NIM : P07134018064
JURNAL 1
A. Tema :
Analisis Kadar Iodium pada Garam
B. Judul Jurnal :
Analisis Konten Yodium dalam Garam Dapur
C. Latar Belakang
Garam dapur adalah zat aditif alami itu penting untuk menopang
kehidupan manusia. Itu mengandung 97,4% natrium klorida, selain kecil
jumlah yodium. Yodium sangat penting untuk kelenjar tiroid dan proses
metabolisme. Garam dapur adalah biasanya diperkaya dengan potasium
iodat untuk memenuhi kebutuhan harian yodium. Gangguan kekurangan
yodium (IDD) telah terjadi diketahui terjadi di beberapa negara di dunia,
terutama di negara berkembang. Sekitar 38% populasi dunia berisiko
mengembangkan IDD. IDD juga salah satunya masalah gizi di Indonesia.
Gondok-endemik telah menyebar di beberapa daerah di Indonesia Indonesia,
seperti di Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur Tenggara, dan Maluku.
Manifestasi IDD termasuk gondong, hipotiroidisme, kretin endemik, gangguan
perkembangan mental, dan rendah kadar kecerdasan. Karena tubuh manusia
tidak dapat menghasilkan yodium, asupan terus menerus dari makanan kaya
yodium adalah penting. Secara umum, sumber utama yodium untuk manusia
adalah garam yang ditambahkan selama pemrosesan makanan. Itu sumber
yodium dalam makanan termasuk makanan laut, daging, susu, telur, sereal,
buah-buahan, dan sayuran [4]. Yodium konten bervariasi dalam makanan ini,
seperti 200-1000 μg / kg dalam makanan laut, 0,1% -0,2% dalam rumput laut,
dan 20– 70 μg / L dalam susu. Persyaratan harian yodium untuk orang
dewasa adalah antara 80 dan 150 ug. Menurut SNI No. 3556: 2010, standar
isi yodium dalam garam dapur harus antara 30 dan 80 ppm. Oleh karena itu,
garam dapur diperkaya dengan potasium iodat atau kalium iodida, yaitu
dikenal sebagai proses iodisasi. Proses ini adalah berguna untuk pengayaan
konten yodium dalam garam dapur. Konten yodium dapat ditentukan
menggunakan keduanya metode langsung dan tidak langsung. Metode
langsung adalah dikenal sebagai iodimetri, sedangkan metode tidak langsung
adalah dikenal sebagai iodometri. Iodometri dilakukan spektrofotometri
dengan mereaksikan iodate dengan kelebihan iodida dengan adanya asam.
Terbentuk yodium bereaksi dengan variamine blue dan menghasilkan
akompleks berwarna ungu, yang diukur pada 550 nm Beberapa metode lain
juga digunakan untuk menentukan kandungan yodium dalam garam,
termasuk HPLC ionpairing, metode potensiometri, epitermal analisis aktivasi
neutron, dan ICP-MS dan metode spektrofotometri. Dalam penelitian ini,
kandungan yodium dalam garam dapur dianalisis menggunakan
spektrofotometri metode melalui pembentukan yodium biru–kompleks pati.
Warna biru diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
yang sesuai.
D. Metode
E. Hasil
Pati atau amilum adalah kompleks dengan yodium, yang diproduksi dari
pengurangan iodat oleh iodida dalam kondisi asam. Konsentrasi pati adalah
bervariasi dari 0,5% hingga 2,5% untuk menilai ketersediaan dari jumlah pati
optimal yang dibutuhkan untuk memproduksi kompleks iodin-pati. Hasil ini
Percobaan (Gambar 4) menunjukkan bahwa absorbansi kompleks meningkat
dengan meningkatnya pati konsentrasi. Konsentrasi optimal adalah dipilih
sebagai 1% dari larutan kanji. Waktu stabilitas kompleks adalah dioptimalkan
untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengukur solusinya. Waktu
stabilitas optimal kompleks adalah 8 menit.
Linearitas Pengukuran
F. Rekomendasi KTI
A. Tema :
Analisis Kadar Iodium pada Garam
B. Judul Jurnal :
Optimasi Metode Penentuan Kandungan Iodium Dalam Garam Dapur
dengan Spektrofotometer UV-VIS
C. Latar Belakang
Penentuan kandungan iodium dalam garam dapur memerlukan
metode analisis yang tepat karena informasi kuantitatif sangat diperlukan.
Banyak institusi dan masyarakat sangat memerlukan informasi tentang
kandungan iodium dalam garam dapur. Iodium mempunyai peranan yang
sangat penting pada tubuh manusia. Berbagai macam penyakit dapat
ditimbulkan karena pada tubuh manusia kekurangan iodium. Iodium
merupakan elemen yang sangat penting bagi tubuh manusia. Iodium
sangat berperan dalam pembentukan hormon tiroid yang berfungsi untuk
mengontrol laju metabolisme dasar dan reproduksi (Casey, dkk, 1995;
Hetsel, dkk, 1986). Fungsi iodium pada tubuh adalah sebagai komponen
esensial teroksin dan teroid. Teroksin dapat meningkatkan laju oksidasi
dalam sel-sel tubuh sehingga meningkatkan BMR (Basal Metabolic Rate).
Dalam kelenjar teroid iodium bergabung dengan molekul tirosin
membentuk teroksin dan triiodotironin. Selain itu iodium diperlukan juga
dalam proses reproduksi wanita yang sedang hamil (Winarno, 1997).
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit gondok. Penyakit ini
dapat terjadi waktu usia menginjak dewasa. Kretinisme juga merupakan
gejala kekurangan iodium yaitu kekurangan iodium pada masa awal
setelah bayi dilahirkan yang berakibat pertumbuhan bayi sangat
terhambat, wajahnya kurus dan membengkak, perut kembung dan
membesar (Winarno, 1997). Analisis kandungan iodium dalam berbagai
sampel dan instrumen telah dilakukan. Beberapa instrumen yang telah
dipakai yaitu spektrofotometri, X-ray fluorescen, analisis aktivasi neutron,
kromatografi gas, katodik stripping voltametri dan metode terbaru yaitu
ICP-MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry) (Gelines, dkk,
1998). Gelines, dkk (1998) telah melakukan penelitian tentang kandungan
iodin dalam nutrisi dan sampel biologi dengan menggunakan ICP-MS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis dalam sampel nutrisi iodin
dengan ICP-MS mempunyai ketepatan dan ketelitian yang baik. Iodin
dalam bahan makanan tidak mengandung klor yang melimpah seperti
dalam garam dapur, sehingga metode ICP-MS cukup baik. Ketepatan dan
ketelitian yang baik ini belum tentu diperoleh jika diterapkan dalam
sampel garam dapur. Penggunaan kloroform sebagai ekstraktan yang
spesifik terhadap iodium telah dilakukan oleh Somer dan Ekmekci (1997)
dan menunjukkan hasil yang baik. Pada awalnya metode tersebut
digunakan untuk menentukan kandungan selenium secara tidak
langsung. Selenium dalam sampel dioksidasi dengan KI membentuk I2
bebas. I2 yang terbentuk diekstrak dengan kloroform atau langsung
dititrasi dengan natrium tiosulfat. Konsentrasi selenium dapat diketahui
dari konsentrasi I2 yang terbentuk. Dari hasil penelitian Somer dan
Ekmekci (1997) tersebut dapat dijadikan acuan bahwa Idalam garam
dapur dapat dioksidasi menjadi I2 dan kemudian I2 yang terbentuk
diektraksi dengan kloroform sehingga membentuk senyawa yang
berwarna dan stabil yang dapat ditentukan absorbansinya pada panjang
gelombang 509 nm. Metode ekstraksi dengan kloroform dapat mencegah
terjadinya oksidasi dari I - oleh oksigen, menurut Somer dan Ekmekci
(1997) melalui reaksi sebagai berikut:
2I- + ½ O2 + 2H+ → I2 + H2O
D. Metode
Metode yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-VIS
E. Hasil
Penentuan Panjang Gelombang Absorbansi Maksimum
Absorbansi 510,5 nm
Gambar 1
Spektra kompleks iodium-kloroform
0,5
0
A B C
Jenis oksidator
Gambar 2
Optimasi pemilihan jenis oksidator
4 A:2 KMnO
2 4 B:2 2
K Cr O C: H O
Optimasi Jenis Asam
Oksidasi iodat menjadi iodida memerlukan suasana asam. Untuk
menciptakan suasan asam ada beberap asam yang dapat digunakan yaitu
asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida. Untuk mencari asam yang
terbaik diantara ketiga asam tersebut dilakukan optimasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam sulfat memberikan hasil absorbansi yang tinggi
dibandingkan dengan asam nitrat dan asam klorida. Hasil optimasi jenis
asam dapat dilihat pada gambar 3. Untuk selanjutnya asam sulfat
digunakan pada analisis iodium dalam sampel.
Absorbansi
1 ,5
1
0 ,5
0
A B C
J e n is A s a m
Gambar 3.
Optimasi pemilihan jenis asam: A: H2SO4, B:
HCl, C: HNO3
Absorbansi
0 ,6
0 ,4
0 ,2
0
123456
p H la r u ta n a w al
Gambar 4.
Optimasi pH larutan awal
0 ,8
0 ,6
Absorbansi
0 ,4
0 ,2
0
01 5304 56 09 0 1 20
W a k tu ( m e n it )
Gambar 5.
Optimasi waktu pengukuran kompleks iodium-
kloroform
Tabel 1.
Kandungan iodium dalam berbagai merk
garam dapur
F. Rekomendasi KTI
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
dikarenakan pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu
spektrofotometri UV-Vis yang terdapat di Laboratorium jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar, sehingga Penelitian ini dapat
dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.
JURNAL 3
A. Tema
Analisis Kadar Iodium pada Garam
B. Judul Jurnal
Analisis Kandungan Iodium Dalam Garam Butiran Konsumsi Yang
Beredar Di Pasaran Kota Ambon
C. Latar Belakang
Zat iodium yang difortifikasikan kedalam garam dalam bentuk kalium iodat
(KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah larut dalam air. Diduga
selama produksi (proses fortifikasi dan pengemasan), distribusi sarnpai ke
konsumen menyebabkan kadar iodium yang ada dalam garam beriodium
tersebut menjadi tidak 40 ppm lagi. Atas dasar korndisi tersebut telah
dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa banyak kadar iodium (KIO3)
yang masih ada dalam garambutiran selama produksi (pengemasan),
distribusi (penyirnpanan) dan sampai pada konsumen. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan 3
kali ulangan, yang menggunakan uji F dan uji BNT. dengan hasil sebagai
berikut: (a) Pada garambutiran/ garam curah yang dijual dipasar Kota Ambon
masih mengandung iodium, sehingga masih boleh dan layak dikonsumsi oleh
konsumen sesuai dengan standar NSI; (b) Kadar Iodium yang terdapat dalam
garambutiran/ garam curah yang dijual dipasar Kota Ambon boleh dan layak
dengan, hal ini terlihat dari uji rata-rata perlakuan dimana Fhitung lebih kecil
dari Ftabel 1% (0,366 < 4,07). Dimana perubahan kadar iodium yang paling
rendah terjadi pada perlakuan penambahan konsentrasi kalium iodida (KIO3)
pada garambutiran/ garam curah sebesar 5% (P1), yaitu dengan nilai rata-
rata 0,002937500000% atau terjadi penurunan kadar iodium sebesar
0,0008628% dari kadar iodium tanpa perlakuan (kontrol/P0) Kadar iodium
yang sesuai standar NSI yakni kadar iodium berada dalam kisaran 30-80
ppm sesuai persyaratan SNI No. 01-3556-2000, sehingga dengan demikian
garambutiran/ garam curah yang dijual di pasaran Kota Ambon masih layak
dan aman dikonsumsi oleh konsumen.
D. Metode
E. Hasil
1. Hasil Penelitian
Ulangan
Perlaku Rerata
an ( )
1 2 3
Dari tabel daftar nilai baku F (lampiran) dapat dilihat bahwa Ftabel (a)
1% (0,01) sama dengan 5,59 dan Ftabel (a) 5% (0,05) sama dengan 4,07
berturut-turut. Oleh karena Fhitung < Ftabel untuk (a) 1% (0,001), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak teerdapat pengaruh yang sangat nyata pada taraf
signifikansi 1%. Hasil analisis Fhitung kaadar Iodium yang terkandung dalam
garambutiran sebagaimana terlihat pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi (larutan standar/ P-0 %) garambutiran tidak
berpengaruh sangat nyata pada taraf signifikasi 15%, sehingga hipotesis H0
diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak terdapat pengaruh penambahan
konsentrasi garambutiran terhadap kadar Iodium. Kemudian dilanjutka n
dengan uji beda nyata terkecil untuk melihat pengaruh antara perlakuan.Hasil
perhitungan uji beda nyata terkecil dapat dilihat pada te bel 4.3, di bawah ini:
Ulangan
Perlakuan Rerata ( )
1 2 3
Berdasarkan hasil uji B eda Nyata Terkecil (BNT) pada tabel 4.3 dan
grafik 4.2. Kadar Iodium (%) dalam garambutiran pada 4 perlakuan, terlihat
bahwa perlakua n P3 sangat berbeda nyata dengan P1 dan P2. Sedangkan P1
dan P2 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa perubahan kadar Iodium terendah terda pat pada garambutiran pada
konsentrasi 5% ( P1).
Garam butiran merupakan salah satu jenis bumbu masak yang renta n terhadap
kerusakan pada saat disimpan, ter utama pada suhu dan kelembaban sehingga
dapat merusak susunan molekulnya dan mengalami degradasi. Menurut
Pantustico, bahwa lama pe nyimpanan sangat berpengaruh terhadap tek
stur/bentuk, warna, rasa, serta zat yang terk andung di dalamnya akibat molekul
penyusunnya mengalami degradasi baik secara biologis maupun kimiawi Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian lama penyimpanan garambutiran terhadap
terhadap perubahan kadar Iodium pada 4 perlakuan, yang menunjukkan
perbedaan nilaii rata-rata kadar Iodium adalah sebagai berikut:
Hal ini juga diungkapkan oleh Norman, bahwa produk garam yang disimpan
akan mengeluarkan energi (panas) dalam bentuk karbon dioksida (CO 2) dan air
(H2O) sebagai hasil buangan, serta membutuhkan oksigen untuk memperkecil
degradasi dan jika kecepatan reaksi tidak dapat ditekan serendah mungkin,
maka struktur molekulnya akan lebih rusak. Dengan demikian dapat dikatakan
tinggi rendahnya kandungan kadar Iodium pada garambutiran tidak dipengaruhi
oleh penambahan konsentrasi pada garambutiran tersebut. Hal tersebut sejalan
dengan Ashari, bahwa produk garam yang disimpan akan tetap terjaga
kualitasnya, jika didukung oleh suhu dan kelembaban serta lamanya
penyimpanan, hal tersebut berpengaruh langsung pada kondisi internal dan
eksternal bahan garam. Berdasarkan nilai-nilai konsentrasi iodium sebagai KIO 3
dalam sampel yang dianalisis masih berada dalam kisaran 30-80 ppm sesuai
persyaratan SNI No. 01-3556-2000. Hasil ini juga menunjukkan, metode
Iodometri mampu, selektif dan sensitif untuk menganalisis kandungan iodium
dalam sampel-sampel garambutiran. Metode ini, diharapkan dapat melengkapi
serta membantu pemerintah dan lembaga terkait untuk meneliti keberadaan
iodium guna mengatasi penyakit-penyakit akihat kekurangan iodium (GAKI).
F. Rekomendasi KTI
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
dikarenakan pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu Iodometri dan alat
dan bahan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar, sehingga Penelitian ini dapat
dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.
JURNAL 4
A. Tema
Analisis Iodium pada Garam
B. Judul Jurnal
Gambaran Kadar Iodium (Sebagai KIO3) Dalam Garam Dapur Yang Di
Jual Di Pasar Kota Palembang Tahun 2017
C. Latar Belakang
KIO3 atau Kalium Iodat adalah serbuk hablur warna putih dan tidak berbau,
serta mempunyai BM 214. Kalium Iodat mudah larut dalam air dan mudah
rusak bila terkena cahaya dan panas. KIO3stabil dalam keadaan murni tetapi
dalam iodisasi garam sudah tidak murni lagi, karena telah tercampur dengan
garam serta zat-zat lain yang terkandung di dalamnya. KIO3 juga merupakan
zat pengoksidasi (oksidator) kuat, sehingga mudah berubah menjadi iodium
yang mudah menguap. Reaksi ini lambat dalam larutan netral dan cepat
dalam keadaan asam dan panas. Penambahan suatu senyawa iodium
berupa kalium iodat dalam garam dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan
tubuh manusia, karena tubuh tidak dapat memproduksi sendiri, sehingga
harus diperoleh dari luar. Garam beriodium mempunyai bentuk, rasa dan bau
sama seperti garam yang tidak ditambahkan kalium iodat, sehingga sulit
untuk memastikankecukupan kalium iodat dalam garam.Bentuk garam yang
beredar di pasaran ada 3 jenis yaitu garam halus, bata/briket dan
curai/krosok. Garam halus adalah garam yang kristalnya sangat halus
menyerupai gula pasir, dan biasanya disebut dengan garam meja. Garam ini
biasanya ditambahkan dengan iodium (Kapantow,A.N.dkk,2005; Depkes RI,
2001).
E. Hasil
Tabel. 1
Distribusi Statistik Kadar Iodium (Sebagai KIO3) dalam garam dapur yang
dijual di Pasar Kota Palembang Tahun 2017
Tabel. 3
Distribusi frekuensi kadar iodium (sebagai KIO3) dalam garam dapur yang di
jual di Pasar Kota Palembang tahun 2017 berdasarkan warna
Hasil
Warna Kadar Iodium (Sebagai Jumlah
Garam KIO3)
Memenuhi syarat Tidak
Dapur memenuhi
syarat
n % n % N %
Putih 11 64,7 6 35,2 17 100
bersih 1 9
Putih 7 70 3 30 10 100
keabu-
abuan
Total 18 66,6 9 33,3 27 100
7 3
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa 27 sampel garam dapur yang
diperiksa, didapatkan 17 sampel garam dapur berwarna putih bersih, yaitu
11 sampel (64,71%) kadar iodium (sebagai KIO3) memenuhi syarat dan 6
sampel (35,29%) tidak memenuhi syarat. Sedangkan dari 10 sampel
garam dapur berwarna putih keabu-abuan, yaitu 7 sampel (70 %) kadar
iodium (sebagai KIO3) memenuhi syarat dan 3 sampel (30%) tidak
memenuhi syarat.
Tabel. 4
Distribusi frekuensi kadar iodium (sebagai KIO3) dalam garam dapur yang di
jual di Pasar Kota Palembang tahun 2017 berdasarkan bentuk
Dapur memenuhi
syarat
n % n % N %
Halus 10 50 10 50 20 100
Kasar 4 57,1 3 42, 7 100
4 86
Total 14 51,8 13 48, 27 100
5 15
Hasil
Kemasan Kadar Iodium (Sebagai Jumlah
Garam KIO3)
Memenuhi syarat Tidak
Dapur
memenuhi
syarat
n % n % N %
Tertutu 14 53,8 12 46,15 26 100
p 5
Terbuk 0 0 1 100 1 100
a
Total 14 51,8 13 48,15 27 100
5
Suhu Hasil
Kadar Iodium (Sebagai Jumlah
Tempat
KIO3)
Penjuala
Memenuhi syarat Tidak memenuhi
n syarat
n % n % N %
Dingin 7 53,8 6 46, 13 100
5 15
Panas 7 50 7 50 14 100
Total 14 51,8 13 48, 27 100
5 15
Tabel. 7
Distribusi frekuensi kadar iodium (sebagai KIO3) dalam garam dapur yang di
jual di Pasar Kota Palembang tahun 2017 berdasarkan lama penyimpanan
Hasil Jumla
Lama Kadar Iodium (Sebagai h
KIO3)
penyimpana Memenuhi syarat Tidak memenuhi
n syarat
n % n % N %
Baru 0 0 0 0 0 100
Lama 14 51,85 13 48,15 27 100
Total 14 51,85 13 48,15 27 100
F. Rekomendasi KTI
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
dikarenakan pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu
spektrofotometri yang terdapat di Laboratorium jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar, sehingga Penelitian ini dapat
dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.
JURNAL 5
A. Tema
Analisis Iodium pada Garam
B. Judul Jurnal
Penentuan Pengaruh Pemanasan Dan Waktu Penyimpanan Garam
Beriodium Terhadap Kalium Iodat
C. Latar Belakang
D. Metode
E. Hasil
Rekristalisasi
Proses pemurnian garam beriodium bertujuan untuk menghilangkan
pengotor yang mungkin bercampur dengan garam, baik yang larut maupun
yang tidak larut dalam air, agar kadar iodium dan konsentrasi Ca2+ dan Mg2+
dalam garam memenuhi syarat mutu garam konsumsi. Untuk memisahkan
pengotor yang tidak larut dalam air dapat dilakukan dengan penyaringan
menggunakan kertas saring. Adapun ion yang masih larut merupakan ion
mineral di dalam garam yang masih bermanfaat untuk tubuh manusia, seperti
Ca2+ dan Mg2+. Konsentrasi Ca2+ dan Mg2+ dihitung sebelum dan sesudah
rekristalisasi.
Kadar Air
Dalam penelitian ini, rata – rata kadar air garam beriodium yang diperoleh
dengan metode pengeringan oven berkisar 0,1 – 7,8 %. Namun setelah melalui
proses rekristalisasi kadar airnya mengecil dibandingkan sebelum di
rekristalisasi. Kadar air tersebut hampir mendekti batas maksimal yang diijinkan
oleh SNI tentang mutu garam adalah untuk garam maksimal sebesar 7 %. Dari
hasil penelitian ini, didapatkan rata – rata kadar yang berbeda-beda dalam
setiap minggunya yang disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rata – Rata Kadar Air Setiap Minggu.
Konsentrasi (ppm)
Berkurangnya kadar iodium disebabkan ada iodium yang hilang akibat lamanya
garam tersebut beredar di pasaran dan proses pemanasan garam beriodium
saat pengolahan (proses pemanasan pada saat memasak). Proses pemanasan
akan mengurangi kestabilan KIO3 dalam garam dimana pada proses
pemanasan KIO3 akan menjadi KI dengan reaksi sebagai berikut:
Konsentrasi Ca (ppm)
Minggu ke 27⁰C 30⁰C 50⁰C 100⁰C
Konsentrasi Mg (ppm)
Minggu
Ke 27⁰C 30⁰C 50⁰C 100⁰
C
I 3,1092 2,653 2,263 2,087
8 2 2
II 2,0872 2,0123 1,9585 1,7535
F. Rekomendasi KTI
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
dikarenakan pada penelitian ini metode yang digunakan yaitu
spektrofotometri dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
AgNO3 99,8 %, aquadest, garam beriodium, HCl pekat 37%, HNO3 pekat
65%, H2SO4 98%, kertas indikator universal, KI 99,5%, KIO3 99,7%, NaOH
99%, yang terdapat di Laboratorium jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Denpasar, sehingga Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Witi Karwit, dkk. 2018. Gambaran Kadar Iodium (Sebagai Kio3) Dalam Garam
Dapur Yang Di Jual Di Pasar Kota Palembang Tahun 2017, Vol. 13 No. 2.
Available :
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/download/233
/192