Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA GARAM

KADAR IODIUM PADA GARAM

Oleh :
Dafa Syaifudin (210341100002)
Maryon Brian T. L (210341100011)
Aziz Pringgo Dwi Pambudi (210341100020)
Muhammad Naufal Nurrizal (210341100029)
Vita Aditya (21034110041)
Ristrianas Indria Rahmasari (210341100059)
Ikrima Amira (210341100076)
Nurul Aini Maghfiroh (210341100085)
Muhammad Joeang Tegar Al Khatami (210341100103)
Lailatul Fauziyah (210341100112)
Safiuddin (210341100124)

Asisten:
Nurul Khodariya
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022

Revisi 1 Revisi 2 Revisi 3 Nilai


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dimana Indonesia dikelilingi oleh
lautan yang luas. Lautan yang luas menjadikan negara ini menjadai
komoditas garam yang cukup besar, tak hanya itu indonesai juga menjadi
salah satu komoditas penyuplai yodium. Indonesia menjadi pnyuplai
yodium atau iodium dikarenakan harga iodium lebih tinggi dari pada
garam. Indonesai memiliki peraturan dimana setiap garam yang ada atau
beredar di Indonesia harus memiliki kandungan yodium (iodium) dengan
adanya hal ini masyarakat memiliki keuntungan dikarenakan masyarakat
tak perlu membeli iodium dengan harga yang lebih mahal (Asadad 2011).
Garam adalah salah satu hasil dari penguapan air laut yang menjadi
butiran yang dapat digunakan menjadi bumbu penyedap yang dapat
menicptakan rasa asin di masakan. Jenis garam tidak hanya garam yang
dapat digunakan sebagai bumbu penyedap, namun garam memiliki dua
jenis yaitu garam industri dan garam konsumsi (garam penyedap rasa pada
masakan). Kandungan yang terdapat pada garam adalah Natrium Clorida
(NaCl) dan zat lain yang terdiri dari CaSO₄MgCl₂ serta zat lain. Bahan
salah satunya adalah air laut yang telah menguap hingga menjadi butiran
Kristal, sedangkan air laut mengandung Natrium (40%) dan Klorida (60%)
(Destryana et al., 2020)
Yodium atau iodium memiliki fungsi untuk pembentukan hormone
tiorid. Hormone ini berguna untuk mengatur daya tahan tubuh dan
Kesehatan jantung. Iodium yang terkandung di garam memiliki kadar yang
relative sedikit. Iodium memiliki kandungan yang sedikit pada garam
diperlukan penelitian untuk mengetahui kadar iodium yang tertera pada
garam. Metode penelitian iodium yang terkandung di daram disebut
iodometric (Klarina).
1.2 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan praktikum ini sebagai berikut :
1. Mengetahui standar baku mutu (SBM) pada garam
2. Mengetahui cara perhitungan kadar yodium pada garam
3. Memahami penyebab berbedanya kadar iodium dalam masing-masing
pengulangan.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh di praktikum ini sebagai berikut
1. Mahasiswa mampu mengetahui standar baku mutu (SBM) pada garam
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara perhitungan kadar yodium pada
garam

3. Memahami penyebab berbedanya kadar iodium dalam masing-masing


pengulangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Iodium
Iodium merupakan zat gizi essensial bagi tubuh, karena merupakan
komponen dari hormon thyroxin. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara
di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun
negara maju. Salah satu penenggulangan kekurangan iodium ialah melaui
fortifikasi garam dapur dengan iodium. Fortifikasi garam dengan iodium
sudah diwajibkan di Indonesia. Iodium yang biasa ditambahkan pada
fortifikasi makanan yaitu dalam bentuk KIO 3 karena KIO3 lebih stabil
dibandingkan KI kedalam telur asin. Telur asin yang digunakan
ditambahkan dengan KIO3  dengan konsentrasi 1500 ppm diperoleh dari
hasil pemeriksaan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode titrasi
iodometri. Berdasarkan hasil penelitian analisa kadar iodium pada telur
asin secara kualitatif terbukti positif mengandung iodium karena
terbentuknya warna biru dari hasil reaksi komplek iod amilum (Novitriani,
2015).
Kadar iodium dalam bahan makanan bervariasi dan
dipengaruhi oleh letak geografis, musim, dan cara memasaknya. Kadar
iodium pada bahan makanan berkurang tergantung cara
pengolahan. Iodium adalah mineral yang terdapat di alam (tanah, air,
maupun air laut). Kandungan iodium berbeda di setiap wilah. Rumput
laut (kelp, nori, kombu, wakame), sayur-sayuran, buah-buahan, dan biji-
bijian merupakan sumber iodium, tetapi kandungan iodiumnya
bervariasi, tergantung pada kandungan iodium yang terdapat pada tanah,
pupuk, dan air tempat tanaman itu tumbuh. Sumber penting iodium
lainnya adalah seafood dan produk dari ternak (susu, daging, telur) yang
diberi suplemen ternak yang mengandung iodium. Pada bayi, sumber
utama iodium adalah ASI, susu formula, serta makanan pendamping ASI
( Sulastiyani dan Rahayuningsih, 2013).
Lokasi tempat penyimpanan wadah garam dekat perapian atau
terpapar sinar matahari langsung dapat mengurangi bahkan bisa
menghilangkan kadar iodium dalam garam sampai 50%. Penurunan kadar
iodium tersebut berhubungan dengan kualitas garam yang dikomsumsi
masyarakat karena garam yang telah difortifikasikan yodium merupakan
alternatif penting untuk pemenuhan komsumsi yodium sehari-hari.
Pemilihan dan penyimpanan garam beryodium secara tidak langsung
berhubungan sekali dengan kadar yodium dapat disimpulkan ada pengaruh
wadah, kondisi dan cara penyimpanan garam terhadap perubahan kadar
iodium. Wadah kedap udara berguna dilokasi supaya sample tidak terpapar
panas dan cara penyimpanan garam secara tertutup kadar iodium tinggi
sedangkan dengan menggunakan wadah kantong plastik pada lokasi
terpapar panas dan cara penyimpanan garam secara terbuka kadar iodium
rendah. Kandungan iodium dalam garam dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti tempat penyimpanan.garam. Garam beriodium akan lebih
baik bila disimpan di dalam wadah terbuat dari plastik berwarna terlindung
dari sinar matahari. Penyimpanan garam beriodium secara tertutup
dimaksud agar kandungan iodium ada dalam garam tidak berkurang,
karena unsur lain yang membuat penyimpanan terganggu. Garam yang
disimpan secara tertutup mempunyai presentase yang tinggi keberadaan
iodium cukupnya, sedangkan garam yang disimpan secara terbuka
cenderung lebih rendah kadar iodiumnya (Wijawati dan Asiarini, 2017).
II.2 Spektrofotometri
Sektrofotometri UV-Vis memiliki beberapa istilah yang digunakan
terkait dengan molekul, yaitu kromofor, auksokrom, efek batokromik atau
pergeseran merah, efek hipokromik atau pergeseran biru, hipsokromik,
dan hipokromik. Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk
penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Sampel
harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih Untuk sampel yang berupa
larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai
antara lain, harus melarutkan sampel dengan sempurna. Pelarut yang
dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur
molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi sinar yang
dipakai oleh sampel. Interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
Kemurniannya harus tinggi (Suhartati, 2017).
Metode spektrofotometri dapat dilakukan dengan metode oksidasi
asam askorbat menjadi dehydroascorbic acid dalam larutan brom yang
mengandung asam asetat kemudian dikomplekskan. Penentuan vitamin C
secara spektrofotometri harus dilakukan pengompleksan untuk menjaga
kestabilan senyawa. Variasi pelarut pada pengujian vitamin C harus
memiliki hasil yang lebih banyak, misalnya etanol pa, untuk
mempersempit daerah pergeseran batokromik. Pengujian kadar vitamin C
pada jenis makanan, suplemen, serta buah dan sayur segar (Damayanti dan
Kurniawati, 2017).
Spektrofotometri banyak digunakan dalam penelitian contohnya pada
sebuah penelitian yang menggunakan spektrofotometer. Penetapan kadar
flavonoid didapatkan setelah dilakukan pengukuran Hasil analisis
kandungan senyawa flavonoid dihitung sebagai ekuivalen kuersetin
mg/100 mg sampel. Penelitian menunjukkan kadar flavonoid rata-rata dari
ekstrak etanol umbi bawang dayak dengan metode maserasi mempunyai
kadar yang lebih besar yaitu 1,09%, untuk spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum yaitu 425 nm. Nilai absorbansi
dimasukkan dalam persamaan regresi linier yang sudah didapatkan
sebelumnya yaitu pada persamaan Y=0,00601x + 0,00223 dan harga
koefisien korelasi (R2) 0,99 (Saadah et.al, 2017).
II.3 Iodometri
Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri
secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi. Idiometri bisa
digunakan dalam penentuan kadar vitamin c. Analisis kadar vitamin C
biasa menggunakan titrasi dengan iodium. Metode ini paling banyak
digunakan karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan
laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai iodium sebagai oksidator
yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya.
Pati atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air, berwujud bubuk putih, tawar, dan tidak berbau. Dalam jumlah besar,
pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan
makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras,
kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi (Fitriana dan Fitri, 2020).
Titrasi iodimetri merupakan titrasi redoks yang menggunakan larutan
standar I2 sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam. Titrasi
iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal. Titrasi
tersebut juga dapat dikatakan dengan titrasi langsung karena dalam proses
titrasi ini I2 berfungsi sebagai pereaksi. Iodometri juga bertujuan untuk
pengukuran kadar asam askorbat pada buah-buahan dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Segmentasi warna untuk mengukur kadar asam
askorbat menggunakan metode titrasi iodimetri, karena indikator titik
akhir titrasi adalah adanya perubahan warna biru pada larutan yang
dititrasi. Iodometri (disebut pula analisis iodometrik) adalah titrasi redoks
yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan
standar natrium (Erwanto et.al, 2018).
Titrasi iodometri menggunakan amilum sebagai indikator yang
berfungsi untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Iodimetri juga
bertujuan untuk membandingkan hasil dari metode iodimetri dan
spektrofotometer UV-Vis. Metode spektrofotometri UV-Vis dan iodometri
masing-masing yaitu 202, 1918 mg dan 238, 2904 mg. Parameter
penentuan vitamin C secara spektrofotometri UV-Vis meliputi uji presisi%
RSD= 0, 6585%, linearitas r= 0, 9958, batas deteksi dan batas kuantifikasi,
LOD= 2, 1546 dan LOQ= 7, 1819, dan akurasi% R= 105, 38%. Penentuan
vitamin C secara iodometri menunjukkan% RSD= 1, 2402%. Analisis
vitamin C pada minuman kemasan menggunakan metode spektrofotometri
UV-Vis dan iodometri masing-masing yaitu 202, 1918 mg dan 238, 2904
mg (Erwanto et.al, 2018).
II.4 Manfaat iodium
Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan
komponen dari hormon tiroid, yaitu tetraiodotironin (T4) atau tiroksin
dan triiodotironin (T3) yang berfungsi untuk mengatur suhu tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf serta fungsi neuromuskular.
Dengan demikian, defisiensi iodium dapat menyebabkan gangguan
tubuh dalam memenuhi fungsi hormon tiroksin dan lebih lanjut dapat
menyebabkan penurunan potensi kecerdasan. Iodium dalam tubuh hanya
diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil untuk menjalankan fungsinya,
yaitu hanya 90-150 μg/hari. Pemenuhan iodium dari bahan pangan relatif
sulit untuk dipenuhi. Defisiensi iodium sampai saat ini masih menjadi
masalah gizi masyarakat disamping kurang energi protein, anemia
gizi besi, dan kurang vitamin A. Penanggulangan defisiensi iodium
dengan cara fortifikasi pada garam telah banyak dilakukan di berbagai
negara. Defisiensi iodium banyak terjadi di beberapa wilayah di
Indonesia, terutama di daerah pegunungan, yang jauh dari lokasi
sumber pangan iodium, yaitu pangan laut. Asupan iodium juga dapat
terhambat dengan keberadaan pangan goitrogenik seperti asam dan
tiosianat yang banyak ditemukan pada pangan nabati yang mudah tumbuh
dan banyak ditemukan di wilayah pegunungan (amalia et.al, 2015).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang perlu dilakukan upaya penanggulangannya,
mengingat spektrumnya yang luas. Spektrum GAKI bisa menimpa
semua umur mulai dari janin sampai dengan usia lanjut. Masalah GAKI
ini bisa diatasi apabila upaya penanggulangan dilakukan terus
menerus.Di daerah endemik ringan sampai sedang, penurunan kognitif
bisa dicegah dengan pemberian iodium. Kandungan iodium dari
berbagai bahan pangan di daerah tersebut sangat tergantung pada
kandungan iodium tanah ( Setyani et.al, 2017).
Iodium bermanfaat dalam menyehatkan tiroid. Hormone thyroid
adalah hormon esensial untuk pertumbuhan , perkembangan syaraf,
reproduksi dan regulasi dari metabolisme. Hipotiroid dan hipertiroid
adalah kondisi umum yang berpotensi untuk memengaruhi kondisi
kesehatan semua populasi di seluruh dunia. Nutrisi yodium adalah faktor
utama resiko penyakit tiroid, selain faktor-faktor lain seperti penuaan,
merokok, genetik, suku dan ras, gangguan endokrin dan munculnya novel
terapi termasuk pemberian inhibitor imun juga mempengaruhi
epidemiologi penyakit tiroid. Struma merupakan penyakit yang
diakibatkan oleh kekurangan yodium sebagai unsur utama dalam
pembentukan hormon T3 dan T4. Pengurangan resiko untuk beberapa
penyakit gondok Gondok adalah kelenjar tiroid yang membesar. Tiroid
Anda mungkin membesar sebagai akibat dari hipotiroidisme atau
hipertiroidisme. Hipertiroidisme adalah kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Nodul tiroid non-kanker (kista) juga dapat menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid. Manfaat neurologis yodium yang sama selama kehamilan
dapat meluas ke fungsi otak yang sehat selama masa kanak-kanak. Ini juga
termasuk pengurangan risiko intelektual (Wulandari, 2022).
II.5 Rumus uji kuantitatif kadar iodium menggunakan metode
iodometri
Rumus untuk uji kuantitatif kadar iodium menggunakan metode
iodometri salah satu contohnya pada penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, Jurusan
Analis Kesehatan dengan jenis penelitian deskriptif dan pendekatan cross
sectional. Sampel yang digunakan adalah 10 merek garam kemasan
berbeda yang diperoleh dari seluruh gerai penjualan garam di Pasar
Sukaramai Medan. Sampel diperiksa menggunakan metode titrasi tidak
langsung dengan Natrium Thiosulfat. Dari penelitian yang telah dilakukan,
didapat hasil dari sepuluh sampel yang diambil dari beberapa merek di
berbagai gerai di Pasar Sukaramai Medan berkisar mulai dari 30,53 ppm –
46,86 ppm. Perbedaan hasil pada setiap garam kemasan terjadi karena
proses penambahan iodium dan penyimpanan garam yang berbeda (Safitri,
2019).
890 ×v 1
Kadar Iodium sebagai KIO3 = ppm
W ×v2
Keterangan:
V1 = Volume Na2S2O3 pada titrasi contoh, dinyatakan dalam milliliter
(ml)
V2 = Volume Na2S2O3 pada titrasi standarisasi, dinyatakan dalam
milliliter (ml)
W = Bobot contoh, dinyatakan dalam milligram (mg)
Contoh perhitungan:
Sampel No 1 : Kode BS
890 ×v 1
Kadar Iodium sebagai KIO3 = Ppm
w×v2
890× 5,50
= Ppm
25,433× 5,80
4859
= Ppm
147,5114
=33,183
= 33,18 Ppm
Hasil titrasi Standarisasi NaCl Murni 5,80 ml
Titrasi Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang
lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang
bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O5. Titrasi iodometri, adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.
Standarisasi natrium tiosulfat dapat dilakukan dengan menggunakan lartan
kalium iodat, kalium dikromat, tembaga sulfat dan iod sebagai standar
primer. Natrium tiosulfat bereaksi dengan kalium iodida dalam larutan
asam dengan membebaskan iod. Titrasi iod yang dibebaskan, dengan
larutan tiosulfat sambil terus dikocok, bila warna cairan telah menjadi
kuning pucat ditambahkan larutan kanji dan teruskan titrasi sampai warna
berubah dari biru menjadi tak berwarna ( Wihardika,2017).
Volume titrasi yang telah didapatkan dari masing-masing sampel
digunakan untuk menghitung kadar KIO3 pada masing-masing sampel.
Sampel kontrol didapatkan kadar iodium rata-rata sebesar 65,88 ppm, pada
sampel dengan kondisi tepat mendidih sebesar 64,29 ppm dan sampel
dengan 10 menit pendidihan sebesar 63,09 ppm. Selanjutnya data tersebut
dibuat grafik untuk melihat pengaruh lama pendidihan terhadap kadar
KIO3 dalam sampel. Data hasil analisis kadar KIO3 dalam sampel
kemudian diuji secara statistik menggunakan uji One-Way Anova untuk
mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh. Hasil uji statistik diketahui
bahwa nilai signifikasi sebesar 0,039. Bila nilai signifikasi < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa
ada pengaruh lama pendidihan terhadap kadar KIO3 pada garam
beryodium merk “X” ( Wihardika,2017).

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Garam tentang “Uji Kuantitatif Kadar Yodium Pada


Garam Menggunakan Iodometri” dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Maret
2022 dan Jumat, 1 April 2022. Praktikum dilaksanakan pada pukul 13.00 -
15.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Universitas
Trunojoyo Madura.

3.2 Alat

3.2.1 Alat Uji Kuantitatif Iodium Metode Spektrofotometri UV-VIS

Tabel 3.1 Alat dan Fungsi

No Alat Fungsi

1. Hot Plate Digunakan sebagai wadah melarutkan


garam

2. Erlenmeyer Digunakan untuk wadah larutan

3. Mikroburet 5ml Digunakan untuk mentitrasi larutan

4. Pipet Pump Digunakan untuk mengambil larutan dalam


jumlah tertentu

5. Gelas Beker Digunakan sebagai wadah larutan untuk


mencampur bahan

6 Magnetic Spiral Digunakan untuk membantu melarutkan


garam
7. Neraca analitik Digunakan sebagai alat timbang garam yang
akan digunakan

8. Spektrofotometer Alat yang digunakan untuk mengukur


transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang glombang

9. Buret Digunakan untuk mentitrasi larutan

10. Statif Digunakan sebagai stand tempat untuk


melakukan buret

11. Pipet Ukur Digunakan untuk memindahkan larutan dari


satu wadah ke wadah lain dengan ukuran
tertentu

3.3 Bahan

3.3.1 Bahan Uji Kuantitatif Iodium Metode Spektrofotometri UV-VIS

Tabel 3.4 Bahan dan Fungsi

No Bahan Fungsi

1. Larutan Baku Digunakan sebagai larutan baku sekunder


Natrium untuk bahan uji
Tiosulfat
(Na2S2O3.5
H2O)

2. Garam 5 gr Digunakan sebagai sampel yang akan diuji

3. Tisu Digunakan untuk membersihkan alat yang


dipergunakan

4. Aquades Digunakan untuk pelarut dan membersikan


alat yang telah digunakan

5. Larutan Digunakan untuk indikator penunjuk hasil


Indikator akhir yang ditandai dengan perubahan warna
Amilum

6. Asam Sulfat Digunakan untuk membuat larutan yang


(H2SO42N) menjadi asam, sehingga titrasi lebih mudah
diamati apabila larutan bersifat asam

7. Kalium Digunakan untuk larutan penentu angka


Iodidat (KI yodium
10%)

8. Sarung Digunakan untuk melindungi dari bahan


Tangan kimia

9. Kertas Label Digunakan untuk pemberi keterangan pada


sampel

10. Alumunium Digunakan untuk membungkus lubang


Foil erlenmeyer yang berisi larutan

3.4 Prosedur analisa uji kuantitatif iodium metode spektrofotometri UV-VIS

3.4.1 Prosedur Pembuatan Larutan Baku Kalium Iodidat (KIO3)

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Menimbang 1 gram KI yang telah dikeringkan pada suhu 110⁰c

Melarutkan dengan aquades dalam labu ukur 100 ml hingga batas tera
dan homogenkan (1000 PPm)

Membersihkan alat dan bahan


3.4.2 Prosedur Pembuatan Kurva Kalibrasi

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat larutan baku dengan konsentrasi 10000 ppm

Memipet 5 ml dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan


dengan aquades hingga batas tera (500 PPm)

Memipet larutan baku (500 PPm) 1ml, 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml

Menambahkan aquades ke dalam lanu ukiur 50 ml sampai batas tera


(10PPm, 20PPm, 40PPm, 60PPm, dan 80PPm)

Mengukur spektrofotometri larutan standart dengan gelombang 552nm


dan menggunakan aquades sebagai blanko

Membersihkan alat dan bahan yang akan digunakan

3.4.3 Prosedur Penentuan Kadar Sampel


Menyiapkan alat dan bahan.

Menimbang 0,1 gram sampel dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Menambahkan aquades 10 ml lalu dihomogenkan.

Mengukur sampel menggunakan spektrofotometri.


Membersihkan alat dan bahan.

3.5 Prosedur Analisa Uji Kuantitatif Iodium Metode Iodometri


3.5.1 Prosedur Larutan Baku Natrium Tiosulfat Na2S2O3 5H2O

Menyiapkan alat Dan bahan


Membersihkan alat dan bahan.

Menambahkan Na2S2O3.5H2o sebanyak 1,24 gram

Melarutkan dengan aquades dalam labu ukur 100ml


sampai batas tera

Menghomogenkan sampai terlarut dengan sempurna

Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan

3.5.2 Prosedur Larutan Asam Sulfat (H2SO4)

Menyiapkan alat Dan bahanan bahan.

Menambahkan sedikit demi sedikit 6ml H2So4 ke dalam


gelas piala yang berisi 90ml air suling

Memindahkan dalam labu ukur 100ml bahan.

Mengencerkan sampai tanda garis dan kocok

Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan

3.5.3 Prosedur Larutan Kalium Iodidat Kl 10%

Menyiapkan alat dan bahanan bahan.


Menambahkan senyawa KI sebanyak 5ml

Melarutkan dengan air suling dalam labu ukur 100ml


sampai batas tera dan homogenkan

Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan

3.5.4 Prosedur Larutan Indikator amilum

Menyiapkan alat Dan bahanan bahan.

Masukkan indicator amilum sebanyak 1gram

Melarutkan dengan air suling 100ml kedalam gelas piala


300ml

Memanaskan sampai mendidih dan didinginkan

Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan

3.5.5 Prosedur Analisa Uji Kuantitatif Iodium Menggunakan metode iodemetri

Menyiapkan alat Dan bahanan bahan.

Menimbang 25gram contoh uji

Memindahkan kedalam Erlenmeyer 300ml

Menambahkan 100ml aquades air suling

Menambahkan 2ml H2So4 2N,5ml larutan KI 10%


Meletakkan dalam tempat gelap selama 10menit untuk
mencapai reaksi yang optimal

Menitrasi menggunakan Na25203.5H2O 0,0005N hingga


warna kuning hilang

Memasukkan 2ml indicator amilum

Menitrasi hingga ada perubahan warna biru gelap menjadi


tidak berwarna

Mencatat dan menghitung hasil perhitungan menggunakan rumus

y = ax + b

Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1

No Analisa Pengulangan SBM

1 Kadar -Pengulangan 1 = 9,75% SNI 06-6989.14-2004


Iodium -Pengulangan 2 = 14,75% Maksimal 35%

2 Kadar -Sampel 1 mendapatkan SNI 01-3556-2016


KIO3 hasil 24,7% Kurang dari 53%
-Sampel 2 mendapatkan
hasil 18,1%

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Uji Kuantitatif Iodium Garam Menggunakan


Spektrofotometri UV-VIS

Diketahui : Pengulangan 1 = 0,005

Pengulangan 2 = 0,007

Nilai pengulangan 1 & 2 dimisalkan y.

Ditanya : Konsentrasi larutan iodium pada garam?

Jawab : Pengulangan 1 => y = ax + b

y = 0,0004x + 0,0011

0,005 = 0,0004x + 0,0011

0,005 – 0,0011 = 0,0004x


0,0039 = 0,0004x

0,0039
=x
0,0004

9,75 ppm = x

Jadi, hasil pengulangan pertama iodium pada garam adalah


9,75 ppm

Pengulangan 2 => y = ax + b

y = 0,0004x + 0,0011

0,005 = 0,0004x + 0,0011

0,007 – 0,0011 = 0,0004x

0,0059 = 0,0004x

0,0059
=x
0,0004

14,75 ppm = x

Jadi, hasil pengulangan kedua iodium pada garam adalah 14,75


ppm .

4.2.2 Perhitungan Uji Kuantitatif Iodium Garam Menggunakan Metode


Iodometri

Diketahui :

PERCOBAAN 1

Titrasi 1 = Volume akhir - Volume awal

= 12,8 – 4,4

= 8,4

Titrasi 2 = 23,6 – 7,3


= 16,3

V = Titrasi 1 + Titrasi 2

= 8,4 + 16,3

= 24,7

PERCOBAAN 2

Titrasi 1 = Volume akhir - Volume awal

= 33,7 – 25,3

= 8,4

Titrasi 2 = 48,7 -39

= 9,7

V = Titrasi 1 + Titrasi 2

= 8,4+ 9,7

= 18,1

N = 0,005

W = 25

V x 35,67 x N x 1000
Jawab : Kadar KIO3 bahan asal P1 =
W

24,7 x 35,67 x 0,005 x 1000


=
25

Jadi hasil pengulangan ke 1 dari kadar KIO3 adalah 176,209 mg/kg

V x 35,67 x N x 1000
Kadar KIO3 bahan asal P2 =
W

18,1 x 35,67 x 0,005 x 1000


=
25
Jadi hasil pengulangan ke 2 dari kadar KIO3 adalah 129,1254 mg/kg

0.0045
0.004
f(x) = 0.00035 x + 0.0011
0.0035 R² = 0.98
0.003
0.0025
Series2
0.002
Linear (Series2)
0.0015
Linear (Series2)
0.001
0.0005
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi

4.3 Pembahasan

4.3.2 Uji Kuantitatif Iodium Garam Menggunakan Iodometri

Praktikum Kuantitatif Iodium Garam Menggunakan Iodometri


v x 35,57 x n x 1000
menggunakan rumus .Nilai (V) merupakan Na2S2O3 yang
W
diperlukan penitraan nilai V diambil dari Volume akhir dikurangi Volume awal
(V akhir - V awal ) dinyatakan dalam bentuk ml, Nilai (N) didapatkan dari
normalitas Na2S2O3, Nilai (W) merupakan bobot yang dinyatakan dalam bentuk
gram dan nilai ( 35,67 ) diambil dari berat setara KIO3. . Hasil yang sudah
diketahui nilai volume dan yang akan dicari kadar KIO3.

Hasil analisa Iodometri untuk pengulangan pertama diperoleh hasil


Volume Na2S2O3 24,7, pengulangan kedua diperoleh hasil Volume Na2S2O3
18,1, kemudian dilanjutkan untuk mencari kadar KIO3 yang menggunakan titrasi
untuk mencari kadar KIO3. Pentitrasian Pengulangan pertama kadar KIO3
diperoleh hasil 176,2098 mg/kg, Pengulangan kedua kadar KIO3 diperoleh hasil
129,1254 mg/kg. pengetitrasian yang menambahkan KI , H2SO4 dan amilum dan
saat dilakukan titrasi terjadi perubahan warna kuning dan biru.
Hasil pemeriksaan kadar iodium dalam garam yang dikonsumsi oleh
subyek penelitian menunjukkan bahwa hanya 52,9% garam beriodium yang
memenuhi syarat (30 ppm KIO3) dan rata-rata kadar iodium dalam garam sebesar
19,6 ppm iodium. Hasil ini memperlihatkan bahwa dengan cakupan penggunaan
garam beriodium memenuhi syarat (≥ 30 ppm KIO3) masih rendah (52,9%),
ternyata median kadar iodium dalam urin (EIU) sudah dalam batas normal
(124,59 µg/L) dan sebesar 38,2% subyek penelitian mempunyai status iodium
normal (100 – 199 µg/L), 14,7% lebih dari cukup (200 – 299 µg/L) dan 5,9%
mengalami excess (> 300 µg/L) (Mulyantoro, 2013).

Berdasarkan praktikum pengulangan satu dan pengulangan dua yang


telah kami lakukan dan kami bandingkan dengan jurnal Mulyantoro mendapatkan
hasil yang berbeda. Kemungkinan hasil yang berbeda dikarenakan penggunaan
garam dengan merk yang berbeda.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum uji iodometri adalah


standar baku mutu (SBM) pada garam dalam SNI 06-6989.14-2004 maksimal
35% dan SNI 01-3556-2016 kurang dari 53%. Cara perhitungan kadar
yodium pada garam dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai yang
sudah diketahui ke dalam rumus :

V x 35,67 x N x 1000
W
Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil pengulangan diantara
kedua sampel dikarenakan adanya kesalahan saat melakukan penimbangan.

5.2 Saran

1. Laboratorium
Ruangan laboratorium sebaiknya lebih ditingkatkan lagi dari segi
kebersihan, kerapaian, dan kenyamanan. Kenyamanan dapat
ditingkatakan dengan memperbaiki atau menambah fasilitas
laboratorium, contohnya pendingin ruangan (AC) guna tercapainya
suasana nyaman. Alat-alat laboraorium yang sudah tidak layak pakai
(rusak) perlu diganti. Begitu juga dengan bahan-bahan kimia di dalam
laboratorium yang belom tersedia juga perlu dilengkapi.
2. Asisten Praktikum
Asisten praktikum diharapkan mampu menjelaskan materi atau
setiap informasi serta prosedur secara jelas dan detail, terkadang suara
dari asisten serta prosedur kurang jelas dan detail. Asisten praktikum
juga diharapkan sabar dalam menghadapi praktikan yang mungkin
kurang kondusif Ketika berada di laboratorium. Sejauh ini asisten
praktikum telah menjalankan tugasnya dengan baik.
3. Praktikan
Untuk praktikan semoga kedepanya bisa lebih fokus. Sebelum
praktikum dimulai para praktikan harus sudah siap semua dari mulai
materi yang mau disampaikan hingga soal pretest, postest dan juga
peralatan lainya. Semoga kedepanya para praktikan bisa selalu siap
dalam melaksanakan praktikum. Dan juga soal laporan praktikum semua
praktikan diwajibkan membuat laporan secara berkelompok dan apabila
ada yang tidak difahamkan dimohon untuk bertanya ke asisten
praktikum maupun ke teman praktikan.

Anda mungkin juga menyukai