Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMERIKSAAN KADAR HEMATOKRIT

DISUSUN OLEH :
SITI ZULAIKHAH
J310190165
GIZI D
SHIFT G

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Untuk menghitung kadar hematokrit dalam darah seseorang.

1.2 PRINSIP
Nilai hematokrit merupakan volume semua eritrosit dalam 100mL darah dan
disebut dengan % dari volume darah itu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hematokrit adalah presentase sel darah merah dalam darah, yang dihitung
dengan mengikutsertakan baik jumlah maupun ukuran sel-sel tersebut dan dinyatakan
sebagai persentase terhadap volume darah (Michael, 2009). Hematokrit adalah
volume eritrosit dalam 100 mL (1 dL) darah dan dinyatakan dalam persen.
Pemeriksaan hematokrit digunakan untuk mengukur konsentrasi eritrosit dalam darah
dan merupakan salah satu pemeriksaan yang berguna dalam membantu diagnosa
beberapa penyakit seperti Demam berdarah, anemia, polisitemia, dan diare berat
(Sutedjo, 2007).
Nilai hematokrit dapat ditentukan dengan menggunakan metode manual dan
metode otomatis. Pada pemeriksaan metode manual sampel diolah berdasarkan
prinsip sentrifugal, dimana alat sentrifus yang digunakan memiliki kekurangan yaitu
saat dilakukan sentrifugasi yang tidak optimal maka menyebabkan nilai hematokrit
terlalu tinggi. Pemeriksaan hematokrit secara otomatis menggunakan hematology
analyzer. Metode ini memiliki prinsip flow cytometry yang dibaca dengan
menggunakan alat, salah satunya adalah alat hematology analyzer Sysmex XT-1800i.
Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengetahui adanya hemokonsentrasi
yang terjadi pada penderita demam berdarah dengue (DBD). Hematokrit adalah
volume (dalam mililiter) sel darah merah yang ditemukan di dalam 100 ml (1 dl)
darah, dihitung dalam persentase. Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan
pada kasus anemia dan leukimia, dan peningkatan kadar ditemukan pada dehidrasi
dan pada polisitemia vera. Peningkatan kadar hematokrit dapat mengindikasikan
hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan dan peningkatan sel darah merah
(Kamuh dkk., 2015).

BAB III
ALAT dan BAHAN
3.1 ALAT
‒ Tabung mikrikapiler/hematokrit
‒ Penutup khusus
‒ Sentrifuge khusus untuk penentuan hematokrit
‒ Skala hematokrit

3.2 BAHAN
‒ Darah

3.3 CARA KERJA


1. Isilah tabung mikrokapiler dengan darah hingga 2/3 bagian.
2. Tutup salah satu ujungnya dengan bahan penutup khusus.
3. Masukkan tabung hematokrid tersebut ke dalam sentrifuge, putar selama 3-
5menit.
4. Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan skala hematokrit.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Hasil kadar hematokrit pada video dengan link ini adalah 51%. Menurut Ganda
soebrata pada bukunya nilai kadar normal wanita dewasa 37-43%. Karena pemilik
sampel wanita jika dilihat dari batas kadar Hb menurut WHO termasuk dalam
golongan tinggi.

4.2 PEMBAHASAN
Perbandingan praktikum pada video () dengan pada modul dari alat & bahan
sampai cara kerja semuanya sama. Tidak ada perbedaan cara kerja dalam penentuan
kadar hematokrit. Sehingga hasil yang akan ditemukan juga akan sama.
Nilai hematokrit ditentukan dengan menggunakan metode manual dan metode
otomatis. Pada pemeriksaan metode manual sampel diolah berdasarkan prinsip
sentrifugal, dimana alat sentrifus yang digunakan memiliki kekurangan yaitu saat
dilakukan sentrifugasi yang tidak optimal maka menyebabkan nilai hematokrit terlalu
tinggi (Larry, 1998).
Nilai hematokrit akan meningkat (hemokonsentrasi) karena peningkatan kadar
sel darah atau penurunan volume plasma darah, misalnya pada kasus DBD (Rasyada,
2014). Selain pada penduduk yang tinggal di dataran tinggi, nilai hematokrit tinggi
juga biasa dimiliki oleh para perokok. Di samping itu, kondisi dehidrasi juga bisa
membuat nilai hematokrit tampak tinggi. Namun, hal tersebut biasanya hanya besifat
sementara dan nilainya akan kembali normal apabila kebutuhan cairan sudah
terpenuhi.
Untuk mengatassi kadar hematokrit yang tinggi bisa dilakukan dengan gaya
hidup sehat seperti makan makanan yang sehat dan bergizi, banyak konsumsi air
putih, tidak merokok dan konsumsi alkohol, serta melakukan olahraga ringan
setidaknya 5 kali dalam seminggu. Sebagai ahli gizi merekomendasikan untuk
mengomsumsi makanan-makanan seperti sayur-sayuran hijau, buah-buahan yang
segar, dan banyak meminum air putih. Sebisa mungkin Mengurangi makan daging
merah dan makanan mengandung zat besi tinggi

Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun (hemodilusi) karena penurunan


seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah (Rasyada, 2014). Nilai hematokrit
rendah menandakan persentase sel darah merah di dalam volume darah keseluruhan,
yang lebih sedikit dibandingkan kondisi ideal. Rendahnya nilai hematokrit ini bisa
menandakan beberapa kondisi, seperti: anemia, gangguan sumsum tulang belakang,
Defisiensi nutrisi, seperti zat besi, folat, dan vitamin B-12.

Untuk mengatasi kondisi ini, sebagai ahli gizi merekomendasikan untuk


mengonsumsi suplemen dan makanan yang mengandung zat besi, folat, dan vitamin
B12 juga yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Seperti Zat Besi (bayam,
daging, dan nasi putih), Folat (Sayur-sayuran hijau seperti bayam, asparagus,dan
selada. Buah-buahan seperti alpukat, buah bit,atau pisang).

BAB V
KESIMPULAN
Jadi, kesimpulan dari praktikum ini mahasiswa mampu menghitung kadar
hematokrit dan mendapatkan hasil kadar hematokrit yaitu 51%, dimana menurut buku
Gandisoebroto termasuk dalam kategori yang nilai kadar hematokrit yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dwi Alvin. 2019. Perbedaan Nilai Hematokrit Metode Mikrohematokrit dan


Metode Otomatis Pada Pasien DBD dengan Hemokonsentrasi. Jurnal of
Vacational Health Studies. Vol 3 (2), 67-71.
2. Gandisoebroto. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
3. Kamuh, S.S.P., Mongan, A.E., dan Memah, M.F. 2015. Gambaran Nilai
Hematokrit dan Laju Endap Darah pada Anak dengan Infeksi Virus Dengue
Di Manado. Jurnal e-Biomedik Vol. 3 (3).
4. Larry, Waterbury. 1998. Buku Saku Hematologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
5. Michael. 2009. Staying Young: Jurus Menyiasati Kerja Gen Agar Muda
Sepanjang Hidup. Bandung : PT Mizan Pustaka.
6. Rasyada. 2014. Hubungan Nilai Hematokrit Terhadap Jumlah Trombosit pada
Penderita Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 3 (3),
343-345.
7. Sutedjo, A. Y. 2007. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books.

Anda mungkin juga menyukai