PENDAHULUAN
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stokiometri yang sederhana pelaksanaannya, praktis dan
tidak banyak masalah dan mudah.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-
zat yang mengandung oksidator, misalnya Cl2, Fe(III), Cu(II) dan sebagainya.
Sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan kualitasnya.
Titrasi redoks didasarkan pada pemindahan elektron titran dan analit. Jenis
titrasi ini biasanya diikuti dengan potensiometri, meskipun pewarna yang
mengubah warna jika teroksidasi dengan kelebihan titran dapat digunakan.
Suatu zat dengan potensial reduksi yang lebih tinggi akan mengoksidasi
zat yang potensial reduksinya lebih rendah. Perbedaan potensial antara dua zat
merupakan potensial reaksi dan lebih kurang merupakan perbedaan potensial yang
akan diukur jika zat tersebut terdiri atas dua setengah dari suatu sel listrik.
Contohnya I2 akan mengoksidasi Br- dengan mengikuti persamaan berikut ini :
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat
bereaksi dengan I- (iodida) untuk menghasilkan I2, I2 yang terbentuk secara
kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka
titrasi iodometri dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika
direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran, hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang
dapat dipakai untuk iodida. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi
yang sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida. Senyawa iodida umumnya
KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I 2.
I2 yang terbentuk adalah ekuivalen dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan.
Jumlah I2 ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar tiosulfat
(umumnya yang dipakai adalah Na2S2O3) dengan indikator amilum, jadi
perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum-I2 sampai warna ini tepat
hilang. Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah
sebagai berikut:
IO3- + 5 I- + 6H+ 3I2 + H2O
I2 + 2 S2O32- 2I- + S4O62-
Jadi, prinsip dasar dari titrasi iodometri adalah zat uji (oksidator) mula-
mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang dihasilkan
dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2S2O3 → NaI + Na2S4O6
Sedangkan prinsip dasar dari titrasi iodimetri adalah zat uji (reduktor)
langsung dititrasi dengan larutan iodium. dimana I2 sebagai larutan standardnya.
(Underwood, 1992)
Penentuan
vitamin C
dapat
dikerjakan
dengan titrasi
iodimetri.
Titrasi
iodimetri
merupakan titrasi langsung berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan
baku I2 untuk mengoksidasi analatnya. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu
kuat, sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat
dititrasi. Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tak
berwarna menjadi biru. Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan
kadarnya dengan titrasi ini. Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan
atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang.
(Harjadi,1990)
Amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Amilum sering disebut juga dengan sebutan
“pati”. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk
menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang
penting.
(Poedjiadi, 1994).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
3.2 Bahan
Bilas dan isi buret dengan larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N. Pipet dengan pipet
seukuran 10 ml larutan KIO3 ± 0,1 N masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
Tambahkan 2 ml larutan KI 20% dan 2,5 ml HCl 4 N. Iod yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna menjadi kuning muda, kemudian
ditambahkan kanji dan titrasi terus sampai warna biru hilang. Baca dan catat
angka pada buret saat awal dan akhir titrasi, tentukan dan catat volume larutan
Na2S2O3 yang digunakan dalam titrasi. Hitung konsentrasi larutan Na2S2O3.
Ulangi titrasi 3 kali menggunakan volume larutan Na2S2O3 yang sama. Hitung
konsentrasi larutan Na2S2O3 rata-rata.
Hasil Pengamatan
No. Perc. Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Penentuan (standarisasi) larutan KIO3 : KIO3 + Berdasarkan hasil
KIO3 (s) + H2O (l) →
Na2S2O3 ±0,1N dengan Kalium Iodat serbuk putih aquades : percobaan,
KIO3 (aq)
(KIO3) sebagai baku Aquades : larutan tak diperoleh
KIO3 (aq) + 5KI (aq) +
0,357 gram KIO3 larutan tak berwarna konsentrasi rata-rata
6HCl (aq) → 3I2 (aq) +
berwarna KIO3 + KI : larutan Na2S2O3
Dipindahkan ke labu ukur 6KCl (aq) + 3H2O (l)
100mL HCl 4N : larutan tak sebesar 0,054 N
Dilarutkan dengan air suling IO3 + 5I + 6H → 3I2
- - +
larutan tak berwarna
Diencerkan sampai tanda + 3H2O
batas berwarna KIO3 + KI +
Dikocok hingga homogen I2 (aq) + Na2S2O3 (aq)
KI 20% : HCl :
→ 2NaI (aq) + Na2S4O6
larutan larutan
(aq)
berwarna coklat
Larutan KIO3 ±0,1N 2S2O32- + I2 → S4O62- +
kuning kekuningan
2I-
Na2S2O3 : KIO3 + KI +
Larutan KIO3 ±0,1N
Dipipet 10 mL larutan KIO3
±0,1N
Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250mL
Ditambahkan 2mL larutan KI
Ditambahkan 1mL HCl 4N
Coklat Kekuningan
2. Penentuan (standarisasi) larutan I2 Larutan I2 : Larutan Perubahan warna yang Berdasarkan hasil
10mL Na2S2O3 berwarna Na2S2O3 + terjadi saat dititrasi percobaan,
Dimasukkan ke Erlenmeyer coklat Amilum : dengan Na2S2O3 adalah diperoleh
250mL kuning pudar dan setelah konsentrasi rata-rata
kehitaman larutan tidak
Ditambah 2mL indikator amilum
Dititrasi dengan I2 sampai Indikator berwarna ditambahkan amilum larutan I2 sebesar
berwarna biru kehitaman kanji Na2S2O3 + akan berubah menjadi 0,1191 N.
(amilum) : indikator biru kehitaman dan jika
3. Penentuan kadar asam askorbat dalam Vitamin C : Vitamin C + I3- (aq) + 2e- ↔ 3I-(aq) Berdasarkan hasil
Vitamin C “XonCe” padatan aquades : C6H6O6 + 2H+ + 2e- → percobaan,
0,5 gram XonCe berwarna larutan C6H8O6 diperoleh kadar
kuning berwarna C6H8O6 + I2 → C6H6O6 asam askorbat
Dimasukkan ke Erlenmeyer
250mL Aquades : kuning +2I- + 2H+ dalam vitamin C,
Dilarutkan dalam 50mL air larutan tidak Vitamin C + yaitu dalam Xon-C
Ditambah 2mL indikator amilum
Dititrasi dengan standar I2 berwarna aquades + Dugaan : perubahan lemon sebesar
I2 : larutan amilum : warama dari kuning 23,91% atau setara
berwarna larutan muda menjadi biru dengan 119,55 mg
Larutan Berwarna Biru Tua coklat berwarna kehitaman. pertablet.
kehitaman kuning (Day and Underwood
Indikator Pada titik 1986)
kanji akhir titrasi,
(amilum) : setelah
Larutan Berwarna Biru Tua
keruh ditambah I2,
Dihitung volume standar I2 yang
larutan
digunakan
Diulang sebanyak 2 kali menjadi
Dihitung kadar asam askorbat berwarna
Diulang sebanyak 2 kali
biru tua
Volume
Kadar Rata-rata Asam Askorbat
titrasi
dengan I2
V1 = 11,5mL
V2 = 11,3mL
V3 = 11,7 mL
4.2 Analisis dan Pembahasan
Reaksi I
Reaksi II
I2(aq) +2e- 2I-(aq)
2S2O32- (aq) S4O62- (aq) + 2e-
-
2-
I2(aq) +2S2O3 (aq) 2I (aq) + S4O62- (aq)
-
Pada titrasi ini ditambahkan HCl untuk menambahkan suasana asam pada
larutan, agar stoikiometri dapat berjalan. Selain itu reaksi oksidasi tiosulfat
menjadi sulfat dalam kondisi basa dan netral, bereaksi pada suasan asam. Tidak
hanya penambahan HCl saja, melainkan dilakukan penambahan larutan KI yang
bertujuan untuk membebaskan iod berlebih agar KIO3 berubah menjadi produk.
Selain itu, KI juga dapat melarutkan iodin, karena sifatnya yang non polar.
Didapatkan volume larutan natrium tiosulfat pada titrasi menggunakan
rumus perhitungan :
Konsentrasi KIO3 = Konsentrasi Na2S2O3
N KIO3 x V KIO3 = N Na2S2O3 x V Na2S2O3
Diperoleh konsentrasi Na2SO3 pada percobaan tirasi yang diulang tiga kali. Pada
titrasi pertama diperoleh volume Na2S2O3 sebanyak 18,2 mL, pada titrasi kedua
diperoleh volume Na2S2O3 sebanyak 18,5 mL dan pada titrasi ketiga diperoleh
volume Na2S2O3 sebanyak 18,8 mL. Kemudian dihitung rata-rata konsentrasi
Na2S2O3 dalam normalitas yang telah menghitung menggunakan rumus diatas
sebesar 0,054 N.
Pada titrasi pertama diperoleh volume I2 sebanyak 11,5 mL dan kadar asam
askorbat sebesar 24,02%. Titrasi kedua diperoleh volume I 2 sebanyak 11,3 mL
dan kadar asam askorbat sebesar 23,67%. Dan titrasi ketiga, diperoleh volume I 2
sebanyak 11,7 mL dan kadar asam askorbat sebesar 24,46%. Kemudian,
didapatkan rata-rata kadar asam askorbat yang terkandung dalam tablet vitamin C
merk XonCe sebesar 23,91% yang setara dengan 119,55 mg pertablet.
BAB V
5.1 Kesimpulan
2. Kadar asam askorbat pada vitamin c merk “XonCe” sebesar 23,91% atau
setara dengan 119,55 mg pertablet.
5.2 Saran
- Jawaban Pertanyaan
A. Titrasi Iodo-Iodimetri
1. Apa perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri?
Jawab :
Titrasi iodometri adalah titrasi redoks dengan I- sebagai reduktor
(sampel direduksi), merupakan titrasi tak langsung, titrasi dalam
asam, larutan standarnya Na2S2O3.
Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai oksidator
(sampel dioksidasi), merupakan titrasi langsung, titrasi dalam
keadaan basa atau netral.
2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam
klorida? Setiap 1 mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen?
Jawab :
−¿ → I + 6H O ¿
2 2
−¿+12 H +¿+ 2IO
×1
¿
¿
10 e
3
−¿¿
2 I −¿→ I +2 e ×5
2 ¿
−¿ → I + 6H O ¿
2 2
−¿+12 H +¿+ 2IO ¿
¿
10 e
3
−¿¿
10 I −¿→5 I +10 e2 ¿
−¿→ 6I +6H O ¿
2 2
10 I
+ ¿+2 IO−¿+
:2
¿
¿
12 H 3
−¿ → 3I +3H O ¿
2 2
5I
+¿+IO−¿+ ¿
¿
6H 3
−¿ ¿
Setiap mmol IO3 akan menghasilkan 3 mmol I2 dan 3 mmol I2 ini
−¿ ¿
akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S2O32- sehingga mmol IO3
−¿ ¿
ditentukan atau setara dengan 1/6 mmol S2O32- maka n IO3 = 6.
Reaksi :
10mL Na2S2O3
Dimasukkan ke Erlenmeyer
250mL
Ditambah 2mL indikator amilum
Dititrasi dengan I2 sampai
berwarna biru kehitaman
Biru Kehitaman
Dihitung volume I2 yang
digunakan
Dihitung konsentrasinya
Diulangi sebanyak 3 kali
Konsentrasi Rata-rata I2
Reaksi :
Reaksi :
I3- (aq) + 2e- ↔ 3I-(aq)
C6H6O6 + 2H+ + 2e- → C6H8O6
C6H8O6 + I2 → C6H6O6 +2I- + 2H+
Dokumentasi Foto
0,162 N
=
3
= 0,054 N
2. Penentuan (standarisasi) larutan I2
Diketahui:
N Na2S2O3 = 0,054 N
V I2 = 10 mL
V1 Na2S2O3 = 22,1 mL
V2 Na2S2O3 = 22,2 mL
V3 Na2S2O3 = 22,9 mL
Titrasi 1
Mol ekivalen Na2S2O3 = mol ekivalen I2
N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N I 2 x V I2
0,054 N x 22,1 mL = N I2 x 10 mL
N I2 = 0,1193 N
Titrasi 2
Mol ekivalen Na2S2O3 = mol ekivalen I2
N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N I 2 x V I2
0,054 N x 22,2 mL = N I2 x 10 mL
N I2 = 0,1198 N
Titrasi 3
Mol ekivalen Na2S2O3 = mol ekivalen I2
N Na2S2O3 x V Na2S2O3 = N I 2 x V I2
0,054 N x 22,9 mL = N I2 x 10 mL
N I2 = 0,1182 N
N 1+ N 2+ N 3
Normalitas I2 rata rata =
3
0,1193 N +0,1198 N +0,1182 N
= = 0,1191 N
3
3. Penentuan kadar Asam askorbat pada Vitamin C ‘Xon-Ce’
Diketahui:
V Asam Askorbat = 50 mL
Massa sampel vitacimin = 0,5 g = 500 mg
BM Asam Askorbat = 176 gram/mol
N I2 = 0,1191 N
V1 I2 = 11,5 mL
V2 I2 = 11,3 mL
V3 I2 = 11,7 mL
Titrasi 1
Mol ekivalen I2 = mol ekivalen Asam Askorbat
N I2 x V I2 = N Asam Askorbat x V Asam Askorbat
0,1191 N x 11,5 mL = N Asam Askorbat x 50 mL
N Asam Askorbat = 0,0273 N
massa Asam Askorbat 1000
N Asam Askorbat = x
BM Asam Askorbat volume
massa Asam Askorbat 1000
x
0,0273 N = g 50 mL
176
mol
Massa Asam Askorbat = 0,1201 g = 120,1 mg
mganalit
Kadar Asam Askorbat = x 100 %
mg sampel
120,1mg
= x 100 %=24,02%
500 mg
Titrasi 2
Mol ekivalen I2 = mol ekivalen Asam Askorbat
N I2 x V I2 = N Asam Askorbat x V Asam Askorbat
0,1191 N x 11,3 mL = N Asam Askorbat x 50 mL
N Asam Askorbat = 0,0269 N
massa Asam Askorbat 1000
N Asam Askorbat = x
BM Asam Askorbat volume
massa Asam Askorbat 1000
x
0,0135 N = g 50 mL
176
mol
Massa Asam Askorbat = 0,1183 g = 118,36 mg
mganalit
Kadar Asam Askorbat = x 100 %
mg sampel
118,36 mg
= x 100 %=23,67 %
500 mg
Titrasi 3
Mol ekivalen I2 = mol ekivalen Asam Askorbat
N I2 x V I2 = N Asam Askorbat x V Asam Askorbat
0,1191 N x 11,7 mL = N Asam Askorbat x 50 mL
N Asam Askorbat = 0,0278 N
massa Asam Askorbat 1000
M Asam Askorbat = x
BM Asam Askorbat volume
massa Asam Askorbat 1000
x
0,0278 N = g 50 mL
176
mol
Massa Asam Askorbat = 0,1223 g = 122,32 mg
mganalit
Kadar Asam Askorbat = x 100 %
mg sampel
123,32mg
= x 100 %=24,46 %
500 mg
Kadar 1+kadar 2+kadar 3
Kadar Asam Askorbat rata-rata =
3
24,02% +23,67 % +24,64 %
= = 23,91
3
%
Kadar Asam Askorbat = 23,91% x 500 mg
= 119,55 mg pertablet