urin sebanyak 3 tetes pada tabung reaksi 1
d. Menambahkan glukosa 0,3 % sebanyak 3 tetes pada tabung reaksi 2
e. Menambahkan glukosa 1% sebanyak 3 tetes pada tabung reaksi 3
f. Menambahkan glukosa 5% sebanyak 3 tetes pada tabung reaksi 4
g. Masing-masing tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air yang mendidih
h. Setelah itu tabung reaksi dibiarkan dingin dan mengamati apakah ada perubahan
warna

2. Uji protein

a. Memasukkan 2 ml urin ke dalam tabung reaksi


b. Kemudian tabung reaksi dipanaskan, mengamati apakah terdapat endapan (larutan
berwarna keruh) atau tidak
c. Jika terdapat endapan, maka menambahkan larutan CH3COOH 2%
d. Mengamati apakah endapan larut atau berubah menjadi jernih (fosfat) atau
endapan tersebut tidak larut atau larutan tetap keruh (protein)

3. Uji benda keton (Rothera)

a. Memasukkan urin sebanyak 2 ml ke dalam tabung reaksi


b. Menambahkan ammonium sulfat sampai jenuh
c. Menambahkan lagi larutan amoniak pekat sebanyak 2 tetes
d. Menambahkan Na-Nitroprusida 5% sebanyak 3 tetes
e. Kemudian dicampur semua sampai ada perubahan warna (positif jika berwarna
ungu)

4. Uji Pigmen Empedu

a. Menambahkan asam nitrat pekat kedalam tabung reaksi


b. Kemudian menambahkan urine 2 mL secara hati-hati
c. Lalu melihat perubahan warna (jika larutan tersebut berubah warna menjadi
pelangi maka percobaan dikatakan positif).

5. Uji Wohlgemuth (penetapan amilase)


a. Menyiapkan 10 tabung reaksi sesuai tabel dibawah ini

Tabung Urine diencerkan Urine tidak Akuades Amilum 0,1%


1:20 mL diencerkan (mL) (mL)

1. 0,5 - 0,5 2

2. 0,6 - 0,4 2

3. 0,7 - 0,3 2

4. 0,8 - 0,2 2

5. 0,9 - 0,1 2

6. - 0,1 0,9 2

7. - 0,2 0,8 2

8. - 0,3 0,7 2

9. - 0,4 0,6 2

10. - 0,5 0,5 2

b. Lalu mencampurkan perbandingan komponen pada tabung reaksi seperti data


tabel diatas secara hati-hati
c. Selanjutkan menaruh penangas air dengan suhu 37⁰C selama 30 menit
d. Selanjutkan mendinginkan larutan tersebut selama 5 menit
e. Lalu menambahkan 1-2 tetes larutan ion di masing-masing tabung yang telah
terisi larutan lalu mengocoknya.
f. Selanjutnya mengamati perubahan warna yang dialami larutan tersebut.
E. Hasil dan Pembahasan
a. Metabolisme Urine
1. Penilaian sifat dan pH urine

Pada penilaian sifat urine kita mengamati warna, bau, dan kejernihan urine. Pada
pengamatan ini diperoleh hasil warna dari urine adalah kuning muda hampir seperti
minyak goreng, hal ini menandakan bahwa warna urine tersebut normal. Warna kuning
muda dari urine disebabkan karena adanya pigmen dalam urine (Urokrom dan
Urobilin). Selain disebabkan oleh pigmen, warna urin juga dipengaruhi oleh
konsentrasi urin karena semakin tinggi konsentrasi maka warna urin akan semakin
pekat. Selain itu juga dipengaruhi oleh keasaman urin, semakin alkasil urin maka
warna akan semakin gelap. Beda halnya dengan urin yang tidak sehat yang akan
menimbulkan warna yang berbeda karena pengaruh obat ataupun penyakit yang
diderita, seperti darah, menyebabkan urine berwarna merah, coklat, keruh (berawan).
Bilirubin, menyebabkan urine berwarna kuning tua, coklat kehijauan. Fenol, salisilat
dan resorsinol menyebabkan urine berwarna hijau gelap. Antipirin menyebabkan urine
berwarna kuning hitam. Phenacetin, menyebabkan urine berwarna kuning.

Selanjutnya didapatkan hasil mengenai bau urin tersebut yaitu berbau khas urin
yaitu pesing hal tersebut menandakan urin normal. Bau urin normal disebabkan oleh
sebagian asam-asam organic yang mudah menguap, yaitu; Bau aromatic timbul karena
pemecahan ureum di dalam urin oleh bakteri. Bau buah ( fruity) terdapat pada
ketonuria. Bau jengkol terdapat pada keracunan jengkol, sering disertai proteinuria.

Dan yang terakhir adalah kejernihan urin, didapatkan hasil pengamatan urin yang
jernih dan tidak keruh, hal tersebut menandakan kualitas urin baik dan normal. Urin
yang keruh dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti;

● Fosfat dan nanah. Kekeruhan putih dan tebal dalam urine alkalis atau netral
disebabkan karena fosfat/karbonat atau pus/nanah. Fosfat/karbonat menghilang
pada penambahan asam cuka 6% ( carbonat akan timbul gas), sedangkan pada
pus/nanah tidak hilang pada penambahan asam.
● Darah menyebabkan urine merah keruh, pada pemeriksaan sedimen ditemukan
erythrocyte.
● Bakteri Biasanya kekeruhan merata, bakteri dapat dilihat dalam sedimen dengan
pewarnaan Gram.
● Spermatozoa

Setelah pengamatan mengenai sifat urin, kini pada pengukuran pH. Didapatkan
hasil pengamatan pH sebesar 6, hal tersebut membuktikan pH urin normal karena pH
normal urin berada pada pH 4,7-7,5 dengan rata-rata 6. Pemeriksaan pH urine harus
selalu dilakukan, karena pemeriksaan protein harus dilakukan dengan urin yang asam
dan interpretasi hasil pemeriksaan urine lebih mudah, bila kita mengetahui reaksi dan
berat jenisnya.

2. Penentuan berat jenis urine

Praktikum penentuan berat jenis urine menggunakan urinometer. Penentuan berat


jenis urine salah satu barometer untuk mengukur jumlah solid yang terlarut dalam
urine dan digunakan untuk mengukur daya konsentrasi dan daya ilusi ginjal. Berat
jenis urine tergantung jumlah zat yang terlarut dalam urine atau terbawa dalam urine.
Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal mengencerkan urine
(misalnya sesudah minum) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal
memekatkan urine sebagaimana fungsinya maka berat jenis naik di atas 1010
(Evelyn, 2006).

Pada pengukuran berat jenis, berat jenis sampel urin yang diperoleh adalah hanya
berdasarkan suhu karena kadar gula dan protein tidak diketahui sehingga berat jenis
yang didapat belum berat jenis yang sebenarnya. Berat jenis urin sewaktu pada orang
normal antara 1,003-1,030. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat
jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis
1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat
dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin
kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi,
alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Berat jenis urine tertinggi terdapat
pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat jenis terendah terdapat dalam urine
yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan yang cukup banyak.

Adapun, faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin sama dengan yang
mempengaruhi osmolalitas urin. Berat jenis urin mengevaluasi kemampuan ginjal
untuk menampung atau mengekskresikan air. Berat jenis dipengaruhi oleh berat dan
jenis zat terlarut. Terdapatnya zat-zat terlarut dalam urin, seperti glukosa, protein akan
meningkatkan berat jenis. Berat jenis urine normal pada seluruh OP kemungkinan
terjadi karena pola makan yang baik, jarang obat-obatan, perombakan bakteri dan
uereum yang baik, dan adanya ketonuria yang seimbang (Lefever , 1997). Bobot jenis
urin berhubungan erat dengan dieresis. Semakin kecil atau rendah bobot jenis, maka
semakin besar diuresis, dan sebaliknya. Bobot jenis urin adalah 1,005 – 1,026 pada
suhu kamar. BJ rendah biasanya dijumpai pada penyakit ginjal seperti glomerunofritis
, defisiensi ADH , gangguan metabolik pada DM , hidrasi berat berkepanjangan ,
sebaliknya BJ urin tinggi dijumpai pada keadaan puasa dan glukosuria.

Pemeriksaan berat jenis urin berhubungan dengan faal pemekatan ginjal. Semakin
pekat urin semakin tinggi berat jenisnya dan begitu pula sebaliknya, semakin encer
urin maka semakin rendah berat jenisnya. Berat jenis urin normal antara 1,003 -
1,030. Berat jenis urin berhubungan erat dengan diuresa, semakin besar diuresa
semakin rendah berat jenisnya dan begitu pula sebaliknya, semakin kecil diuresa
semakin tinggi berat jenisnya. Berat jenis urin kurang dari 1,003 dapat disebabkan
oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal kronik
(Wirawan dkk., 2010). Sedangkan urin yang mempunyai berat jenis 1,030 atau lebih,
dapat dijumpai pada penderita dengan proteinuria, diabetes mellitus (DM), dan
dehidrasi (Oka, 1998).

3. Uji Benedict pada Urine


Praktikum uji benedict bertujuan untuk memperkirakan kadar glukosa dalam urin.
Pada percobaan, setelah uji benedict ditetesi dengan urine dan dipanaskan hasilnya
negatif dengan tidak terjadi perubahan warna. Hal ini menandakan urine tidak
mengandung glukosa. Sifat glukosa sebagai zat pereduksi dimana reagen benedict
mengandung garam cupri yang jika ditambahkan urine yang mengandung glukosa
dan kemudian dipanaskan maka akan menjadi cupro yang ditandai dengan adanya
perubahan warna dan kekeruhan pada reagen benedict. Karena menunjukkan hasil
negatif, maka tambahkan glukosa dengan berbagai macam konsentrasi pada urine.
Pada penambahan glukosa 0,3% sebanyak 1 ml pada tabung 1 terjadi perubahan
warna menjadi hijau. Perubahan warna menjadi hijau artinya positif satu
menunjukkan kadar glukosa kurang dari 0,5 %. Pada penambahan glukosa 1 %
sebanyak 1 ml pada tabung 2 larutan menjadi berubah warna menjadi kuning.
Perubahan warna menjadi kuning artinya penilaian positif dua yang menunjukkan
kadar glukosa 0,5-1%. Pada penambahan glukosa 5 % sebanyak 1 ml larutan pada
tabung 3 larutan berubah menjadi jingga. Perubahan warna menjadi jingga artinya
penilaian positif 3 yang menunjukkan kadar glukosa 1-2 % di dalam urine. Pada
tabung ke-4 tambahkan dengan galaktosa 1% sebanyak 1 ml menunjukkan perubahan
warna larutan menjadi kuning kehijauan artinya positif 2. Apabila larutan glukosa
ditingkatkan konsentrasinya sampai lebih dari 2% maka akan menunjukkan
perubahan warna menjadi merah dengan penilaian positif empat sehingga dalam urine
terdapat kadar glukosa lebih dari 2 %

Metode ini adalah metode yang standar pada pemeriksaan glukosuria. Kelemahan
metode ini antara lain yaitu reagen yang dibutuhkan lebih banyak, untuk memperoleh
hasil diperlukan waktu yang cukup lama. Metode ini juga tidak spesifik untuk
mendeteksi glukosa urine saja. Adapun kelebihan metode ini adalah biaya
pemeriksaannya lebih murah dan membutuhkan urin yang lebih sedikit (Mayangsari,
C. 2008). Hal serupa diungkapkan oleh Gandasoebrata (2007), kelemahan metode ini
antara lain reagen yang dibutuhkan lebih banyak, untuk mendapatkan hasil diperlukan
waktu yang agak lama, metode ini juga tidak spesifik untuk mendeteksi glukosa urine
saja. Kelebihan metode ini biayanya murah, membutuhkan urin yang lebih sedikit.

Prinsip dari pemeriksaan ini adalah glukosa dalam urine akan mereduksi cupri
sulfat menjadi cupri sulfat yang terlihat dengan terjadinya perubahan warna
(Zamanzad B, 2009). Pemeriksaan glukosuria metode benedict bersifat semi
kuantitatif. Glukosa akan mereduksi kupri oksida dalam reagen menjadi kupro oksida
yang disertai dengan reaksi perubahan warna benedict sesuai dengan kadar glukosa
yang terlarut dalam urin. Pada uji benedict pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus
aldehid kecuali aldehid dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton. Hasil positif
ditunjukkan dengan adanya kekeruhan dan perubahan warna dari biru menjadi hijau
kekuningan sampai merah bata.
Prinsip reaksi metode benedict sebagai berikut :

Berdasarkan reaksi tersebut, semakin banyak kadar glukosa urine maka akan
semakin banyak kupri oksida yang direduksi menjadi kupro oksida, sehingga warna
dari reagen benedict akan semakin merah. Hal ini menjadi dasar dalam interpretasi
hasil pemeriksaan glukosuria metode benedict dimana setiap grade menunjukan
perkiraan kadar glukosa urin. Pemeriksaan glukosa urine metode benedict
memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi.

Tes reduksi ini tidak spesifik karena ada zat lain yang juga mempunyai sifat
pereduksi seperti halnya glukosa sehingga dapat memberikan reaksi positif palsu
untuk glukosuria misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentosa, laktosa, dan
beberapa zat bukan gula seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat,
serta karena pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C. Selain itu
hasil yang diperoleh masih bersifat semi kuantitatif untuk menaksir kadar glukosa
urin secara kasar (Gandasoebrata, 2007).

4. Uji koagulasi Urine


Pada uji koagulasi urin dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan dalam urin,
apakah mengandung protein atau fosfat. Uji ini dilakukan dengan memanaskan urin
hingga mendidih. Pemanasan ini bertujuan untuk mengetahui terbentuk endapan atau
tidak setelah proses pemanasan. Dalam urin yang normal tidak akan terbentuk endapan
setelah proses pemanasan. Tetapi hasil pengamatan menunjukkan adanya endapan
setelah pemanasan hal tersebut menandakan urin tersebut mengandung protein. Untuk
memastikannya kembali maka ditambahkan asam asetat 2% pada endapan yang
terbentuk, apabila endapan berkurang maka urin mengandung fosfat, tetapi apabila
endapan bertambah maka urin mengandung protein. Dari hasil pengamatan didapatkan
hasil bahwa endapan semakin bertambah maka terbentuk urin positif mengandung
protein.

b. Analisis Urine
1. Uji Benedict Semikuantitatif
Adanya kandungan glukosa dalam urin dapat diketahui melalui perubahan warna
yang terjadi setelah urin ditetesi larutan benedict dan berubah warna menjadi merah
bata. Namun, data yang didapatkan setelah urin ditetesi benedict ternyata berwarna
hijau kebiruan, artinya urin yang diuji tidak mengandung glukosa. Adanya
kandungan glukosa juga harus diperhatikan. Sama halnya dengan protein, jika urin
mengandung glukosa maka ada masalah yang terjadi pada ginjal khususnya pada
bagian Tubulus Kontortus Proksimal.
Dengan uji glukosa, juga dapat diketahui jika urin menghasilkan endapan maka
orang yang urinnya diuji menderita diabetes. Hal ini berhubungan dengan pankreas
karena pankreas menghasilkan sedikit insulin bahkan tidak, sehingga menyebabkan
diabetes. Dari pengujian urin, didapatkan data bahwa urin yang diuji tidak terbentuk
endapan yang artinya orang yang urinnya diuji tidak menderita diabetes
2. Uji Protein
Urin yang diuji untuk mengetahui ada tidaknya protein, setelah melalui tahap
pemanasan dan pemberian larutan CH3COOH jika terdapat endapan maka urine
tersebut mengandung protein. Karena urin yang diuji tidak terdapat endapan maka
urin tidak mengandung protein. Tetapi jika urin mengandung protein, ini ada
ketidakberesan pada ginjal orang yang urinnya diuji. Seharusnya, ginjal yang
normal tidak akan melepaskan protein bersama urin. Protein (asam amino) pada
ginjal yang normal, akan diserap pada proses filtrasi sebab protein (asam amino)
termasuk zat yang berguna bagi tubuh. Selain itu jika ada protein (asam amino)
yang masih berada pada urin primer, pada tahap reabsorpsi tepatnya di bagian
Tubulus Kontortus Proksimal, semua protein (asam amino) sudah harus diserap
oleh tubuh. Artinya, urin yang dikeluarkan sudah tidak lagi mengandung protein.
Jadi, jika hasil praktikum menunjukkan adanya kandungan protein dalam urin,
maka ginjal orang yang urinnya diuji mengalami masalah terutama pada Tubulus
Kontortus Proksimal.
3. Uji Benda Keton (Rothera)
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton yang
terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengoksidasian gugus keton.
Uji positif adanya keton ditandai dengan terbentuknya warna jingga setelah
berlangsungnya reaksi. Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk
mengkondisikan larutan urine yang asam menjadi netral. Selanjutnya, ditambahkan
dengan larutan nitroprusid jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat
berlangsung dalam suasana basa. Reaksi yang terjadi:

Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine tidak terjadi perubahan
warna. Sampel urine tersebut tetap berwarna kuning jernih. Hal ini menandakan
bahwa dalam sampel urine tersebut negatif tidak mengandung gugus keton.
4. Uji Pigmen Empedu
Tujuan dari percobaan ini untuk mengetahui adanya pigmen empedu, pada
percobaan ini cukup dengan mengocok tabung reaksi yang berisi urine dengan
baik dan benar. Reaksi yang dihasilkan positif, karena ditandai dengan buih
berwarna kuning dan larutan berwarna pelangi (tidak ada pigmen empedu).
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urine. Jika di terdapat pigmen empedu
pada urine menimbulkan warna kuning pada kulit. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin terkonjugasi dan
disekresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini dalam
air dan diekskresikan dalam urine jika terjadi peningkatan kadar serum. Bilirubin
tak terkonjugasi (bilirubin indrek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak
dapat diekspresikan ke dalam urine. Warna urine normal adalah kuning pusat atau
ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit urobilin dan hematopirin.
Untuk uji pigmen empedu juga bisa disebut dengan uji gmelin pada percobaan ini,
cairan empedu ditambahkan dengan larutan asam nitrat. Asam nitrat berfungsi
untuk mengoksidasi zat warna empedu. Penambahan asam nitrat dilewatkan
melalui dinding tabung agar terlihat cincin orange yang terbentuk. Jika hasil
pengamatan diperoleh cincin orange, yang berarti terdapat zat warna bilirubin.
Reaksinya yaitu :
5. Uji Wohlgemuth (penetapan amilase)

Pemecahan makanan polisakarida pada manusia dimulai di dalam mulut,


tempat alpha amilase air liur menghidrolisis beberapa dari ikatan alpha-1 sampai
4 glikosida. Sedikit pemecahan lebih jauh dari karbohidrat terjadi hingga
makanan mencapai usus kecil. Disini amylase pancreas mengkatalisis reaksi
hidrolisis polisakarida berikatan alpha-1 menjadi 4 terutama menjadi glukosa dan
maltosa. Apabila terjadi percabangan seperti pada amilopeptin atau glikogen
maka dihasilkan pula isomaltosa suatu disakarida yang berikatan apha-1 menjadi
6. Selain disakarida yang ditimbulkan oleh reaksi alpha amylase, maka makanan
disakarida lain meliputi laktosa dan sukrosa. Itulah kerja amilase yang dapat
menghasilkan glukosa, maltosa, dan isomaltosa.

Enzyme amylase sendiri dapat diperoleh dari saliva atau pancreas. Pada
air seni juga terdapat sedikit amylase, maka untuk mengatasinya pada praktikum
ini dilakukan uji dengan penambahan urin pada 10 tabung reaksi dengan
konsentrasi yang berbeda. Sebagai indikatornya kita menggunakan larutan iod,
sedangkan untuk larutan ujinya kita menggunakan larutan amilum 0,1% yang
mengandung NaCl. NaCl ini berfungsi agar larutan tahan (awet), karena amilum
cepat rusak saat penyimpanan terlalu lama, amilum mudah rusak karena adanya
bakteri di udara bebas. Karena reaksi ini cukup lambat maka kita melakukan
pemanasan tetapi dengan suhu tertentu agar diperoleh suhu maksimum sehingga
enzyme berjalan cukup cepat. Pemanasan dilakukan pada suhu 37⁰C selama 30
menit. Setelah pemanasan tabung reaksi di dinginkan agar reaksi langsung
berhenti sehingga diharapkan hasil dapat diamati dengan jelas. Tapi pada hasil
pengamatan yang didapat terjadi perubahan pada ke 7-10 tabung tersebut dan
pada tabung ke 1-5 menghasilkan warna biru yang menandakan bahwa percobaan
tersebut negatif. Hal ini dikarenakan semua amilum yang ada telah terhidrolisis
menjadi maltosa, dimana maltosa tidak memberikan warna pada larutan saat
diberi indikator iod. Pada dasarnya amilum akan memberikan warna biru, dan
eritrodekstrin akan memberikan warna merah tua sehingga tabung ke-8
merupakan hasil uji positif pada uji amilase. Untuk tabung yang menghasilkan
warna merah pada percobaan pada tabung ke-8 untuk tabung lainnya tidak
muncul perubahan warna merah

F. Simpulan dan Saran


a. Simpulan
Pada penentuan sifat urin berupa warna kuning muda, bau pesing khas senyawa
organik sisa ekskresi, dan urin yang jernih dan tidak keruh. Hal tersebut menunjukkan
hasil yang normal artinya urin sehat. pH urin menunjukkan 6 artinya urin normal dan
berada pada pH rata-rata.
Pada uji koagulasi urin untuk mengidentifikasi kandungan dalam urin. Hasil
pengamatan menunjukkan urin positif mengandung protein yang dibuktikan dengan
terbentuknya endapan saat pemanasan dan endapan yang semakin bertambah saat
penambahan asam asetat.
Pada pengukuran berat jenis, berat jenis sampel urin yang diperoleh adalah hanya
berdasarkan suhu karena kadar gula dan protein tidak diketahui sehingga berat jenis yang
didapat belum berat jenis yang sebenarnya. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal
antara 1,003-1,030.
Pada uji benedict urine, setelah uji benedict ditetesi dengan urine dan dipanaskan
hasilnya negatif dengan tidak terjadi perubahan warna. Pada penambahan glukosa 0,3%
sebanyak 1 ml pada tabung 1 terjadi perubahan warna menjadi hijau artinya positif satu.
Pada penambahan glukosa 1 % sebanyak 1 ml pada tabung 2 larutan menjadi berubah
warna menjadi kuning artinya positif dua. Pada penambahan glukosa 5 % sebanyak 1 ml
larutan pada tabung 3 larutan berubah menjadi jingga artinya positif tiga. Pada tabung
ke-4 tambahkan dengan galaktosa 1% sebanyak 1 ml menunjukkan perubahan warna
larutan menjadi kuning kehijauan artinya positif 2.
Pada uji benedict urine, tabung 1, 2, 3 hasilnya negatif yaitu dengan ditandai tidak
terjadi perubahan warna. Terjadi perubahan warna tetapi tidak merah bata. Sedangkan
pada tabung 4 hasil uji benedict urine positif dengan ditandai perubahan warna yaitu
merah bata.
Pada uji protein, setelah melalui tahap pemanasan dan pemberian larutan
CH3COOH karena urin yang diuji tidak terdapat endapan maka urin tidak mengandung
protein.
Pada uji benda keton (rothera), dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada
sampel urine tidak terjadi perubahan warna. Sampel urine tersebut tetap berwarna kuning
jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut negatif tidak
mengandung gugus keton.
Pada uji Pigmen empedu hasil dari percobaan tersebut urine mengandung pigmen
empedu dengan ditandai perubahan warna pada larutan menjadi warna pelangi dan
muncul buih kuning, sehingga hasil percobaan tersebut dikatakan positif.
Pada uji penetapan amilase dengan menggunakan metode uji Wohlgemuth hasil
uji menunjukkan pada semua tabung reaksi kecuali pada tabung ke-8 menunjukkan hasil
negatif karena perubahan warna larutan tidak menjadi warna merah tetapi untuk tabung
ke-8 larutan mengalami perubahan warna menjadi merah sehingga pada tabung ke-8
hasil uji coba tersebut positif mengandung enzim amilase.

b. Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum ini mahasiswa dapat melakukan
percobaan sendiri secara offline sehingga mahasiswa dapat menganalisis secara langsung
dan mengetahui keadaan yang sebenarnya. Selain itu, apabila dilakukan secara langsung
data yang didapat lebih relevan dan benar adanya.

G. Referensi
Dillasamola, Dwisari., Handayani, Dian., Wahyuni, Fatma., & Abdillah, Rahmad. 2020.
Penuntun Praktikum Biokimia. Universitas Andalas Padang.
Evelyn C, Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.2006. Jakarta: PT Gramedia
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium. Jakarta : Dian Rakyat.
Lefever, Jocce. 1997. Pemeriksaan Laboratorium Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Mayangsari, C. 2008. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Glukosuria Metode Konvensional
Benedict Dengan Metode Spektrofotometri. Bandung : Universitas Kristen
Maranatha.
Najih. 2015. Identifikasi Senyawa dalam Urin.
http://najihullah.blogspot.com/2015/04/percobaan-iii-urine-identifikasi.html
Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar
R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma. 2010. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin.
Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No.30. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,Jakarta.
Zamanzad. 2009. Accuracy of Dipstick urinalysis As a Screening Method for Detection of
Glucose, Protein, Nitrites and Blood, Eastern Mediterranean Health Journal. (15) 5
; 1323-1328.

H. Lampiran
1. Data Pengamatan
a. Metabolisme Urin

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Penilaian sifat a. Warna = kuning muda normal


dan pH urin b. Bau = khas urin pesing
dengan aroma senyawa
organik hasil ekskresi
c. Kejernihan = urin jernih tidak
keruh
d. pH = 6

Uji Benedict Benedict ditambahkan urine = negatif


pada Urine tidak terjadi endapan

Benedict+urine+glukosa 0,3% = +
terjadi perubahan warna menjadi
hijau

Benedict+urine+glukosa 1 % = ++
terjadi perubahan warna menjadi
kuning

Benedict+urine+glukosa 5 % = +++
terjadi perubahan warna menjadi
jingga

Benedict+urine+galaktosa 1% = ++
terjadi perubahan warna menjadi
kuning kehijauan

Uji koagulasi Urin dipanaskan = mengendap +


Urin
(mengidentifika Endapan + asam sulfat 2% = +
si protein) endapan bertambah

b. Analisis Urin

Pengamatan Hasil Pengamatan Keterangan

Uji Benedict Benedict + urin = warna -


Semikuantitatif biru setelah dipanaskan
warna tetap
Benedict + glukosa 0,3% -
= warna biru setelah
dipanaskan warna
abu-abu
Benedict + glukosa 1% +
= warna biru setelah
dipanaskan warna coklat
keruh ++
Benedict + glukosa 5%
= warna biru setelah
dipanaskan warna merah
bata

Uji Protein Urine dipanaskan = +


terdapat endapan +
CH3COOH = larutan
jernih

Uji Benda Keton Urine + (NH4)2SO4 +


+ Amoniak pekat +
Na-Nitroprusida
= warna jingga

Uji Pigmen Empedu Urine + HNO3 = larutan +


bewarna pelangi dan
muncul buih bewarna
kuning

Urine + akuades + 2 mL Tabung 1 = (-)


Uji Wohlgemuth amilum (dipanaskan) + Tabung 2 = (-)
(penetapan amilase) larutan Iodine (lalu Tabung 3 = (-)
didinginkan) Tabung 4 = (-)
Tabung 5 = (-)
Tabung 6 = (-)
Tabung 7 = (-)
Tabung 8 = (+)
Tabung 9 = (+)
Tabung 10= (-)

2. Analisis Data
a. Uji Benedict pada Urine
b. Uji Benda Keton (Rothera)

c. Uji pigmen protein

d. Uji amilase

3. Daftar Gambar

Gambar. Uji sifat urine


Gambar. Hasil uji coba pH urine
Gambar Uji Berat Jenis Urine
Menggunakan Urinometer
Gambar. Hasil uji koagulasi urine

Gambar Penambahan glukosa dengan


berbagai Konsentrasi
Gambar Pemanasan Uji Benedict +
Urine

Gambar Hasil Uji Benedict Semikuantitatif

Gambar Hasil Uji Benedict dengan


Berbagai Konsentrasi Glukosa
Gambar Uji Benda Keton (Rothera)
Gambar Uji Protein

Gambar Hasil Uji Pigmen Empedu Gambar Hasil Uji Amilase tabung ke- (1-5)

Gambar Hasil Uji Amilase tabung ke-


(6-10

Semarang, 06 Mei 2021

Mengetahui,

Dosen Praktikum Praktikan

Samuel Budi Wardhana Kusuma, S.Si., M.Sc., Ph.D. Septi Handayani


NIP. NIM.4301418103
I. Evaluasi
1. Tuliskan reaksi-reaksi yang mungkin terjadi dari percobaan uji ureum.
Jawab :
● Reaksi pemecahan ureum oleh urease :

● Reaksi pada uji benedict

● Reaksi tes adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE

● Reaksi tes adanya kreatinin dengan percobaan WEYL


● Reaksi Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya dengan Percobaan

Muroksid

● Reaksi Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya dengan Percobaan Reduksi

Perak (SCHIFF)

2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2

● Reaksi Tes adanya senyawa keton

● Reaksi tes adanya protein


2. Apakah kedua tabung reaksi pada uji ureum menunjukkan hasil yang sama?
Jawab :
Tidak
3. Apa fungsi serbuk kedelai pada percobaan uji ureum.
Jawab :
berperan sebagai sumber enzim urease pada percobaan senyawa organik dalam
urine pemecahan ureum oleh urease.
4. Pada uji garam-garam amonium, apakah pada ujung batang pengaduk timbul
warna merah? Jika ya, jelaskan mengapa hal tersebut terjadi.
Jawab :
Iya. Karena terdapat amonia dalam urine. Prinsip percobaan adalah reduksi NH4+
menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk
NH3. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya warna merah muda pada
kertas saring. Penambahan indikator PP yang bertujuan untuk menandai
perubahan pH dari asam menjadi basa setelah penambahan Na2CO3. Pada kertas
saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas
yang bersifat basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa
tersebut dapat merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP
menjadi merah muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa pada sampel urine
tersebut negatif tidak mengandung amonia karena kertas saring tersebut tidak
berubah menjadi merah muda.

5. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada percobaan uji garam-garam


amonium.
Jawab :
Reaksi tes adanya amonia dalam air

● Reaksi tes adanya klorida


NaCl + HNO3 NaNO3 + HCl

HCl + AgNO 3 AgCl + HNO3

AgCl + NH4OH [Ag(NH4OH)]+ + Cl-

● Reaksi Tes Adanya Fosfat dan Kalsium

HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] + 12H2O

Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+

● Reaksi Tes Adanya Sulfat

SO42- + 2H+ H2SO4

H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl

6. Tuliskan rumus dari kreatinin dan asam pikrat.


Jawab :
Rumus Keratin (C4H7N3O)

Rumus asam pikrat (C6H3N3O7

7. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi pada percobaan uji kreatinin.


Jawab :
● Reaksi tes adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE
● Reaksi tes adanya kreatinin dengan percobaan WEYL

8. Sebutkan senyawa gula yang dapat mereduksi larutan benedict.


Jawab : Glukosa dan Galaktosa
9. Tuliskan reaksi yang terjadi dari uji gula pereduksi.
Jawab :

10. Tuliskan reaksi yang mungkin terjadi dari percobaan uji klorida.
Jawab :
11. Pada percobaan uji klorida, ramalkan apa yang terjadi jika ke dalam tabung
reaksi ditambahkan ammonium hidroksida berlebih?
Jawab :
Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi
ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya
endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan
NH4OH berlebih
12. Tuliskan reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji kalsium.
Jawab :

13. apa yang terjadi pada uji kalsium jika digunakan larutan natrium sulfat encer.
Jawab :
Mungkin akan lebih alkalis lagi karena natrium sulfat merupakan basa kuat.
14. Tuliskan reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji sulfat.
Jawab :

15. Pada uji sulfat, bagaimana hasilnya jika air seni yang digunakan tidak diasamkan
terlebih dahulu dengan asam klorida?
Jawab :
jika air seni yang akan digunakan untuk praktikum tidak diasamkan terlebih
dahulu menggunakan HCl, maka akan menyebabkan terbentuknya endapan
16. Tulis reaksi kimia yang mungkin terjadi pada percobaan uji benda keton.
Jawab :
17. apakah uji benda keton dapat membedakan antara aldehida dan keton?
Jawab :
Untuk uji benda keton dapat digunakan untuk menguji sampel apakah terkandung
senyawa keton di dalamnya untuk benda keton merupakan produk metabolisme
asam lemak dan protein yang terdiri dari 3 senyawa yaitu asam asetoasetat, aseton
dan asam beta hidroksibutirat. Sehingga uji benda keton dapat membedakan
antara aldehid dan keton dari hasil percobaannya.
18. Tuliskan struktur benda-benda keton dan sebutkan namanya.
Jawab :

19. apakah yang akan terjadi jika tubuh kita kelebihan benda-benda keton?
Jawab :
Peningkatan kadar ketonuria didalam tubuh dapat menyebabkan ketoasidosis dan
penurunan pH darah jika tidak segera mendapatkan penanganan, pada ibu hamil
dapat menyebabkan kematian janin serta ketoacidotic coma. Keton di dalam urin
dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan
ketonuria.

Anda mungkin juga menyukai