Dosen Pembimbing
Disusun Oleh
Rosidana Putri
2048201065
Secara tak langsung (iodometri) Disebut juga sebagai iodometri.Dalam hal ini
ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi,
dengan larutan standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat
pengoksidasi, misal pada penentuan suatu zat oksidator ini (H 2O2). Pada oksidator ini
ditambahkan larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi
dengan larutan (Underwood : 2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Iodium sedikit larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 Berdasarkan reaksi : I2 +
I- → I3- dengan tetapan kesetimbangan pada 25 ºC. Larutan baku ion dapat langsung
dibuat dari unsur murninya. Cara titrasi oksidasi reduksi yang dikenal ada dua : -
Oksidimetri Yaitu titrasi redoks dengan menggunakan larutan baku yang bersifat
oksidator. Misal: Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide, timah (II) klorida , logam dan
amalgam (Underwood : 2002).
1.Proses-proses iodometrik langsung Pada Iodometri langsung
sering menggunakan zat pereduksi yang cukup kuat seperti tiosulfat, Arsen (III), Stibium
(III), Antimon (II), Sulfida, sulfite, Timah (II), Ferasianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki
oleh beberapa dari substansi ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan
iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH yang
repot. Dalam proses iodometri langsung ini reaksi antara iodium dan thiosulfat dapat
berlangsung sempurna. Kelebihan ion Iodida yang ditambahkan pada pereaksi oksidasi yang
ditentukan, dengan pembebasan iodium, kelebihan ini dapat dititrasi dengan Natrium
Tiosulfat. Menurut cara ini suatu zat reduksi dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada
titrasi Na2S2O3 oleh I2 (Underwood : 2002).
2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan thiosulfat
ditambahkan pada larutan iodin, hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari tak
berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan kedalam larutan
thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan menjadi berwarna biru
(Underwood : 2002).
2.Proses-proses Tak Langsung atau Iodometrik Dalam ion iodida
sebagai pereduksi diubah menjadi iodium-iodium yang terbentuk dititrasi, dengan larutan
standar Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal
pada penentuan suatu zat oksidator ini (H 2O2). Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan
asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan (Underwood :
2002).
Na2S2O3. H2O2 + 2HCl → I2 + 2KCl + 2H2O.
Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium
iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi
membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya
dipergunakan sebagai titrannya, dalam keadaan pH 3-4. Titrasi dengan arsenik (III) (di atas)
membutuhkan sebuah larutan yang sedikit alkalin (Underwood : 2002).
Proses iodimetri banyak digunakan seperti analisis besih dalam biih besi maupun
paduannya. Selain itu titrasi iodometri juga dapat dilakukan untuk menentukan oksigen
terlarut dalam air (terkenal sebagai metode klasik dari winkler). Sampel air dilarutkan dengan
sejumlah garam Mn(II), natrium iodide berlebih, dan natrium hidroksida. Endapan yang
dihasilkan berupa Mn(OH2) berwarna putih yang secara cepat dioksidasi menjadi Mn(OH) 3
yang berwarna coklat. Larutannya kemudian diasamkan dan Mn(OH) 3 mengoksidasi iodide
menjadi iodin. Iodin yang dibebaskan selanjutnya dititrasi dengan natrium tiosulfat
(Pursitasari : 2014)
Amilum merupakan indikator redoks khusus yang digunakan sebagai petunjuk telah
terjadi titik ekuivalen pada titrasi iodometri. Hal ini disebabkan warna biru gelap dari
kompleks iodin – amilum merupakan warna yang spesifik untuk titrasi iodometri.
Mekaismenya belum diketahui dengan pasti namun ada asumsi bahwa molekul iodin tertahan
di permukaan B-amilosa. Larutan amilum mudah terkomposisi oleh bakteri, sehingga
biasanya ditabahkan sebagai pengawet (Pursitasari ; 2014).
Senyawa Natrium tiosulfat mengikat lima molekul air dengan rumus kimia
Na2S2O3.5H2O. natrium tiosulfat merupakan larutan standar karena tidak sstabil terhadaap
oksidasi dari udara, asam, dan bakteri. Penambahan boraks atau natrium karbonat terhadap
larutan natrium tiosulfat dilakukan untuk sebagai pengawet. Iodin mengoksidasi ion tiosulfat
menjadi ion tetrationat. Pada larutan dengan pH lebih dari 9 menyebabkan ion tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat : (Pursitasari : 2014)
Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan timbangan analitik) maka rumus untuk
menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/b) = x 100%
Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan menggunakan pipet
volum) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
Kadar (% b/v) = x 100%
Berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya. (Rohman,
2007)
2.2 Uraian Bahan
C. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi langsung dengan larutan iodin baku
Penetapan Kadar Antalgin
Timbang saksama 400 mg contoh, masukkan dalam labu 200 mL, larutkan dalam
5 mL air, titrasi dengan larutan iodin baku 0,1 N, pada larutan iodin, timbul warna
merah pada larutan, yang lama-lama akan hilang sampai timbul warna kuning yang
satabil.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 16,67 mg antalgin.
D. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi kembali larutan iodin yang berlebihan
dengan larutan natrium tiosulfat
Penetapan Kadar Kaffein
Timbang saksama 200 mg contoh masukkan dalam labu ukur 100 mL, larutkan
dengan 20 mL air dan 5 mL asam sulfat 4 N, tambahkan 50 mL larutan iodin 0,1 N
dan 20 mL larutan natrium klorida jenuh, kemudian cukupkan volumenya dengan air
sampai 00 mL, kocok larutan dan biarkan selama 5 menit, saring dan titrasi dengan
larutan baku natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indicator kanji.
Tiap mL larutan iodin 0,1 N setara dengan 5,3 mg kaffein.
E. Penetapan kadar zat dengan cara titrasi iodium yang dibebaskan dari kalium
iodide dengan larutan natrium tiosulfat.
Penetapan Kadar Tembaga Sulfat
Timang saksama 1 g tembaga sulfat, larutkan dalam 50 mL air, tambahkan 4 mL asam
asetat dan 3 g kalium iodide. Titrasi iodin yang bebas dengan larutan natrium tiosulfat
0,1 N menggunakan indicator kanji.
Tiap mL natrium tiosulfat setara dengan 24,97 mg tembaga sulfat.
BAB III
METODE KERJA DAN PEMBAHASAN
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji
yangdigunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai
oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan
sterilisasi atau penambahan suatu pengawet.
Setelah dilarutkan ditambahkan asam sulfat, alasan penambahan ini karena titrasi harus
berlangsung dalam suasana asam. Jika tidak berlangsung dalam suasana asam maka sampel
akan bereaksi dengan hidroksida, setelah itu dilakukan titrasi dengan penambahan indikator
kanji sebanyak 3 tetets. dan perubahan yang terbentuk dari warna bening ke coklat.
Alasan penggunaan iodium karena Iodium merupakan kristal hitam mengkilat yang
mudah dimurnikan dengan cara sublimasi (resublimated Iodine), tidak larut dalam air,larut
dalam alkohol dan dalam larutan KI,karena terbentuknya ion triiodida. Iodium akan
mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil
dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi yang lebih kecil daripada iodium
sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi
iodimetri ini adalah dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan
memberikan warna biru pada saat tercapainya titik akhir.
BAB IV
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. melakukan titrasi iodimetri dan memperoleh volume titran sebanyak 18 mL dan
persentase kadar yang diperoleh adalah 141,525 %
2. melakukan titrasi iodometri dan memperoleh volume titran sebanyak 6,6 mL dan
persentase kadar yang diperoleh adalah 349,345 %
3. melakukan titrasi iodimetri dan memperoleh volume titran sebanyak 16 mL dan
persentase kadar yang diperoleh adalah 126,29 %
4. melakukan titrasi iodometri dan memperoleh volume titran sebanyak 7 mL dan
persentase kadar yang diperoleh adalah 370,5177 %
5.2 Saran
Sebaiknya tidak diberi batasan tahun untuk teori umum, sebab literature yang paling
sering digunakan adalah buku – buku terjemaha seperti underwood edisi 4, vogel, dll
berada pada rentan tahu 90-an dan buku – buku tersebut juga lebih mudah didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015, Penuntun dan Praktikum Kimia Analisis. Makassar : FF UMI
Day & Underwood, 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi kelima, Jakarta : Erlangga
Safaryani, Nurhayati, Sri Haryanti, dan Endah Dwi Hastuti,. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama
Penyimpanan terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L),
Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XV, No. 2. Semarang.
Tjitro, soejono, Juliana Anggono, Adriana Anteng Anggorowati, dan Gatut Phengkusaksomo.
2015. Studi Prilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat
(Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat, Jurnal
Teknik Mesin, Vol. 2, No. 1. Surabaya
Wahyuni, Sri Raharjoe Asj’ari, dan Ahmad Hamim sadewa,. 2008. Kajian Kemampuan Jus
Buah Tomat (Solanum lycopersicum) dalam Menghambat Peningkatan Kadar
Malondyaldehide Plasma Setelah Latihan Aerobik Tipe High Impact, Jurnal
Kesehatan, Vol. 1, No. 2, ISSN : 1979 – 7621. Yogyakarta.