DISUSUN OLEH :
SITI ZULAIKHAH
J310190165
SHIFT G/2G1
1.1 TUJUAN
Untuk menghitung kadar protein dalam darah seseorang.
1.2 PRINSIP
Ion tembaga bereaksi dengan protein dalam suasana alkali membentuk kompleks
warna ungu. Ekstinsik dari kompleks warna ini proporsional dengan konsentrasi
protein dalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
ALAT dan BAHAN
3.1 ALAT
3.1.1 Alat (video)
3.2 BAHAN
3.2.1 Bahan (video)
Aquades
Reagen standard
Serum
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Dari praktikum video diatas dihasilkan data berikut :
Tabung Absorbansi Konsentrasi Kategori
Blangko 0,094 0,0 g/dL
Standard 0,587 7,256 g/dL
Sampel 0,405 5,0 g/dL Rendah
PERHITUNGAN
abs sampel
konsentras i sampel x konsentras i standard
abs standard
0,405
5,0 xkonsentras i standard
0,587
5,0
konsentras i standard
0,689
konsentras i standard 7,256 g/dL
Dari hasil tabel diatas didapatkan kadar protein plasma 5,0 g/dL, dimana menurut
Pearce E dalam bukunya Anatomi dan Fisiologi kadar protein plasma 6,0-8,0 g/dL
termasuk dalam kategori kategori normal, sehingga kadar yang didapatkan dari video
termasuk kategori rendah. Juga dari perhitungan didapatkan konsentrasi standard
7,256 g/dL.
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini secara garis besar cara kerja maupun metode dalam video
dan modul sama. Metode yang digunakan pada kedua praktikum ini adalah metode
biuret. Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan
CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang
mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini
memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau
biru violet ( Sumardjo, 2008 )
Pembentukan bahan – bahan kimia tertentu pada larutan protein kemungkinan
dapat mengakibatkan larutan protein yang semula tidak berwarna menjadi berwarna.
Reaksi pembentukan warna protein sering dipakai untuk menunjukkan adanya protein
atau protein tertentu, walaupun beberapa diantara reaksi – reaksi tidak spesifik
karenabeberapa zat lain dengan reagen yang sama memberikan hasil yang sama.
( Sumardjo, 2008 )
Copper sulphate berbentuk Kristal atau bubuk berwarna biru, larut dalam
methanol, gliserol dan sedikit larut di etanol. Bersifat stabil dan tidak bereaksi dengan
air ( CEN.2017). Copper suphate atau tembaga yang menyebabkan warna ungu. Hal
ini karena bereaksi dengan protein.
Jika kadar protein dalam tubuh menurun, disebabkan protein terbuang lewat
ginjal menunjukkan suatu kondisi hipoalbuminemia yang dapat disebabkan oleh
kelainan ginjal seperti nefrotik syndrom. Adanya kelainan ginjal seperti nefrotik
sindrom dapat menyebabkan kadar protein dalam darah menurun dengan segala
implikasinya. Namun, selain nefrotik syndrom, perlu kiranya dikatahui kemungkinan
penyebab penurunan protein darah, seperti malnutrisi, luka bakar, gangguan
pencernaan, kencing manis, gangguan tiroid (Ulfi, 2019).
Beberapa usaha intake makanan dengan makanan tinggi protein juga diharapkan
dapat membantu meningkatkan suplai protein dalam tubuh, seperti ikan tambak,
daging, kacang-kacangan, ikan kutuk akan membantu kenaikan kadar proteindarah.
Namun intake protein ini juga tidak boleh berlebihan,sehingga mencegah kerusakan
ginjal lebih jauh (Ulfi, 2019).
BAB V
KESIMPULAN