Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM HEMATOLOGI

INDEKS ERITROSIT

( NILAI ERITROSIT RATA-RATA )

OLEH :

NAMA : NI KOMANG AYU WIDYANTARI

NIM : P07134018064

KELAS : Semester III B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

2019
I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui nilsi indeks eritrosit (MCV, MCH,
MCHC) dengan metode manual dan flowcytometri pada darah
probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penetapan nilai indeks eritrosit
dengan metode manual dan Flowcytometri pada darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung nilai indeks eritrosit
(MCV, MCH, MCHC) dengan metode manual.
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai indeks eritrosit darah probandus.
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil nilai indeks eritrosit (MCV,
MCH, MCHC) pada darah probandus.

II. METODE
Metode yang digunakan adalah :
a. Metode Manual
b. Metode Flowcytometri

III. PRINSIP
a. Metode Manual
Menghitung hasil dari metode flowcytometri secara manual dengan
menggunakan rumus yang telah ditentukan.
b. Metode flowcytometri
Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar laser
terpencar (scattered) ke dua arah, yaitu forward scatter (FSC) yang pararel
dengan arah sinar dan side scatter (SSC) yang arahnya tegak lurus pada arah
sinar laser. Besarnya FSC berbanding lurus dengan atau menggambarkan
volume atau ukuran sel. Sel yang mati ( walaupun penampakan mikroskopis
sebaliknya ), terlihat lebih kecil disbanding sel hidup. Sel darah merah juga
berbeda dengan sebenarnya, umumnya lebih kecil dari semua sel darah.
IV. DASAR TEORI
Indeks Eritrosit atau Mean Corpuscular Value adalah suatu nilai rata-rata
yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai
banyaknya hemoglobin pereritrosit. Pemeriksaan Indeks eritrosit digunakan
sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendiagnosis terjadinya anemia dan
mengetahui anemia berdasarkan morfologinya (Gandasoerbrata R, 2013).
1. MCV atau VER
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau VER (Volume Eritrosit Rata-Rata)
adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan satuan
femtoliter (fl).
Rumus perhitungannya:
10 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (𝑣𝑜𝑙%)
MCV = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎/𝜇𝑙)

Nilai normal MCV = 82 – 92 fl. Penurunan MCV terjadi pada pasien


anemia mikrositik, defisiensi besi, arthritis rheumatoid, thalasemia, anemia
sel sabit, hemoglobin C, keracunan timah dan radiasi. Peningkatan MCV
terjadi pada pasien anemia aplastik, anemia hemolitik, anemia penyakit hati
kronik, hipotiridisme, efek obat vitamin B12, anti konvulsan dan anti
metabolik (Gandasoebrata R, 2013).
2. MCH atau HER
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin
Eritrosit Rata-Rata) adalah jumlah hemoglobin per-eritrosit yang dinyatakan
dengan satuan pikogram (pg).
Rumus perhitungannya:
10 𝑥 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐻𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔𝑟%)
MCH = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑗𝑢𝑡𝑎/𝜇𝑙)

Nilai normal MCH 27-31 pg. Penurunan MCH terjadi pada pasien
anemia mikrositik dan anemia hipokromik. Peningkatan MCH terjadi pada
pasien anemia defisiensi besi (Gandasoebrata R, 2013).
3. MCHC atau KHER
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau KHER
(Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata) adalah konsentrasi
hemoglobin yang didapat per-eritrosit yang dinyatakan dengan satuan gram
per desiliter (gr/dl).
Rumus perhitungannya:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐻𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 (𝑔𝑟%)
MCHC = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (𝑣𝑜𝑙%)

Nilai normal MCHC = 30 – 35 gr/dl. Penurunan MCHC terjadi pada


pasien anemia mikrositik anemia hipokromik dan peningkatan MCHC
terjadi pada pasien anemia defisiensi besi (Gandasoebrata R, 2013).
Perhitungan indeks eritrosit, sebaiknya tetap dilakukan konfirmasi indeks
eritrosit dengan sediaan apus darah tepi (SADT). Apabila morfologi eritrosit
pada sediaan apus tidak sesuai dengan nilai-nilai eritrosit rata-rata, perlu
mengulangi pemeriksaan atau sekali lagi melakukan pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit kembali (Gandasoebrata R,
2013).

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
 Hematology Analyzer
b. Specimen :
 Darah Vena (Antikoagulan EDTA)
c. Reagent :
 Diluent
 Stromatolyzer
 cellpack
VI. PROSEDUR KERJA
1. Spesimen yang digunakan pada mode whole blood adalah darah EDTA
dengan volume minimum 1 ml. Volume darah yang diaspirasi oleh alat
adalah 50 uL.
2. Dipastikan alat dalam status Ready, Mode default alat adalah Whole
Blood. Jika sistem tidak pada mode Whole Blood, tekan tombol [WB]
pada layar.
3. Menekan tombol [Sample No] pada layar untuk memasukkan nomor
identitas sampel dengan cara berikut :
 Input identitas sampel secara manual, kemudian menekan
tombol [Ent.]
 Menggunakan barcode reader untuk input identitas sampel yang
menggunakan barcode.
4. Untuk mendaftarkan identitas operator, ditekan tombol [Operator] pada
layar, kemudian daftarkan identitas operator dengan cara berikut:
 Diinput identitas operator secara manual, kemudian tekan
tombol [Ent] menggunakan barcode reader
5. Dipilih operator ID di sebelah tombol [Operator] pada layar,
kemudian tekan operator ID yang sesuai.
6. Homogenisasikan darah yang akan diperiksa dengan baik. Buka
tutupnya dan diletakkan di bawah Aspiration Probe. Dipastikan ujung
Probe menyentuh dasar botol sampel darah agar tidak menghisap
udara.
7. Menekan Start Switch untuk memulai proses
8. Setelah terdengar bunyi Beep dua kali, [Running] muncul di layar, dan
Rinse Cup turun, tabung sampel dapat diambil dengan cara
menurunkan tabung sampel darah dari bawah Probe.
9. Hasil analisis akan tampil pada layar dan secara otomatik tercetak
pada kertas printer.
VII. NILAI RUJUKAN
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) : 80 – 100 fL
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) : 26 – 34 pg
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) : 31 – 36 g/dL

VIII. HASIL PENGAMATAN


Probandus
Nama : Wandana Narayana Putra
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki

Hasil pemeriksaan dengan metode


Flowcytometry, pasien rawat jalan RS
Sanglah.

Perhitungan :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV)
10 𝑥 𝐻𝑐𝑡
MCV = 𝐸
10 𝑥 56,61
= 6,66

= 85 fL
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
10 𝑥 𝐻𝑏
MCH = 𝐸
10 𝑥 17,02
= 6,66
= 25,55 pg
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
100 𝑥 𝐻𝑏
MCHC = 𝐻𝑐𝑡
100 𝑥 17,02
= 56,61

= 30,07 g/dL

IX. PEMBAHASAN

Pemeriksaan hematologi merupakan kelompok pemeriksaan


laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti
kadar hemoglobin, jumlah sel leukosit, sel eritrosit, sel trombosit, laju endap
darah (LED), hitung jenis leukosit, hematokrit, retikulosit dan pemeriksaan
hemostasis (Edward, 2012). Pemeriksaan darah atau pemeriksaan
hematologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan
hematologi rutin dan hematologi lengkap. Pemeriksaan hematologi rutin
terdiri dari hemoglobin/Hb, hematokrit (HCT), hitung jumlah sel darah
merah/eritrosit, hitung jumlah sel darah putih/leukosit, hitung jumlah
trombosit dan indeks eritrosit. Pemeriksaan hematologi lengkap (complete
blood count) terdiri dari pemeriksaan darah rutin ditambah hitung jenis
leukosit dan pemeriksaan morfologi sel/ sediaan apus darah tepi
(SADT)/Gambaran darah tepi (GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu
ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis, poikilositosis, polikromasi
(Kemenkes RI, 2011).
Pemeriksaan indeks eritrosit merupakan pemeriksaan yang banyak
diminta oleh dokter. Indeks eritrosit atau mean corpuscular index merupakan
pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis anemia berdasarkan morfologi ditegakkan melalui pemeriksaan
indeks eritrosit yang meliputi MVC, MCH, MCHC, dimana masing –
masing parameter tersebut didapatkan melalui perhitungan yang melibatkan
kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit. Pemeriksaan kadar
hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh faktor pra
analitik, analitik, dan pasca analitik. Faktor pra analitik mempunyai
keterlibatan paling besar dalam menyebabkan kesalahan pemeriksaan. Faktor
pra analitik diantaranya pengambilan, penampungan, pengolahan dan
penyimpanan bahan pemeriksaan (Gandasoebrata R, 2013).

Nilai eritrosit rerata dipakai untuk penggolongan anemia berdasarkan


morfologi. Dikenal 3 macam penggolongan anemia yaitu : anemia mikrositik
hipokrom, normositik normokrom dan makrositik. (Riadi, 2011) Darah
mudah membeku jika berada di luar tubuh. Apabila didiamkan, bekuan akan
mengerut dan serum terperas keluar. Cepat membekunya darah ini dapat
diatasi dengan penambahan suatu zat yang disebut dengan antikoagulan.
(Riadi, 2011).

Antikoagulan merupakan bahan yang digunakan untuk menghindarkan


terjadinya pembekuan darah. Pembekuan dihambat melalui beberapa proses
seperti kelasi, pengikatan kalsium atau menghambat pembentukan trombin.
Setelah darah masuk ke dalam tabung, darah harus dicampur segera untuk
mencegah pembentukan mikroklot. antikoagulan yang banyak di pakai
adalah garam EDTA, sitrat dan heparin. (Gandasobrata, 2007).

Penyimpanan bahan pemeriksaan perlu diperhatikan dalam hal stabilitas


sampel. Suhu dan lamanya waktu penyimpanan dapat berpengaruh pada
hasil pemeriksaan. Pemeriksaan indeks eritrosit menggunakan sampel darah
EDTA, dimana pemeriksaan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan
segera atau kurang dari 1 jam setelah pengambilan, hanya menurut literature
bila diperlukan dapat disimpan dalam lemari es (40C) selama 2 jam. Darah
EDTA disimpan pada suhu 40C selama 24 jam didalam lemari es tidak
menyebabkan penyimpanan bermakna, kecuali untuk jumlah trombosit dan
nilai hematokrit (Gandasoebrata R, 2013).
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan metode
manual didapatkan hasil perhitungan, yaitu :
1. Mean Corpuscular Volume (MCV)
10 𝑥 𝐻𝑐𝑡
MCV = 𝐸
10 𝑥 56,61
= 6,66

= 85 fL (Normal).
Pada praktikum yang telah dilakukan hasil perhitungan dari
MCV adalah 85 fl. Nilai indeks eritrosit tersebut normal. MCV adalah
volume rata-rata sel darah merah dalam spesimen. Nilai MCV meningkat
atau berkurang sesuai dengan ukuran rata-rata sel darah merah
(Choladda, 2012).
Implikasi Klinik :
 Penurunan nilai MCV terlihat pada pasien anemia kekurangan besi,
anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga anemia mikrositik.
 Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati alcoholism, terapi
antimetabolik, kekurangan folat/ vitamin B12, dan terapi valproat,
disebut juga anemia makrositik.
 Pada anemia sel sabit, nilai MCV diragukan karena bentuk eritrosit yang
abnormal.
 MCV adalah nilai yang terukur karenanya memungkinkan adanya variasi
berupa mikrositik dan makrositik walaupun nilai MCV tetap normal.
 MCV pada umumnya meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan
sering digunakan sebagai pengukur kepatuhan secara tidak langsung.
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
10 𝑥 𝐻𝑏
MCH = 𝐸
10 𝑥 17,02
= 6,66

= 25,55 pg (Dibawah Normal)


Pada praktikum yang telah dilakukan hasil perhitungan dari MCH
adalah 25,55 pg. Nilai indeks eritrosit tersebut dibawah normal. MCH
memberikan informasi rata-rata hemoglobin yang ada di dalam satu eritrosit
(Brian, 2014).
Implikasi Klinik :
 Peningkatan MCH mengindikasikan anemia makrositik
 Penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)


100 𝑥 𝐻𝑏
MCHC = 𝐻𝑐𝑡
100 𝑥 17,02
= 56,61

= 30,07 g/dL (Dibawah Normal)

Pada praktikum yang telah dilakukan, hasil perhitungan dari


MCHC adalah 30,07 g/dL. Nilai indeks eritrosit tersebut dibawah
normal. MCHC memberikan informasi berat rata-rata hemoglobin per
satuan volume sel darah merah. MCHC dapat ditentukan secara manual
dengan membagi hemoglobin per desiliter darah dengan hematokrit.
Nilai rujukan berkisar dari 33 sampai 36% (Brian, 2014).
Implikasi Klinik :
 MCHC menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik,
anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik.
 MCHC meningkat pada sferositosis, bukan anemia pernisiosa.

X. SIMPULAN
Pada praktikum Indeks eritrosit dengan pasien atas nama Wandana
Narayana Putra, 28 tahun, jenis kelamin laki-laki, didapatkan hasil MCV = 85 fl
(Normal), MCH = 25,55 pg (Dibawah normal), MCHC = 30,07 g/dL (Dibawah
Normal).
DAFTAR PUSTAKA

Bain, Barbara Jane.(2012).Hematologi. Jakarta: BukuKedokteran EGC

Wahdaniah, Sri Tumpuk. 2018. Perbedaan Penggunaan Antikoagulan K2edta Dan


K3edta Terhadap Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit. 115-117,
http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JLK/article/download/147/pdf

Gandasoebrata, R. (2010). Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta: Dian Rakyat.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Data Kesehatan Dasar Indonesia 2011.
Jakarta : Kemenkes RI

Gandasoebrata, R. (2007). pnuntun Laboratorium Klinik edisi ke 13, Dian Rakyat.

Wirawan, Riadi. (2011). Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Edisi Pertama, FKUI:


Jakarta. Hal 32-33

Choladda Vejabhuti Curry M. Mean Corpuscular Volume. 2012; v. 2014.[cited in 2014


Jan 20]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/2085770-overview

Anda mungkin juga menyukai