Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMERIKSAAN KADAR PROTEIN PLASMA

DISUSUN OLEH :
SITI ZULAIKHAH
J310190165
SHIFT G/2G1

PROGRAM ILMU STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Untuk menghitung kadar protein dalam darah seseorang.

1.2 PRINSIP
Ion tembaga bereaksi dengan protein dalam suasana alkali membentuk kompleks
warna ungu. Ekstinsik dari kompleks warna ini proporsional dengan konsentrasi
protein dalam sampel.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan komponen makro molekul utama yang dibutuhkan


makhluk hidup. Fungsi protein lebih diutamakan untuk sintesis protein-protein baru
sesuai kebutuhan tubuh, sementara karbohidrat dan lipid digunakan untuk menjamin
ketertersediaan energi untuk tubuh. Diet protein secara sempurna akan dihidrolisis di
saluran gastrointestinal dan hanya asam amino bebas yang dapat diserap usus.
Kemudian asam amino dan peptida yang terbentuk dari pencernaan protein alami
akan diabsorbsi dan dianabolisme di berbagai jaringan dan organ sebagai protein
tubuh. Konsep baru berkaitan dengan protein menunjukkan bahwa elemen makro dan
mikro (seperti vitamin dan mineral) dapat berinteraksi untuk melakukan fungsi yang
berbeda dalam tubuh (Susanti, 2016).
Komponen terbesar dari bahan padat plasma darah adalah protein plasma
dengan konsentrasi 7-7,5 g/dL. Protein plasma tidak hanya terdiri dari protein
sederhana namun juga protein terkonjugasi seperti glikoprotein dan lipoprotein.
Protein plasma dapat dipisahkan dalam tiga kelompok besar yaitu fibrinogen,
albumin, dan globulin (Murray, 2010).
Protein plasma terdispersi dalam plasma sebagai koloid dan karena ukurannya
yang relatif besar maka protein plasma tidak keluar melalui pori-pori dinding kapiler
sehingga dinding kapiler relatif impermeabel terhadap protein plasma. Oleh karena itu
protein plasma membentuk tekanan osmotik antara darah dan cairan interstisium
sebesar 25 mmHg yang mengakibatkan air tertarik ke dalam darah. Protein plasma
juga bertanggung jawab sekitar 15% terhadap buffer darah (Soeharsono, 2014).
Protein plasma terbanyak adalah albumin yang membentuk hampir separuh
total protein plasma sedangkan sisanya dikelompokkan ke dalam globulin. Berbagai
jenis globulin dipaparkan pada tabel 2.2. Banyak dari globulin yang berperan sebagai
protein transport (Ganong, 2008).

BAB III
ALAT dan BAHAN

3.1 ALAT
3.1.1 Alat (video)

 Mikropipet 1000 l dan 20 l


 Tabung reaksi
 Rak tabung
 Fotometer

3.1.2 Alat (modul)


 Tabung reaksi
 Mikropipet
 Rak tabung
 Spektofotometer

3.2 BAHAN
3.2.1 Bahan (video)
 Aquades
 Reagen standard
 Serum

3.2.2 Bahan (modul)


 Plasma darah
 Reagen warna protein, komposisi :
‐ Natrium hydroxida 200 mmol/L
‐ Kalium natrium tartrat 32 mmol/L
‐ Copper sulfat 18 mmol/L
‐ Kalium iodida 30 mmol/L

3.3 CARA KERJA


3.3.1 Cara Kerja (video)

1. Memipet reagen warna 1000 l ke dalam tabung Blanko, standar, sampel

2. Memipet reagen standar 20 l ke dalam tabung standar


3. Menghomogenkan

4. Memipet 20 l serum ke dalam tabung sampel


5. Menghomogenkan
6. Menginkubasi 10 menit pada suhu kamar
7. Membaca pada fotometer “result” pada 3 tabung reaksi

3.3.2 Cara Kerja (modul)


1. Pipet  2 ml masukkan tabung reaksi
2. Centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit
3. Pipet serum sebanyak 20 micron (0,02 ml) masukkan tabung reaksi
4. Tambah dengan memipet R/ warna triglesrit 1000 micron/ 1 ml
5. Inkubasi selama 5 menit dengan temperatur 37℃
6. Baca pada fotometer dengan panjang gelombang 546. f 21
7. Buatlah laporan hasil praktikum

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Dari praktikum video diatas dihasilkan data berikut :
Tabung Absorbansi Konsentrasi Kategori
Blangko 0,094 0,0 g/dL
Standard 0,587 7,256 g/dL
Sampel 0,405 5,0 g/dL Rendah

PERHITUNGAN
abs sampel
konsentras i sampel  x konsentras i standard
abs standard
0,405
5,0  xkonsentras i standard
0,587
5,0
konsentras i standard 
0,689
konsentras i standard  7,256 g/dL

Dari hasil tabel diatas didapatkan kadar protein plasma 5,0 g/dL, dimana menurut
Pearce E dalam bukunya Anatomi dan Fisiologi kadar protein plasma 6,0-8,0 g/dL
termasuk dalam kategori kategori normal, sehingga kadar yang didapatkan dari video
termasuk kategori rendah. Juga dari perhitungan didapatkan konsentrasi standard
7,256 g/dL.

4.2 PEMBAHASAN

Pada praktikum ini secara garis besar cara kerja maupun metode dalam video
dan modul sama. Metode yang digunakan pada kedua praktikum ini adalah metode
biuret. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan
CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini
memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau
biru violet ( Sumardjo, 2008 )
Pembentukan bahan – bahan kimia tertentu pada larutan protein kemungkinan
dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna.
Reaksi pembentukan warna protein sering dipakai untuk menunjukkan adanya protein
atau protein tertentu, walaupun beberapa diantara reaksi – reaksi tidak spesifik
karenabeberapa zat lain dengan reagen yang sama memberikan hasil yang sama.
( Sumardjo, 2008 )
Copper sulphate berbentuk Kristal atau bubuk berwarna biru, larut dalam
methanol, gliserol dan sedikit larut di etanol. Bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan
air ( CEN.2017). Copper suphate atau tembaga yang menyebabkan warna ungu. Hal
ini karena bereaksi dengan protein.

Jika kadar protein dalam tubuh menurun, disebabkan protein terbuang lewat
ginjal menunjukkan suatu kondisi hipoalbuminemia yang dapat disebabkan oleh
kelainan ginjal seperti nefrotik syndrom. Adanya kelainan ginjal seperti nefrotik
sindrom dapat menyebabkan kadar protein dalam darah menurun dengan segala
implikasinya. Namun, selain nefrotik syndrom, perlu kiranya dikatahui kemungkinan
penyebab penurunan protein darah, seperti malnutrisi, luka bakar, gangguan
pencernaan, kencing manis, gangguan tiroid (Ulfi, 2019).

Beberapa usaha intake makanan dengan makanan tinggi protein juga diharapkan
dapat membantu meningkatkan suplai protein dalam tubuh, seperti ikan tambak,
daging, kacang-kacangan, ikan kutuk akan membantu kenaikan kadar proteindarah.
Namun intake protein ini juga tidak boleh berlebihan,sehingga mencegah kerusakan
ginjal lebih jauh (Ulfi, 2019).

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum video yang dilakukan, mahasiswa mampu mengetahui kadar


protein plasma yaitu 5,0 g/dL. Dimana menurut Pearce dalam bukunya Anatomi dan
Fisiologi kadar protein plasma 6,0-8,0 g/dL termasuk dalam kategori normal,
sehingga kadar yang didapatkan dari video termasuk kategori rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Center of Excellence in Nanoelektroniks ( CEN ). 2017. MSDS Cooper Sulfate


available at http://www.cen.iitb.ac.in/chemical_ approval/msds/76_msds. Diakses
16 Mei 2020.
dr. Ulfi Umroni. 2019. Apa yang terjadi jika protein dalam tubuh menurun.
https://www.alodokter.com/komunitas/topic/kadar-protein-rendah .diakses pada
16 Mei 2020
Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22nd ed. Pendit BU, translator. Novrianti
A, et al, editors. Jakarta: EGC; 2008. 559-60.
Murray RK, Bender DA, Botham KM, et al. 2010. Biokimia Harper: Harper’s
illustrated biochemistry. 29th ed. Manurung LR, Mandera LI, translators.
Pearce, E. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia.
Soeharsono R, Sandra F, Ong H, editors. 2014. Tinjauan Umum Metabolisme dan
Penyedian Bahan Bakar Metabolik. Jakarta: EGC.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Susanti, R., & Hidayat, E. (2016). Profil Protein Susu dan Produk Olahannya. Jurnal
Mipa, 39(2), 98-106.

Anda mungkin juga menyukai