Anda di halaman 1dari 4

PAPER TITRASI IODI/IODOMETRI Untuk memenuhi tugas kuliah Kimia Analitik Dasar I

Oleh: UMDATUL MUFIIDAH M0310055

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011

A. Pengertian Iodi/iodometri Diantara sekian banyak contoh teknik dalam analisis kuantitatif terdapat dua cara untuk melakukan analisis menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya. Namun metode iodimetri ini jarang dilakukan karena iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium thiosilfat standar atau asam arsenit). Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau disebut bAmilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji. Indikator kanji yang dipakai adalah amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerah-merahan (violet) dengan iodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan Mr= 50.000 1.000.000.

B. Prinsip Iodi/iodimetri

Prinsip metode Iodometri adalah terjadinya perubahan warna setelah sampel dititrasi. Pengujian dengan metode iodometri dilakukan berdasarkan terjadinya perubahan warna dari warna ungu yang berasal dari iodium-kanji menjadi tidak berwarna setelah dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Analisis ini sangat sulit dilakukan secara langsung untuk sampel yang berwarna karena kepekaan dari indikator amilum yang berkurang pada larutan sampel yang berwarna, sehingga akan mempengaruhi hasil akhir titrasi.

C. Aplikasi

1. Penentuan iodat

Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merubakan proses titrasi yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodide. Standar yang digunakan sebagai sumber iodium adalah larutan kalium iodat, sehingga intensitas iodium yang dihasilkan dari alat dapat dikonversi sebagai kalium iodat. I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat (umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indikator amilum. Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut: IO3- + 5 I- + 6H+ -> 3I2 + H2O I2 + 2 S2O32- -> 2I- + S4O62Setiap mmol IO3- akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S2O32- sehingga mmol IO3- ditentukan atau setara dengan 1/6 mmol S2O32.

2. Analisis iodat dalam bumbu dapur

Program Iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur. Untuk mengetahui lebih jauh duduk permasalahannya, maka perlu dilakukan analisis keberadaan iodat dalam bumbu dapur dengan metode Iodometri.

3. Analisis kandungan amilosa dalam pati dan serat kasar tepung

Penetapan kadar amilosa dilakukan secara iodometri berdasarkan reaksi antara amilosa yang terkandung dalam pati dan tepung dengan senyawa iod yang menghasilkan warna biru.

4. Analisa kandungan CaO dalam semen dan batu bata

Kandungan CaO dalam semen dan batu bata menurunkan kualitasnya. Karena itu digunakan prinsip iodometri untuk menentukan kandungan kapur (CaO) dalam semen dan batu bata. Penentuan kadar CaO dalam semen dan batu bata sangat penting untuk mengontrol kualitasnya. 5. Penetapan kadar vitamin C

Analisa vitamin C dengan metode iodometri memiliki kelebihan y a i t u prosedur analisa yang mudah dilakukan, tidak membutuhkan waktu yang lama,instrumen yang dibutuhkan cukup sederhana dan perhitungan hasil analisa dapat langsung didapatkan. Namun, analisa dengan iodometri ini memiliki kekurangan dalam m e l a k u k a n a n a l i s a v i t a m i n C . H a s i l a n a l i s a v i t a m i n C yang diperoleh kurang akurat karena penggunaan standart

N a 2S2O3 t i d a k s t a b i l d a l a m w a k t u l a m a . 6. Penentuan Selenium

Sumber Paper Journal of Chemical Education, Vol./ 8 No. 12 December 2001, p 1671-1673 Hartati, N Sri dan Titik K Prana.2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung Beberapa Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schott).Bogor:Jurnal Natur Indonesia 6(1): 29-33 (2003) ISSN 1410-9379 Saksono, Nelson.2002. Analisis iodat dalam bumbu dapur dengan metode Iodometri dan x-ray fluorescence.Depok: MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 6, NO. 3, DESEMBER 2002

Anda mungkin juga menyukai